Kehamilan, persalinan, dan menjadi seorang ibu merupakan peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita. Namun, sebagaimana tahap transisi lain dalam fase kehidupan, peristiwa itu dapat pula menimbulkan stres (Reeder et al., 2011). Bagi seorang ibu primigravida yang pertama kali menghadapi kehamilan, ketika menghadapi proses persalinan cenderung mengalami kecemasan. Hal ini dikarenakan proses persalinan adalah sesuatu hal baru yang akan dialaminya (Musbikin, 2006). Kecemasan merupakan respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, ditandai dengan simptom-simptom tubuh, ketegangan fisik dan ketakutan pada hal-hal yang akan terjadi (Liftiah, 2009). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, derajat kesehatan ibu dan anak di indonesia masih perlu ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup sedangkan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang harus dicapai adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga sebesar 110/100.000 Kelahiran Hidup. Penyebab langsung kematian ibu antara lain preklampsia 28 %, perdarahan 28 %, infeksi 11 %, partus lama 5 % dan abortus 5 % (Depkes, 2010).
Menurut Kemenkes dalam Larasati (2012) salah satu faktor penyebab
tingginya AKI adalah kondisi emosi ibu hamil selama kehamilan hingga kelahiran bayi. Hal tersebut berkaitan dengan kecemasan yang dialami ibu selama kehamilan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan menanggulangi angka kematian ibu yang masih tinggi adalah dengan mencegah terjadinya komplikasi persalinan. Komplikasi persalinan tidak saja disebabkan oleh gangguan pada organ tetapi dapat juga karena gangguan psikologi. Faktor psikologi dapat berupa stress yang dialami ibu selama kehamilan, yang disebabkan oleh kecemasan dalam menghadapi persalinan (Yuni, 2012). Selama ini dikenal 3 faktor yang memengaruhi kelancaran proses persalinan (primigravida maupun multigravida), yaitu 3P : Power (tenaga), Passage (jalan lahir) dan Passenger (janin) (Manuaba, 2010).. Namun, ternyata ada faktor P lain yang diduga ikut memengaruhi kelancaran proses persalinan, yaitu Psycho (kejiwaan) dan Psycian (Penolong) (Sumarah, 2009). Kecemasan lebih sering dialami oleh primigravida terutama pada trimester akhir. Primigravida leboh membutuhkan usahan lebih keras untuk beradaptasi terhadap kondisi baru yang dialami. Kecemasan terutama berkaitan dengan proses dan nyeri persalinan yang akan dialami (Natalia, 2008). Ketakutan dan kecemasan yang berlebih (distress) merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan. Beberapa mekanisme biologi dapat menjelaskan hubungan antara kecemasan yang berlebihan (distress) dengan lama persalinan. Kecemasan yang berlebihan (distress) akan merangsang sekresi epinefrin dan kortisol yang nantinya akan berpengaruh terhadap kontraksi uterus dan dilatasi serviks,
peningkatan kadar epinefrin dan kortisol akan berpotensi menyebabkan turunnya
kontraksi sehingga persalinan berlangsung lama (Salmah, 2006). Kecemasan pada ibu bersalin apabila tidak ditangani secara serius akan membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu dan janin. Ibu yang mengalami kecemasan atau stress, akan mempengaruhi hipotalamus untuk merangsang kelenjar endokrin yang mengatur kelenjar hipofise (Suliswati, 2005). Reaksi ini menyebabkan peningkatan produksi hormon adrenalin yang mempengaruhi sebagian besar organ tubuh, seperti jantung berdebar, denyut nadi dan nafas yang cepat, keringat berlebihan (Hawari, 2006). Selain itu, juga akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi yang menyebabkan gangguan darah ke rahim, sehingga oksigen yang diterima janin akan berkurang atau terganggu. Kejadian tersebut menyebabakan ketegangan pada otot-otot jalan lahir sehingga persalinan menjadi lama I memanjang, selain itu janin dapat mengalami kegawatan (fetal-distress) (Hawari, 2006). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPM Farida Hajri Surabaya Surabaya, pada tahun 2014 terdapat ____ kasus perdarahan partus lama dari ____ ibu bersalin atau sebanyak ____ (%), sedangkan pada tahun 2015 terjadi sebanyak ____ kasus perdarahan partus lama dari ___ ibu bersalin atau sebanyak ____ (%). Melihat potensi terjadinya partus lama pada ibu primigravida yang timbul dari kecemasan yang berlebihan (distress) selama persalinan, maka penulis
tertarik melakukan penelitian tentang hubungan anatara kecemasan pada ibu
primigravida dengan lama persalinan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Hubunga Kecemasan Ibu Primigravida Dengan Lama Persalinan Kala 1 Fase Aktif di BPM Farida Hajri Surabaya Surabaya, 1.3 Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Kecemasan Ibu Primigravida Dengan Lama Persalinan Kala 1 Fase Aktif 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kecemasan pada ibu primigravida di BPM Farida Hajri Surabaya Surabaya, 2. Mengidentifikasi lama persalinan kala 1 fase aktif pada ibu primigravida di BPM Farida Hajri Surabaya Surabaya, 3. Menganalisa hubungan kecemasan ibu primigravida dengan persalinan kala 1 fase aktif di BPM Farida Hajri Surabaya Surabaya, 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang kebidanan khususnya dalam lingkup persalinan dan sebagai salah satu acuan bagi peneliti berikutnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada pemerintah dan instansi terkait dalam menentukan prioritas perencanaan dan arah kebijakan dalam program MDGs.