Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya

serta jumlah penduduk yang besar. Semakin meningkatnya pertumbuhan dan populasi
penduduk di Indonesia, semakin tinggi pula tingkat kebutuhan penduduk akan tempat
atau lahan sebagai tempat masyarakat melakukan aktivitasnya dengan sarana dan
prasarana yang menunjang dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Di era modern
seperti ini masyarakat cenderung untuk melakukan urbanisasi ke kota-kota besar guna
meningkatkan derajat hidupnya, namun demikian hal tersebut mendorong pesatnya
pertambahan penduduk di kota besar, hal ini juga dapat mempengaruhi mobilitas dan
tingkat kebutuhan masyarakat akan moda transportasi.
Seiring dengan perkembangan waktu dan kemajuan teknologi, akses
transportasi dan penggunaan lahan menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini mengacu pada kebutuhan manusia untuk melakukan mobilitas dalam
kesehariannya. Dalam konteks perencanaan tata guna lahan yang berkelanjutan, akses
transportasi sangat diperhitungkan baik transportasi umum maupun kendaraan
pribadi. Hal ini disebabkan karena kendaraan memiliki sifat yang lebih fleksibel serta
dapat dioperasikan dengan mudah dan juga dapat diproduksi secara massal sehingga
dapat memenuhi dan melayani bagian-bagian dari suatu kota, khususnya daerah yang
tidak terlayani oleh angkutan umum. Dalam konteks perencanaan, transportasi dan
penggunaan lahan memiliki tujuan yang terarah dan spesifik. Dalam sistem
transportasi, tujuan perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan
penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai
pemanfaatan lahan. Sedangkan di dalam penggunaan lahan, tujuan dari perencanaan
adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan.
Perencanaan dan pengintegrasian ruang perkotaan haruslah berdasarkan
kepada potensi, kendala dan limitasi yang dimiliki. Demikian pula pertimbangan
manusianya sebagai pemakai ruang tersebut, sehingga ada keterikatan antara ruang

perkotaan dengan warganya. Trancik, R (1986) berpendapat bahwa dalam satu ruang
perkotaan yang bagus, antara ruang dan massanya haruslah memiliki hubungan yang
baik sehingga bentukan antara ruang solid (massa bangunan) dan ruang void (ruang
terbuka) memenuhi standar perencanaan yang ideal. Ruang perkotaan juga harus
mempunyai suatu sistem keterkaitan antara fungsi satu dengan fungsi lain ataupun
kawasan satu dengan kawasan lainnya sehingga tidak menjadi terpisah-pisah dan
dapat di akses oleh seluruh warga. Setelah terdefinisi dengan baik dan memiliki
keterkaitan, kawasan perkotaan juga harus memiliki makna dan aktivitas sebagai
generator kegiatan di wilayah tersebut, sehingga akan menjadi pusat kegiatan
warganya.
Oleh sebab itu erat kaitannya antara penggunaan lahan, aktivitas transportasi,
dan pertambahan penduduk seiring dengan tingginya arus urbanisasi yang terjadi.
Sehingga dengan adanya latar belakang tersebut penulis berusaha memaparkan serta
memberikan persepsi mengenai aktivitas penggunaan lahan dalam kaitannya dengan
aktivitas transportasi dan pertambahan penduduk di perkotaan.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Adanya permasalahan yang timbul di daerah perkotaan
2. Kebutuhan penduduk kian meningkat seiring dengan tingginya arus
urbanisasi.
3. Pertambahan penduduk menyebabkan tingkat penggunaan lahan semakin
meningkat.
4. Terjadinya penurunan kualitas lingkungan perkotaan akibat urbanisasi
5. Diperlukan perencanaann yang matang terkait dengan tata guna lahan di
perkotaan yang berkelanjutan demi keberlangsungan generasi yang akan
datang.
1.3

Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka rumusan masalah dari

hasi identifikasi tersebut adalah:


1. Apa sajakah faktor yang menyebabkan permasalahan yang timbul di
daerah perkotaan?

2. Bagaimana keterkaitan antara urbanisasi, penurunan kualitas perkotaan,


laju pertumbuhan penduduk, aktivitas transportasi, dan penggunaan lahan
di perkotaan?
3. Bagaimana konsep perencanaan tata ruang di daerah perkotaan yang
bersifat pembangunan berkelanjutan (suistanable development) yang
1.4

sesuai dengan proses manajemen lingkungan perkotaan?


Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan yang timbul di
daerah perkotaan.
2. Mengkaji keterkaitan antara urbanisasi, penurunan kualitas perkotaan, laju
pertumbuhan penduduk, aktivias transportasi, dan penggunaan lahan di
perkotaan.
3. Mengkaji konsep perencanaan tata ruang di daerah perkotaan yang bersifat
pembangunan berkelanjutan (suistanable development) yang sesuai
dengan proses manajemen lingkungan perkotaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Lahan dan Penggunaan Lahan


Lahan merupakan suatu wilayah tertentu di atas permukaan bumi, khususnya

meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau
berpindah berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, meliputi atmosfer, tanah,
batuan induk, topografi, air, tumbuhan-tumbuhan, binatang, serta akibat-akibat
kegiatan manusia pada masa lalu maupun sekarang, yang semuanya memiliki
pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang
maupun masa yang akan datang (Vink,A.P.A,1975). Penggunaan Lahan adalah segala
macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah-pindah
terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan buatan, yang secara keseluruhan
disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun
spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya (Malingreau, 1978). Dengan demikian
penggunaan lahan harus memperhatikan kemampuan fisik alamiah dan daya
dukungnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya seperangkat persyaratan yang harus
dipenuhi agar lahan dapat dinyatakan kelayakannya sebagai wadah kegiatan yang
secara mendasar dapat dipelajari dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No
20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Gambar 2.1 Ilustrasi Tingkat Pemanfaatan Lahan


Sumber: Kaiser et all, 1995
Dalam ilustrasi di atas, dapat diamati bahwa lahan yang dapat dimanfaatkan
jumlahnya jauh lebih kecil dari total seluruh lahan yang ada, sehingga diperlukanlah
analisis yang spesifik untuk dapat menemukan lahan yang dapat dimanfaatkan sesuai
kemampuannya yang disebut analisis kemampuan dan kesesuaian lahan. Lahan yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bermukim dan kegiatan ekonomi menyebabkan
lahan dalam kategori ini memiliki nilai yang disebut nilai guna lahan (land value).
Dengan jumlah yang terbatas, lahan dalam kategori ini memiliki nilai yang semakin
tinggi sehingga dalam pelaksanaan mekanisme pasarnya perlu dikendalikan oleh
pemerintah.
2.2

Transportasi
Transportasi merupakan sebuah aktivitas manusia yang berlangsung di

permukaan. Transportasi dilakukan atas dasar perbedaan kondisi lingkungan antara


daerah satu dengan daerah yang lain baik itu sosial, ekonomi, budaya, maupun
sumberdaya alam.

2.3

Faktor Penyebab Permasalahan yang Timbul Di Daerah Perkotaan

Kota pada awalnya tidak lebih dari suatu pemukiman atau desa-desa yang
secara umum tersebar di sekitar kawasan, akan tetapi karena nilai strategis dan
potensi yang dimilikinya, maka desa tersebut perlahan tapi pasti tumbuh menjadi
ramai dan membentuk suatu perkotaan. Tumbuhnya suatu aktivitas yang ramai serta
terbentuknya suatu perkotaan tersebut diakibatkan dari adanya faktor utama penyebab
timbulnya permasalahan di perkotaan diantaranya yaitu
a.
Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk pada suautu wilayah akan memberikan dampak yang
kompleks terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk pengaruhnya kepada
penggunaan lahan atau tanah yang senantiasa juga mengalami perubahan secara
dinamik. Perubahan ini ditujukkan dengan makin berkurangnya lahan pertanian yang
dijadikan perumahan atau permukiman. Semakin banyak anak usia sekolah, semakin
banyak pula gedung-gedung untuk sekolah yang diperlukan dan fasilitas pendukung
lainnya sehingga semakin mempercepat habisnya tanah kosong dalam kota. Oleh
karena itu kebanyakan penduduk dari kota mencari lahan ke daerah pinggiran atau
pedesaan sebagai tempat tinggal. Gerakan ini semakin hari semakin meningkat yang
dikarenakan nilai lahan di daerah pedesaan masih sangat rendah dan suasana yang
nyaman membuat penduduk memanfaatkannya khususnya dalam mencari nafkah
demi keberlangsungan hidupnya. Salah satu bukti campur tangan manusia terhadap
lahan dapat dilihat dari bentuk penggunaan lahan sebagai permukiman, pertanian,
industri, perdagangan dan sebagainya.
b.
Bertambahnya aktivitas kegiatan
Seiring berkembangnya beragam aktivitas perkotaan, memicu pertumbuhan
penduduk sebagai sarana pelaksana dalam kontribusi terbesar bagi terbentuknya
aktivitas perkotaan. Oleh karena itu untuk menampung aktivitas penduduk
dibutuhkan lahan yang tidak sedikit, hingga pada akhirnya terjadi persaingan lahan
kota yang luasannya terbatas
c.
Bertambahnya luas ukuran wilayah terbangun perkotaan
2.4
Keterkaitan Antara Urbanisasi, Penurunan Kualitas Perkotaan, Laju
Pertumbuhan Penduduk, Aktivitas Transportasi, Dan Penggunaan Lahan
Di Perkotaan

Keterkaitan antara urbanisasi, penurunan kualitas perkotaan, laju pertumbuhan


penduduk, aktivitas transportasi, dan penggunaan lahan di perkotaan dimulai dari
adanya pertambahan penduduk yang diakibatkan dari proses kelahiran dan kematian.
Namun untuk pertambahan jumlah penduduk yang diakibatkan migrasi dari desa ke
kota (urbanisasi) telah menyebabkan pemadatan penduduk perkotaan dan
pembengkakan atau pemekaran kawasan pinggiran (urban sprawling). Dengan
adanya pemadatan penduduk perkotaan serta pembengkakan kawasan pinggiran
tersebut timbullah suatu kota metropolitan. Timbulnya kota metropolitan ini
diakibatkan dari ketidakmampuan dalam mengantisipasi perkembangan perkotaan
yang demikian pesat sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan di
perkotaan akibat tekanan kebutuhan ruang untuk hunian. Akibat tersebut timbul suatu
kawasan kumuh dan hilangnya ruang terbuka hijau di perkotaan. Hal ini akan
berdampak pula pada kebutuhan akan transportasi yang semakin berkembang pesat.
Dengan makin berkembangnya aktivitas transpor ini tata ruang yang dimiliki dalam
penggunaan lahan semakin berkurang. Berkurangnya tata ruang ini diakibatkan dari
adanya perencanaan kota dan wilayah yang tidak terlebih dahulu mempertimbangkan
keadaan dan pola transportasi yang terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri yang
pada akhirnya akan menghasilkan kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat
lebih lanjut adalah meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya
sopan-santun berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara.
2.5

Konsep Perencanaan Tata Ruang Di Daerah Perkotaan yang Bersifat


Pembangunan Berkelanjutan
Pada konsep perencanaan tata ruang perkotaan yang bersifat pembangunan

berkelanjutan ini mendorong keseimbangan dalam penyelenggaraan pembangunan.


Keseimbangan tersebut perlu adanya reorientasi paradigma dimana kota merupakan
entity kawasan atau wilayah, yang berarti kota bukan saja sebagai Engine of
National & Regional Growth tetapi sekaligus Kota yang Nyaman atau Layak Huni,
Berkelanjutan dan Berkeadilan.

Gambar 2.2 Arah Kebijakan Pembangunan Perkotaan


(Suweda, I W,2011)
Dari diagram ini dijelaskan bahwa suatu kota untuk menuju ke arah
pembangunan perkotaan yang berkesinambungan perlu adanya kebijakan penataan
yang sesuai antara pertumbuhan industri dengan tempat tinggal penduduk. Prinsip
dari pertumbuhan industri ini adalah untuk mendorong pertumbuhan yang
berkeadilan. Strategi yang harus dimiliki yaitu antara lain:
1.
Meningkatkan pemanfaatan modal sosial dan budaya di perkotaan.
2.
Meningkatkan investasi dan pembangunan ekonomi di perkotaan.
Sedangkan strategi untuk menuju berkeadilan adalah:
1.
Menurunkan tingkat kemiskinan perkotaan
2.
Menyediakan pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan perkotaan
Untuk menata tempat tinggal yang nyaman dan layak huni serta berkelanjutan
perlu adanya strategi antara lain:
1.
Menurunkan tingkat kerawanan sosial dan kriminalitas di perkotaan.
2.
Meningkatkan penanganan polusi lingkungan dan mitigasi bencana dalam
3.

pengelolaan perkotaan.
Meningkatkan implementasi rencana tata ruang perkotaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang perkotaan.

4.

Menguatkan

kapasitas

pemerintah

kota

dalam

perencanaan

dan

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan perkotaan serta penerapan


5.

prinsip tata kepemerintahan yang baik.


Menguatkan kelembagaan dan kerjasama antar kota.
Berikut penjelasan suatu kota agar memenuhi fungsi entity kawasan atau

wilayah seperti yang digambarkan pada diagram di atas (Gambar 2.2) adalah sebagai
berikut:
a.

Nyaman atau Layak Huni (livable): memenuhi kebutuhan manusaia akan

b.

kenyamanan hidup, fisik, sosial budaya dan lingkungan


Berkelanjutan (sustainable): antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana
alam serta memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa

c.

mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang


Berkeadilan (just): menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh

d.

golongan masyarakat perkotaan.


Pendorong (engine of growth): mampu berkompetisi dalam perkembangan
ekonomi global dengan memanfaatkan potensi sosial budaya dan kreatifitas
lokal serta mampu menciptakan hierarki pasar bagi kota mengengah kecil dan
perdesaan
Selain itu dalam perwujudan pembangunan berkelanjutan juga harus

memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Aspek-aspek ini dapat


dijelaskan melalui langkah-langkah yang sudah diambil sebagai berikut:
a.
Bidang Lingkungan
1. Perlindungan dan konservasi sumber daya alam
2. Pembangunan wilayah pesisir dan laut terpadu
3. Peningkatan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian, penegakan

b.

hukum, peningkatan kelembagaan serta sarana dan prasarana pengawasan.


4. Pingkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya kelautan dan perikanan
5. Peningkatan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.
Bidang Sosial
1. Penanggulangan kemiskinan
2. Pemberdayaan masyarakat sipil
3. Pelaksanaan musrenbang tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi dan nasional

c.

4. Meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia


Bidang Ekonomi
1. Pengendalian Inflasi
2. Konsolidasi fiskal
3. Stimulus fiscal
4. Mempertahankan ketahanan sektor keuangan domestik.
(Suweda, I W,2011)

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut:
1.
Faktor utama penyebab timbulnya permasalahan di perkotaan diantaranya
perrtumbuhan penduduk, bertambahnya aktivitas kegiatan dan bertambahnya
2.

luas ukuran wilayah terbangun perkotaan.


Keterkaitan antara urbanisasi, penurunan kualitas perkotaan, laju pertumbuhan
penduduk, aktivitas transportasi, dan penggunaan lahan di perkotaan yaitu
akan mengakibatkan satu kawasan kumuh dan hilangnya ruang terbuka hijau

3.

diperkotaan.
Pada konsep perencanaan tata ruang perkotaan yang bersifat pembangunan
berkelanjutan

ini

mendorong

keseimbangan

dalam

penyelenggaraan

pembangunan. Perlu adanya reorientasi paradigma dimana kota menjadi


Kota yang Nyaman atau Layak Huni, Berkelanjutan dan Berkeadilan
3.2
1.

Saran
perlu adanya otoritas untuk mengimplementasikan perencanaan di tingkat

2.

regional.
Perlu pengaturan khusus dalam pemanfaatan lokasi-lokasi privat bagi

3.

kepentingan umum dan sektor informal diakomodasikan secara formal.


Perlu ada kebijakan khusus dalam hal kependudukan serta strategi
pengembangan pusat-pusat permu-kiman baru.

DAFTAR PUSTAKA

Kaiser; Godschalk; Chaplin. 1995. Urban land use planning. Fourth edition.
Chicago:University of Illinois Press.
Malingreau. 1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra Untuk
Interprestasi dan Analisisnya. Yogyakarta: Pusat Pendidikan Interprestasi
Citra Pengindraan Jauh dan Survey Terpadu
Suweda, I W. 2011. Penataan Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan, Berdaya Saing
dan Berotonomi. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil,15(2): 113-120.
Trancik, R. 1986. Finding Lost Space : Theories of Urban Design. New York:
Nostrand Reinhold.
Vink, A. P. A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Springer-Verlag. New
York.

Anda mungkin juga menyukai