Indonesia
merupakan
produsen
karet
nomor
dua
terbesar
di
dunia setelah Thailand. Data statistik menunjukkan total produksi karet alam
dunia pada 1994 sebanyak 5.710.000 ton, Thailand menyumbangkan 1.720.800
ton (30.13 persen), dari Indonesia sebesar1.360.800 ton, Malaysia 1.100.600 ton
(19,27 persen), dan negara-negara lain (Amerika Latin, Afrika, Asia lainnya)
sebesar 1.527.800 ton atau 26,75 persen. Hal itu disampaikan oleh Asisten
Direktur Eksekutif GabunganPerusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Pusat, Ir
Erwin Tunas. Dari karet alam yang diproduksi di Indonesia, sebanyak 1.244.800
ton (91,48 persen) diekspor, sedangkan untuk komsumsi dalam negeri
hanya sekitar 116.000 ton (8,52 persen)
http://www.suarapembaruan.com/News/1996/09/180996/Daerah/karet/karet.html
Dengan demikian dapat dilihat, crumb rubber merupakan jenis mutu utama yang
dihasilkan di Indonesia.Crumb rubber merupakan komoditas yang penting bagi
Indonesia sebab, sebagian besar bahan baku crumbrubber berasal dari perkebunan
rakyat. Berdasarkan pada kenyataan inilah, setiap industri crumb rubber harus
terus mempertahankan kualitas dari crumb rubber untuk dapat terus bertahan
dalam persaingan.The competitive advantage is signed by the low cost and high
working efficiency, while operations were consumer oriented in terms of quality.
In the rubber industry has been a decline in the level of efficiency. Decreased
levels of efficiency occurs because many inefficient activities that take place
during the production process. Activities that were not contributed to the value of
the product lead to waste during the production process. Thesolution of this
problem may be get by applying the lean thinking, use the available resources
with their maximumefficiency, improve the value adding activities by reducingthe
waste in the production.
Reducing W aste in Production by Lean Thinking- A case study, Chetan S. Sable,
Manish M. Dakhore, International Journal of Engineering Research &Technology
(IJERT), ISSN: 2278-0181, Vol. 3 Issue 6, June - 2014
Sebelum dapat mereduksi waste, terlebih dahulu harus diidentifikasi waste
yang terdapat selama proses produksi.Berdasarkan hal di atas maka perlu
dilakukan identifikasi dari waste yang terjadi di industri crumb rubber. Identifikasi
waste dapat dilakukan dengan cara melakukan uraian terhadap aktivitas yang
terjadi selama proses produksi ke dalam kegiatan yang bernilai tambah ataupun
aktivitas yang tidak bernilai tambah.Non-value adding activities are referred to as
activitieswhich absorb resources without adding value to the customer
(Saukkorippi,2005). Koskela (1992), Alarcon (1994) and Love et al., (1997)
defined novalue-adding activities as all those activities that absorb time and
resourcesand generate direct or indirect costs but do not contribute value to
theproduct.
Koskela, L., 1992, Application of the New Production Philosophy toConstruction.
Technical Report #72, Centre for Integrated FacultyEngineering, Stanford
University,
Finland.[4
2009]http:www.byggeevaluering.dk/db/files/koskela1992_tr72.pdf
April
Saukkoriipi, L., 2005, Non value-adding activities affecting the client in building
projects, Thesis of the degree of licentiate of engineering,Goteborg, Sweden:
Chalmers Reproservice
Alarcon, L. F., 1994, Tools for the identification and Reduction Waste
inConstruction Projects. In Presented on the 2nd workshop on leanconstruction.
Catholic University of Chile. Santiago. Chile.
Love, P.E.D., & Sohal, S., 2003, Capturing rework costs in projects.Managerial
Auditing Journal.18 (4) pp. 329-339
Xolani Nghona1, Jonathan Crowe2, Ruben Ndihokubwayo3. Identification of the
Causes of Non-Value-Adding Activities during theclient briefing process
Proceedings 5th Built Environment Conference 18-20 July 2010, Durban, South
Africa, ISBN: 978-0-620-46703-2
Berdasarkan beberapa literatur ada beberapa jenis waste yang terdapat dalam
industri manufaktur. There are seven commonly accepted wastes :
(1) overproduction;
(2) waiting;
(3) transport;
(4) inappropriate processing;
(5) unnecessary inventory;
(6) unnecessary motion;
(7) defects.
International Journal of Operations & Production ManagementEmerald Article:
The seven value stream mapping toolsPeter Hines, Nick R
Banyak penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk mengidentifikasi waste,
antara lain dalam bidang konstruksi, dimana
Telah terjadi pemborosan di lokasi konstruksi yang mengakibatkan kerugian
finansial, seperti biaya transportasi dan biaya penyimpanan material.
Construction waste reduction A case study. Mr. R. B. Surve, Dr. S. S. Kulkarni,
International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), ISSN:
2278-0181,Vol. 2 Issue 8, August 2013
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan dalam suatu penyelidikan atas faktor
yang menyebabkan pemborosan terhadap biaya material dari Residential Building
Frame. R. P. Mbote1, A. K. Kimtai, M. Makworo, An Investigation on the
Influence of Factors Causing Material Waste on Construction Cost of Residential
Building Frame. A Case of Northern Region of Nairobi. International Journal of
Engineering Research & Technology (IJERT), ISSN: 2278-0181, Vol. 5 Issue 09,
September-2016.
Tetapi identifikasi waste belum pernah dilakukan dalam suatu industri crumb
rubber
METHODOLOGY
Ada banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi waste.
Berdasarkan Peter Hines ada seven value stream mapping tools. The tools
themselves are drawn from a variety of origins as show in Table II. These origins
include engineering, action research/logistics and operations management, and
two that are new.
Mapping tool
(1) Process activity mapping
(2) Supply chain response matrix
(3) Production variety funnel
(4) Quality filter mapping
(5) Demand amplification mapping
(6) Decision point analysis
(7) Physical structure mapping
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa untuk penelitian ini yang paling tepat
digunakan adalah Process Activity Mapping. process activity mapping has its
origins in industrial engineering. Industrial engineering comprises a group of
techniques that can be used to eliminate from the workplace waste,
inconsistencies and irrationalities, and provide high-quality goods and services
easily, quickly and inexpensively.
Ishiwata, J., Productivity through Process Analysis, Productivity Press,
Cambridge, MA, 1991.
Process activity mapping involves the following simple steps: first, a preliminary
analysis of the process is undertaken, followed by the detailed recording of all the
items required in each process.
PAM akan menunjukkan jenis aktivitas yang terdapat dilantai produksi.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahu jenis waste pada lantai produksi. Dari
hasil identifikasi waste tersebut maka dapat diambil langkah yang tepat untuk
mengurangi waste sehingga dapat meningkatkan efisiensi pada industri crumb
rubber.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Big Picture Mapping
Aktivitas
Membawa Latex ke stasiun Receive Tank
dengan menggunakan montik
Dipindahkan dari montik ke mesin
stearer dengan menggunakan kompresor
Diaduk di mesin stearer
Dipindahkan dari mesin stearer ke stasiun
pembekuan dengan menggunakan pipa
penghubung
Dibawa asam asetat ke stasiun
pembekuan
Dibekukan latex dengan asam asetat
dengan pipa
Dipindahkan dari stasiun pembekuan ke
stasiun pencacahan dengan menggunakan
conveyor
Dicacah dengan menggunakan mesin
Prebreaker
Dibawa Air ke stasiun Blending dengan
menggunakan pipa
Waktu
(menit)
Keterangan
10
Operator
Mesin
60
Mesin
Mesin
Operator
360
Mesin
Mesin
75
Mesin
Mesin
O D
O
T
O
T
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
40
Mesin
10
Mesin
60
Mesin
15
Mesin
Mesin
Mesin
Operator
310
Mesin
Operator
Operator
Operator
Mesin
Operator
10
Operator
Operator
Operator
Operator
Operator
Operator
Operator
O
T
I
T
O
O
T
O
T
O
T
Aktivitas
1.
Operation
2.
Inspeksi
3.
Transportation
Keterangan
Jumlah
Waktu (Menit)
Operator
Mesin
Operator
Operator
Mesin
3
8
1
10
7
29
10
937
3
48
46
1.044
Jumlah
Peta kategori aktivitas operator proses produksi Crum Rubber dapat dilihat
pada Gambar 2. berikut.
Waktu ( menit ) 20
0
1
Aktivitas
Gambar 2. Peta Kategori Aktivitas Operator
Peta kategori aktivitas mesin proses produksi Crumb Rubber dapat dilihat pada
Gambar 5.3. berikut.
Waktu ( Menit )
1000
800
600
400
200
0
1
Aktivitas
Gambar 3. Peta Kategori Aktivitas Mesin
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan maka dilakukan
penjumlahan terhadap jam kerja yang habis untuk waste yaitu:
Waste = delay + transportation
= 0 + 94
= 94 Menit
Waste = 1,56 jam
Dapat dilihat bahwa terjadi waste pada proses produksi crumb rubber selama 94
menit atau 1,56 jam. Dengan terjadinya waste selama 1,56 jam akan terjadi
kerugian untuk perusahaan.
Waste Reduction
Selain untuk mengidentifikasi waste, metode ini juga memberikan usulan
perbaikan sehingga dapat mereduksi atau mengeleminasi waste yang terjadi.
Waste yang diidentifikasi pada proses pembuatan Crumb Rubber adalah sebagai
berikut.
1. Trasnport
Kegiatan trasnport menghabiskan waktu sekitar 1,56 jam. Banyakya aktivitas
transportasi disebabkan oleh kurang baiknya peralatan yang ada pada
perusahaan. Usulan perbaikan yang dapat diimplemantiskan untuk
mengurangi waste ini adalah dengan
a. Pada proses produksi usulan perbaikan yang dilakukan adalah pengadaan
mesin seperti Hidrolik pada saat mengangkat Crumb Rubber dari pan di
Stasiun Pengeringan sehingga dapat mengurangi waktu pemindahan bahan
dari stasiun pengeringan ke stasiun pengepakan
b. Menggunakan material handling seperti forklift untuk perpindahan plastik
bening,interlayer dan jacket ke stasiun pengepakan.
c. Mengganti Montik dengan mobil pick up dikarenakan kecepatannya yang
lambat sehingga membuat waktu terbuang.
2.
Unnecessary motion