Give you more information about stories and knowledges. Have a nice read....
Video (2)
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS
Aji Maulana
Dede Rispriyanto
Gilang Siwi Widodo
Milatun Nafidah
Neneng Vitriyah
Sea Paradise
MATA KULIAH : KD II
DOSEN PEMBIMBING : DENI IRAWAN S.Kep.,Ns
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI..
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.
1.2 RUMUSAN MASALAH..
1.3 TUJUAN PENULISAN...
1.4 MANFAAT PENULISAN...
1
1
2
2
2.2 ETIOLOGI...
2.4 PATOFISIOLOGI
2.5 PATHWAYS
2.6 KOMPLIKASI 9
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG 9
2.8 PENATALAKSANAAN 10
2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .
10
17
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN. 28
4.2 SARAN. 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses
penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita
bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah
besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi.sirosis
didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture
hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien
yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis
menempati urutan ke tujuh penyebab kematian.Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini.Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawatan penyakit dalam.Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki laki dari
pada perempuan.dengan perbandingan 2 4 : 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI SIROSIS HEPATIS
Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regenerative (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare,
2001).
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan menahun
pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan regenerasi sel hati sehingga
Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif mansjoer, FKUI1999 )
Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1.
Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2.
Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari
hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3.
Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu.
Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus
biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru.
Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas
saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
2.2 ETIOLOGI SIROSIS HEPATIS
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida,
naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak
daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 60 tahun.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang
sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh
lemak.Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui
palpasi.Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru
saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni).
Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba
benjol-benjol (noduler).
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan
sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan
berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan
pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan
traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif
yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan
demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung
menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami
penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites.
Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan.
Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial
menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi
terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan pemintasan
(shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih
rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah
abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi
pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah
merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi
pembuluh darah ini akan membentuk varises atau temoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi
akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan.
Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan
tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis
ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus.
Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema.
Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium.
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yan tidak memadai
(terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai,
khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis
kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan
gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala
anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat
yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan
koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis
hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu
serta tempat, dan pola bicara.
2.5 PATHWAYS
Pemeriksaan fungsi hepar abnormalterdapat adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan
kadar albumin serum, peninggian kadar globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan
indirek), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan trombositopenia, penurunan enzim
kolinesterse, sertapeninggian SGOT dan SGPT.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi (USG),
pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises esofagus,
pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta sumber pendarahan,
pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, angografi, dan endoscopic retrograde
chlangiopancreatography (ERCP).
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
2. Diit rendah protein ( diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein , 2.000 kalori ). Bila ada asites
diberikan diet rendah garam II ( 600-800mg ) atau III ( 1.000-2.000 mg ). Bila proses tidak aktif,
diperlukan diet tinggi kalori ( 2.000-3.000 kalori ) dan tinggi protein ( 80 125 g/ hari )
3.
Mengatasi infeksi dengan antibiotik, diusahakan memakan obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik
4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang
dan glukosa
5. Roboransia, vitamin B kompleks, dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol.
2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor
pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan
makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita.Pola penggunaan alkohol
yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.Yang juga harus
dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama melakukan
aktivitas rekreasi.Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat hepatotoksik atau dengan
obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap
orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan
atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani.Di samping
itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat memberikan petunjuk
tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat meteorismus (kembung),
perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan
berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma,
B.
1.
2.
3.
asites.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anoreksia.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
C.
erawatan
1.
2.
3.
4.
rawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
rawatan
1.
2.
3.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
Rasional
Hasil ya
:
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
:
peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.
Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein 1. Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi 1. Melaporkan
Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks,
proses penyembuhan.
kesehatan pa
C dan K)
2. Memberikan nutrien tambahan.
2. Merencanak
Motivasi pasien untuk melakukan latihan
memberikan
yang diselingi istirahat
3. Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien cukup.
Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan untuk melakukan latihan dalam batas toleransi
3. Meningkatka
latihan dengan periode waktu yang
pasien.
bersamaan de
ditingkatkan secara bertahap
4. Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan
kekuatan.
percaya diri
4. Memperlihat
adekuat dan m
dari diet.
:
gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
:
memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema.
Batasi natrium seperti yang diresepkan.
1. Meminimalkan pembentukan
1. Memperlihat
Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
edema.
normal pada
Balik dan ubah posisi pasien dengan sering.
2. Jaringan dan kulit yang edematus tubun.
Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan
mengganggu suplai nutrien dan 2. Tidak memp
setiap hari.
sangat rentan terhadap tekanan 3. Memperlihat
Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas
serta trauma.
tanpa gejala e
edematus.
3. Meminimalkan tekanan yang
atau peningk
Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus
lama dan meningkatkan
tonjolan tulan
dan tonjolan tulang lainnya.
mobilisasi edema.
4. Mengubah p
4. Memungkinkan perkiraan status
cairan dan pemantauan terhadap
adanya retensi serta kehilangan
cairan dengan cara yang paling
baik.
5. Meningkatkan mobilisasi edema.
6. Melindungi tonjolan tulang dan
meminimalkan trauma jika
dilakukan dengan benar.
:
Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan a
gastrointestinal.
:
Perbaikan status nutrisi.
Motivasi pasien untuk makan 1. Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan1. Memperlihatka
makanan dan suplemen
gastrointestinal.
tinggi kalori, tin
makanan.
2. Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh
jumlah memada
Tawarkan makan makanan
penderita anoreksia.
2. Mengenali mak
dengan porsi sedikit tapi
3. Meningkatkan selera makan dan rasa sehat.
bergizi dan dipe
sering.
4. Menghilangkan makanan dengan kalori kosong dan
3. Bertambah bera
Hidangkan makanan yang
menghindari iritasi lambung oleh alkohol.
penambahan ed
4.
5.
6.
7.
8.
9.
rawatan
1.
2.
3.
rawatan
1.
2.
3.
4.
Intervensi Keperawatan
Rasional
Hasil ya
menimbulkan selera dan
5. Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera
asites.
menarik dalam penyajiannya.
makan.
4. Mengenali dasa
Pantang alkohol.
6. Dapat mengurangi frekuensi mual.
pasien harus ma
Pelihara higiene oral sebelum 7. Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak
sering.
makan.
pada perut yang mengurangi selera makan dan keinginan
5. Melaporkan pe
Pasang ice collar untuk
terhadap makanan.
dan rasa sehat.
mengatasi mual.
8. Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa 6. Menyisihkan a
Berikan obat yang diresepkan
tidakenak serta distensi pada abdomen.
7. Turut serta dala
untuk mengatasi mual, muntah,9. Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.
higiene oral seb
diare atau konstipasi.
menghadapi mu
Motivasi peningkatan asupan
8. Menggunakna
cairan dan latihan jika pasien
gastrointestinal
melaporkan konstipasi.
9. Melaporkan fu
Amati gejala yang
normal dengan
membuktikan adanya
10.
Mengenal
perdarahan gastrointestinal.
dilaporkan: mel
nyata.
:
Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta ny
:
Peningkatan rasa kenyamanan.
Pertahankan tirah baring ketika1. Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati,
1. Mempertahank
pasien mengalami gangguan
Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta
mengurangi akt
rasa nyaman pada abdomen.
gangguan rasa nyaman pada abdomen.
2. Menggunakan
Berikan antipasmodik dan
2. Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran
sesuai indikasi
sedatif seperti yang diresepkan. keadaan pasien dan untuk mengevaluasi intervensi.
3. Melaporkan pe
Kurangi asupan natrium dan 3. Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.
gangguan rasa n
cairan jika diinstruksikan.
4. Melaporkan ras
nyaman jika ter
5. Mengurangi asu
sesuai kebutuha
diinstruksikan u
6. Merasakan pen
7. Memperlihatka
8. Memperlihatka
perut dan perub
sesuai.
:
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
:
Pemulihan kepada volume cairan yang normal.
Batasi asupan natrium dan
1. Meminimalkan pembentukan asites dan edema.
1. Mengikuti diet
cairan jika diinstruksikan.
2. Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan
pembatasan cai
Berikan diuretik, suplemen
mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yang
diinstruksikan.
kalium dan protein seperti yang normal.
2. Menggunakan
dipreskripsikan.
3. Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.
dan protein sesu
Catat asupan dan haluaran
4. Memantau perubahan pada pembentukan asites dan
mengalami efek
cairan.
penumpukan cairan.
3. Memperlihatka
Ukur dan catat lingkar perut 5. Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam
urine.
Intervensi Keperawatan
Rasional
setiap hari.
menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan.
5. Jelaskan rasional pembatasan
natrium dan cairan.
rawatan
1.
2.
3.
4.
Hasil ya
4. Memperlihatka
perut.
5. Mengidentifika
natrium dan cai
:
Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengemban
distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks.
:
Perbaikan status pernapasan.
Tinggalkan bagian kepala tempat
1. Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan
1. Mengalami p
tidur.
memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru
pernapasan.
Hemat tenaga pasien.
yang maksimal.
2. Melaporkan
Ubah posisi dengan interval.
2. Mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien.
napas.
Bantu pasien dalam menjalani
3. Meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi 3. Melaporkan
parasentesis atau torakosentesis.
pada semua bagian paru).
rasa sehat.
4. Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk
4. Memperlihat
mengeluarkan cairan dari rongga toraks) merupakan
yang normal
tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar
terdengarnya
bekerja sama dalam menjalani prosedur ini dengan
tambahan.
meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman.
5. Memperlihat
yang penuh t
dangkal.
6. Memperlihat
normal.
7. Tidak menga
sianosis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SIROSIS HEPATIS
KASUS
Seorang laki laki dewasa (55 tahun) datang dengan keluhan perut kembung, rasa tidak
enak, spider navi (+), asites (+), klien mengatakan malas untuk makan, klien waktu remaja sering
mengonsumsi alcohol dalam jangka waktu yang lama, lab : SGOT 48, SGPT 52, total protein 9,1
, hasil USG didapatkan pembesaran hepar dan limpa.
A. PENGKAJIAN
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. M
Tempat dan tanggal lahir
: Klaten, 14 Maret 1969
Pendidikan terakhir
: SD
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Tinggi Badan / Berat Badan
: 155 cm/43 kg
: Composmentis
tampak lemah
: Tinggi, kulit sawo matang
: Jl. Prayan No. 14, Jetis, Karang Nongko, Klaten
j. Orang terdekat yang mudah dihubungi
:Ny. D
k. Hubungan dengan klien
: Istri klien
l. Tanggal masuk RS
: 23 April 2014
m. Diagnosa medis
: Sirosis Hepatis
n. No. RM
: 99.10.10
2.
KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh perutnya kembung dan rasa tidak enak.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit klien merasakan perutnya kembung. Klien
menganggap kembungnya hanya karena masuk angin biasa, sehingga hanya diatasi dengan
meminum jamu antimasuk angin dan diolesi dengan minyak kayu putih. Dua hari berikutnya
perutnya dirasakan semakin tidak enak. Klien diperiksa ke puskesmas terdekat dan dirujuk ke
RSU untuk dirawat. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 23 April 2014 didapatkan adanya
asites, permukaan perut tampak tidak rata dan membesar, terdapat spider navi, ada nyeri tekan di
bagian hati dan limpa. Klien juga mengatakan napsu makannya menurun.
4.
5.
6.
RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal permanent dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang tinggal di
rumah sebanyak 4 orang, dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup, kebersihan dan
kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup,keadaan kamar mandi cukup baik tidak terlalu tinggi dan
tidak licin.
7. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit klien beraktivitas dengan normal. Klien tidak mengetahui penyakit yang diderita
klien. Klien menganggap kembung yang dirasakan hanya sekedar kembung biasa. Klien hanya
-
b.
c.
sembuh.
Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit klien bekerja diperusahaan swasta. Klien jarang melakukan kegiatan olah raga.
Selama sakit klien lebih banyak istirahat.
Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit pasien makan 3 x/sehari dengan porsi 1 kali makan habis, minum air teh atau
putih 1000 cc/hari.
Selama sakit pasien makan 3x/hari dengan pola makan habis porsi habis dan minum air putih
700 cc/hari.
d. Pola eliminasi
-
Sebelum sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsentrasi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan. BAK 900 1000 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
Selama sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan BAK 600 - 800 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
1.
2.
3.
4.
disembuhkan.
- Selama sakit klien melaksanakan shalat 3 4 waktu dan sering berdoa
8.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Survey umum
Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: composmentis
Tanda tanda vital
TD
: 110/70 mmHg
N
: 80 x/menit
RR
: 24 x/menit
0
Suhu : 36,5 C
Antropometri
TB
: 155 cm
BB
: 43 kg
IMT
: 17,8
e.
-
I
P
P
A
Abdomen
I
A
P
P
: Simetris
: Fremitus kanan / kiri : normal kanan/kiri
: Sonor ka/ki
: vesikuler ka/ki
: Bentuk asimetris
: Bising usus 13x/menit
: Hati dan limfe teraba, nyeri tekan (+)
: Hipertimpani
netalia
: Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter
ctum dan anus : Klien mengatakan tidak ada hemoroid
tremitas
-
Atas : tangan kiri dan tangan kanan dapat digerakan kesegala arah
Bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
SGOT
SGPT
Protein
Kalium
Natrium
JUMLAH
48u/L
52u/L
9,1 g/dL
5,63 mEg/l
146 meq/l
NORMAL
3-45 u/L
0-35 u/L
6,3 - 7,9 g/dL
3,6 5,6 mEq/l
137 145 mEq/l
Klorida
USG
109 mEg/l
98 107 Eq/l
Terdapat hematomegali dan splenomegali
B. ANALISA DATA
No
1
Tgl/Jam
Data
Problem
23 April 2-14/08.30KlDS :
Kelebihan volume ca
WIB
Klien mengeluh perutnya terasa kembung.
DO:
Asites (+)
Perut tampak membesar
Ka 5,63 mEg/l (normalnya : 3,6 5,6 mEq/l), Na 146 meq/l (normalnya :
137 145 mEq/l), Cl 109 mEg/l (normalnya : 98 107 Eq/l)
23 April 2-14/08.30 DS :
Nyeri
WIB P : nyeri karena perut membesar
Q : seperti ditekan
R : nyeri pada daerah perut kanan atas
T : saat ditekan pada daerah perut atas
Ketidakseimbangan n
kurang dari kebutuha
tubuh (00002)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pembentukan asites
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar dan limpa
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO.
DX
1
TUJUAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
3 x 24 jam pada
pasien dengan
- asites (-)
- Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali.
- ukuran perut normal
- Ka 5,3 mEg/l (normalnya : 3,6 - Atasi natrium dan air: diet TKRP RG dan
5,6 mEq/l), Na 143 meq/l
minum 700 cc/24 jam.
(normalnya : 137 145 mEq/l),
RASIONAL
- Tekanan darah
berhubungan d
- Meminimalka
area ekstravask
untuk memper
kaelebihan volume
cairan dapat teratasi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
3 x 24 jam pada
pasien dengan
pembengkakan hati
dan limpa dapat
teratasi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
3 x 24 jam pada
pasien dengan
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
dapat teratasi
hiponatremia
- Mengontrol as
- Untuk menent
sesuai dan kee
diberikan
- Untuk mengu
- Untuk mengu
- Membantu da
derajat ketidak
Suplemen nut
mendapatkan z
kebutuhan tub
Berikan makanan kesukaan pasien dengan - Menambah na
pertimbangan ahli gizi
tetap memenuh
tubuh.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi - Untuk membe
sering
pasien sesering
Berikan informasi tentang kebutuhan
- Untuk menget
nutrisi untuk tubuh
kebutuhan nut
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. M
Hari.Tanggal
Jam : 10.00 WIB
: 25 April 2014
IMPLEMENTASI
EV
S:
1. Klien mengatakan perutnya m
2. Klien mengatakan masih tera
1. Klien mengeluh perutnya terasa kembung.
ditekan, skala nyeri 3 dan sud
dalam secara mandiri
2. Kien mengatakan nyeri karena perut membesar, terasa seperti ditekan,
nyeri menyebar pada daerah perut kanan atas dengan skala 5 dan terasa 3. Klien mengatakan napsu mak
menghabiskan porsi
saat ditekan pada daerah perut atas
DS :
O:
1. Asites (+)
2. Klien masih tampak menyeri
teknik napas dalam secara ma
3. BB 44 kg, TB 155 cm, IMT
A:
1. kelebihan volume caian (+)
2. nyeri (+)
3. ketidakseimbangan nutrisi ku
3. BB sebelum dan selama sakit : 45kg/43kg, TB 155 cm, IMT 17,8 (kurus),
1.
Klien tampak lemah, Makan habis porsi
2.
3.
DIAGNOSA
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pembentukan asites
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar dan limpa
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
3.1
TINDAKAN
Awasi tekanan darah setiap 3 jam sekali.
Batasi natrium dan air: diet TKRP RG dan minum 700 cc/24 jam.
Kolaborasi therapi diuretik.
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
Mengajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi dengan napas dalam)
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi bagi tubuh
P:
Anjurkan klien untuk memba
Anjurkan pasien melakukan
Anjurkan pasien makan sedik
untuk
TTD
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Saluran pencernaan adalah bagian tubuh yang sering mendapat keluhan saat mengonsumsi
makanan.Saluran cerna ini berfungsi untuk menyerap nutrisi dalam makanan dan
mengeluarkan bagian makanan yang tak diserap dari tubuh. Saat saluran cerna tidak bekerja
dengan optimal, maka akan terjadi gangguan pada system pencernaan.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorik arsitek yang
normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi itu dapat berukuran kecil
(mikronocular ) dan besar (makronocular) sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intra
hepatic, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati yang secara
bertahap ( price dan Wilson 2002 )
3.2 SARAN
1. Dengan mengetahui gejala-gejala awal sirosis hepatis kita dapat mengantisipasi dari awal jka terjadi tandatanda gangguan system pencernaan pada pasien ataupun orang terdekat kita.
2. Dengan mengetahui penyebab-penyebab sirosis hepatis maka kita dapat mencegah lebih awal sebelum
terjadinya penyakit yang lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan
keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Http://lolapitriyani.wordpress.com/2014/03/15/makalah-cirrohiss-hepatis-atau-sirosis-hati/
Translate
Diberdayakan oleh
Terjemahan
It's me ^^
Sea Paradisee
"we want the same things, we dreams the same dream"
(steal my girl - one direction)
View my complete profile
Blog Archive