PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and
tratment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg. 5
Menurut konsensus hipertensi 2014, tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan di mana upaya penurunan tekanan darah akan memberikan manfaat lebih
besar dibandingkan dengan tidak melakukan upaya tersebut. Di sadari bahwa
tekanan darah adalah suatu kontinuum, di mana risiko kardiovaskular meningkat
bila tekanan darah diatas 110/75 mmHg, jadi tidak ada angka yang pasti yang
dapat menggambarkan bertambahnya risiko tersebut. Suatu angka adalah suatu
konsensus atau kesepakatan bersama.8
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak daspat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung
natrium dan lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan
jantung, Penyakit Jantung Koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan lain lain
yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan
jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang
disebut silent killer yang merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh
menyebabkan penyakit jantung (cardiovaskuler).
distribusi
karakteristik
penderita
hipertensi
1.4.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang). Hipertensi
didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and
tratment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90
mmHg. 5
Epidemiologi
Menurut Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, sampai saat ini,
prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur >
18 tahun sebesar 25.8 %. Tertinggi di Bangka belitung (30.9%). diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis
tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau
sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat
sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum
obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
26,5 persen (25,8% + 0,7 %).9
Sebanyak 85-90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau
disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya
sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi
sekunder).Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder. Data
yang tersedia pun sangat tergantung pada lokasi di mana penelitian itu dilakukan.
Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien yang menderita hipertensi sekunder,
sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%.9
2.3.
Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
2.
<120
<80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi derajat I
140-159
90-99
Hipertensi derajat II
160
100
Normal
<120
<80
Normal
<130
<85
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi derajat I
140-159
90-99
Hipertensi derajat II
160-179
100-109
180
110
140
<90
<120
<80
Prehipertensi
120-139
80-89
Hipertensi derajat I
140-159
90-99
Hipertensi derajat II
160
100
Krisis Hipertensi
>180
>110
Normal
Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak dapat diketahui dengan
pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal tunggal dan khusus.
Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi
sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan
ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain lain.
Patogenesis
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskuler melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1. Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan
proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan
terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler,
kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah.
Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak dibawah lapisan tunika
intima akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal,
kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian
tubuh tertentu
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium.
Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
2. Sistem renin- angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I- convertting enzyme (ACE).
darah,
dimana
dengan
dilepaskannya
norepinefrin
Diagnosis hipertensi
Diagnosis yang akurat merupakan langkah awal dalam penatalaksanaan
hipertensi. Akurasi cara pengukuran tekanan darah dan alat ukur yang digunakan,
serta ketepatan waktu pengukuran. Pengukuran tekanan darah dianjurkan
10
dilakukan pada posisi duduk setelah beristirahat 5 menit dan 30 menit bebas rokok
dan kafein
Pengukuran tekanan darah posisi berdiri atau berbaring dapat dilakukan
pada keadaan tertentu. Sebaiknya alat ukur yang dipilih adalah sfigmamonometer
air raksa dengan ukuran cuff yang sesuai. Balon di pompa sampai 20-30 mmHg
diatas tekanan sistolik yaitu saat pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian dibuka
secara perlahan lahan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari auscultatory gap
yaitu hilangnya bunyi setelah bunyi pertama terdengar yang disebabkan oleh
kekakuan arteri
Pengukuran ulang hampir selalu diperlukan untuk menilai apakah
peninggian tekanan darah menetap sehingga memerlukan intervensi segera atau
kembali ke normal sehingga hanya memerlukan kontrol yang periodik. Selain itu
diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menilai faktor risiko kardiovaskuler lain
seperti hiperglikemi atau hiperlipidemi yang dapat dimodifikasi dan menemukan
kerusakan organ target akibat tingginya tekanan darah seperti hipertrofi ventrikel
kiri atau retinopati hipertensi pada funduskopi. Tentu saja sebelum melakukan
pemeriksaan fisik diperlukan anamnesis yang baik untuk menilai riwayat
hipertensi dalam keluarga, riwayat penggunaan obat anti hipertensi atau obat lain
gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan dan gaya
hidup serta faktor psikososial
2.7
Gejala klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala
sampai bertahun tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat
akan mengalami edema pupil.
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun tahun
11
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai mual dan muntah, akibat
b.
c.
d.
e.
Gejala lainnya yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba tiba, tengkuk
terasa pegal dan lain lain
2.8.
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
12
Gagal jantung
2. Otak
-
Tatalaksana
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
Inisial
Dosis Harian, mg
ACE inhibitors
1. Captopril
2. Enalapril
3. Lisinopril
Angiostensi receptor blockers (ARB)
1. Eprosartan
2. Candesartan
3. Losartan
4. Valsartan
5. Irbesartan
-Blockers
1. Atenolol
2. Metoprolol
Calcium Channel Blockers
1. Amlodipine
2. Diltiazem extended
release
3. Nitredipine
Thiazide-type diuretics
1. Bendroflumethiazide
2. Chlorthalidone
3. Hydrochlorothiazide
4. Indapamide
Dosis Target
RCT, mg
Jumlah
Obat / Hari
50
5
10
150-200
20
40
2
1-2
1
400
4
50
40-80
75
600-800
12-32
100
160-320
300
1-2
1
1-2
1
1
25-50
50
100
100-200
1
1-2
2,5
120-180
10
360
1
1
10
20
1-2
5
12,5
12,5-25
1,25
10
12,5-25
25-100
1,25-2,5
1
1
1-2
1
13
Mengatur tekanan darah sesuai target dan memulai terapi obat sesuai dengan usia, diabtes, CKD
Populasi Umum
tanpa CKD & DM
Umur 60 tahun
Target TD
SBP < 150 mmHg
DBP < 90 mmHg
Target TD
SBP < 140 mmHg
DBP < 90 mmHg
Non Kulit Hitam
Target TD
SBP < 140 mmHg
DBP < 90 mmHg
Kulit Hitam
Target TD
SBP < 140 mmHg
DBP < 90 mmHg
Semua Kasus
Tidak
14
Tidak
2.10
Pencegahan
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap
hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau
keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.
Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya
tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar
penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya.
Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar
penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan
yang ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus
diambil tindakan pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain
dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.
Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah
lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk
susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah.
15
16
17
Jenis
Kelamin
Suku
Genetik
Pekerjaan
Kebiasaan
Merokok
Hipertensi
BAB III
METODE PENELITIAN
Kebiasaan
Olahraga
18
Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang datang berobat dalam
Jenis kelamin
Identitas pasien berdasarkan jenis kelamin
Dikategorikan atas :
1. Pasien laki-laki
2. Pasien perempuan
3.5.3
Faktor keturunan
Ada atau tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
19
3.5.4 Suku
Berasal dari suku dan bangsa mana pasien tersebut.
3.5.5
Status gizi
Status gizi pasien dihitung berdasarkan perhitungan IMT(indeks
Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok pasien dirinci berdasarkan jenis rokok, lama
merokok, jumlah rokok, dan merek rokok.
3.5.7
Kebiasaan berolahraga
Kebiasaan berolahraga dirinci berdasarkan sering atau tidaknya
pasien berolahraga.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis
secara deskriptif berdasarkan jumlah kasus yang didapatkan dari rekam
medik sesuai dengan variabel yang diteliti.
3.7 Teknik Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik yang dijelaskan dalam bentuk narasi.
3.7.1