Phebe Illenia S.
Woelan Handadari
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract.
This research was aimed to discover how the healing process of sexual abuse victim from their
trauma. This research used qualitative approach with intrinsic case study. This research was
conducted by exploring the experience of two sexual abuse victims who have recovered from their
trauma. The researcher carried out depth interview as data collecting technique. Data were
analyzed by thematic analysis technique. The result showed that sexual abuse victims passed
through emotional process such as denial stage, angry stage, and depression stage, before finally
they reached the acceptance stage. On the healing process, sexual abuse victims suffered from
traumatic experiences such as feel profane the name of the family, feel shame, and feel dirty. They
also suffered from sleep disorder, easily suspicious, inadequate emotion, etc. As the healing
effort, they tried to consult their problem to psychologist and psychiatric, did meditation and
yoga exercise, shared story with friend, and joined with the spritual activity. Their supporting
factors were support from environment, religion faith, and personality characteristic.
Korespondensi: Woelan Handadari, Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, 5014460, Faks (031) 5025910, E-mail:
buwoelan@yahoo.com atau e-mail: phebeillenia@hotmail.com
INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011
118
Ke ke ra s a n i n te r pe r s on a l , te r m a s u k
kekerasan fisik dan seksual, seperti pemerkosaan,
inses dan pembunuhan, sangat umum terjadi pada
wanita (Stenius & Veysey, 2005). Berdasarkan data
dari Pusat Krisis Terpadu PSCM, terdapat 1.200
kasus kekerasan seksual pada anak sejak Juni 2000
hingga 2005 (Zahra, 2007). Hasil studi di Jakarta
memperlihatkan bahwa setiap bulan sekitar 15
remaja putri menjadi korban perkosaan. Data
Komisi Nasional Perlindungan Anak juga
menunjukkan bahwa korban kekerasan terus naik
hingga mencapai 50 persen dan berdasarkan data
yang diperoleh dari LBH Apik, sepanjang 2005
yang lalu telah melakukan pendampingan hukum
terhadap 22 orang korban kekerasan seksual
(Awas, 2009, 28 Januari).
Kekerasan seksual cenderung menimbulkan
dampak traumatis baik pada anak maupun pada
orang dewasa (Faulkner, 2003 dalam Zahra, 2007).
Namun, kasus kekerasan seksual sering tidak
terungkap karena adanya penyangkalan peristiwa
kekerasan seksual (Zahra, 2007). Secara spesifik,
Faulkner (2003, dalam Zahra, 2007) menjelaskan
bahwa kendala yang menghambat seseorang
dalam melaporkan kasus kekerasan seksual adalah
anak-anak korban kekerasan seksual tidak
mengerti bahwa dirinya menjadi korban, korban
sulit mempercayai orang lain sehingga
merahasiakan peristiwa kekerasan seksualnya.
Selain itu, korban cenderung takut melaporkan
karena mereka merasa terancam akan mengalami
konsekuensi yang lebih buruk bila melapor,
korban merasa malu untuk menceritakan
peristiwa kekerasan seksualnya, korban merasa
bahwa peristiwa kekerasan seksual itu terjadi
karena kesalahan dirinya dan peristiwa kekerasan
seksual membuat korban merasa bahwa dirinya
mempermalukan nama keluarga.
Kekerasan seksual yang menimpa para
korban, terutama anak-anak dan wanita,
terkadang menjadi stressor yang tidak dapat
diatasi dan menimbulkan masalah di kemudian
hari, seperti menderita gangguan makan
(anoreksia atau bulimia), masalah seksual,
penganiayaan diri dan bunuh diri, gejala somatik,
kecemasan, hancurnya penghargaan diri, atau
depresi berkepanjangan (Knauer, 2002). Bahkan,
Fa u l k n e r ( 2 0 0 3 , d a l a m Z a h r a , 2 0 0 7 )
mengemukakan sejumlah data bahwa 31%
narapidana perempuan di Amerika merupakan
119
120
121
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus. Tipe dari studi
kasus yang dipilih dalam penelitian ini adalah
studi kasus intrinsik.
Karakteristik partisipan penelitian ini adalah
berusia 20-40 tahun, pernah mengalami
kekerasan seksual, memiliki kemampuan dan
ke m a u a n u n t u k m e n ce r i t a k a n ke m b a l i
pengalaman pribadi mereka serta dapat memberi
informasi yang relevan dengan tema penelitian,
dan telah mengalami perubahan positif dalam
kondisi emosi dan penyesuaian diri dalam
kehidupan sehari-hari.
Significant other partisipan adalah keluarga,
teman atau orang terdekat bagi partisipan.
Karakteristik significant other penelitian ini
adalah orang yang merupakan orang terdekat bagi
pasrtisipan dan mengetahui kehidupan seharihari partisipan, bersedia diwawancarai, dan
INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011
122
Tabel 1
No.
1.
2.
Hasil
3.
Dampak
4.
Perasaan
5.
Usaha
6.
Faktor
7.
Waktu yang
dibutuhkan
untuk pulih
1. Insomnia
2. Kecanduan rokok
3. Sering sakit
4. Serangan panik
5. Mati rasa
6. Destruktif
7. Depresif dan tidak mudah percaya
8. Obsesi mempermalukan gurunya
9. Percobaan bunuh diri
10. Trauma mendengar orang mengaji, orang
yang berjalan tanpa sandal dan diseret,
berjalan di lorong dan kata centil
11. Emosi labil.
12. Sangat tergantung.
13. Emosi tidak adekuat.
14. Ketergantungan obat.
15. Ingin balas dendam.
16. Merasa tidak aman.
1. Tahap penyangkalan
2. Tahap kemarahan
3. Tahap depresi
4. Tahap penerimaan
1. Konsultasi ke psikolog
2. Konsultasi ke psikiater
3. Mengikuti pengobatan ilmu tenaga dalam
4. Latihan meditasi dan yoga
1. Dukungan keluarga dan teman
2. Keyakinan diri
3. Karakteristik kepribadian
4. Proses terapi
15-16 tahun
Partisipan 2 danSignificant
Other 2
7 tahun
1. Tahap penyangkalan
2. Tahap kemarahan
3. Tahap penerimaan
1. Sharing dengan teman
2. Menghadapi traumanya
3. Pengembangan diri
4. Mengikuti kegiatan SKI
1. Dukungan dari teman
2. Keyakinan agama
3. Karakteristik kepribadian
7-8 tahun
123
Bahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
penulis, maka didapatkan hasil bahwa kedua
partisipan mengalami kekerasan seksual yang
menyebabkan pengalaman traumatis. Partisipan
pertama mengalami kekerasan seksual ketika
berusia 11 tahun sedangkan partisipan kedua
INSAN Vol. 13 No. 02, Agustus 2011
124
125
SIMPULAN
Simpulan yang dapat penulis rumuskan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Perbedaan tahap kognitif kedua partisipan
yang disebabkan perbedaan umur partisipan
mempengaruhi banyaknya dampak yang
dialami keduanya. Partisipan pertama
mengalami kekerasan pada usia 11 tahun
(tahap operasional formal) dan partisipan
kedua berusia 7 tahun (tahap pra-operasional)
sehingga cara mereka memandang masalah
secara kognitif juga berbeda. Namun secara
umum, gangguan dan masalah yang dialami
oleh kedua partisipan sebagai dampak dari
pengalaman traumatis yang mereka alami
adalah gangguan tidur, trauma terhadap
sesuatu, lebih emosional dan tidak mudah
percaya pada orang lain.
b) Partisipan dapat memulihkan dirinya lewat
126
PUSTAKA ACUAN
Aida Saskia lima kali mencoba bunuh diri. (2010, 11 Oktober). Yahoo [on-line]. Diakses pada tanggal 26
Oktober 2010 dari http://id.omg.yahoo.com/news/aida-saskia-lima-kali-mencoba-bunuh-diri-khjx0000344598.html?cmtnav=/mwphucmtgetnojspage/headcontent/helium_article/khjx:0000344598/n
a/date/desc/41.
Awas, kekerasan seksual pada anak!. (2009, 28 Januari). Kompas [on-line]. Diakses pada tanggal 22 Juli 2010
dari http://nasional.kompas.com/read/2009/01/28/19183187/awas.kekerasan.sekSual.terhadap.anak.
Baumann, S.L. (2007). Recovering from abuse: A comparison of three paths. Nursing Science Quarterly, 20, 342348.
Chivers-Wilson, K.A. (2006). Sexual assault and posttraumatic stress disorder: A review of the biological,
psychological and sociological factors and treatments. McGill Journal of Medicine, 9, 111-118.
Gillis, C. (2009, Oktober). Harrowing details from his new book and interview with the retired NHL Star.
Macleans [on-line]. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2010 dari
http://www2.macleans.ca/2009/10/09/theoren-fleury-was-abused-an-absolute-nightmare-every-dayof-my-life/2/.
Ginanjar, A.S. (2009). Proses healing pada istri yang mengalami perselingkuhan suami. Makara, Social
Humaniora, 13, 66-76.
Hamil diperkosa, siswi SMK bunuh diri. (2010, 1 Oktober). Bataviase [on-line]. Diakses pada tanggal 26
Oktober 2010 dari http://bataviase.co.id/node/402145.
Kaplan, H. & Sadock, B.J. (1998). Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya Medika.
Knauer, S. (2002). Recovering from sexual abuse, addicting, and compulsive behaviors Numb survivors. New
York: The Haworth Press, Inc.
Kotulak, R. (2007, Februari). Scientists measure 5 stages of grief: Most people's Anguish eases after six months;
Others might need treatment, study finds. Proquest [on-line]. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=37&sid=6&srchmode=1&vinst=PROD&fmt=3&s.
Kubler-Ross, E. (1969). On death and dying (ed.terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lisak, D. (1994). The Psychological Impact of Sexual abuse: Content analysis of interviews with male survivors.
Journal of Traumatic Stress, 7, 525-548.
Mam, S. (2005). The road of lost innocence. Jakarta: Hikmah.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P. & Haditono, S. R. (2006). Psikologi perkembangan (16th ed). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Moody, C.W. (1999). Male child sexual abuse. Journal of Pediatric Health Care, 13, 112-119.
Pratt, A. (2010, Februari). Post traumatic stress disorder: A framework for understanding. LinkedIn [on-line].
D i a k s e s
p a d a
t a n g g a l
1 8
M a r e t
2 0 1 0
d a r i
http://www.linkedin.com/news?viewArticle=&articleID=115899350&gid=831767&articleURL=http%3A
%2F%2Fwww.articlesbase.com%2Fmental-health-articles%2Fpost-traumatic-stress-disorder-aframework-for-understanding-1903514.html&urlhash=BVX3&goback=.hom&trk=NUS_DISC_Nnd_title.
Prigerson, H.G. & Maciejewski, P.K. (2008). Grief and acceptance as opposite sides of the same coin: setting
a research agenda To study peaceful acceptance of loss. The British Journal of Psychiatry, 193, 435-437.
Rasmussen, L.A. (2007). Challenging traditional paradigms: Applying the trauma outcome process (TOPA)
model in treating sexually abusive youth who have histories of abusive trauma. San Diego State University,
School of Social Work.
Roberts, C. (2007). The lost girl: Perjuangan seorang korban pelecehan seksual melawan trauma masa lalunya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ruibal, S. (2009, Juli). LeMond. Reaching out to victims of sexual abuse. USA Today [on-line]. Diakses pada
tanggal 23 Oktober 2010 dari http://www.usatoday.com/sports/cycling/2009-08-05greglemondnonprofitwork_N.htm.
Sanders, M. (2002, November). Blending grief therapy with addiction recovery: What to do when your client
suffers a loss in recovery. Counselor Magazine [on-line]. Diakses pada tanggal 11 Maret 2011 dari
http://www.counselormagazine.com/component/content/article/27-treatment-strategies-or-
127
protocols/147-blending-grief-therapy-with-addiction-recovery.
Setyorakhmadi, K. (2010, 21 Oktober). Awalnya terjebak, selanjutnya terima order. Jawa Pos, hal. 29, 43.
Stenius, V.M.K & Veysey, B.M. (2005). It's the little things: Women, trauma, and strategies for healing. Journal
of Interpersonal Violence, 20, 1155-1174.
Supardi, S. & Sadarjoen. (2006, Desember). Dampak psikologis pelecehan seksual pada anak perempuan.
K o m p a s [ o n - l i n e ] . D i a k s e s p a d a t a n g g a l 2 3 O k t o b e r 2 0 1 0 d a r i h t t p : / / w w w.
kompas.com/kesehatan/news/0409/12/201621.htm.
Warshaw, C. & Barnes, H. (2003, April). Domestic violence, mental health, & trauma. Chicago: The Domestic
Violence and Mental Health Policy Initiative.
Zahra, R.P. (2007). Kekerasan seksual pada anak. Arkhe, 12, 2, 133-142.
128