TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Pengertian
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental
Jenis kecemasan
Adapun jenis-jenis kecemasan menurut Feist, 2010 adalah :
1.
Kecemasan Neurosis (neurotic axiety) adalah rasa cemas akibat bahaya yang
tidak diketahui. Perasaan itu sendiri berada pada ego, tetapi muncul dari
merasa takut pada saat kendaraan kita tiba-tiba tergelincir dan tidak bisa
dikontrol di jalan bebas hambatan yang licin akibat lapisan es.
2.1.3
Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian
sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benarbenar ada. Kholil Lur Rochman, (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari
kecemasan antara lain :
1. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
2. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi
sering juga dihinggapi depresi.
3. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
4. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
5. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
2.1.4
Gangguan Kecemasan
gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau
menimbulkan stres yang nyata.
2.1.4 Tingkatan kecemasan
lapang
persepsi
menyempit,
mampu
memecahkan masalah, face yang baik untuk belajar, dapat fokus pada
hal-hal spesifik.
3) Respon tingkah laku dan emosi seperti perasaan tertantang dan perlu
utuk mengatasi situasi pada dirinya, mampu mempelajari keterampilan
baru.
3. Tingkat Kecemasan berat, ditandai dengan :
1)
Respon fisiologis seperti aktivitas sistem saraf simpatik (peningkatan
epinefrin, tekanan darah, pernafasan, nadi, vasokonstriksi, dan peningkatan
suhu tubuh), diaphoresis, mulut kering, ingin buang air kecil, hilang nafsu
3)
Respon Maladaptif
Respon Adaftif
Antisipasi
Ringan
Sedang
Berat
Panik
2.1.6
Etiologi
Takut
Stress
Peningkatan sekresi
adrenalin
Vasokontriksi
Hipoksia janin
Penurunan
kontraksi uterus
2.1.9
Pentalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kecemasan harus memperhatikan prinsip holistik
2.2
Konsep Persalinan
2.2.1
Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Wiknjosastro, 2008)
Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu.(JNPK KR, 2008)
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng
teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plesenta, ketuban, dan
cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009).
2.2.2
menimbulkan trauma pada serviks (Sumarah, 2009). Kekuatan kontraksi otot rahim
yang normal mempunyai sifat kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk
rahim, fundus dominan menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya sperti memeras
isi rahim (Manuaba, 2010) .
2.2.4.2 Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan (Sumarah, 2009). Dalam proses
persalinan pervaginam janin harus melewati jalan lahir ini (Wiknjosastro, 2008).
2.2.4.3 Passenger (Janin dan Plasenta)
Passanger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal (Sumarah, 2009). Janin dapat
mempengaruhi jalannya persalinan karena besar dan posisinya (Wiknjosastro, 2005).
2.2.4.4 Pshycology (Psikologi Ibu)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Wanita
bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai. Perilaku dan
untuk janin (Ancheta, 2005). Bila ibu yang sedang melahirkan merasa cemas dan
takut menghadapi lingkungan baru atau wajah baru, mereka akan mengeluarkan
adrenalin. Adrenalin menghambat pelepasan oksitosin yang diperlukan untuk
kemajuan persalinan (Chapman, 2006).
2.2.4.5 Psycian (Penolong)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk
melakukan campur tangan, ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur
tangan bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga risiko potensial. Pada
sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa observasi yang cermat
(Herlina, 2009).
2.2.5
Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 tahapan (Sumarah, 2009) adalah sebagai
berikut :
2.2.5.1 Kala I ( kala pembukaan )
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi
menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai
pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi
dalam 3 subfase.
1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau
lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve friedman,
diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida
2 cm/jam.
Mekanisme
membukanya
serviks
berbeda
antara
primigravida
dan
multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum sudah
sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam waktu yang sama.
2.2.5.2 Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam
dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II itu meliputi :
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
2.3
Pada setiap fase persalinan terdapat kebutuhan emosional yang muncul akibat
rasa cemas, ketakutan, kesepian, nyeri, ketegangan dan kegembiraan. Bahkan pada
persalinan yang normal sekalipun, kebutuhan-kebutuhan ini akan muncul. Jika semua
kebutuhan tersebut tidak dipenuhi paling tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya,
prognosis keseluruhan wanita tersebut yang berkenaan dengan kelahiran anaknya dan
mungkin pula dengan kehidupan seksual selanjutnya dapat terkena akibat yang
merugikan.
2.3.1
2.
3.
pada sang ibu. (Simkin, 2005) Bahkan bagi wanita sehat sekalipun,
kondisi menjelang kelahiran bayi dirasakan sangat berat dan tidak
menyenangkan. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman badan, selalu
kegerahan, duduk-berdiri-tidur serasa salah dan tidak menyenangkan,
tidak sabaran, cepat menjadi letih, lesu dan xxiii identifikasi serta
harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya jadi terganggu (Kartono,
2007).
2.3.2
dalam tingkah laku ibu, baik dengan ekspresi, perkataan maupun tindakan. Dukungan
yang besar mungkin dibutuhkan pada kala ini karena perasaan seringkali berlebihan
dan suasana hati ibu mungkin dalam keadaan terendah (Henderson, 2006).
2.4
2.4.1
Pengertian
Persalinan lama adalah fase terakhir dari suatu partus yang macet dan
janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin
besar atau kelainan kongenital, primigraviditas, perut gantung (grademulti), dan
ketuban pecah dini (Mohctar, 2012). Namun, Oxron dan Forte (2010) menyatakan
bahwa aspek psikoemosional (kecemasan dan ketakutan ) pada fase laten bisa
menyebabkan hambatan kemajuan persalinan.
2.4.3
Penatalaksanaan
Penanganan umum untuk persalinan lama, antara lain :
1. Menilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (terasuk tanda vital
dan tingkat hidrasinya)
2. Mengkaji kembali partograf dan menentukan apakah pasien berada dalam
persalinan (menilai lama dan frekuensi his)
3. Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan dukungan emosi,
perubahan posisi sesuai dengan penanganan persalinan normal dan memeriksa
keton dalam urin serta memberikan cairan baik oral maupun parenteral.
4. Memberikan analgesia
Beberapa pertolongan yang dilakukan untuk penanganan lanjutan dari kasus
persalinan lama, antara lain cakum ekstrasi, forceps ekstralsi, manual aid pada
letak sungsang, embriotomi bila janin mati dan seksio sesarea (Mochtar,
2011).
2.5
2.5.1
Pengertian
Istilah persalinan aktif memanjang mengacu pada laju pembukaan yang tidak
setelah kemajuan persalinan, kurang dari 1,2 cm perjam pada primigravida dan
kurang dari 1,5 cm perjam pada multigravida, lebih dari 12 jam sejak pembukaaan 4
cm sampai pembukaan lengkap 10 cm (rata-rata 0,5 cm per jam) (Simpkin dan
Ancheta, 2008).
Fase aktif yang lambat, < 1,2 cm per jam pada primigravida, dan < 1,5 cm per
jam pada multigravida membuktikan adanya abnormalitas dan harus menimbulkan
kewaspadaan penolong persalinan tersebut (Oxron dan Forte, 2010). Fase aktif
berjalan sangat lambat bila pembukaan per jam kurang dari 1-2 cm untuk ibu dengan
kelahiran pertama dan 1,5 untuk ibu yang pernah melahirkan (Indiarti, 2008). Dilatasi
serviks yang kurang dari 1,2 cm per jam pada nullipara dan 1,5 cm pada multipara
merupakan suatu kelainan protaksi pada fase aktif persalinan (Hacker dan Moore,
2008). Kelainan fase aktif didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang kurang dari
1 cm per jam selama minimal 4 jam (Cunningham, dkk, 2009).
2.5.2
asinklitisme menetap
2. Makrosomia (janin besar) atau diproporsi kepala panggul Cephalo Pelvic
Disproportion (CPD), ketidaksamaan antara kepala janin dan panggul ibu.
Makrosomia kadang-kadang berkaitan dengan CPD, namun CPD lebih sering
terjadi jika kepala janin yang besarnya rata-rata atau realtive kecil tidak pas di
panggul karena terdapat ketidaksesuain antara bentuk, posisi, dan sikap kepala
3.
4.
5.
6.
7.
2.5.4
Penanganan
Penatalaksanaan klinis dari persalin aktif memanjang menurut (Simpkin dan
Komplikasi
Menurut Mochtar (2012), komplikasi timbul karena persalinan lama, yaitu :
1. Pada ibu
1) Dehidrasi
2) Tampak sakit, pucat, cekung, dan bekeringat
3) Nadi meningkat, tensi turun, dan temperatur meningkat
4) His mulai melemah dan perut nampak kembung
akibat
kecemasan
yang
dialami
ibu
akan
kematian ibu dan janin. Jika kondisi ini dibiarkan maka angka
mortalitas
dan
morbiditas
pada
ibu
bersalin
akan
semakin
yaitu sistem endrokin yang terdiri dari kelenjar-kelenjar, seperti adrenal, tiroid, dan
pituitari (pusat pengendalian kelenjar), melepaskan pengeluaran hormon masingmasing ke aliran darah dalam rangka mempersiapkan bdan pada situasi darurat.
Akibatnya, sistem saraf otonom mengaktifkan kelenjar adrenal yang memengaruhi
sistem pada hormon epinefrin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon adrenalin
ini memberi tenaga pada individu serta mempersiapkan secara fisik dan psikis.
Adanya peningkatan hormon epinefrin menimbulkan ketegangan fisik pada diri ibu
hamil. Di samping itu, kadar hormon epinefrin yang tinggi pada sirkulasi darah
menyebabkan beralihkan aliran darah dari uterus dan plasenta ke organ-organ lain
yang penting dalam reaksi fight or flight, seperti jantung, paru-paru, otak dan otot
rangka. Penurunan darah ke uterus dan plasenta memperlambat kontraksi uterus dan
mengurangi pasokan oksigen janin. Hal ini berpotensi untuk memperlambat
kemajuan persalinan.
Penurunan kontraksi uterus juga bisa disebabkan peningkatan produksi
kortisol oleh kelenjar adrenal. Hal ini terjadi sebagai respon dari kecemasan yang
berlebihan (distress). Kortisol akan menyebakan penurunan sintesis protein miosit
sehingga tenaga yang timbul pada miosit juga menurun. Akibatnya kontraksi
miometrium melemah dan persalinan berlangsung lama (Soetrisno, 2009)