PENDAHULUAN
pelabuhan perikanan di Indonesia, Ikan Lajang, Ikan Cakalang. Ikan Tuna, Ikan Layang di lakukan
penangkapan disekitar laut Maluku, Sumatra, dan Sulawesi.
Penanganan ikan antara lain dapat dilakukan dengan metode pembekuan dan pemberian es
kepada ikan. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar ikan dapat diperjualbelikan
secara meluas untuk kebutuhan pangan hewani masyarakat. Ikan merupakan komoditi yang cepat
mengalami pembusukan (perishable food). Pembusukan disebabkan oleh enzim, baik dari ikan itu
sendiri maupun mikroba dan proses ketengikan (rancidity). Kadar air ikan segar yang tinggi
mempercepat proses perkembangbiakan mikroorganisme pembusuk yang terdapat di dalamnya.
Selain itu lemak ikan banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang sifatnya sangat mudah
teroksidasi sehingga menimbulkan bau tengik.
segar dan bermutu baik, dijamin keracunan histamin tidak akan terjadi. Karena itu, para penggemar
masakan ikan jangan khawatir untuk meneruskan kebiasaan makan ikan. Secara sederhana,
pengamatan terhadap ciri-ciri ikan segar dapat dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan,
penciuman, dan peraba (Kompas, 2011).
Berikut ini adalah cara singkat membedakan ikan yang masih segar dan ikan yang tidak segar :
1.
1.
Dagingnya masih kenyal tidak lembek. Bila ditekan kembali ke bentuk semula.
2.
3.
4.
Sisiknya tidak mudah lepas, rapat, mengkilap dan tidak berlendir (kalau pun berlendir masih
wajar). Kemudian apabila ikan yang kita beli tidak beraroma amis sama sekali patut berhati-hati bisa
saja, terkadang ikan tersebut sudah dicampur zat-zat tertentu. Bila ragu jangan dibeli.
5.
Tidak ada luka di kulit ikan. Warna kulit ikan terang, jernih, tidak pucat. Bila dimasukkan ke
dalam air ikan akan terapung, sedangkan ikan yang tidak segar akan mengambang di permukaan air.
6.
7.
Jika dagingnya dipotong terlihat segar tidak kering. Kulit dan daging tidak mudah robek bila
ditekan terutama pada bagian perut. Karena daging ikan yang segar saling terekat satu sama lain,
kulitnya merekat erat dengan daging. Begitu juga daging pada tulang dan durinya.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ada dua cara untuk menghambat pembusukan pada ikan, yaitu penanganan hasil perikanan dengan
bersih dan perlakuan pendinginan. Ikan harus diperlakukan dengan cermat agar tidak luka dan memar
yang dapat mempercepat serangan bakteri ke dalam daging ikan. Kebersihan ikan diusahakan pada
4
pus at konsentrasi alami bakteri (selaput lendir, insang dan rongga perut) harus dibuang, dicuci bersih
dan diusahakan bersih dari darah ikan. Pembusukan ikan berlangsung lebih cepat pada suhu di atas 50
derajat Celsius. Ikan sebaiknya berada pada suhu dingin dibawah 40 derajat Celcius. Titik beku ikan
terjadi antara -1,1 derajat Celsius sampai dengan -2,2 derajat Celsius.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan (ikan) tidak dapat mematikan bakteri,
sehingga pada waktu bahan beku dikeluarkan dan dibiarkan hingga mencair kembali (thawing),
maka pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba dapat berlangsung dengan cepat. Penyimpanan
dingin dapat menyebabkan kehilangan bau dan rasa beberapa bahan bila disimpan berdekatan
( Munzir, 2009).
:Chordata
Sub filum
:Vertebrata
Kelas
:Osteichtyes
Sub kelas
:Acanthopterigii
Bangsa
:Percomorphii
Sub bangsa
:Percoidea
Famil
:Chiclidae
Marga
:Oreochromis
Jenis
: Oreochromis niloticus
2.3 Pembekuan
Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku, jadi bahan disimpan dalam
keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira 18 0 C atau lebih rendah
lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya
dilakukan pada suhu antara 120 C sampai 240 C. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai
beberapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun.
Atau dengan kata lain Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan
pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar 18 0 C, meskipun
umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Pada kondisi suhu beku ini bahan
pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Bahan pangan seperti
daging dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan, ikan dapat disimpan selama 8 sampai 12 bulan
( Munzir, 2009).
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah (cold
storage). Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan.
Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh di bawah titik beku ikan. Pembekuan
mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku
dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Ikanikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak memerlukan terpeliharanya sifatsifat ikan segar yang dibekukan, agar ketika dilelehkan tidak dapat dibedakan dari ikan segar.
Tubuh ikan sebagian besar (60-80%) terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel, jaringan,
dan ruangan-ruangan antar sel Sebagian besar dari cairan itu (+67%) berupa free water dan selebihnya
(+5%) berupa bound water. Bound water adalah air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi
lain dari tubuh ikan.
Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan tersebut menjadi es. Ikan mulai membeku
pada suhu antara -0,60 C sampai -20 C, atau rata-rata pada -10C. Free water membeku terlebih dahulu
kemudian disusul oleh bound water.
Proses tersebut terbagi atas 3 tahapan yaitu :
1. Tahap pertama suhu menurun dengan cepat sampai 00C yaitu titik beku air.
2. Tahap kedua suhu turun perlahan-lahan untuk merubah air menjad kristal-kristal es. Tahap ini
sering disebut periode thermal arrest.
3. Tahap ketiga suhu kembali turun dengan cepat ketika kira-kira 55% air telah menjadi es. Pada
tahap ini sebagian besar atau hampir seluruh air membeku.
Berdasarkan panjang pendeknya waktu thermal arrest ini pembekuan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pembekuan lambat (slow freezing), yaitu bila thermal arrest time lebih dari 2 jam.
2. Pembekuan cepat (quick freezing), yaitu pembekuan dengan thermal arrest time tidak lebih dari 2
jam.
Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan dapat berbeda-beda ukurannya
tergantung pada kecepatan pembekuan. Pembekuan cepat menghasilkan kristal-kristal yang kecilkecil di dalam jaringan daging ikan. Jika dicairkan kembali, kristal-kristal yang mencair diserap
kembali oleh daging dan hanya sejumlah kecil yang lolos keluar sebagai drip. Sebaliknya pembekuan
lambat menghasilkan kristal-kristal yang besar-besar. Kristal es ini mendesak dan merusak susunan
7
jaringan daging. Tekstur daging ketika ikan dicairkan menjadi kurang baik, berongga, keropos dan
banyak sekali drip yang terbentuk. Ikan yang dibekukan dengan lambat tidak dapat digunakan sebagai
bahan bagi pengolahan-pengolahan tertentu misalnya pengalengan, pengasapan, dan sebagainya. Atas
pertimbangan-pertimbangan diatas, maka disamping untuk menyingkat waktu dan menghasilkan
output yang tinggi maka ikan mutlak dibekukan dengan cepat.
Ikan yang telah dibekukan perlu disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk mempertahankan
kualitasnya. Biasanya ikan beku disimpan dalam cold storage, yaitu sebuah ruangan penyimpanan
yang dingin. Penyimpanan ini merupakan tahap yang pokok dari cara pengawetan dan pembekuan.
Suhu yang biasanya direkomendasikan untuk cold storage umumnya -30 0 C hingga -600 C, tergantung
pada kebutuhan (Sondoro, 2011)
2.4 Rendemen
Menurut Nurjanah et al. (2011) rendemen adalah parameter yang digunakan untuk
mengetahui berapa persen kandungan bahan yang bisa diolah. Rendemen yang akan dicari,
yakni
rendemen
daging
rendemen daging
putih, rendemen
JENIS UJI
Organoleptik
Nilai min.
Cemaran Mikroba
ALT, maks.
E. Coli
Coliform
Salmonella
V. Cholerae
S. Aureus
Cemaran Kimia
Raksa (HG)
4
Fisika
Suhu pusat, maks.
Sumber : Direktorat Pengolahan Hasil Perikanan (2006).
0.5 mg/kg
-180C
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di workshop pengolahan, Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta
pada :
9
Hari/ Tanggal
: Rabu, 25 oktober
Pukul
Pisau
Stereofom
Timbangan analitik
Nampan
Alat pengukur suhu
Contact plate freezer
Timer
Ikan Nila Merah
Es halus
10
Pemfiletan dilakukan dengan menyayat daging dari bagian punggung dekat pangkal
kepala hingga pangkal ekor. Usahakan tidak ada lagi daging yang menempel pada
tulang dan hindari penyayatan berulang-ulang karena akn menyebabkan tekstur
menjadi rusak.
Perapihan
Dilakukan dengan memotong pada bagian tepi fillet yang kurang rapi serta
pembuangan tulang yang terpotong dan ikut dalam daging pada tubuh ikan (timbang
PB ee nr c
TLL aai kk
uTPTsu aeieck h rt ia kau nh
MmHu ki a t a us un kg
isnpa k eni a m n u
fibwnn la al e k t t u
namtsF aii i lslfiml aie l l e t
tnhs ekgi nri sg e g b a
mdbbk niaa e yh r a
Nimnt k nkae ie n c a
hnnkaI k aag a nmn p
cnan oig n s t ua hc
ae ns
ap3 nl0 a t e
I I
a n
u t
p
tu
12
Rendemen=
Berat Akhir
100
Berat Awal
No
ikan sebelum
fillet
ikan sesudah
fillet
1
2
3
4
5
6
7
8
384,47
432,39
304,8
251,44
268,59
428,38
308,26
229,78
125,9
116,4
107,17
68,35
86,15
142,63
87,54
75,43
rendemen 1
ikan
trimming
32,75%
26,92%
35,16%
27,18%
32,07%
33,30%
28,40%
32,83%
Rendemen 2
25,48%
36,43%
39,82%
22,75%
18,98%
44,89%
34,40%
30,78%
110,17
111,04
100,12
61,11
81,3
138,38
79,04
70,73
Data Ikan
Ikan 1
Berat awalIkan
264,11
Nilai oraganoleptiki
8,5
Ikan 2
263.23
8,33
Ikan 3
263.23
7,83
Ikan 4
271,72
7,5
Ikan 5
414,38
8,5
Ikan 6
263,7
6,83
Ikan 7
396,07
7,67
Ikan 8
226,03
6,83
RATA-RATA
7,74
LAMPIRAN
Lembar Penilaian Organoleptik Ikan Segar Nila Merah
Spesifikasi
Nilai Kode Contoh
1. Kenampakan
1
2
3
a. Mata
Bola
mata
cembung, 9
13
14
c.
d.
7
6
5
3
15
e.
f.
sangat kuat
Sayatan
daging
cemerlang
spesifik
jenis, jaringan daging
kuat
Sayatan daging sedikit
kurang
cemerlang,
jaringan daging kuat
Sayatan daging kurang
cemerlang,
jaringan
daging sedikit kurang
kuat
Sayatan daging mulai
pudar, jaringan daging
kurang kuat
Sayatan daging kusam,
jaringan daging kurang
kuat
Sayatan daging sangat
kusam, jaringan daging
rusak
Bau
Sangat segar, spesifik
jenis kuat
Segar, spesifik jenis
Segar, spesifik jenis
kurang
Netral
Sedikit bau asam
Bau asam kuat
Bau busuk kuat
Tekstur
Padat, kompak, sangat
elastis
Padat, kompak, elastis
Agak lunak, agak
elastis
Agak lunak, sedikit
kurang elastis
Agak lunak, kurang
elastis
Lunak
bekas
jari
terlihat dan sangat
9
8
7
6
5
3
1
9
8
7
6
5
3
16
lambat hilang
Sangat lunak, bekas 1
jari tidak hilang
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Nilai
Kode
Contoh
1
9
7
5
3
1
9
7
5
3
1
9
7
5
3
1
9
7
5
3
1
9
7
5
3
1
17
9
7
5
3
1
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita akan membahas mengenai pembekuan pada fillet ikan
nila pada contactc plate freezer, sebelum kita membahas mengenai pembekuan lebih lanjut
maka kita harus memahami makna dari pembekuan. Pembekuan merupakan proses pindah
panas dari suatu bahan dengan menggunakan suhu rendah biasanya menggunakan suhu pada
-180C kaitannya pada pembekuan perikanan maka pembekuan mempunyai tujuan utama yaitu
mencegah kebusukan pada ikan sehingga kondisi ikan tetap terjaga kesegarannnya.
Pembekuan merupakah salahsatu pengolahan perikanan dengan suhu rendah dikarenakan
pada pembekuan akan merubah bentuk fisik dan kimia ikan.
Alur proses pembekuan pada ikan nila merah yaitu ikan nila merah yang diberikan
perlakuan es selama proses masa fillet, langkah pertama yang dilakukan dalam pemfilletan
ikan adalah dengan menyiangi ikan dengan membuat kotoran ikan setelah itu ikan dilakukan
pemfilletan dengan kondisi tetap dingin yaitu dengan penambahan es kemudian ikan yang
sudah di fillet disusun rapi pada long pan dan disiapkan untuk dibekukan di dalam contact
plate freezer, setelah itu kita dapat mengamati suhu pembekuan dan melihat alur suhu
pembekuan yang terdiri dari tiga fase.
Pada pembekuan ikan fillet ikan nila kali ini saya menggunakan fillet ikan nila merah
dengan berbagai data yaitu berat ikan sebelum dan sesudah fillet. trimminh berat ikan suhu
pembekuan ikan dan waktu pembekuan ikan. Berat ikan pada seblum fillet dan sesudah fillet
akan menggambarkan rendemen dari ikan tersebut dimana rendemen merupakan berat setelah
ikan difillet dibagi dengan ikan sebelum di fillet, pada praktikum kali ini kelmpok kami
menggunakan 8 sampel ikan jika dihitung rendemen didapat hasil seperti ahasil diatas.
Rendemen yang di dapat pada proses pembekuan ikan fillet nila merah adalah seperti
yang diatas dari data yang terdapat datas rata rata yang terdapat pada rendemen pada
pembekuan ini adalah 33,41 %. Rendemen merupakan berat awal ikan debagi dengan berat
setelah dilakukan pemfilletannya dan berat setelah dilakukan trimminng berat ini
menandakan bahwa ada pengurangan kadar berat daging pada ikan, jumlah 33% menandakan
18
bahwasanya ikan berkurang 1/3 dari jumah awalnya rendemen juga dapat dijadikan sebagai
seberapa besar suatau bahan pangan khususnya ikan rendemen mempunyai bagian penting
dari pengolahan ikan dari rendemen kita dapat mengetahui ikan tersebut dapat diolah atau
tidak.
Menurut Nurjanah et al. (2011) rendemen adalah parameter yang digunakan untuk
mengetahui berapa persen kandungan bahan yang bisa diolah. Rendemen yang akan dicari,
yakni
rendemen
daging
rendemen daging
putih, rendemen
19
ikan dicairkan menjadi kurang baik, berongga, keropos dan banyak sekali drip yang
terbentuk. Ikan yang dibekukan dengan lambat tidak dapat digunakan sebagai bahan
bagi pengolahan-pengolahan tertentu misalnya pengalengan, pengasapan, dan
sebagainya.
Sedangkan pembahasan mengenai suhu dapat kita melihat dari grafik suhu 1 yang
terdapat sub bab yaitu 4.1 terdapat diagram mengenai hubungan suhu dengan waktu
pembekuan dimana didapat hasil yaitu per 1 menit, 5 menit awal pada ikan suhu masih
sangat tinggi yaitu pada suhu 200 c dengan bertambahnya terus waktu maka suhu terus
semakin menurun sama halnya dengan diagram pembekuan dimana dengan bertambahnya
waktu maka suhu akan mengalami 3 fase yaitu penurunan suhu menuju fase dingin dan fase
kedua menuju fase pembekuan dan fase ketiga yaitu fase penyimpanan beku pada fillet ikan
ini juga sama dimana dengan suhu awal 200c lama-kelamaan suhu terus menurun hingga
memasuki suhu pendinginan yaitu di sekitar 0-5 0C pada waktu di menit 43 suhu sudah
memasuki suu pembekuan yaitu -180C dan memasuki menit 120 keatas sudah memasuki suhu
penyimpanan beku melebihi -180C.
Pada grafik yang kedua suhu dimulai dari suhu 20,2 celcius kemudian sama halnya
dengan grafik satu bahwa suhu semakin lama semakin menurun dimana suhu pada waktu
awal akan dengan cepat menurun hingga pada masa fase pendinginan maka akan lambat suhu
tersebut turun, seperti pada grafik dua tersebut bahwa pada saat fase penyimpanan beku suhu
yang tejadi sudah mulai stabil yaitu di angka -18 - -24 celcius. Dengan lambatnya suhu turun
pada saat pembekuan maka akan mempengaruhi dari bentuk daging dengan pembekuan yang
suhunya lama menurun maka pembentukan kristal es pada rongga daging akan semakin besar
sehingga dikhawatirkan akan mengalami dehidrasi dan suhu akhir pada pada T2 adalah -21,4
celcius
Sedangkan untuk hasil organoleptik didapat hasil awal organoleptik 7,16 dimana nilai
ini merupakan menandakan ikan yang kami lakukan fillet masih dalam keadaan segar. Untuk
nilai tertinggi pada scoresheet organoleptik ini terdapat pada bagian mata sedangkan untuk
bagian lain mendapat nillai sama yaitu 7, stelah pembekuan scorecheet yang kami uji pada
ikan beku scoresheet tersebut masih dikumpulkan namun untuk nilai kesegaran ikan fillet
20
kami masih dalam keadaan segar dan saat pelakukan thawing juga tidak terjadi dehidrasi
pada ikan.
Jadi nilai organoleptik rata-rata ikan yang digunakan oleh kelompok kami = 7,74. Yang
menunjukkan bahwa ikan tersebut masih layak untuk dikonsumsi. Sehingga dapat diuraikan
ciri- ciri dari ikan nila merah tersebut pada bagian mata (bola mata rata, kornea dan pupil
jernih, agak mengkilap spesifik jenis ikan), insang (warna insang merah tua atau cokelat
kemerahan, kurang cemerlang dengan sedikit lendir transparan), lendir permukaan badan
(lapisan lendir jernih, transparan, cukup cerah), daging (sayatan daging cemerlang spesifik
jenis, jaringan daging kuat), bau (segar spesifik jenis), tekstur (padat, kompak, elastis).
21
kadar berat daging pada ikan, jumlah 33% menandakan bahwasanya ikan
berkurang 1/3 dari jumah awalnya
grafik suhu 1 yang terdapat sub bab yaitu 4.1 terdapat diagram mengenai
hubungan suhu dengan waktu pembekuan dimana didapat hasil yaitu per 1
menit, 5 menit awal pada ikan suhu masih sangat tinggi yaitu pada suhu 20 0 c
dengan bertambahnya terus waktu maka suhu terus semakin menurun sama
halnya dengan diagram pembekuan dimana dengan bertambahnya waktu maka
suhu akan mengalami 3 fase yaitu penurunan suhu menuju fase dingin dan
fase kedua menuju fase pembekuan dan fase ketiga yaitu fase penyimpanan
beku pada fillet ikan ini juga sama dimana dengan suhu awal 20 0c lamakelamaan suhu terus menurun hingga memasuki suhu pendinginan yaitu di
sekitar 0-5 0C pada waktu di menit 43 suhu sudah memasuki suu pembekuan
yaitu -180C
Pada grafik yang kedua suhu dimulai dari suhu 16,7 celcius kemudian sama
halnya dengan grafik satu bahwa suhu semakin lama semakin menurun
dimana suhu pada waktu awal akan dengan cepat menurun hingga pada masa
fase pendinginan maka akan lambat suhu tersebut turun, seperti pada grafik
dua tersebut bahwa pada saat fase penyimpanan beku suhu yang tejadi sudah
mulai stabil yaitu di angka -18 - -24 celcius
Untuk hasil organoleptik didapat hasil awal organoleptik 7,16 dimana nilai ini
merupakan menandakan ikan yang kami lakukan fillet masih dalam keadaan
segar
5.2 Saran
Pada setiap praktikum, diharapkan agar praktikan selalu menjaga kebersihan dalam
laboratorium guna menjaga kualitas mutu ikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Murdjiharto. T.J. 2005. Teknologi Hasil Perairan. Universitas Brawijaya. Malang.
Nurjanah, Setyaningsih I, Sukarno, Muldani M. 2009. Kemunduran mutu ikan nila merah
(Oreochromis sp.) selama penyimpanan pada suhu ruang. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan VIII (1): 37-43
Soekarto, S.T. 1990. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
23
LAMPIRAN
Daging stelah
pembekuan
24
Ikan sebelum
Pembekuan pada
25