PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia sebenarnya sudah dimulai program jaminan sosial. Ada program
Askes yang dimulai pada tahun 1968 bagi pegawai negeri dan penerima pensiun.
Bagi masyarakat umum, tersedia JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat). Selain itu ada juga program Taspen dan Asabri yang memberi
jaminan pensiun dan hari tua kepada PNS dan anggota TNI. Kemudian ada PT
Jamsostek yang memberikan jaminan kesehatan bagi pekerja, hari tua, kematian
dan kecelakaan kerja. Berbeda dengan PNS dan anggota TNI, pekerja swasta
yang menjadi peserta Jamsostek, Jaminan Pensiun dan jaminan kesehatan purna
tugas, belum dapat diberikan. Hal ini tentu menjadi masalah sosial besar, oleh
karena jumlah manula yang meningkat drastic.
Jaminan Sosial Nasional adalah program pemerintah dan masyarakat yang
bertujuan memberi kepastian jumlah perlindungan kesejahteraan sosial agar setiap
penduduk
dapat
memenuhi
kebutuhan
hidupnya
menuju
terwujudnya
dan
BPJS
ketenagakerjaan ?
4. Mengapa perlu ada perubahan badan hukum pada BPJS ?
5. Bagaimana proses transformasi PT. Jamsostek menjadi
BPJS
ketenagakerjaan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini merupakan salah satu syarat
perkuliahan dalam hal ini tugas, selain itu tujuan penulisan karya tulis ini
adalah sbb :
1. Untuk mengetahui perjalanan jaminan kesehatan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Jamsostek.
3. Untuk mengetahui bentuk penyelenggaraan BPJS kesehatan dan BPJS
ketenagakerjaan.
4. Untuk mengetahui alasan adanya perubahan badan hukum pada BPJS.
5. Untuk mengetahui proses transformasi PT. Jamsostek menjadi BPJS
ketenagakerjaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia
Tidak Ada Orang Kaya Dalam Dunia KesehatanPerjalanan Panjang UU
SJSNAdanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit,
apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti
hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada
penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada
umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain
lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun
keluarga. Sehingga munculah istilah SADIKIN, sakit sedikit jadi miskin. Dapat
disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada
orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang
dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.
Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa
datang semakin bertambah. Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk
Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diantaranya diduga berumur lebih dari 60
tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk
Indonesia adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit
degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai
dampak lainnya. Apabila tidak aday ang menjamin hal ini maka suatu saat hal ini
mungkin dapat menjadi masalah yang besar
Seperti menemukan air di gurun, ketika Presiden Megawati mensahkan UU
No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober
2004, banyak pihak berharap tudingan Indonesia sebagai negara tanpa jaminan
sosial akan segera luntur dan menjawab permasalahan di atas.
Dengan demikian proses penyusunan UU SJSN memakan waktu 3 (tiga)
tahun 7 (tujuh) bulan dan 17 (tujuh belas) hari sejak Kepseswapres No. 7 Tahun
2001, 21 Maret 2001 .
Lanjutan Implementasi UU SJSN hingga ke UU BPJS
Setelah resmi menjadi undang-undang, 4 bulan berselang UU SJSN kembali
terusik. Pada bulan Januari 2005, kebijakan ASKESKIN mengantar beberapa
daerah ke MK untuk menguji UU SJSN terhadap UUD Negara RI Tahun 1945.
Penetapan 4 BUMN sebagai BPJS dipahami sebagai monopoli dan menutup
kesempatan daerah untuk menyelenggarakan jaminan sosial. 4 bulan kemudian,
pada 31 Agustus 2005, MK menganulir 4 ayat dalam Pasal 5 yang mengatur
penetapan 4 BUMN tersebut dan memberi peluang bagi daerah untuk membentuk
BPJS Daerah (BPJSD).
Putusan MK semakin memperumit penyelenggaraan jaminan sosial di masa
transisi. Pembangunan kelembagaan SJSN yang semula diatur dalam satu paket
peraturan dalam UU SJSN, kini harus diatur dengan UU BPJS. Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN) pun akhirnya baru terbentuk. Pemerintah secara resmi
membentuk DJSN lewat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 110 tahun 2008
tentang pengangkatan anggota DJSN tertanggal 24 September 2008.
Pro dan kontra keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
akhirnya berakhir pada 29 Oktober 2011, ketika DPR RI sepakat dan kemudian
mengesahkannya menjadi Undang-Undang. Setelah melalui proses panjang yang
melelahkan mulai dari puluhan kali rapat di mana setidaknya dilakukan tak
kurang dari 50 kali pertemuan di tingkat Pansus, Panja, hingga proses formal
lainnya. Sementara di kalangan operator hal serupa dilakukan di lingkup empat
BUMN penyelenggara program jaminan sosial meliputiPT Jamsostek, PT Taspen,
Asabri, dan PT Askes. Meski bukan sesuatu yang mudah, namun keberadaan
BPJS mutlak ada sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang bahkan semestinya telah
dapat dioperasionalkan sejak 9 Oktober 2009 dua tahun lampau. Perjalanan tak
selesai sampai disahkannyaBPJS menjadi UU formal, jalan terjal nan berliku
menanti di depan. Segudang pekerjaan rumah menunggu untuk diselesaikan demi
terpenuhinya hak rakyat atas jaminan sosial. Sebuah kajian menyebutkan bahwa
saat ini, berdasarkan data yang dihimpun oleh DPR RI dari keempat Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang berstatus badan hukumnya adalah Persero tersebut,
hanya terdapat sekitar 50 juta orang di Indonesia ini dilayani oleh Jaminan Sosial
yang diselenggarakan oleh 4 BUMN penyelenggara jaminan sosial.
2.2 Sejarah Terbentuknya Jamsostek
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang
panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja,
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang
pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP
No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang
pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU
No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses
lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
2011,
BPJS
akan
SEBAGAI
BUMN PERSERO
1. Fungsi
Melaksanakan Jamsostek
2. Kewenangan
Sebagai pelaksana
3.
Keputusan RUPS
AMANAT
Menyelenggarakan SJSN
Sebagai penyelenggara
Rapat Umum DJSN
tertinggi
4. Dewan Pengawas
5. Dewan Pimpinan
6. Status karyawan
7.
Gaji
dan
Dewan Tripartit
Ketua dan Wakil Ketua
Non-PNS
Standar swasta
emolemen
8.
Pemeriksa BPK
BPK
eksternal
9. Regulator
10.Pengesahan
Kementerian terkait
Kementerian BUMN
Kementerian terkait
Kementerian Keuangan
anggaran operasi
11. Modal
Saham
WALI
12.Kewajiban
jangka
panjang
13. Cadangan
Terdiri
dari
aktuaria JP
cadangan Terdiri dari dari cadangan program
cadangan
Finansial
katastrop
dengan Operasional
peningkatan laba
Kewajiban Tergantug dari RUPS
15.
penambahan
peserta
Tidak ada
deviden
2.4.1
Mahkamah
Konstitusi.
Kedua
pasal
ini
mengamanatkan
Makna Transformasi
UU SJSN dan UU BPJS memberi arti kata transformasi sebagai
perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan
2.5.3
BPJS
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pro dan kontra keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) akhirnya berakhir pada 29 Oktober 2011, ketika DPR RI sepakat
dan kemudian mengesahkannya menjadi Undang-Undang. Sementara di
kalangan operator hal serupa dilakukan di lingkup empat BUMN
penyelenggara program jaminan sosial meliputiPT Jamsostek, PT Taspen,
Asabri, dan PT Askes. Meski bukan sesuatu yang mudah, namun
keberadaan BPJS mutlak ada sebagai implementasi Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
yang bahkan semestinya telah dapat dioperasionalkan sejak 9 Oktober
2009 dua tahun lampau. Perjalanan tak selesai sampai disahkannyaBPJS
menjadi UU formal, jalan terjal nan berliku menanti di depan.
2. Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang
panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang
kecelakaan kerja samapai diberlakukannya UU No.14/1969 tentang
Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi
sosial tenaga kerja semakin transparan. Kiprah Perseroan yang
mengedepankan kepentingan dan hak normative Tenaga Kerja di
Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT Jamsostek (Persero)
memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan
Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh
tenaga kerja dan keluarganya.
3. UU BPJS membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),
BPJS
Kesehatan
dan
BPJS
Ketenagakerjaan.
BPJS
Kesehatan
penyiapan
operasionalisasi
BPJS
Ketenagakerjaan
untuk
transformasi jamsostek ke BPJS ini agar memberikan manfaat bagi kita semua
baik dalam formulasi maupun implementasi kebijakan.