Anda di halaman 1dari 22

MALARIA

A. Pendahuluan
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus plasmodium. Penyakit ini secara alami ditularkan oleh
gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria merupakan salah satu penyakit
mematikan terutama di daerah tropis dan subtropis di dunia. Sekitar 90 % dari
semua infeksi malaria di dunia saat ini terjadi di Afrika Selatan, Sahara. Malaria
masih menjadi masalah kesehatan yang paling kompleks dan besar yang dihadapi
umat manusia, dengan 3-5 juta kasus dan 2 hingga 3 juta kematian per tahun.
Penyakit ini memberikan dampak yang serius pada darah, menghancurkan sel sel
darah merah dan mengganggu hemoglobin, mengganggu pigmen sel darah merah
dan mengkonversi hemoglobin menjadi methemoglobin.(1) (2) (3) .
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia famili plasmodiidae dan
ordo coccidiidae. Ada 4 macam parasit malaria yang dikenal yaitu (2)
1. Plasmodium

Falciparum

penyebab

malaria

tropika

yang

sering

menyebabkan malaria yang berat.


2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Parasit berkembang dalam sel darah merah, menyebabkan gejala termasuk
anemia (kepala rasa ringan, sesak nafas), termasuk juga simptom umum lain
seperti demam, sejuk, mual, koma dan kematian. Penyebaran Malaria dapat
dikurangi dengan menghalang gigitan nyamuk melalui kelambu nyamuk dan
penghalang serangga, atau melalui langkah pengawalan nyamuk seperti
menyembur racun serangga dalam rumah dan mengeringkan kawasan air
bertakung di mana nyamuk bertelur. Pada penderita penyakit malaria, penderita
dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut
infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya
paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium falcifarum

dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malaria. Masa inkubasi malaria


sekitar 7-30 hari, tergantung spesiesnya. Plasmodium falciparum melakukan
waktu 12-14 hari, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale 15 hari , sedangkan
Plasmodium malaria melakukan waktu 18 hari. Masa inkubasi ini dapat
memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian profilaksis
dengan dosis yang tidak ada.
B. Definisi
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus plasmodia famili plasmodiidae dan ordo coccidiidae
Penyakit ini secara alami ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
Sampai saat ini Malaria merupakan salah satu penyakit mematikan terutama di
daerah tropis dan subtropis di dunia. Sekitar 90 % dari semua infeksi malaria di
dunia saat ini terjadi di Afrika Selatan, Sahara. Malaria masih menjadi masalah
kesehatan yang paling kompleks dan besar yang dihadapi umat manusia, dengan
3-5juta kasus dan 2 hingga 3 juta kematian per tahun.
Ada empat macam parasit malaria yang dikenal yaitu Plasmodium
Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang
berat, Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana, Plasmodium malaria
penyebab malaria quartana, Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di
Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya dijumpai di Afrika Barat dan
Pasifik Barat (1) (2) (3)
C. Epidemiologi
Malaria ditemukan pada 60 Lintang Utara sampai 32 Lintang Selatan, dari
daerah ketinggian 2666m (Bolivia 2591m) sampai daerah 433 m di bawah
permukaan laut (Dead sea). Daerah yang sejak semula bebeas malaria ialah
pasifik Tengah dan Selatan (Hawai, Selandia Baru). Di daerah tersebut malaria
tidak dapat hidup arena tidak ada vektornya.(4) Derajat endemi dari penyakit
malaria dapat diukur dengan Spleen Rate (angka limpa) dan parasite rate (angka
parasit) sehingga dapat dibedakan daerah yang hipoendemi, mesoendemi,
hiperendemi, dan holoendemi. Dipakai sebagai patokan, yaitu angka limpa pada
anak-anak umur 2-9 tahun, yaitu persentase anak umur 2-9 tahun dengan

splenomegali. Hipoendemi jika angka limpa pada anak-anak 10% atau kurang.
Mesoendemi jika angka limpa pada anak-anak 11-50%. Hiperendemi jika angka
limpa pada anak-anak tetap di atas 75% dan angka limpa pada orang tua, tinggi.
Deklarasi dunia tentang pemberantasan penyakit malaria yang dirumuskan
pada konferensi menteri kesehatan sedunia tahun 1992 disebutkan bahwa malaria
merupakan masalah yang sifatnya global. Malaria ditemukan hampir diseluruh
belahan dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis.
Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41%
dari populasi dunia. Guerra CA, dkk pada tahun 2008 memperkirakan sekitar 35%
dari populasi dunia tinggal di daerah yang berisiko penularan Plasmodium
Falciparum, dan sekitar 1 milyar orang-orang yang tinggal di daerah yang berisiko
rendah dan masih ada penularan malaria. Meneurut data Badan Kesehatan Dunia
(WHO) Memperkirakan insiden malaria di dunia mencapai 215 juta kasus dan
diantara yang terinfeksi parasit plasmodium sekitar 655 ribu. Berikut estimasi
kasus malaria dan kematian.(5)(6)(7)

Tabel 3.2. Menunjukkan bahwa jumlah laporan yang masuk pada tahun 2011 dari
bulan Juli
hingga November adalah 99 Negara. Ini mengindikasikan masih sringnya kasus
malaria terjadi di belahan dunia serta masih adanya negara bagian yang belum
rutin atau bahkan tidak melaporkan angka kejadian malaria. Malaria dapat
ditemukan mulai dari belahan bumi utara (Amerika Utara sampai Eropa dan Asia)
ke belahan bumi selatan (Amerika Selatan); mulai dari daerah dengan ketinggian
2850 m sampai dengan daerah yang letaknya 400m di bawah permukaan laut.
Keadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan terdapat 300-500 juta kasus
malaria klinis/tahun dengan 1,5-2,7 juta kematian, terutama negara-negara benua
Afrika. Risiko tinggi penularan malaria di Afrika dengan jumlah estimasi kasus
pada tahun 2010 sekitar 174 kasus dengan estimasi kematian sebanyak 596.000
kasus. Sebanyak 90% kematian terjadi pada anak-anak dengan rasio 1: 4 anak
balita di Afrika meninggal karena malaria. Di Asia Tenggara negara yang
termasuk wilayah endemis malaria adalah : Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia,
Maldives, Myanmar, Nepal, Srilanka, dan Thailand.(5)

Penyebaran malaria terjadi dalam wilayah-wilayah yang terbentang luas meliputi


belahan bumi utara dan selatan, antara 640 lintang utara, dan 320 lintang selatan.
Penyebaran Malaria dapat berlangsung pada ketinggian Wilayah yang sangat
bervariasi, dari 400 meter di bawah permukaan laut, misalnya laut mati, dan 2600
m, di atas permukaan laut, misalnya di Londiani, Kenya, atau 2.800 m di atas
permukaan laut, misalnya di Bolivia. (5)
D. Etiopatogenesis
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam
siklus kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh
nyamuk.
1. SIKLUS ASEKSUAL DALAM TUBUH MANUSIA
Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari:
(1) (5)(11)

Siklus di luar sel darah merah


Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada P. vivax dan P. ovale
ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit.
Hipnosoit merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat
menyebabkan kambuh atau rekurensi (long term relapse). P. vivax dapat kambuh

berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 34 tahun. Sedangkan untuk P. ovale


dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan
dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit
(fase eritrositer). (1) (5)(11)
Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah/eritrositer terbagi dalam :
1) Fase sisogoni yang menimbulkan demam
2) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan
penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum
disebut rekrudensi (short term relapse), karena siklus didalam sel darah merah
masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit
sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh
nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami
siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah
siap untuk ditularkan kepada manusia (5)
SIKLUS SEKSUAL DALAM TUBUH NYAMUK
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit,
yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada
manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa Inkubasi
ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip
pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan
mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik,
sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai
penularan akan terputus.Fase-fase yang berlangsung dalam siklus hidup nyamuk
dalam badan manusia dan dalam tubuh nyamuk adalah sebagai berikut: (5)

a. Fase 1: Fase Sporozoit


Pada saat nyamuk menggigit manusia, bersamaan dengan air liur nyamuk, masuk
sporozoit yaitu bentuk infektif Plasmodium ke dalam darah manusia. Jumlah
6

sporozoit dalam kelenjar liur nyamuk ratusan sampai ribuan. Sporozoit berada
dalam darah hanya 30 menit kemudian masuk ke dalam hati dan menjalani fase
eksoerirositer. (5)
b. Fase II: Fase Eksoeritrositer
Sporozoit menjalani fase sisogoni yang mrnghasilkan merozoit eksoeritrositer.
Sebagian dari merozoit masuk ke dalam sel darah merah dan sebagian lagi tetap
dalam sel hati dan disebut hipnosoit untuk Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale. (5)
c. Fase III: Terjadinya Hipnosoit
WHO pada tahun 1981 meragukan adanya siklus eritrositer sekunder dalam
jaringan hati, dikatakan bahawa relapse pada Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale disebabkan oleh bentuk jaringan yang dapat bertahan lama dalam sel hati. (5)
d. Fase IV: Fase Eritrositer
Fase Eritrositer ini terbagi menjadi tiga yaitu tropozoit darah, sizon dan merozoit
yang meliputi: (5)
1) Tropozoit darah
Merozoit yang berasal dari sel hati yang telah pecah dan masuk ke dalam sel
darah merah, tropozoit ini lambat laun membesar dan gerakannya banyak. Jika
besarnya sudah mencapai separuh sel darah merah gerakannya akan berkurang.
Selanjutnya intinya membelah menjadi dua, empat dan seterusnya. Setelah terjadi
pembentukan itu tropozoit berubah menjadi sizon.
2) Sizon
Sizon bertambah besar, demikian juga intinya hingga sebagian mengisi sel darah
merah dan disebut sizon dewasa. Bagian-bagian dari inti bertambah jelas dan
dikelilingi oleh plasma. Akhirnya sel darah merah pecah dan bagian-bagian dari
sizon tadi berada dalam plasma darah. Tiap bagian ini disebut merozoit.
3) Merozoit
Merozoit akan menyerang lagi sel darah merah lain dan mengulangi fase sisogoni.
Setelah beberapa generasi, maka sebagian dari merozoit tidak masuk ke dalam
fase sisogoni tetapi mengalami fase gametogoni yaitu fase untuk pembentukan sel
kelamin jantan dan betina.

e. Fase V: Fase Gametogoni(5)


Hasil dari fase gametogoni adalah mikrogametozit dan makrogametozit.
Gametozit pada infeksi Plasmodium vivax timbul pada hari ke 2-3 sesudah
terjadinya parasitemia. Pada Plasmodium falciparum setelah delapan hari dan
pada Plasmodium malariae beberapa bulan kemudian. Pada relapse, gametozit
timbul lebih cepat bila tidak disertai demam. Apabila darah manusia dihisap oleh
nyamuk, semua bentuk parasit malaria seperti tropozoit, sizon dan gametozit akan
masuk ke dalam lambung nyamuk. Tropozoit dan sizon akan hancur sedangkan
gametosit akan meneruskan siklus sporogoni. (5)
f. Fase Siklus Sporogoni
Mikrogametosit

dan

makrogametosit

berubah

menjadi

mikrogamet

dan

makrogamet sebelum terjadi siklus sporogoni. Makrogamet terbentuk setelah


makrogametosit melepaskan sebutir kromatin. Mikrogamet akan memasuki badan
makrogamet untuk menjadi satu dalam proses yang disebut pembuahan.
Makrogamet yang telah dibuahi ini disebut zigot. (5)
1) Zigot
Dalam beberapa jam zigot bertambah bentuk menjadi lonjong dan bergerak yang
disebut ookinet.
2) Ookinet
Ookinet berenang kian kemari dan akhirnya menuju dinding lambung nyamuk dan
masuk diantara sel-sel epitel.
3) Ookista
Dalam ookista terlihat titik yang banyak sekali jumlahnya yang merupakan hasil
dari pembelahan. Apabila sudah tua ookista pecah dan keluarlah sporozoit yang
masuk ke dalam cairan rongga tubuh nyamuk sambil berenang kian kemari.
Akhirnya sporozoit ini masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk siap untuk
ditularkan ke dalam tubuh manusia.
E. Gambaran Klinik

Presentasi klasik malaria adalah(8)(14)


1. Tahap dingin, ditandai dengan menggigil
2. Tahap panas ditandai dengan demam, sering melebihi 40c dan biasanya
disertai dengan mual dan muntah.
3. Tahap berkeringat, ditandai dengan suhu kembali normal.
Durasi antara demam dapat menunjukkan jenis malaria tertentu, malaria P.ovale/P
vivax38-42 jam. P. Malariae 62-66 jam. Gambaran Klinis (demam) sebagai akibat
dari

pecahnya sel darah merah dan pelepasan merozoit yang masuk kedalam sirkulasi.
Tapi pada P falciparum waktu demam cenderung tidak periodik. Gambaran lain
menunjukan(8)

Sakit kepala

Nyeri perut

Muntah

Batuk

Jika hal ini terjadi, maka typhoid bisa dipertimbangkan untuk menjadi diferensial
diagnosis.
Tanda
Tanda-tanda malaria meliputi: (8)(14)

Konjungtiva pucat (tanda anemia)

Ikterus ringan yang disebabkan oleh hemolisis.

Pada malaria yang disebabkan oleh P.Falciparum dapat menunjukkan


penyakit kuning parah yang dsebabkan oleh kerusakan hati

Limpa teraba. Dibutuhkan hanya beberapa hari untuk limpa membesar


dalam serangan akut malaria. Pembesaran limpa dan hati dapat terjadi
secara cepat pada serangan malaria akut.

Pembesaran Hati

Tanda-tanda lain yang lebih umum adalah mereka yang dapat


menunjukkan sepsis: takikardi:takipnea, asidosis metabolik, anemia,
penurunan kesadaran terutama pada anak-anak.(7)

F. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. (1)(9)(11)
Diagnosa pasti malaria apabila ditemukan parasit malaria dalam darah(9)(11)
1. Anamnesis (8)
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, lemah, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau
pegalpegal.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:

riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria;

riwayat tinggal di daerah endemik malaria;

riwayat sakit malaria/riwayat demam;

10

riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;

riwayat mendapat transfusi darah

2. Pemeriksaan fisis (8)

Demam (>37,5 C aksila)

Konjungtiva atau telapak tangan pucat

Pembesaran limpa (splenomegali)

Pembesaran hati (hepatomegali)

Manifestasi malariaberat dapat berupa penurunan kesadaran

Hiperparasitemia, bila >5% eritrosit dihinggapi parasit


Malaria serebral dengan kesadaran menurun
Anemia berat kadar hemoglobin <7g/dl
Ikterus, kadar bilirubi serum>50mg/dl
Hipoglikemia

hipotensi

3. Pemeriksaan Laboratorium(9)(13)
Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan
pemeriksaan sediaan darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui
cara berikut.
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar
baku) untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop
dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis.
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah
sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan:
1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);
2) Spesies dan stadium Plasmodium;
3) Kepadatan parasit:
a) Semi Kuantitatif

11

(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan


pandang besar)
(+) = positif 1 (ditemukan 1 10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11 100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1 10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %
b) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal
(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit
8.000/uL maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000
parasit/uL. Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika
jumlah eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X
50 = 225.000 parasit/uL.
Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan adalah:
1. pengukuran hemoglobin dan hematokrit;
2. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;
3. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali
fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas
darah); dan
d. urinalisis.
G. Penatalaksanaan

12

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan


membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia,termasuk
stadium gametosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat
kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua
obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu
setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan
berat badan. Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria
(OAM) kombinasi. Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah
penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan
farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.Tujuan
terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah
terjadinya resistensi Plasmodium terhadap obat anti malaria.Pengobatan
kombinasi malaria harus(9)
a. aman dan toleran untuk semua umur;
b. efektif dan cepat kerjanya;
c. resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi; dan
d. harga murah dan terjangkau.
Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan
golongan aminokuinolin, yaitu:
1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas
Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC mengandung 40
mg dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per oral
selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut:
Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB
2. Artesunat Amodiakuin
Kemasan artesunat amodiakuin yang ada pada program pengendalian malaria
dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan 4 tablet
amodiakuin 150 mg.
A. Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.

13

1. Pengobatan Malaria falsiparum dan Malaria vivaks


Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks,
sedangkan obat primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari
pertama saja dengan dosis 0,75 mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Lini pertama pengobatan malaria falsiparum dan
malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
Lini pertama
ACT+Primakuin
Tabel 1. Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut berat badan
dengan DHP dan Primakuin

Hari

jenis obat

1-3.

DHP
primakui

jumlah tablet per hari menurut berat badan


11-17
18-30

41-

60

5kg
0-1

6-10 kg
2-11

kg
1-4

kg
5-9

31-40kg
10-14

59kg
15

kg
15

bulan
1/4

bulan
1/2.

tahun
1

tahun
1 1/2

tahun
2

tahun
3

tahun
4

1 1/2

Tabel 2 pengobatan lini pertama malaria vivaks menurut berat badan


dengan DHP dan primakuin

Hari

jenis obat

jumlah tablet per hari menurut berat badan


11-17 18-30

41-

5kg
0-1

6-10 kg
2-11

kg
1-4

kg
5-9

31-40kg
10-14

59kg
15

60 kg
15

bulan

bulan

tahun

tahun

tahun

tahub

tahun
14

1-3.

DHP
primakui

1/4.

1/2.

1 1/2

1/4.

1/2

3/4.

Dosis obat
Dihydroartemisin = 2-4 mg/kgBB
Piperakuin = 16-32 mg/KgBB
Primakuin = 0.75mg/kgBB (P falciparum untuk hari 1)
Primakuin = 0.25 mg/kgBB (p. Vivax selama 14 hari)
Keterangan :
Sebaiknya dosis pemberian DHA + PPQ berdasarkan berat badan. Apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat
berdasarkan kelompok umur.
1. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
2. Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
3. Apabila pasien P. falciparum dengan BB >80 kg datang kembali
dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan Sediaan Darah
masih positif P. falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan
menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
Tabel 3 Pengobatan Lini pertama Malaria falsiparum menurut berat badan
dengan Artesunat+ Amodiakuin dan Primakuin

Hari

jenis obat

Artesunat
amodiakui
1-3.

jumlah tablet per hari menurut berat badan


11-17 18-30

41-

50-

5kg
0-1

6-10 kg
2-11

kg
1-4

kg
5-9

31-40kg
10-14

49kg
15

59kg
15

60kg
15

bulan
1/4.

bulan
1/2.

tahun
1

tahun
1 1/2

tahun
2

tahub
3

tahun
4

tahun
4

1/4.

1/2.

01-Jan

1 1/2

4
15

Primakuin

3/4.

1 1/2

Tabel 4. Pengobatan Lini Pertama Malaria vivaks menurut berat badan


dengan Artesunat+ Amodiakuin dan primakuin

Hari

jenis obat

Artesunat
amodiakui
1-3.
Jan-14

n
Primakuin

jumlah tablet per hari menurut berat badan


11-17 18-30

41-

50-

5kg
0-1

6-10 kg
2-11

kg
1-4

kg
5-9

31-40kg
10-14

49kg
15

59kg
15

60kg
15

bulan
1/4.

bulan
1/2.

tahun
1

tahun
1 1/2

tahun
2

tahub
3

tahun
4

tahun
4

1/4.

1/4.

1/2.
1/4.

1 1/2
1/2.

2
3/4.

3
1

4
1

4
1

Dosis obat:
Amodiakuin basa= 10mg/kgBB dan
Artesunat=4mg/kgBB
Primakuin = 0,75mg/kgBB
(P. falciparum untuk hari I)
Primakuin = 0,25 mg/kgBB
(P. vivax selama 14 hari)
b. Lini Kedua untuk Malaria falsiparum
Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
Pengobatan lini kedua Malaria falsiparum diberikan jika pengobatan lini pertama
tidak efektif, dimana ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit
aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).

Tabel 5. Pengobatan Lini kedua untuk malaria falsiparum (dengan obat


kombinasi Kina dan Doksisiklin)

16

jumlah tablet per hari menurut berat badan


11har
i

jenis obat

1-

kina
Primakui

3.

17

18-30

>60k

5kg

6-10 kg

kg
1-4

kg

31-33

0-1

2-11

tahu

5-9

10-14

bulan
sesuai

bulan

tahun
3x1

tahun

BB

3x

3x1

1/2

1/4.

3/4.

1 1/2

34-40

41-45

46-60

15

15

10-14

tahun

tahun 15
3x 2

3x1

3x2

3x 2 1/2

1/2

3x3

Tabel dosis Doksisiklin


jumlah tablet per hari menurut berat badan
2045Hari

HARI

jenis obat

5kg
0-1

6-19kg
2bulan-8

29kg
>8tahu

30-44kg
10-14

59kg
15

60kg
15

bulan

tahun

n
2x25m

tahun

tahun
2x75m

tahun
2x100m

Doksisikli

1-7
n
g
2x50mg
Catatan: dosis kina diberikan sesuai BB (3x10mg /kgBB/hari)

Dosis doksisiklin 3.5 mg/kg BB/hari diberikan 2x sehari (>15tahun)


Dosis Doksisiklin 2.2 mg/kgBB/hari diberikan 2xsehari (8-14 tahun)

Tabel 6 Pengobatan Lini Kedua untuk Malaria falsiparum (dengan obat


kombinasi Kina dengan Tetrasiklin)
hari

jenis obat

jumlah tablet per hari menurut berat badan


115kg
0-1

6-10kg
2-11

17kg
1-4

18-30
5-9

31-33
10-14

34-40
10-14

41-45
15tahu

46-60
15tahu

17

>60kg
15

HARI
1-7
HARI
1

Kina

bulan
sesuai

bulan

tahun

tahun

BB

3x1/2

3x1
3/4.

tahub

tahun

tahun

3x 1 3x 1 1/2

3x2

3x 2 1/2

3x 2 1/2

3x3

1 1/2

Primakui
n

Tabel 7 dosis tetrasiklin


jumlah tablet per hari menurut berat badan
1118Hari

jenis obat

5kg

6-10kg

17kg

30kg
5-

31-40kg

41-49kg

50-59kg

60kg

0-1

2-11

1-4

8tahu

>8-

>15tahu

15tahu

15

bulan

tahun

n
3x

14tahun
1 4x125m

n
4x125m

n
4x250m

tahun
4x250m

3x1/2

3x1

1/2

HARI

Tetrasikli

bulan
sesuai

1-7

BB

Catatan: dosis tetrasiklin 4mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari


Tidak diberikan pada anak umur <8tahun
Oleh karena doksisiklin dan tetrasiklin tidak dapat diberikan pada ibu hamil mak
sebagi penggantinya dapat di pakai Klindamisin yang tersedia di Puskesmas
Tabel 8 Dosis Klindamisin pada anak
jumlah tablet per hari menurut berat badan
1118Hari

HARI
1-7

jenis obat

46-

5kg

6-10kg

17kg

30kg
5-

31-33kg

34-40kg

41-45kg

60kg

0-1

2-11

1-4

9tahu

10-

10-

15tahu

15

bulan

bulan

tahun

14tahun

14tahun

tahun

klndamisi
n
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
2x
Dosis anak anak 10mg/kgbb/kali diberikan 2x sehari perkapsul Klindamisin
basa 150mg dan 300 mg

18

c. lini kedua untuk malaria vivaks


Kina+primakuin
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivaks yang tidak respon
terhadap pengobatan ACT

Tabel 9 Pengobatan Lini Kedua Malaria Vivaks


jumlah tablet per hari menurut berat badan
1118hari

jenis obat

HARI

Kina
1-7
hari 1- Primakui
14

46-

5kg

6-10kg

17kg

30kg
5-

31-33kg

34-40kg

41-45kg

60kg

60kg

0-1

2-11

1-4

9tahu

10-

10-

15tahu

15

15

bulan
sesuai

bulan

tahun

n
3x1

14tahun

14tahun

tahun

tahun

BB

3x1/2

3x1

1/2

3x1

3x2

3x2 1/2

3x2 1/2 3x3

1/4.

1/2.

3/4.

3/4.

(d) pengobatan malaria vivaks yang relaps


Dugaan relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin dosis
0.25mg/kgBB/hari sudah diminum selam 14 hari dan penderita sakit kembali
dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 minggu sampai 3 bulan setelah
pengobatan.
Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan lagi regimen ACT
yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatakan menjadi 0.5 mg/kgBB/hari
2. Pengobatan Malaria ovale
a. Lini Pertama untuk Malaria ovale

19

Pengobatan Malaria ovale saat ini menggunakan Artemisinin Combination


Therapy (ACT), yaitu Dihydroartemisinin Piperakuin (DHP) atau Artesunat +
Amodiakuin. Dosis pemberian obatnya sama
dengan untuk malaria vivaks
b. Lini Kedua untuk Malaria ovale
Pengobatan lini kedua untuk malaria ovale sama dengan untuk malaria vivaks
3. Pengobatan Malaria malariae
Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali per hari selama 3 hari,
dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan
primakuin
4. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivaks/P. ovale dengan ACT. Pada
penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin
dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Tabel 10. Pengobatan onfeksi campur P.falciparum + P.vivax/P ovale dengan
DHP
jumlah tablet per hari menurut berat badan
1118Hari

1-3.

jenis obat

DHP
Primakui

5kg

6-10kg

17kg

30kg
5-

31-40kg

41-59kg

60kg

0-1

2-11

1-4

9tahu

10-

10-

15tahu

bulan
1/4.

bulan
1/2.

tahun
1

n
1 1/2.

14tahun
2

14tahun
3

n
4

1-14.
n
1/4.
1/2.
3/4.
1.
1.
Tabel 11 Pengobatan infeksi campur P/falciparum + P.vivax/P ovale dengan
Artesunat + Amodiakuin
Hari

jenis obat

jumlah tablet per hari menurut berat badan


20

1-3.

Aretesunat
Amodiakui

1-14.

11-

18-

5kg

6-10kg

17kg

30kg
5-

31-40kg 41-59kg 60kg

0-1

2-11

1-4

9tahu

10-

10-

15tahu

bulan
1/4.

bulan
1/2.

tahun
1

n
2.

14tahun
3.

14tahun
4.

n
4.

1/4.

1/2.

1.

2.
1/4.

3.
1/2.

4.
3/4.

4.
1

5. pengobatan infeksi campur P/falciparum + p. Malariae


Infeksi antara p.falciparum dengan p. Malariae diberikan regimen ACT selama 3
hari dan primakuin pada hari 1.
H. Prognosis
Bergatung kepada pengobatan yang diberikan. Pada malaria tropika (yang
disebabkan oleh P.falciparum) dapat timbul komplikasi yang berbahaya yang di
sebut Black water fever (hemoglobinuric fever) dengan gagal ginjal akut(1

DAFTAR PUSTAKA
1. U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES National
Institutes of Health National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
Understanding Malaria Fighting an Ancient Scourge. NIH Publication No.
07-713.9 February 2007
2. Charles Ochero Cornelioa and Oromo Francis Seriano.Malaria in South
Sudan 1: introduction and pathophysiology. Southern sudan medical
journal vol 4. No 1. February 2011
3. Zama et al. Prevalence of malaria parasitaemia and methaemoglobin levels
Among blood donors in sokoto, nigeria. internal medicine inside 2013,
4. Natadisastra,Djaenuddin& Agoes,Ridad.Parasitologi Kedokteran;ditinjau
dari oran tubuh yang diserang.EGC.Jakarta.2012.P:214-215
21

5. Arsin,Andi A. Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi.


Masagena Press.2012
6. WHO. World malaria report : 2011. Geneva.2011
7. Pat dale, neil sipe, sugi anto, bangkit hutajulu, ermi ndoen, meisy
papayungan,akhmad saikhu and y tri prabowa Southeast asian j trop med
public health vol 36 no. 1 malaria in indonesia: a summary of recent
research into its environmental relationships, january 2005
8. David Attwood. Malaria in South Sudan 2: clinical features and diagnosis.
Southern sudan medical journal vol 4. No 1. February 2011
9. Pedoman Tatalaksana Malaria. Depke RI
10. Buletin jendela data & informasi kesehatan, volume 1, epidemiologi
malaria di indonesia.2011
11. The prescriber promoting rational use of drugs and correct case
management in basic health services
12. Published by unicefs programme division in cooperation with the world
health organization
13. Charles Ochero Cornelio. Malaria in South Sudan 3: laboratory diagnosis.
Southern sudan medical journal vol 4. No 1. February 2011
14. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009
15. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI.Imu Kesehatan Anak 2.
Infomedika.Jakarta:1985

22

Anda mungkin juga menyukai