Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinary Track Infections (UTI) adalah istilah
umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Dari sudut pandang
mikrobiologi, Urinary Track Infections (UTI) terjadi bila mikroorganisme patogen
dideteksi di urin, uretra, bladder, ginjal, atau prostat. Umumnya, pertumbuhan >105
organisme/ml dari sediaan urin mid stream yang bersih mengindikasikan suatu infeksi.
Tetapi, seringkali pada UTI yang sebenarnya, pada pasien-pasien yang simtomatis,
jumlah yang lebih kecil telah dapat dikatakan sebagai infeksi (10 2-104 organisme/ml),
atau pada sampel yang berasal dari aspirasi supra pubis atau dari sampel yang diambil
dari kateter. Sebaliknya, pada midstream urin yang terkontaminasi, jumlah koloninya bisa
>105 /ml. Infeksi yang rekuren setelah terapi antibiotik dapat disebabkan oleh strain
bakteri yang persisten, atau karena reinfeksi oleh strain yang baru. Infeksi rekuren oleh
strain yang sama dalam waktu 2 minggu terapi dapat disebabkan oleh infeksi ginjal atau
prostat yang relaps atau koloni di vagina atau usus yang persisten yang menyebabkan
reinfeksi blader. Dysuri,urgensi dan frekuensi yang tidak diikuti bakteriuria menunjukkan
acute urethral syndrome.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi saluran kemih
Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra.
System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh. Ginjal berfungsi
untuk membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih lainnya berfungsi untuk
mengekskresikan atau mengeliminasi urin. Sel-sel tubuh memproduksi zat-zat sisa seperti
urea, kreatinin dan ammonia yang harus diekskresikan dari tubuh sebelum terakumulasi
dan menyebabkan toksik bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk regulasi
volume darah tubuh, regulasi elekterolit yang terkandung dalam darah, regulasi
keseimbangan asam basa, dan regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran kemih
bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra
merupakan saluran kemih bagian bawah

.
Gambar 1. Struktur saluran kemih manusia
2

Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang
berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang
dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang membentuk beberapa
kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke
ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung kemih.

Gambar 2. Gambar anatomi ginjal


Ureter adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari
pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewas panjangnnya kurang lebih
25-30 cm dan diameternya 2 4 mm. Dindingnnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh
sel transisional, otot polos sirkuler dan otot polos longitudinal. Kontraksi dan relaksasi
kedua otot polos itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltik ureter untuk
mengalirkan urine kedalam buli buli. Ureter membentang dari pielum hingga buli buli
dan secara anatomis terdapat beberapa tempat yang diameternya lebih sempit dari pada
tempat lain. Tempat penyempitan itu antara lain adalah (1) pada perbatasan antar pelvis
renalis dan ureter atau pelvi ureter junction (2) tempat saat ureter menyilang arteri iliaka
di rongga pelvis dan (3) pada saat ureter masuk ke buli buli. Ketiga tempat
penyempitan itu batu atau benda lain yang berasal dari ginjal sering kali tesangkut. Ureter
masuk ke buli buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli-buli (intramural);
keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urin daro buli-buli ke ureter atau
3

refluks vesiko ureter pad saat buli-buli berkontraksi. Untuk kepentingan pembedahaan
ureter di bagi menjadi dua yaitu ureter pars abdominalis, yang membentang mulai dari
pelvis renalis sampai menyilang vasa ilaka dan ureter pars pelvika yang membentang dari
persilangannya dengan vasa iliaka sampai muaranya di buli-buli.
Buli buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri dari 3 lapis
otot detrusor yang saling beranyaman, yaitu (1) terletak paling dalam adalah otot
longitudinal, (2) ditengah adalah otot sirkuler, (3) paling luar merupakan otot
longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel transisional yang sama seperti pada mukosa
pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang di sebut trigonum buli-buli.
Secara anatomis vesika urinaria terdiri atas 3 permukaan yaitu (1) permukaan superior
yang berbatasan dengan rongga peritoneum (2) dua permukaan inferiolateral dan (3)
permukaan posterior. Vesika urinaria berfungsi menampung urine dari ureter dan
kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisma miksi. Dalam menampung
urine vesika urinaria mempunyai kapasitas maksimal yang volumennya untuk orang
dewasa kurang lebih 300-450 ml; sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut
formula dari Koff : Kapasitas buli buli = (umur (tahun) + 2) x 30 ml. Pada saat kosong, bulibuli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis
sehingga dapat di palpasi dan perkusi. Buli-buli yang terisi penuh memberikan
rangsangan pada saraf aferen dan mengaktifkan pusat miksi di medula spinalis. Hal ini
akan mengakibatkan kontraksi otot detrusor,terbukanya leher buli-buli dan relaksasi
sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi

.
Gambar 3. Anatomi vesica urinaria
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan
luar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki,
sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba
dengan panjang kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis.
Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra
membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena
hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara
labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris.1
.

Gambar 4. Vesika urinaria dan uretra pada perempuan dan laki-laki


Kelenjar prostat adalah organ genetalia pria yang terletak disebelah
inferior buli buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti
buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20g. Prostat
menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat.
Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk
kemudian di keluarkan bersama cairan semen yan lain pada saat ejakulasi. Rangsangan
parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat, sedangkan rangsangan
simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat kedalam uretra posterior pada saat
ejakulasi.
Testis adalah organ genetalia pria yang pada orang normal jumlahnya ada dua
yang masing-masib terletak di dalam skrotum kanan dan kiri. Bentuknya ovoid dan pada
orang deawasa 4 x 3 x 2,5 cm. kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika
albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdepat tunika vaginalis
yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietali serta tunika dartos. Otot kremaster yang
berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen
untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil. Di dalam tubulus seminiferus
terdapat sel spermatogonia dan sel sertoli, sedangkan di antara tubuli seminiferi terdapat
sel leydig. Sel spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel sertoli berfugsi memberi
makan pada bakal sperma, sedangkan sel leydig atau di sebut sel interstisial testis
6

berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel spermatozoa yang diproduksi di


tubulus seminiferus testis disimpan dan mengalami maturasi di epididimis, setelah mature
sel spermatozoa bersama getah bening dari epididimis dan vas deferens disalurkan
menuju ampula vas deferens. Sel itu setelah bercampur dengan cairan dari epididimis, vas
deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan mani atau semen.
Epididimis adalah organ yang berbentuk seperti sosis terdiri atas kaput, korpus,
dan kauda epididimis. Korpus epididimis dihubungkan dengan testis melalui duktuli
eferentes. Sel spermatozoa setelah diproduksi di dalam testis dialirkan ke epididimis. Di
sini spermatozoa mengalami maturasi sehingga menjadi motil (dapat bergerak) dan
disimpan di dalam kauda epididimis sebelum dialirkan ke vas deferens
Vas deferens adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30-35 cm,
bermula dari kauda epididimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior.
Duktus deferens dibagi menjadi beberapa bagian yaitu (1) pars tunika vaginalis, (2) pars
skrotalis, (3) pars inguinalis, (4) pars pelvikum, dan (5) pars ampularis. Duktus ini terdiri
atas otot polos yang mendapatkan persarafan dari sistem simpatik sehingga dapat
kontraksi untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke uretra posterior.
Vesikula seminalis terletak di dasar buli-buli dan di sebelah kranial dari kelenjar
prostat. Panjangnya kurang lebih 6 cm berbentuk sakula-sakula. Vesikula seminalis
menghasilkan cairan yang merupakan bagian dari semen. Cairan ini di antaranya adalah
fruktosa,berfungsi dalam memberi nutrisi pada sperma.
Penis terdiri dari 3 buah korpora yang berbentuk silindris yaitu 2 buah korpora
kavernosa yang saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada di
sebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibroelastik tunika
albuginea sehingga merupakan satu kestuan, sedangkan di sebelah proksimal terpisah
menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krus penis dibungkus oleh otot ishio-kavernosus
yang kemudian menempel pada rami osos ischii. Korpus spongiosum mebungkus uretra
mulai dari diafragma urogenitalis hingga muara uretra eksterna. Sebelah proksimal
korpus spongiosum dilapisi oleh otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini berakhir
7

pada sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga korpora yaitu dua buah korpora kavernosa
dan sebuha korpus kavernosum dibungkus oleh fasia Buck dan lebih superfisial lagi oleh
fasia Colles atau fasia Dartos.1
2.2 DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah adanya infeksi ( pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih meliputi infeksi pada parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kencing dengan jumlah bakteriuria yang bermakna2,3.
Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau
kontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam keadaan
normal,urin baru dan segar adalah steril. Bakteriuria bermakna yaitu bila ditemukan
jumlah koloni > 105/ml spesies yang sama pada kultur urin dari sampel mid-stream. Ini
merupakan gold standard untuk diagnostik ISK3
2.3 EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal.
ISK masih merupakan infeksi bakterial yang paling sering terjadi pada anak .
Pada tahun pertama kehidupan insidens ISK pada laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan, dengan rasio laki-laki : perempuan adalah 3-5 : 1. Dalam 1-2 tahun
perempuan lebih banyak dengan rasio laki-laki : perempuan = 1 : 10. Antara usia 1-5
tahun prevalensi bakteriuria pada perempuan meningkat 4,5%, sedangkan laki-laki turun
menjadi 0,5%. Infeksi pada anak laki-laki sering berkaitan dengan kelainan kongenital
saluran kemih. Jacobson dkk tahun 1995 melakukan studi kolaborasi di Swedia, insidensi
ISK pada usia hingga 2 tahun 1,5% laki-laki dan 1,7% perempuan. Kejadian ISK pertama
paling tinggi pada usia 1 tahun. Angka kekambuhan pada wanita 30% dalam 1 tahun dan
50% dalam 5 tahun, pada pria hanya 15% dalam 1 tahun pertama dan jarang di atas usia 1
8

tahun .Risiko untuk berkembangnya ISK sebelum usia 14 tahun kira-kira 1% pada lakilaki dan 3-5% pada anak perempuan. Insiden bervariasi sesuai umur.4
Pada usia beberapa bulan dan usia lebih dari 65 tahun, perempuan
cenderungmenderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang
dilaporkan,.
Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat
menjadi 14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik,
bakteriuria didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%. Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 35% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur
kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%. 5
2.4 ETIOLOGI
Bermacam-macam mikroba dapat menginfeksi traktus urinarius, tetapi yang
paling sering adalah gram-negatif bacili. Escherichia coli menyebabkan ~80% infeksi
akut pada pasien-pasien tanpa kateter, kelainan-kelainan urologi, atau batu. Batang gramnegatif lainnya, terutama Proteus dan Klebsiella dan adakalanya Enterobacter, sedikit
menyebabkan ISK tipe sederhana. Organisme tersebut, Serratia dan Pseudomonas, sering
menyebabkan infeksi rekuren dan infeksi yang berhubungan dengan tindakan urologi,
batu, atau obstruksi. Sering menyebabkan infeksi nosokomial, infeksi karena pemasangan
kateter. Proteus spp., berdasarkan atas produksi urease, dan Klebsiella spp., melalui
produksi slime ekstraselular dan polisakarida, menjadikan predisposisi pembentukan
batu dan sering diisolasi dari pasien dengan batu ginjal.3,4
Kokus gram negatif jarang menyebabkan UTI. Tetapi, Staphylococcus
saprophyticus, ditemukan pada 10 15 % dari UTI akut symptomatik pada wanita muda.
Enterokokkus adakalanya menyebabkan akut uncomplicated (ISK tipe sederhana) sistisis
pada wanita. Yang lebih sering lagi, enterokokkus dan Staphylococcus aureus
menyebabkan infeksi pada pasien dengan batu ginjal atau riwayat instrumentasi atau
9

riwayat pembedahan. Isolasi Staphylococcus aureus dari urin menunjukkan kecurigaan


adanya infeksi bakteri pada ginjal.
Pada sepertiga wanita dengan dysuri dan frekuensi ditemukan bakteri yang positif
yang signifikan pada pemeriksaan kultur urin midstream atau malah kultur yang negatif
dan dinyatakan mendapat sindrom uretra. nya pyuria, sementara tidak mendapatkan
pyuria dan sedikit bukti infeksi. Pada wanita dengan pyuria, 2 kelompok patogen yang
sering. Jumlah sedikit (102 to 104 /mL) bakteri uropatogen yang tipikal seperti E. coli, S.
saprophyticus, Klebsiella, atau Proteus ditemukan di spesimen midstream urine pada
kebanyakan wanita ini. Bakteri ini kemungkinan penyebab infeksi karena biasanya
bakteri ini yang dapat diisolasi dari aspirasi supra pubik, berhubungan dengan pyuria, dan
berespon dengan antibiotiknya. Pada kelompok wanita lain dengan akut urinari symptom,
pyuria, dan urin yang steril (walaupun dari aspirasi supra pubik), etiologi yang penting
adalah Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, dan herpes simplex virus.
Biasanya ditemukan pada wanita muda yang sexually active dengan pasangan yang
sering berganti-ganti.4
Beberapa bakteri yang jarang, tidak sering ditemukan seperti Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis, Adenoviruses, Candida.

Gambar 5. Daftar etiologi ISK

10

2.5 FAKTOR PREDISPOSISI


Prevalensi infeksi asimptomatik meningkat mencapai 30 %, baik laki-laki maupun
wanita bila disertai faktor predisposisi seperti:2

Gambar 6. Faktor predisposisi ISK


ISK tipe sederhana (uncomplicated) lebih sering pada wanita , dikarenakan
hubungan dengan faktor presipitasi dasar faktor lokal.
1. Faktor presipitasi
a. Uretra lebih pendek
b. Trauma pada daerah uretra anterior selama partus dan senggama
c. Kontaminasi transperineal dari rektum (anus)
d. Pengaruh progesteron selama kehamilan dan pemakaian kontrasepsi
menyebabkan hidroureter dan hidropelvis.
2. Faktor lokal
a. Jumlah minum dan miksi
b. Mekanisme pertahanan epitel kandung kemih
c. Mekanisme humoral kandung kemih
d. Wanita tidak mempunyai cairan prostat yang bersifat bakteriostatik
e. Virulensi mikroorganisme
i. Mikroorganisme yang mempunyai antigen k lebih virulen
ii. E.coli dengan p-fimbriae sangat patogen.
11

ISK tipe sederhana (uncomplicated) jarang berakhir dengan penurunan faal ginjal
kronis atau terminal.2,4,5
2.6 PATOGENESIS
Introitus vagina dan uretra distal normalnya didiami oleh dipteroid, streptocokal,
lactobacili dan staphilokokkal, tetapi bukan oleh basil enterik gram negatif. Pada wanita
yang gampang terkena sistitis, enterik gram negatif, yang biasanya ada diusus besar
berkoloni di introitus, periuretra dan distal uretra sebelum episode bakteriuria.
Penyebabnya diduga karena flora normal yang berkurang, infeksi genital, kontrasepsi,
produksi H2O2 oleh laktobasili yang berkurang, hubungan seks, selain juga virulensi agen
dan faktor immunologi host.
Biasanya bakteri pada kandung kemih dapat dieliminasi oleh proses berkemih dan
efek dilusi dari urin sendiri. Konsentrasi urea dan osmolaritas yang tinggi dapat
membunuh bakteri. Sekret dari prostat dapat memiliki efek antibakteri.
ISK sering disebabkan mikroorganisme saluran cerna (enterobacteriacae),
berkembang biak (kolonisasi) didaerah introitus vagina dan uretra anterior dan masuk
kedalam kandung kemih selama miksi.Terdapat beberapa rute masuk bakteri ke saluran
kemih. Pada umumnya, bakteri di area periuretra naik atau secara ascending masuk ke
saluran genitourinaria dan menyebabkan ISK1,2,3 Sebagian besar kasus pielonefritis
disebabkan oleh naiknya bakteri dari kandung kemih, melalui ureter dan masuk ke
parenkim ginjal. Kejadian ISK oleh karena invasi MO secara ascending juga dipermudah
oleh refluks vesikoureter. Pendeknya uretra wanita dikombinasikan dengan kedekatannya
dengan ruang depan vagina dan rektum merupakan predisposisi yang menyebabkan
perempuan lebih sering terkena ISK dibandingkan laki-laki3,4
Penyebaran secara hematogen umumnya jarang, namun dapat terjadi pada pasien
dengan immunocompromised dan neonatus. Staphylococcus aureus, Spesies Candida, dan
Mycobacterium tuberculosis adalah kuman patogen yang melakukan perjalanan melalui
darah untuk menginfeksi saluran kemih4
12

Penyebaran limfatogenous melalui dubur, limfatik usus, dan periuterine juga


dapat menyebabkan invasi MO ke saluran kemih dan mengakibatkan ISK. Selain itu,
invasi langsung bakteri dari organ yang berdekatan ke dalam saluran kemih seperti pada
abses intraperitoneal, atau fistula vesicointestinal atau vesikovaginal dapat menyebabkan
ISK3.
Sedangkan faktor Host yang dapat mempengaruhi munculnya ISK
1. Mekanisme wash out
2. Derajat pH urin rendah
3. Ureum dalam urin
4. Osmolalitas urin yg cukup tinggi
5. Estrogen pada wanita produktif
6. Panjang uretra pada pria
7. Antibakteria pada kelenjar prostat
8. Uromukoid (protein Tamm-Horsfall)

2.7 KLASIFIKASI
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:

Infeksi Saluran Kemih Atas


Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi
menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis
lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri sendiri
tidak pernah ditemukan di klinik4.
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang
jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler
glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan
13

radiologik3,4. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih sering
ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA biasanya disertai
hipertrofi prostat4.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder
mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri
(immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainankelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif.
Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis
kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi berasal
dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau
bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah
terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut
mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK,
nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam
patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering ditemukan
pembentukan jaringan ikat parenkim5.

Infeksi Saluran Kemih Bawah


Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis,
serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada perempuan
biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa sistitis,
prostatitis, epidimitis, dan uretritis4.
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang
selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya
ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA
(pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type).
Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk
14

ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam
pengelolaannya4,5.
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang
(recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit dari
saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe berkomplikas,
dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor predisposisi4.
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi
mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA disebabkan
oleh MO anaerobik1,4.
Klasifikasi diagnosis Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari
panduan EAU (European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society
of America)2
o

Infeksi Saluran Kemih (ISK)


o ISK non komplikata akut pada wanita
o Pielonefritis non komplikata akut
o ISK komplikata
o Bakteriuri asimtomatik
o ISK rekurens
o Uretritis

Urosepsis

Infeksi Traktus Genitalia Pria


Prostatitis
Epididimitis
Orkhitis

2.8 Manifestasi Klinis

15

Dalam praktek sehari-hari gejala kardinal seperti : disuria, polakisuria, dan


urgensi (terdesak kencing) sering ditemukan pada hampir 90% pasien rawat jalan dengan
ISK akut.
Lokal
Disuria
Polakisuria
Urgensi
Stranguria
Tenesmus
Nokturia
Enuresis nokturnal
Protatismus
Inkontinensia
Nyeri uretra
Nyeri kandung kemih
Nyeri kolik (menyebar)
Nyeri ginjal
Sistemik
Panas badan sampai menggigil
Septikemia dan syok
Perubahan urinalisis
Hematuria
Piuria
Cylusuria
Pneumaturia
Hampir 50% pasien dengan gejala kardinal tersebut tidak disertai bakteriuria
bermakna (signifikan baceriuria), dikenal sebagai sindroma uretra akut (SUA). Sindroma
uretra akut atau istilah lama sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi
mikroorganisme sebagai penyebabnya.6
16

Sistitis akut
Pasien dengan sistitis biasanya datang dengan gejala disuria, frekuensi, urgensi,
dan nyeri suprapubik. Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi
kemerahan (eritrema), edema, dan hipersensitif sehingga jika buli-buli terisi urine, akan
mudah terangsang untuk segera mengeluarkan isinya; hal ini menimbulkan gejala
frekuensi. Kontraksi buli-buli akan menyebabkan rasa sakit/nyeri di daerah suprapubik
dan eritema mukosa buli-buli mudah berdarah dan menimbulkan hematuria. Tidak seperti
gejala pada infeksi saluran kemih bagian atas, sistitis jarang disertai dengan demam,
mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang menurun. Jika disertai dengan
demam dan nyeri pinggang perlu difikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih
sebelah atas.
Pemeriksaan urine berwarna keruh, berbau, dan pada urinalisis terdapat piuria,
hematuria, dan bakteriuria. Pada pemeriksaan urine dari pasien wanita dengan sistitis
hanya ditemukan 102 sampai 104 bakteri/mL urine, keadaan ini tidak dapat terlihat pada
sediaan dengan pewarnaan Gram. Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya ditemukan
nyeri tekan pada uretra atau area suprapubik. Apabila ditemukan adanya lesi di genital
dan duh tubuh vagina, terutama pada kasus dengan jumlah bakteri di kultur urin <
105bakteri/mL, maka patogen yang dapat difikirkan sebagai penyebab yaitu C.
trachomatis, N. gonorrhoeae, Trichomonas, Candida, dan virus herpes simpleks. Bila
ditemukan nyeri di CVA (costovertebral angle) dan manifestasi sistemik yang menonjol,
seperti suhu > 38,30C, mual dan muntah, biasanya mengindikasikan adanya infeksi renal
konkomitan. Tetapi apabila tanda-tanda tersebut tidak ditemukan tidak menjamin bahwa
infeksi hanya terbatas di buli-buli dan uretra.2,6
Pyelonefritis Akut
Gambaran klasik dari pieonefritis akut adalah demam tinggi dengan disertai
menggigil, nyeri di daerah perut dan pinggang, disertai mual, muntah dan diare. Kadangkadang terdapat gejala iritasi pada buli-buli yaitu berupa disuria, frekuensi, atau urgensi.
Selain demam, takikardia, dan nyeri tekan otot generalisata, pada pemeriksaan fisik juga
ditemukan adanya nyeri tekan pada satu atau kedua CVA dengan pemberian tekanan yang
17

cukup dalam atau ditemukan nyeri tekan pada palpasi dalam abdomen. Sebagian besar
pasien memiliki leukositosis yang signifikan dan bakteri dapat dideteksi dengan
pewarnaan Gram. Leukosit cast ditemukan di urine penderita, dan penemuan cast ini
adalah patogonomik. Hematuria ditemukan pada fase akut penyakit; bila hematuria masih
ditemukan walaupun manifestasi infeksi akut telah menghilang maka harus difikirkan
terhadap kemungkinan adanya batu, tumor, atau tuberculosis.
Manifestasi dari pielonefritis akut biasanya berespon terhadap terapi dalam waktu
48 72 jam, kecuali pada individu dengan nekrosis papiler, pembentukan abses, dan
obstruksi urinary. Walaupun gejala sudah menghilang tetapi masih dapat ditemukan
adanya bakteriuria dan pyuria. Pada pielonefritis berat, demam turun dalam jangka waktu
yang lebih lama dan mungkin tidak menghilang dalam beberapa hari walaupun sudah
diberikan terapi dengan antibiotik yang tepat.8

Uretritis
Sekitar 30 % dari wanita dengan disuria akut, gejala frekuensi, dan pyuria,
memiliki hasil kultur dari urin arus tengah (midstream) yang tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri atau pertumbuhan yang sedikit sekali. Secara klinis, wanita dengan
keluhan tersebut tidak dapat dibedakan dengan mereka yang menderita sistitis. Pada
kondisi ini, yang harus dibedakan yaitu antara wanita yang terinfeksi kuman patogen
yang ditularkan melalui hubungan seksual, seperti C. trachomatis, N. gonorrhoeae, atau
virus herpes simpleks, dengan mereka yang terinfeksi E.coli dalam jumlah sedikit atau
infeksi stafilokokus pada uretra dan buli-buli. Infeksi klamidia atau gonokokus dapat
dicurigai pada wanita dengan awitan penyakit yang bertahap, tidak ada hematuria, tidak
ada nyeri suprapubik, dan gejala sudah berlangsung selama > 7 hari. Informasi tambahan
berupa riwayat berganti-ganti pasangan, terutama jika pasangan tersebut memiliki
riwayat uretritis klamidia atau gonococal dan ditemukan servisitis mukopurulen, maka
kecurigaan terhadap infeksi menular seksual makin besar. Gross hematuria, nyeri
suprapubik, dan awitan panyakit yang tiba-tiba atau cepat, lama penyakit < 3 hari, dan
adanya riwayat ISK sebelumnya mengarah kepada diagnosa ISK E. Coli
18

Prostatitis 2,11
Prostatitis menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel-sel radang (paling sering
limfosit) pada stroma prostat didekat asinus kelenjar prostat (Nickel et al 1999). Darch
1971 mengelompokkan prostatitis menjadi 4 (berdasarkan pemeriksaan 4 porsi urin
berdasarkan Meares dan Stamey):

Prostatitis bakteri Akut

Prostatitis bakterial kronik

Prostatitis nonbakterial

Prostatodinia

Dahulu disebut prostatitis saja, sekarang Prostatitis Syndrome karena seringnya


etiologi tidak diketahui sehingga kriteria diagnostik lemah.
Klasifikasi yang baru berdasarkan National Institutes of Health classificationsystem
(1995) menjadi :

NIH kategori I (Prostatitis Bakteri Akut)

NIH kategori II (Prostatitis Bakteri Kronik)

NIH kategori III (Chronic Pelvic Pain Syndromes/ (CPPS))


o NIH kategori IIIa (Inflammatory CPPS)
Ditemukan sel darah putih yang bermakna pada sekresi prostat yang dimasase,
sedimen urin pasca masase atau semen
19

o NIH kategori IIIB (Non inflammatory CPPS)


Tidak ditemukan sel darah putih yang bermakna pada sekresi prostat yang
dimasase, sedimen urin pasca masase atau semen

NIH kategori IV (asimtomatik)

Kuman yang sering ditemukan adalah E. coli, Klebsiella spp, Proteus mirabilis,
Enterococcus faecalis dan Pseudomonas aeruginosa. Jenis kuman yang juga
dapat ditemukan adalah Staphylococci, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis walaupun masih menimbulkan perdebatan.
Gejala dan tanda
Gejala klinis :
Akut
Kronis (minimal 3 bulan menderita)
Paling sering dikeluhkan: NYERI

Prostat/perineum

: 46 %

Skrotum dan atau Testis

: 39 %

Penis

: 6%

Kandung kemih

: 6%

Punggung

: 2%

Sering BAK
Sulit BAK seperti pancaran lemah, mengedan
Nyeri saat BAK/nyeri bertambah saat BAK
20

Diagnosis ditegakkan dengan metoda urin empat porsi (Stamey-Meares)


pemeriksaan ini termasuk kultur urin inisial (VB1), urin porsi tengah (VB2), sekret
prostat pasca masase prostat (EPS), dan urin pasca masase prostat. Walaupun
pemeriksaan metoda urin empat porsi ini masih menjadi pemeriksaan baku emas,
beberapa survey menunjukkan pemeriksaan ini membutuhkan banyak waktu dan lebih
mahal. Saat ini dapat disarankan pemeriksaan metoda dua porsi (urin premasase dan urin
post masase) yang lebih simpel. Urin premasase diambil urin porsi tengan dan urin inisial
10 cc pasca masase prostat.
Pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas dan spesifisitas mencapai 91 %9.
Epididimitisis dan Orkhitis 2,10
Epididimitis adalah peradangan / inflamasi pada epididimis, yang menyebabkan
rasa nyeri dan pembengkakan, biasanya unilateral dan timbul dengan cepat.
Pada beberapa kasus, testis juga terlibat dalam proses inflamasi (epididimoorkhitis). Orkhitis adalah peradangan pada testis, umumnya disebabkan oleh virus dan
juga kadang-kadang melibatkan epididimis.
Kuman patogen

Bakteri

Non spesifik : C. trachomatis

Spesifik

: M. tuberculosa

Virus : mumps

Imunologis : auto imun


21

Diagnosis

Klinis : tanda-tanda inflamasi

Urinalisis, kultur urine

Pengecatan gram dari urine / sekret urethra

Kalau perlu : - Ejakulat analisis


1

Ig. M

Analisa sperma

Gambar 6. Hubungan antara lokasi infeksi saluran kemih dengan keluhan


22

2.9 Pemeriksaan fisik


Gejala dan tanda ISK yang dapat ditemukan berupa demam, nyeri ketok sudut
kosto-vertebral, nyeri tekan supra simfisis, kelainan pada genitalia eksterna, seperti
fimosis, sinekia vulva, hipospadia, epispadia
2.10 Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN DARAH
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkapkan adanya proses
inflamasi atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan laju endap darah, atau
didapatkannya sel-sel muda pada sediaan hapusan darah menandakan adanya proses
inflamasi akut.
Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin
langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum
steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada
daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan
asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan
berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan
penyebab ISK7

23

Gambar 7. Cara melakukan pungsi suprapubik


Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada
cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan
keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin
dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin
yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi
suprapubik.2
Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan
pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup
besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk
persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur falsenegative.

24

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :


1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril
dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering.
Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan
pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina
selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan
kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang.
Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang
dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia
dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan
sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam
wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan
dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.2,5
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril
dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin
25

hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaankering. Jangan memakai larutan
antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan
buka tutupnya sebelum pembersihan selesai
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis
dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi,
lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa
yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam
wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar
wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan
kirim segera ke laboratorium 2
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan
koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat
dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah
penampungan. Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang
diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas,
seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.Bila pengiriman
terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24
jam.2Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari
urin empat porsi yaitu :
26

1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,


2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.2
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK
yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis
dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.5
Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit
dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi
dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil).
Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang
merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitratereductase pada bakteri). Penentuan
nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri patogen
memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat
diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70
98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan negative predictive
value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada
kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak
perlu dilakukan kultur.2
Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan
bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10/ lapang
pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan
27

dengan pemeriksaan kultur.


Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada
pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu
dilakukan pemeriksaan kultur.2
Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin
masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 10 5
koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab
ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah
< 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan
kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 10 3 - 105
koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya
dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian
antibiotika sebelumnya.1,5Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh.
Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa
telah terkontaminasi.2
PENCITRAAN
Pada ISK uncomplicated (sederhana) tidak diperlukan pemeriksaan pencitraan,
tetapi pada ISK complicated (yang rumit) perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan untuk
mencari penyebab/sumber terjadinya infeksi.5
Foto Polos Abdomen. Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu
radio-opak pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada
pielonefritis akuta. Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan
dari bayangan bentuk ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses ginjal.

28

Batu kecil atau batu semiopak kadangkala tidak tampak pada foto ini, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan foto tomografi.
PIV. Adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK
complicated. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis akuta dan
adanya obstruksi saluran kemih; tetapi pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi adanya
hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang fungsinya sangat jelek.
Voiding sistouretrografi. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengungkapkan adanya
refluks vesiko-ureter, buli-buli neurogenik, atau divertikulum uretra pada wanita yang
sering menyebabkan infeksi yang sering kambuh.
Ultrasonografi. Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk
mengungkapkan adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses pada perirenal/ginjal
terutama pada pasien gagal ginjal. Pada pasien gemuk, adanya luka operasi, terpasangnya
pipa drainase, atau pembalut luka pasca operasi dapat menyulitkan pemeriksaan ini.
CT scan. Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK dari pada PIV
atau ultrasonografi, tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relatif mahal.
2.11 Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
Edukasi hidup bersih sangat diperlukan untuk mencegah mumculnya ISK rekuren
dan hidrasi yang cukup untuk clearance tractus urinarius
Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 2,5
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap
untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48 jam. Indikasi
rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal atau
29

toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat
jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta
komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.

30

Gambar 8. Tatalaksana pada pielonefritis


Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut

Kehgagalan untuk mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap


antibiotika oral

Pasien sakit berat atau debilitasi

Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan

Diperlukan investigasi lanjutan

Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi

Komorbiditas seperti kehamilan. Diabetes melitus, usia lanjut

Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)


Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan, pemberian
antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin dengan
natrium bikarbonat 16-20 gram per hari2,4
Pada sistitis akut nonkomplikata, antibiotika yang diberikan antara lain
1. nitrofurantoin 2x100 mg selama 7 hari
2 co-amoxiclav 2x625 mg selama 7 hari
31

3. Kotrimoksazol 2x960 mg selama 3 hari


4. Siprofloxacin 2x250 mg selama 3 hari
Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan
permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram4.
Pada sistisis akut rekurent pada wanita diperlukan antibiotik profilaksis untuk
pencegahan
1. Nitrofurantoin 50mg/hari
2. Kotrimoksazol 240 mg/ hari
3. Jika terjadi infeksi disaat profilaksis, dapat diberikan siprofloxacin 2x250mg selama 7
hari
Pada Uretritis, Penatalaksanaan terapi berdasarkan panduan The Center for Disease
Controland Prevention. Antibiotika yang direkomendasikan untuk N. gonnorrheae
Cefixime 400 mg oral
Ceftriaxone 250 mg IM
Ciprofloxacine 500 mg oral
Ofloxacin 400 mg oral
Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal.
Infeksi gonorrheae sering diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh karena itu perlu
ditambahkan antibiotika anti-chlamydial :
Azithromycin, 1 gr oral (dosis tunggal)
Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari
32

Erythromycine 500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari


Ofloxacin 200 mg oral 2 kali sehati slama 7 hari
Seperti pada penyakit menular seksual lainnya, penatalaksanaan terhadap pasangan
seksual perlu diberikan2
Penanganan kasus ISK pada perempuan hamil dapat diberikan co-amoxiclav,
sefalosporin,atau fosfomisin dosis tunggal. Penanganan pielonefritis pada wanita hamil
dapat diberikan antibiotic IV sampai pasien afebris selama 24 jam kemudian diberikan
terapi oral 10-14 hari
Prostatitis
Prostatitis bakterial akut dapat merupakan infeksi yang serius, dibutuhkan
pemberian AB parenteral dosis tinggi seperti aminoglikosid dan derivat penisillin, atau
sefalosporin generasi ke 3, sampai keadaan membaik atau normalnya parameter tanda
infeksi. Pada kasus yang lebih ringan dapat diberikan fluorokuinolon peroral sedikitnya
10 hari.
Prostatitis bakterial kronis dan Inflamasi CPPS diberikan fluorokuinolon atau
trimetoprim per oral selama 2 minggu sejak diagnosis awal. Kemudian pasien harus
dinilai kembali, dan AB diteruskan jika kultur sebelum terapi positif atau pasien merasa
adanya efek positif terapi. Disarankan periode pengobatan 4 6 minggu2.
Epididimitis dan Orkhitis10
Pemberian antibiotika (Fluoroquinolon atau Doxycylin) selama 2 minggu. Anti
inflamasi dan anti nyeri dapat diberikan untuk mengurangi gejala2
2.12 Komplikasi

33

Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated)
dan ISK tipe berkomplikasi (complicated).
ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil
pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebablan
akibat lanjut jangka lama.
ISK tipe berkomplikasi (complicated)
ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan
diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk
pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG).
Komplikasi emphysematouscystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan
infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis emfisematosa
disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp, dan klostridium tidak
jarang dijumpai pada pasien DM. Pembentukan gas sangant intensif pada parenkim ginjal
dan jaringan nekrosis disertai hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering
disertai syok septik dan nefropati akut vasomotor.5
2.13 Prognosis
Prognosis jangka panjang infeksi saluran kemih biasanya baik, bila segera diobati
dengan adekuat setelah diagnosis ditegakkan. Pengobatan segera pielonefritis bakteri akut
pada hewan dapat mencegah timbulnya jaringan parut ginjal. Tidak tahan dengan cara
yang biasanya memberikan hasil jangka panjang yang menguntungkan ini, anak-anak
dengan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang kambuh seringkali menimbulkan
masalah yang sulit dan mengecewakan dalam pengobatan dan profilaksisnya.
Konsekuensi utama kerusakan ginjal kronis yang disebabkan oleh pielonefritis adalah
hipertensi arterial dan insufiensi ginjal; bila hal ini terjadi maka harus diobati dengan
tepat. Beberapa anak dengan infeksi saluran kemih tidak sering berkemih dan banyak
34

juga yang mengalami konstipasi berat. Penyuluhan kepada orang tua untuk mencoba
menentukan pola berkemih dan defekasi yang lebih normal mungkin bermanfaat dalam
mengembalikan kekambuhan.2

BAB III
KESIMPULAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan bakteriuria patogen bermakna dengan colony forming units per mLCFU/ ml
urin > 105

disertai manifestasi klinik. ISK lebih sering terjadi pada perempuan

dibandingkan laki-laki karena uretra perempuan lebih pendek dibandingkan laki-laki.


Adapun faktor predisposisi ISK antara lain: litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit
ginjal polikistik, DM, nefropati analgesik, senggama, kehamilan, kontrasepsi, dan
kateterisasi.
Sebagian besar ISK disebabkan oleh invasi bakteri Escherichia coli secara
asending ke saluran kemih. Patogenesis ISK dipengaruhi oleh patogenisitas bakteri
(perlekatan mukosa dan faktor virulensi), faktor tuan rumah (host) dan bacterial entry.
ISK terbagi menjadi infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut dan pielonefritis
kronik) serta infeksi saluran kemih bawah (sistitis akut, sistitis kronik, sindrom uretra
akut, uretritis, epididimitis). ISK akut belum menimbulkan kelainan struktural atau
35

radiologis dengan gejala awitan akut seperti demam, nyeri pinggang, nyeri suprapubic,
disuria, polakisuria, stranguria, nokturia. Sedangkan ISK kronik sudah menimbulkan
kelainan struktural atau radiologis dan biasanya kurang bergejala.
Pilihan terapi untuk pasien ISK adalah antibiotik yang sensitif terhadap kuman
patogen penyebab. Penanganan yang dini dan sesuai dapat menghindari komplikasi dan
pasien dapat sembuh sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gill, CB. Bladder anatomy. 2013. Medscape. Avaiable at
http://emedicine.medscape.com/article/1949017-overview. Accesed 16 june 2015
2. Ikatan ahli urologi Indonesia, 2007, Guideline ISK. P 2-10
3. Hasibuan, SN. PENGARUH TOILET TRAINING TERHADAP KEJADIAN ISK
BERULANG PADA ANAK PEREMPUAN USIA 1 5 TAHUN.
UniversitasDiponegoro, 2006. p20-1.
4. Phalevi, MR, Husein IF, Clinical report ISK,Universitas Padjajaran, 2013. p 2-5
5. Ikatan dokter anak Indonesia, Konsesu ISK pada anak, Jakarta, 2011 p 4-5
6. Rubin RH, ShapiroED, Andriole VT, Davis RJ, Stamm WE. General guidelines for the
evaluation of new anti-infective drugs for the treatment of urinary tract infection. Clin Inf
Dis 1992 (15) : S216-27
7. Marin, RJ, Shaik, N. Et al,Suprapubic bladder aspirationN Engl J Med 2014; 371:e13,
p-3-8
8. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B (ed). European
Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male Genital Tract Infections. 2001
9. Ikatan ahli urologi Indonesia, 2007, Guideline ISK. P 19-31
36

10. Ching, C, Epydidimytis, medscape. updated december 2015. Avaiable at


http://emedicine.medscape.com/article/436154-overview#a6. Accesed on june 18 2016
11. Turek, PJ, Prostatitis, Medscape, updated february 11 2016, avaiable at
http://emedicine.medscape.com/article/785418-overview. accesed on june 18 2016

37

Anda mungkin juga menyukai