Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
Pengenalan dan penanganan awal dari cedera traktus genitourinari bawah
pada anak setelah trauma dapat mencegah morbiditas yang signifikan. Cedera
uretra dan kandung kemih pada anak merupakan hal yang paling sering
berhubungan dengan fraktur pelvis dari trauma tumpul kendaraan bermotor.
Mekanisme cedera lain termasuk straddle injury, trauma penetrasi, dan cedera
iatrogenik (misalnya selama kateterisasi kandung kemih). Insidensi dari cedera
traktus genitourinari bawah dilaporkan berkisar dari 7% sampai 28% diantara
pasien dewasa dengan fraktur pelvis. Pada anak yang mengalami cedera,
insidensinya lebih rendah, berkisar dari 0,9% sampai 8%.(1)
Uretrografi dan sistografi retrograd merupakan prosedur diagnostik yang
digunakan untuk evaluasi traktus genitourinari bawah setelah cedera traumatik.
Sejarah dari sistografi retrograd dikenal sejak awal abad ke-20. Pada tahun 1905,
teknik sistografi retrograd dan pielografi menggunakan Kollargol, preparat silver,
dikenalkan oleh Volecker dan Von Lichentnerg. Sejak pengenalan mereka, teknik
ini telah tersedia secara luas, dibantu oleh perkembangan agen kontras iodinasi
yang lebih aman.(1)
Pencitraan uretra dengan uretrografi retrograd pada laki-laki dan sistografi
pada perempuan merupakan evaluasi inisial yang direkomendasikan untuk suspek
cedera uretra. Sensitivitas dan spesifisitas uretrografi tinggi pada laki-laki.
Sebaliknya, sistografi dapat melalaikan cedera uretra atau bladder neck pada
wanita.(2)
Pada retrograde urethrography (RUG) dan voiding cystourethrography
(VCUG), diagnosis akurat dari adanya striktur, jumlah, lokasi, derajat, dan
panjang striktur merupakan hal terpenting dalam merencanakan terapi yang
sesuai. Uretrografi konvensional dilakukan dibawah fluoroskopi dengan panggul
miring dan penis agak diregangkan. Gambaran oblik yang inadekuat akan
mengabaikan panjang striktur yang sebenarnya. VCUG merupakan pemeriksaan

yang sangat penting untuk menilai uretra posterior, tingkat proksimal dari
stenosis, dan fungsional yang signifikan.(3)
Kepopuleran dan kegunaan diagnostik dari computed tomography (CT)
dalam evaluasi pasien dengan trauma meningkat. Tetapi, CT sendiri tidak dapat
menggantikan uretrografi retrograd dan/atau sistografi dalam evaluasi lengkap
dari cedera traktus genitourinari bawah.(1)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
a. Buli-buli(4)
Buli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas
3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling
dalam adalah otot longitudinal, (2) di tengah merupakan otot sirkuler,
dan (3) paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli
terdiri atas sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis
renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang
disebut trigonum buli-buli.
Secara anatomis, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2)
dua

permukaan

inferiolateral,

dan

(3)

permukaan

posterior.

Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah)


dinding buli-buli.
Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih).
Dalam menampung urin, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal,
yang volumenya untuk orang dewasa lebih kurang adalah 300-450 ml;
sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari Koff
adalah:
Kapasitas buli-buli = (umur dalam tahun + 2) x 30
ml
Sebagai contoh, seorang anak berusia 2 tahun kapasitas buli-bulinya
adalah (2+2) x 30 ml = 120 mL.
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan
pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan
diperkusi. Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada

saraf aferen dan mengaktifkan pusat miksi di medula spinalis segmen


sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor,
terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga
terjadilah proses miksi.
Buli-buli mendapatkan vaskularisasi dari cabang arteria iliaka interna,
yakni arteria vesikalis superior, yang menyilang di depan ureter.
Sistem vena dari buli-buli bermuara ke dalam vena iliaka interna.
b. Uretra(4)
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin ke luar dari buli-buli
melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi
juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan
sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan
uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot
polos yang dipersarafi oleh sistem simpatetik sehingga pada saat bulibuli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas
otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik. Aktivitas sfingter
uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan
seseorang. Pada saat kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup
pada saat menahan kencing. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5
cm, sedangkan pada uretra pria dewasa kurang lebih 23-25 cm.
Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan
pengeluaran urin lebih sering terjadi pada pria.
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra 1) pars prostatika, yakni
bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan 2) uretra pars
membranasea. Di bagian posterior lumen uretra prostatika, terdapat
suatu tonjolan verumontanum, dan di sebelah proksimal dan distal dari
verumontanum ini terdapat krista uretralis. Bagian akhir dari vas
deferens, yaitu kedua duktus ejakulatorius, terdapat di pinggir kiri dan
kanan verumontanum. Sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam

duktus prostatikus yang tersebar di uretra prostatika seperti tampak


pada gambar.
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus
spongiosum penis. Seperti diperlihatkan pada gambar, uretra anterior
terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa navikularis,
dan (4) meatus uretra eksterna. Di dalam lumen uretra anterior
terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses
reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi yang berada di dalam diafragma
urogenitalis dan bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar Littre,
yaitu kelenjar parauretralis yang bermuara di uretra pars pendularis.
Panjang uretra wanita lebih kurang 4 cm dengan diameter 8 mm.
Berada di bawah simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior
vagina. Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra, di antaranya
adalah kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat
sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot
sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi
mempertahankan agar urin tetap berada di dalam buli-buli pada saat
perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika tekanan intravesika melebihi
tekanan intrauretra akibat kontraksi otot detrusor, dan relaksasi
sfingter uretra eksterna.

2. Definisi
a. Urethrography
Pemeriksaan/pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras,
menggunakan sinar X untuk melihat struktur dan kelainan pada uretra.
Bahan kontras dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksterna
melalui klem Broadny yang dijepitkan pada glans penis. Biasa
dilakukan pada laki-laki dan jarang pada wanita. Pada wanita biasanya
dilakukan untuk melihat divertikel atau fistula yang sukar ditemukan
pada pemeriksaan langsung.(4,5)
Uretrografi retrograd dinamik adalah radiografi dari uretra yang
didistensikan oleh pemberian perlahan kontras melalui kateter.(6)
b. Cystography
Pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Foto ini dapat
dikerjakan dengan beberapa cara, antara lain: (1) melalui foto PIV, (2)
memasukkan kontras melalui kateter uretra langsung ke buli-buli, dan
(3) memasukkan kontras melalui kateter sistostomi atau melalui
pungsi suprapubik. Tujuan pemeriksaan yaitu untuk menampilkan
struktur kandung kemih, struktur infravesika dan organ sekitarnya.(4,5)
Sistografi

konvensional

merupakan

teknik

yang

baik

dalam

mengevaluasi lumen buli-buli dan menyediakan akses untuk biopsi.


Ini sering digunakan sebagai gold standar ketika mengevaluasi

prosedur pencitraan lain. Sistografi seperti yang digunakan disini yaitu


sistografi konvensional, termasuk distensi lumen dengan agen kontras
dimasukkan melalui kateter dan filming yang tepat. Sistografi juga
dapat dilakukan dengan menggunakan computed tomography (CT),
ultrasonography (USG), magnetic resonance (MR), dan teknik
radionuklida.(6)
Sistografi retrograd adalah evaluasi radiologik dari buli-buli setelah
pemberian perlahan material kontras dengan kateter, antara transuretra
atau

suprapubik,

atau

dengan

needle

puncture.

Voiding

cystourethrography (VCUG) merupakan radiografi kontras dari bulibuli dan uretra selama mikturisi spontan.(6)
Voiding cystourethrography berlanjut menjadi gold standar untuk
evaluasi pencitraan anak dengan infeksi traktus urinari, uretra lakilaki, kondisi fungsional buli-buli dan dalam mendeteksi refluks
vesikoureteral. Meskipun radionuklida dan menambah kontras USG
sistografi memiliki peran dalam skrining dan follow-up dari kondisi
menetap, evaluasi inisial dari tampilan fungsi dan anatomi tampak
paling baik oleh voiding cystourethrography.(7)
Teknik CT sistografi tipikal terdiri dari scan aksial 5 mm setelah
distensi buli-buli dengan larutan iodin 4% sebagai agen kontras
positif. Udara atau karbon dioksida digunakan untuk distensi buli-buli,
tetapi komplikasi potensial dari udara adalah embolisme udara.
Pencitraan pada kedua posisi supinasi dan pronasi penting ketika
menggunakan gas untuk mendeteksi tumor lain yang dilapisi dengan
cairan.(7)
3. Indikasi & Kontraindikasi
a. Uretrografi(5)
Indikasi
Kongenital: divertikel, striktura, duplikasi, uretra tambahan
Striktura: akibat radang, trauma
Fistula: urethritis gonorea, iatrogenik, keganasan/peradangan
rectum

Batu: dari VU, ureter


Tumor
Kontraindikasi
Alergi kontras
Infeksi uretra akut
Hamil
Post operasi uretra
Inflamasi berat pada uretra, vesika urinaria, prostat
b. Sistografi(5)
Indikasi
Tumor vesika urinaria
Ruptur vesika urinaria
Divertikel
Neurogenic bladder
Hipertrofi prostat
Sistitis kronis
Tumor-tumor sekitar vesika urinaria
Kontraindikasi
Infeksi akut saluran kemih
4. Persiapan(5)
a. Uretrografi
Informed consent
Tidak perlu perubahan diet dan aktivitas
Mengganti pakaian dengan pakaian khusus
b. Sistografi
Rectum dikosongkan kecuali pada keadaan akut
5. Teknik Uretrografi dan Sistografi
Teknik uretrografi:(8)
a) Ascending (retrograde) urethrography
Oklusi eksternal dengan Knutsson/Brodney clamp
Oklusi internal dengan balon yang diinflasikan (Foley 6-8 F
dengan 5 mL balon/kateter HSG dengan 3 mL balon)
b) Descending (antegrade) urethrography
Pengisian vesika urinari dengan 350-400 mL kontras
Pencitraan selama mikturisi + setelah berkemih
c) Ascending pericatheter urethrography
Kateter pediatrik 4-6 Fr dengan balon diinflasi dalam fossa

navikular disamping indwelling catheter


Dimajukan secara bertahap 4-6 Fr feeding tube, ditutup dengan
kasa yang diikat pita disekitar proksimal penis hingga glans

d) Descending pericatheter urethrography


Berkemih disekitar kateter yang terpasang
Kateter didorong lebih dalam ke kandung kemih, lakukan
deflasi/pengempisan balon (mencegah tercabutnya kateter)
Cara pemeriksaan:(5)
1. Uretra yang akan diperiksa dibersihkan dengan antiseptik. Kateter
fleksibel dimasukkan pada ujung penis/OUE sedalam 1-2 cm
2. Kontras (urografin) 150-200 mL dimasukkan melalui kateter, sampai
VU
3. Foto diambil saat pengisian kontras dengan posisi AP, oblik kanan,
dan kiri

Gambar 1. Uretrografi Retrograd.(1)

Gambar 2. Teknik kateter Foley dalam uretrografi retrograd.(1)

Gambar 3. Teknik dalam uretrografi retrograd.(9)


Sistografi dan sistouretrografi(10)
A. Posisi
1. Aksial AP
a. Kaudal sudut 10-15 derajat; kaudal 5 derajat hanya untuk
bladder neck
b. Reseptor pencitraan dipusatkan pada level 2-3 inci diatas
simfisis pubis
2. Oblik (RPO, LPO)
a. Pasien dirotasikan 40-60 derajat
b. Arkus pubis didekatkan ke meja dipusatkan ke garis tengah
meja
3. PA buli-buli
a. Pasien dipusatkan
b. Ray sentral masuk 1 inci pada distal dari ujung coccyx
dengan 10-15 derajat sudut cephalad
4. Lateral
a. Buli-buli dipusatkan ke reseptor

pencitraan;

reseptor

pencitraan 2-3 inci diatas simfisis pubis


b. Ray sentral dipusatkan dan perpendikular untuk reseptor
pencitraan
Cara pemeriksaan:(5)
1. Kateterisasi (dengan

balon

(folley)/tanpa

balon,

ukuran

tergantung keadaan, biasanya 16 atau 18 f), transuretra dan cara


pungsi supra pubik
2. Kandung kencing dikosongkan

10

3. Menggunakan kontras dengan kepekatan 15%-20% dalam larutan


NaCl fisiologis sebanyak 150-250 cc (Kontras dapat berupa
single atau double contrast dengan yodium atau udara)
4. Foto diambil/dibuat pada waktu pengisian kontras dengan posisi
AP, oblik kanan dan kiri.
Voiding cystourethrography (VCUG) memberikan definisi yang lebih
baik dari batas proksimal striktur. Tetapi, visualisasi dari bagian striktur
uretra dan ujung distal dari striktur buruk karena aliran tekanan rendah
dari urin setelah melewati segmen striktur.(11)
Untuk melakukan VCUG, kandung kemih terisi dengan material
kontras non-dilusi. Sebaiknya kandung kemih harus dievakuasi dari urin
sebelum material kontras diinjeksikan. Menggunakan kontras dilusi atau
menambahkan kontras ke kandung kemih yang sudah penuh dengan urin
akan menyebabkan dilusi dari material kontras, dan akan memberikan
hasil urethrogram yang tidak memuaskan. Untuk mengisi kandung kemih
melalui kateter, striktur harus memberikan pasase untuk kateter kaliber
kecil. Untuk striktur yang tidak dapat dilewati oleh kateter, suprapubic
cystostomy tube harus dimasukkan kedalam kandung kemih untuk diisi.
Lalu kandung kemih diisi dengan 250-300 ml material kontras melalui
sistostomi untuk dilakukan voiding urethrogram. Setelah kandung kemih
terisi, pasien dalam posisi oblik kiri atau kanan, dan kemudian dilakukan
miksi kedalam canister. Prosedur ini lebih baik dilakukan dibawah cinefluoroscopy untuk observasi dinamik berkemih dari pasien. Jika striktur
terlalu sempit dan tekanan berkemih terlalu rendah, untuk mendapatkan
pengisian striktur yang lebih baik, selama berkemih meatus dapat secara
manual di kompresi. Oklusi mekanik melakukan distensi pada uretra
elastis yang sehat dan memberikan visualisasi dari striktur segmen uretra
anterior yang tidak elastis. Jika prosedur tidak dilakukan dibawah cinefluoroscopy, disarankan adanya ahli bedah yang akan melakukan

11

perbaikan serangkaian fluoroscopy. Gambaran dari uretra kemudian


didapat selama berkemih.(11)
Voiding cystourethrography digunakan untuk mendiagnosis refluks
vesikoureteral tekanan tinggi dan untuk mengevaluasi uretra. Buli-buli
diisi dengan material kontras menggunakan kateter Foley sebagai
sistogram statik. Buli-buli harus diisi sampai pasien dapat berkemih ketika
kateter

dikeluarkan,

dan

voiding

cystography

dilakukan

dengan

fluoroskopi. Refluks tekanan tinggi, ekstravasasi buli-buli, atau smallnecked diverticulum mungkin tidak dapat terlihat sampai berkemih
diperoleh. Pada pasien wanita, radiografi proyeksi AP dari uretra adalah
adekuat. Pada pasien pria, voiding film harus diperoleh dalam posisi oblik
45O, jadi seluruh panjang dari uretra dapat ditunjukkan. Beberapa film
harus dipusatkan pada buli-buli, terutama ketika dicurigai adanya refluks
vesikoureteral.(9)
CT Cystography(12)
CT cystography merupakan pemeriksaan CT khusus pada buli-buli dimana
agen kontras iodinisasi secara langsung diadministrasikan dibawah
gravitasi ke dalam buli-buli melalui kateter Foley.
Indikasi termasuk:
a.
b.
c.
d.

Trauma
Pembentukan fistula antara buli-buli dan organ yang berdekatan
Kebocoran postoperatif
Neoplasma

Pertimbangan teknikal untuk CT sistografi termsuk:


a. Agen kontras iodinasi, bercampur dengan salin normal, dimasukkan
untuk distensi penuh buli-buli. Volume total dari cairan antara 250-300
mL
b. Perolehan bagian tipis (<1 mm) dilakukan melalui buli-buli
c. Administrasi kontras multipel, post administrasi kontras, dan post
drainase dapat diperoleh
d. Dilakukan rekonstruksi MPR sagittal atau koronal dan volume 3D
6. Komplikasi

12

RUG dan VCUG biasanya dilakukan secara cepat dan aman,


dengan risiko kecil untuk pasien. Komplikasi sangat jarang ditemui tetapi
dapat terjadi jika terdapat intavasasi vena dari kontras pada pasien dengan
alergi kontras atau pasien dengan infeksi aktif, dapat menyebabkan reaksi
kontras atau bekterimia dan prosedur biasanya ditoleransi dengan baik
oleh pasien.(3)
Uretrografi:(5)
Trauma uretra karena kateterisasi
Ruptur uretra iatrogenik
Ruptur urethro-cavernosa:
o Kontras masuk ke korpus kavernosus kemudian beredar ke
sirkulasi
o Kerusakan mukosa mengakibatkan sobeknya uretra
7. Interpretasi
Uretrografi:(4)
Striktura uretra

Radang: meskipun segmen yang radang pendek, seluruh uretra

mengecil
Trauma: segmen yang mengalami trauma tampak lebih pendek dan

terlokalisasi, bagian lain tampak normal


Fraktur pelvis: yang terlibat adalah uretra pars membranosa
Trauma iatrogenik: yang terkena bagian uretra yang normalnya
menyempit
Gambaran yang mungkin terjadi pada uretrogram adalah: (1) jika

terdapat striktura uretra akan tampak adanya penyempitan atau hambatan


kontras pada uretra, (2) trauma uretra tampak sebagai ekstravasasi kontras
ke luar dinding uretra, atau (3) tumor uretra atau batu non opak pada uretra
tampak sebagai filling defect pada uretra.(4)
Untuk menilai panjang striktura uretra dilakukan pengambilan foto
(bipolar) sisto-uretrografi, yaitu dengan melakukan pengambilan foto
sistografi dengan memasukkan kontras melalui sistostomi bersama-sama
dengan foto uretrografi.(4)

13

Pemeriksaan voiding uretrosistogram yakni buli-buli diisi kontras


dahulu sebanyak 150-200 ml, kemudian foto diambil pada waktu miksi.15
Sistografi:
Dari sistogram dapat dikenali adanya tumor atau bekuan darah di
dalam buli-buli yang ditunjukkan oleh adanya filling defect, adanya
robekan buli-buli yang terlihat sebagai ekstravasasi kontras ke luar dari
buli-buli, adanya divertikel buli-buli, buli-buli neurogenik, dan kelainan
pada buli-buli yang lain. Pemeriksaan ini dapat untuk menilai adanya
inkontinensia stress pada wanita dan untuk menilai adanya refluks vesikoureter.(4)
Pemeriksaan sistografi pada batu buli-buli dengan udara atau dengan
kontras opak dapat dilihat garis lingkar batu radiolusen. Batu dalam bulibuli dapat satu atau lebih.15
Diagnosis banding batu buli-buli: perkapuran kelenjar, fekalit,
kalsifikasi fibroid dalam uterus, batu prostat, dan vesika seminalis. Untuk
membedakan batu buli dengan fekalit, dibuat foto oblik barium enema.
Pemeriksaan sistografi dan sistoskopi perlu untuk membedakan batu bulibuli dari penyebab perkapuran lainnya.15
Trauma atau penyakit pada korda spinalis atau saraf perifer yang
mempersarafi buli-buli menyebabkan terjadinya perubahan fungsi bulibuli sehingga menimbulkan inkontinensia urin atau retensi urin. Tonus
normal atau hilang, buli-buli jadi sangat besar. Dapat terjadi spasme bulibuli dengan kapasitas yang menurun sekali. Pemeriksaan sistografi pada
buli-buli neurogenik akan menentukan ukuran buli-buli, ada atau tidak
adanya trabekulasi, refluks ke dalam ureter, retensi atau kurangnya dilatasi
leher buli-buli atau adanya perubahan anatomik.15
Benda asing dalam buli-buli terdapat pada anak-anak dan orang
dewasa yang psikotik. Kadang benda asing ditempatkan secara tidak
sengaja pada saat operasi, atau dapat juga akibat luka tembus. Pemeriksaan
sistografi terdapat bayangan bundar korpus alienum yang radiolusen dan

14

perubahan-perubahan dalam buli-buli. Posisi oblik dan lateral untuk


menentukan posisi benda asing dalam buli-buli.15

Gambar 4. RUG normal.(3)

Gambar 5. VCUG normal.(6)

15

Gambar 6. VCUG pada urethra perempuan normal.(6)

Gambar 7. Uretrografi retrograde setelah trauma perineal.(6)

16

Gambar 8. Urogram dan sistogram normal pada buli-buli.(6)

Gambar 9. Uretrografi retrograd pada uretra setelah cedera luka


tembak.(13)

17

Gambar 10. VCUG 2 minggu setelah repair uretra.(13)

Gambar 11. Voiding urethrogram post TURP.(14)

18

Gambar 12. VCUG dan RUG.(3)

19

Gambar 13. RUG dan VCUG pada striktur uretra.(3)

Gambar 14. Striktur uretra anterior pada RUG dan VCUG.(3)

20

Gambar 15. Uretrografi retrograd pada striktur uretra.(14)

21

KESIMPULAN
1. Sistografi

adalah

pencitraan

buli-buli

dengan

memakai

kontras.

Uretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras.


2. Pada sistografi, foto ini dapat dikerjakan dengan beberapa cara, antara
lain: (1) melalui foto PIV, (2) memasukkan kontras melalui kateter uretra
langsung ke buli-buli, dan (3) memasukkan kontras melalui kateter
sistostomi atau melalui pungsi suprapubik.
3. Pada uretrografi, bahan kontras dimasukkan langsung melalui meatus
uretra eksterna melalui klem Broadny yang dijepitkan pada glans penis.
4. Indikasi dari sistografi adalah: tumor vesika urinaria, rupture vesika
urinaria, divertikel, neurogenic bladder, hipertrofi prostat, sistitis kronis
dan tumor sekitar vesika urinaria.
5. Indikasi dari uretrografi adalah: Kongenital: divertikel, striktura, duplikasi,
uretra tambahan; striktura: akibat radang, trauma; fistula: urethritis
gonorea, iatrogenic, keganasan/peradangan rectum; batu: dari VU, ureter;
dan tumor.

DAFTAR PUSTAKA
1. King, C., Henretig, F.M., King, B.R., Loiselle, J.M., Ruddy, R.M., dan
Wiley, J.F. 2008. Textbook of Pediatric Emergency Procedures. Lippincott
Williams & Wilkins: Philadelphia.
2. Hanno, P.M., Guzzo, T.J., Malkowicz, B., dan Wein, A.J. 2014. Penn
Clinical Manual of Urology 2nd edition. Elsevier Saunders: Philadelphia.

22

3. Brandes, S.B., dan Morey, A.F. 2014. Advanced Male Urethral and
Genital Reconstructive Surgery 2nd edition. Humana Press Springer: New
York.
4. Purnomo, B. 2014. Dasar-Dasar Urologi edisi ketiga. Sagung Seto:
Jakarta.
5. Malueka, R.G. 2011. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press:
Yogyakarta.
6. Zagoria, R.J., Dyer, R., dan Brady, C. 2016. Genitourinary Imaging: The
Requisites 3rd edition. Elsevier: Philadelphia.
7. Skucas, J. 2006. Advanced Imaging of the Abdomen. Springer: London.
8. Danhert, W. 2011. Radiology Review Manual 7th edition. Lippincott
Williams & Wilkins: Philadelphia.
9. Dunnick, N.R, Sandler, C.M., dan Newhouse, J.H. 2013. Textbook of
Uroradiology 5th edition. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
10. Callaway, W.J. 2016. Mosbys Comprehensive Review of Radiography 7 th
edition. Elsevier: Missouri.
11. Yachia, D. 2007. Text Atlas of Penile Surgery. CRC Press: Florida.
12. DeMaio, D.N. 2011. Mosbys Exam Review for Computed Tomography 2nd
edition. Mosby Elsevier: Missouri.
13. Wessels, H., dan McAninch, J.W. 2005. Urological Emergencies: A
Practical Guide. Humana Press: New Jersey.
14. Jafri, S.Z., Diokno, A.C., dan Amendola, M.A. 2012. Lower Genitourinary
Radiology: Imaging and Intervention. Springer: New York.

23

Anda mungkin juga menyukai