Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadiaan kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat
memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat
digunakan sebagai indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Tinggi rendahnya angka kematian,
secara umum dipengaruhi erat dengan tingkat kesakitan golongan bayi, balita
dan ibu maternal (hamil, melahirkan, nifas)
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang sangat penting
untuk mengukur keberhasilan program berbagai penyebab kematian maupun
program kesehatan ibu dan anak sebab angka kematian bayi ini berkaitan erat
dengan tingkat kesehatan ibu dan anak. Trend Angka Kematian Bayi mengalami
penurunan sejak tahun 2012 sebesar 10,75 sedangkan tahun 2014 sebesar
10,08 per 1000 kelahiran hidup. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
menyampaikan rasa terima kasih kepada Kab/Kota yang berupaya dan bekerja
keras dalam menurunkan angka kematian bayi. Trend Angka Kematian Balita,
juga mengalami sedikit penurunan sejak tahun 2012 sebesar 11,85 dan tahun
2014 sebesar 11,54 per 1000 kelahiran hidup.
Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi ini, dibutuhkan pelayanan
terpadu pada fasilitas fasilitas kesehatan disetiap daerah. Pelayanan terpadu
dapat dimulai dari pelayanan IGD PONEK dan berlanjut pada Ruang Perinatal.
RS PKU Muhammadiyah Wonosobo turut berupaya menyediakan pelayanan
terpadu guna meningkatkan derajat masyarakat disekitar
.

B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan

kualitas

pelayanan

pasien

neonatal

melalui

pedoman

pelayanan pasien yang berorientasi pada keselamatan pasien.


b. Tujuan Khusus :
1. Memberi acuan manajemen dan pelayanan neonatal
2. Memberi acuan tugas pokok dan kompetensi setiap tenaga yang terlibat
dalam pelayanan neonatal
3. Memberi acuan bagi standar fasilitas yang diperlukan dalam pelayanan
neonatal
C. Ruang Lingkup pelayanan
Pelayanan yang diberikan di Ruang Perinatal terdiri dari pelayanan noenatal
baik penyakit infeksi, non infeksi, bayi sehat yang berbasis pada pelayanan
holistic.
D. Batasan Operasional
1. Neonatus adalah bayi yang baru berusia di bawah 28 hari
2. Prinsip keperawatan neonatal :
a. Melakukan perawatan khusus agar bayi dapat diselamatkan dan
mendapatkan penanganan segera serta mempunyai kualitas hidup yang
baik.
b. Perawat dan tim kesehatan lain bertanggung jawab secara komprehensif
dalam pelayanan kesehatan neonatal

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek kedokteran
2. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. PerMenKes No 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
6. PerMenKes No 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Medik
7. PerMenKes No 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medik
8. Permenkes RI no.HK. 02.02/ Menkes /148/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Keperawatan
9. Keputusan Menteri Kesehatn no.850/Kemenkes/SK/V/2000 tentang kebijakan
Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2000-2010

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


a. Ketenagaan pelayanan Ruang Perinatal, terdiri dari :
1. Tenaga medis (Spesialis Anak, Spesialis THT, Spesialis Mata, Spesialis
Saraf, Spesialis Bedah Umum, Dokter Umum)
2. Tim medis

(1 orang Kepala Ruang/supervisor, 4 orang perawat/bidan

pelaksana)
b. Kualifikasi dan Kompetensi :
1. Dokter Spesialis

Dokter spesialis mempunyai SIP dan STR

Kompeten sebagai supervisor/penanggung jawab/dokter pelaksana di


Ruang Perinatal

2. Dokter Umum

Seorang dokter umum yang mempunyai SIP dan STR

Bertugas sebagai dokter jaga bangsal

3. Supervicor Keperawatan (Kepala Ruang)

Tugas Pokok : Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan


keperawatan di Ruang Perinatologi.

Wewenang : mengarahkan jalannya teknis pelaksanaan pelayanan


keperawatan di unit-unit perawatan

Uraian Tugas:
1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
2) Memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf
keperawatan

3) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga


keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang
perawatan.
4) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang Kepala Ruangan
5) Menghadiri rapat berkala dengan manajer keperawatan dan
Kepala Rumah Sakit untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan
keperawatan

Tanggung jawab :
Bertanggung jawab kepada Manajer Keperawatan. Mempertanggung
jawabkan jalannya pelayanan keperawatan di unit perawatan.

Persyaratan Jabatan :
1) Pendidikan Min D3 keperawatan atau kebidanan
2) Diutamakan perawat atau

bidan yang mempunyai sertifikat

penanganan kegawat daruratan maternal neonatal dan sertifikat


managemen lactase
3) Mampu bekerja sendiri atau dengan team.
4) Berkomitmen

tinggi

terhadap

RS

PKU

dan

Persyarikatan

Muhammadiyah
5) Mampu mengoperasikan komputer
5. Perawat/bidan Pelaksana

Tugas Pokok : memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di


Ruang Perinatal

Wewenang : menjalankan teknis pelaksanaan asuhan keperawatan di


Ruang Perinatal

Uraian Tugas
1) Operan jaga

2) Merapikan ruang jaga dan Memeriksa kelengkapan peralatan


ruang rawat
3) Mengganti alat tenun pasien
4) Melaksanakan askep pasien, antara lain Mengobservasi pasien,
Menjalankan program terapi pasien, Mengantar visite dokter,
Dokumentasikan tindakan asuhan keperawatan, Menyiapkan obat
oral,

Mengambilkan

obat

pasien

ke

apotik,

Melakukan

pemeriksaan vital sign, Memenuhi kebutuhan personal hygiene


pasien dan Melakukan prosedur pemeriksaan penunjang
5) Menyusun proses asuhan keperawatan bagi pasien baru pada
sore, malam dan hari libur
6) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas
7) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke supervisor/kepala
ruang
8) Merekap pasien pulang
9) Melaporkan keluhan pasien ke dokter
10)Mengikuti rapat rutin di ruangan

Persyaratan jabatan :
1) Pendidikan Min D3 keperawatan atau kebidanan
2) Diutamakan perawat atau

bidan yang mempunyai sertifikat

penanganan kegawat daruratan maternal neonatal dan sertifikat


managemen lactase
3) Mampu bekerja sendiri atau dengan team.
4) Komitmen

tinggi

terhadap

RS

PKU

dan

Muhammadiyah
5) Mampu mengoperasikan komputer
6) Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik

Persyarikatan

Tanggung jawab : bertanggung jawab kepada kepala ruang/supervisi dan


mempertanggung

jawabkan

jalannya

teknis

pemberian

asuhan

keperawatan di Ruang Perinatal

B. Distribusi ketenagaan
Jumlah tenaga yang ideal berdasarkan jumlah bed sebanyak 5 bed dan BOR%,
sebagai berikut:

Rata-rata jumlah pasien / hari (BORxTT) = 15,6

Jam perawatan pasien efektif/pasien/24 jam = 4

Jumlah jam efektif dalam sehari = 7

Jumlah hari efektif dalam setahun = 282

Jumlah tenaga = 15,6x4/ 7 = 8,9

Loss day = 52+12+14x8,9/286 = 2,4

Jumlah jam yang non keperawatan sebanyak 25 %


8+2,4x25/100 = 2,6

Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 8,9+2,4+2,6= 13,9 atau dibulatkan


menjadi 14 orang (sudah termasuk supervicor di dalamnya).

C. Pengaturan Jaga
1) Kepala ruang/Supervicor Ruang Perinatal
Bertugas di pagi hari, dan juga mendapatkan jadwal Supervisi Manajerial
yang sudah diatur oleh manajer keperawatan.
2) Perawat/Bidan pelaksana
Bertugas pada Shift Pagi, Siang dan Malam
penjadwalan yang sudah dibuat oleh supervicor

sesuai dengan

BAB III
STANDAR FASILITAS PELAYANAN
A. Denah Ruangan

Kamar mandi

Ruang
Penyimpan

Tempat
memandika
n bayi

Ruang Bayi
Sehat
Ruang Bayi Non
Infeksius

Jalur Ke
Ruang
Ruang NICU

Ruang menyusui

Ruang Bayi Sakit


Infeksius

Jalur ke Ruang Poli

B. Persyaratan Minimal Bangunan dan Prasarana


C. Ruang Perinatal terdiri dari;

3 bed neonatal

1 infant warmer

1 inkubator

1 alat fototherapy

Setiap kamar pasien terdapat beberapa titik hand rub yang digunakan
untuk petugas, pengunjung dan keluarga pasien.

D. Ruangan Perawat ( nurse station)


e. Ruangan Penyimpanan Obat dan inventaris alkes
d. Kursi tunggu keluarga pasien
e. Toilet yang terpisah antara toliet petugas, pasien dan penunggu pasien
f. Spoelhok
Seluruh ruangan harus memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan,
ventilasi, penerangan dan mempunyai sistem keselamatan kerja dan kebakaran.
Di Ruang Perinatal dan juga terdapat 1 titik APAR terdekat sebagai kewaspadaan
bila terjadi kebakaran.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Konsep Pelayanan Perinatologi
1. Dilakukan secara komprehensif ( Holistic Care)
2. Melibatkan keluarga dalam proses pelayanan
3. Pelayanan dilakukan sesuai standar operating procedure (SPO)
4. Peralatan yang tersedia harus memenuhi ketentuan dan terkalibrasi
5. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik
6. Harus ada sistem monitoring dan evaluasi
B. Alur Pasien dalam Pelayanan di Ruang Perinatologi
Pasien di Ruang Perinatologi berasal dari:
1. Instalasi rawat jalan
2. Instalasi Gawat Dararat
3. Ruang Maternal
C. Sistem Pembiayaan
1. Biaya sendiri
2. BPJS Kesehatan
D. Pola Tarif
1. Tarif konsul dokter
2. Tarif tindakan
3. Jasa medik
4. Jasa rumah sakit
5. Obat, bahan medis habis pakai dan alkes
E. Sistem Rujukan
1. Konsep rujukan adalah sebagai upaya pelimpahan tanggung jawab dan
wewenang secara timbal balik untuk mencapai pelayanan kesehatan yang
paripuma.

2. Rujukan dapat bersifat vertikal maupun horizontal sesuai fungsi koordinasi


dan kemampuan yang dimiliki
3. Kegiatan rujukan :
a. Rujukan pasien internal (pindah ruang ke NICU )
Rujukan pasien internal adalah rujukan pasien antar ruangan perawatan
agar proses optimalisasi kesembuhan anak lebih sempurna. Proses
pemindahan ruangan ini atas intruksi DPJP dan atas indikasi keadaan
fisiologis maupun patologis pasien.
b. Rujukan pasien eksternal
Rujukan pasien eksternal adalah rujukan pasien di luar Rumah Sakit
dengan mengikuti sistem rujukan yang berlaku. Ruang Perinatal merujuk
pasien ke level perawatan yang lebih lengkap agar optimalisasi,
kesembuhan serta kualitas hidup neonatal tetap terjaga.

BAB V
LOGISTIK
A. Emergency Kit (Maternal Perinatal)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

NAMA BARANG
EPHINEPRINE INJ
ATROPIN SULFAS INJ
D 40 %
DIPHENHIDRAMIN INJ
AMIIODARON INJ
MIDAZOLAM INJ
VALISANBE 5 MG INJ
METHYL PREDNISOLON 125 INJ
WFI
INFUS RL
INFUS D5%
INFUS NACL
STESOLID 5MG SUPPO
STESOLID 10 MG SUPPO
ENDOTRACHEAL TUBE 6/7.5
NASAL CANUL DEWASA
NASAL CANUL ANAK
SPUIT 3 CC
SPUIT 10 CC
NRM DEWASA
NRM ANAK
MY JELLY
ABBOCATH 20/22/24
AQUAPACK
GUEDEL/OPA 1/2/3/4
NASOPHARYNGEAL AW 7
INFUS SET DEWASA
INFUS SET ANAK
AMBUBAG

JUMLAH
4
4
1
1
3
3
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1

B. Inventaris Alat Kesehatan


1) Stetoskop
2) Tensimeter
3) Thermometer
4) Reflek hammer
5) Midline
6) Timbangan
7) Senter
8) Suction
9) Masker Disposible
10)Sarung Tangan Steril
11) Plester
12)Oksigen tabung

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Pasien yang masuk ke Ruang Perinatologi melalui tiga jalur yaitu melewati UGD , Ruang Maternal (VK)

dan Poliklinik. Proses pemasangan gelang identifikasi dilakukan di UGD, Ruang Maternal dan Poliklinik.
Pada saat perawat pertama kali bertemu dengan pasien maka perawat menanyakan nama, tanggal lahir

kepada keluarga serta secara visual melihat gelang identitas yang sudah terpasang. Perawat/Bidan
perinatal ketika melakukan pertemuan kedua, perawat hanya melakukan identifikasi secara visual dengan
melihat gelang identitas pasien.
B. PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Pasien yang masuk ke Ruang Perinatal berasal dari UGD, Poliklinik dan Ruang Maternal sudah
mendapatkan terapi dari dokter spesialis sesuai spesialisasi. Apabila terdapat hasil pemeriksaan kritis dari
rontgen dan laboratorium maka perawat atau dokter jaga bangsal melaporkan kepada DPJP dengan
menggunakan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) sebagai bentuk
komunikasi efektif antar tim kesehatan. Setelah mendapatkan informasi maka pihak pelapor melakukan
konfirmasi ulang dengan Tulis, Baca dan Konfirmasi.
Sedangkan pasien yang masuk melaui UGD, setelah dilakukan pemeriksaan baik oleh perawat maupun
dokter jaga bangsal segera dilaporkan kepada DPJP dengan komunikasi SBAR dan konfirmasi ulang
dengan Tulis, Baca dan Konfirmasi.
C. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH ALERT)
Obat High Alert tidak diletakkan di Ruang Perinatal, bagian Farmasi sudah memberikan sosialisasi
terkait obat High alert dan obat LASA (Look alike, Sound alike) agar tenaga kesehatan di Ruang Perinatal
lebih waspada dalam melakukan pemberian obat. Untuk obat High Alert pada catatan dokumentasi obat
harus dilakukan double check (pemgecekan ganda).
D. PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
Dalam pengurangan resiko infeksi, di Ruang Perinatal melakukan upaya pencegahan berupa :
1) Hand hygiene yang baik dan benar, baik sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.

2) Pelaksanaan tindakan dengan memperhatikan prinsip besih dan prinsip steril


3) Penggabungan pasien dengan diagnosis yang sama
E. PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
1) Pengkajian Resiko jatuh menggunakan Humpty Dumpty
2) Pencegahan
-

Pastikan TT pasien aman dan nyaman ( pengaman bed )

Berikan tanda risiko jatuh ( pin kuning )

BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di Ruang Perinatal adalah
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kewaspadaan universal baik oleh pasien, staf, pengunjung serta dalam hal penggunaan
alat-alat medik dan non medik. Hal ini perlu untuk upaya pencegahan infeksi nosokomial.

2. Penataan ruangan, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai dengan ketentuan
yang mengacu pada keselamatan pasien

3. Peningkatan kewaspadaan staf apabila tertusuk jaram, serta mensosialisasikan alur penanganan pasca
pajanan dan segera menghubungi tim K3 dan tim PPI (Pengendalian dan Pencegahan Infeksi)

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kegiatan pengendalian mutu dilakukan dengan indicator mutu di Ruang Perinatal
A. Kelengkapan Assesmen Medik dalam 24 jam
Assesmen Medik harus sudah terisi selama 24 jam dan sudah diketahui oleh dokter penanggung jawab
pasien (DPJP)
B. Kelengkapan Assesmen Keperawatan dalam 24 jam
Assesmen Keperawatan harus sudah terisi lengkap selama 24 jam, di dalamnya meliputi :
1) pengkajian head to toe pada Neonatal,
2) pengkajian resiko jatuh,

3) assesmen nyeri, dan


4) pengkajian nutrisi pada neonatal
c.keberhasilan penanganan BBLR 1500 sampai 2500.

BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Ruang Perinatal ini disusun agar menjadi acuan dalam
pelayanan kesehatan pada neonatal dan pengembangan Akreditasi RumahSakit
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
RumahSakit.
Semoga pedoman pelayanan di Ruang Perinatal dapat memberikan
gambaran dalam menjalankan kegiatannya, kritik dan saran perbaikan sangat kami
harapkan demi kemajuan dan kesempurnaan buku pedoman ini.

D AFTAR PUSTAK A

http://www.dinkesjatengprov.go.id/

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan


Kesehatan Neonatal Esensial :KEMENKES RI

Anda mungkin juga menyukai