PermenPUPR02 2016 PDF
PermenPUPR02 2016 PDF
1-
Menimbang : a.
b.
2011
Permukiman,
tentang
dalam
Perumahan
upaya
dan
peningkatan
Kawasan
kualitas
bahwa
dimaksud
berdasarkan
dalam
pertimbangan
huruf
dan
sebagaimana
huruf
b,
Mengingat
1.
Undang-Undang
2-
Nomor
Tahun
2011
tentang
Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
Nomor 5679);
3.
4.
Peraturan
Organisasi
Presiden
Nomor
Kementerian
Tahun
Negara
2015
tentang
(Lembaran
Negara
6.
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
7.
Peraturan
3-
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
Menetapkan : PERATURAN
MENTERI
PEKERJAAN
UMUM
DAN
PERUMAHAN
KUMUH
DAN
PERMUKIMAN
KUMUH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
tinggal
yang
layak
huni,
sarana
pembinaan
3.
4-
kegiatan
perencanaan,
pembangunan,
kelembagaan,
pendanaan
dan
sistem
6.
karena
ketidakteraturan
bangunan,
tingkat
8.
9.
untuk
mendukung
penyelenggaraan
dan
adalah
tindakan
yang
dilakukan
untuk
adalah
kegiatan
menjaga
keandalan
perbaikan
dan
pembangunan
sarana
dan
5-
bangunan.
14. Pemugaran
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
secara
menyeluruh
meliputi
rumah
dan
Kembali
adalah
kegiatan
memindahkan
kehidupan
masyarakat
untuk
mewujudkan
Pemerintahan
pelaksanaan
urusan
Daerah
pemerintahan
yang
yang
memimpin
menjadi
kepentingan,
6-
dan
kebutuhan
yang
sama,
sehingga
peningkatan
kualitas
terhadap
b.
c.
pola-pola penanganan;
d.
pengelolaan; dan
e.
(1)
kondisi
7-
kekumuhan
pada
perumahan
kumuh
dan
permukiman kumuh.
(2)
bangunan gedung;
b. jalan lingkungan;
c.
d. drainase lingkungan;
e.
f.
g.
proteksi kebakaran.
Pasal 5
(1)
Kriteria
kekumuhan
ditinjau
dari
bangunan
gedung
ketidakteraturan bangunan;
dengan
ketentuan
rencana
tata
ruang;
dan/atau
c.
(2)
lingkungan
pengaturan
ketinggian
blok
dan
dalam
lingkungan,
elevasi
RTBL,
paling
kapling,
lantai,
konsep
sedikit
bangunan,
identitas
(3)
8-
ketentuan
rencana
tata
ruang
sebagaimana
Dasar
Bangunan
(KDB)
yang
melebihi
Lantai
Bangunan
(KLB)
yang
melebihi
Kualitas
bangunan
yang
tidak
memenuhi
syarat
bangunan
gedung
pada
perumahan
dan
Persyaratan
teknis
bangunan
gedung
sebagaimana
f.
(1)
Dalam
hal
kabupaten/kota
belum
memiliki
RDTR
maka
penilaian
ketidakteraturan
dan
mendapatkan
pertimbangan
dari
Tim
Ahli
9-
Pasal 7
(1)
Kriteria
kekumuhan
ditinjau
dari
jalan
lingkungan
Jaringan
jalan
lingkungan
tidak
melayani
seluruh
(1)
terpenuhinya
kebutuhan
air
minum
setiap
(3)
10 Pasal 9
(1)
lingkungan
tidak
mampu
mengalirkan
jaringan
mengalirkan
drainase
limpasan
lingkungan
air
sehingga
tidak
mampu
menimbulkan
(4)
Tidak
terhubung
dengan
sistem
drainase
perkotaan
(6)
Kualitas
konstruksi
drainase
lingkungan
buruk
dimana
kualitas
konstruksi
drainase
buruk,
11 -
Pasal 10
(1)
(2)
sistem
yang
memadai,
yaitu
terdiri
dari
(1)
Kriteria
kekumuhan
ditinjau
dari
pengelolaan
12 -
pada
lingkungan
perumahan
atau
Sistem
pengelolaan
persampahan
tidak
memenuhi
merupakan
persampahan
pada
kondisi
lingkungan
dimana
pengelolaan
perumahan
atau
d. pengolahan lingkungan.
(4)
(1)
13 -
Ketidaktersediaan
prasarana
proteksi
kebakaran
pengelompokan
perumahan
kumuh
dan
di dataran rendah;
d. di perbukitan; dan
e.
14 Pasal 14
pemerintah
daerah
dengan
melibatkan
peran
masyarakat.
(2)
(3)
oleh
pemerintah
bupati/walikota,
khusus
daerah
dengan
untuk
DKI
keputusan
Jakarta
oleh
gubernur.
(4)
15 Bagian Kedua
Penetapan Lokasi
Pasal 16
(1)
(2)
(3)
pertimbangan lain
Pasal 17
(1)
bertanggung
jawab
dalam
penyelenggaraan
(3)
prosedur
pendataan
dan
format
isian
16 Pasal 18
(1)
Identifikasi
satuan
sebagaimana
merupakan
perumahan
dimaksud
upaya
dalam
untuk
dan
permukiman
Pasal
16
menentukan
ayat
batasan
(2)
atau
dari
setiap
lokasi
dalam
suatu
wilayah
kabupaten/kota.
(2)
Penentuan
satuan
perumahan
dan
permukiman
Penentuan
satuan
perumahan
dan
permukiman
Penentuan
satuan
perumahan
swadaya
sebagaimana
(6)
Ilustrasi
perumahan
dan
permukiman
formal
dan
II
yang
merupakan
bagian
yang
tidak
(2)
17 Pasal 20
(1)
(2)
(3)
(4)
dibuktikan
dengan
Surat
Keterangan
Rencana
Kabupaten/Kota (SKRK).
Pasal 21
(1)
untuk
menentukan
skala
prioritas
penanganan
(3)
18 -
(4)
lokasi
perumahan
atau
permukiman
dengan
klasifikasi:
a. rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150
jiwa/ha;
b. sedang yaitu kepadatan penduduk antara 151200
jiwa/ha;
c.
Kondisi
sosial,
ekonomi,
dan
budaya
sebagaimana
ekonomi
yang
yaitu
bersifat
adanya
strategis
kegiatan
bagi
ekonomi
masyarakat
setempat; dan
c.
(1)
pertimbangan lain.
(2)
19 -
dimaksud
pada
ayat
(1)
huruf
berat.
Penilaian
lokasi
berdasarkan
aspek
legalitas
tanah
Penilaian
berdasarkan
aspek
pertimbangan
lain
(1)
daftar
lokasi
perumahan
kumuh
dan
kumuh
dan
permukiman
kumuh
yang
ditetapkan.
(3)
20 -
(4)
(5)
Lampiran
II
yang
merupakan
bagian
tidak
Pasal 24
(1)
(2)
(3)
(4)
ditetapkan
dengan
Keputusan
Bupati/Walikota,
Bagian Ketiga
Perencanaan Penanganan
Pasal 25
(1)
21 -
b. survei;
c.
d. analisis;
(2)
e.
f.
(3)
(1)
pola-pola
penanganan
yang
manusiawi,
berdasarkan
hasil
penilaian
aspek
kondisi
(4)
(5)
22 -
Pelaksanaan
pemugaraan,
peremajaan,
dan/atau
(6)
sesuai
dengan
kewenangannya
dengan
f.
23 Pasal 28
dengan
mempertimbangkan
tipologi
sebagaimana
yang
dilakukan
harus
air, maka
memperhatikan
dan
permukiman
penanganan
yang
kumuh
dilakukan
di
tepi
harus
air,
maka
memperhatikan
yang
karakteristik
daya
dilakukan
dukung
harus
tanah,
memperhatikan
jenis
tanah
serta
kelestarian tanah;
d. dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di perbukitan, maka
penanganan
yang
dilakukan
harus
memperhatikan
maka
penanganan
yang
kawasan
rawan
dilakukan
harus
huruf
dilakukan
untuk
perbaikan
dan/atau
pembangunan
permukiman
24 kembali
kumuh
perumahan
menjadi
kumuh
dan
perumahan
dan
Pemugaran
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
Pemugaran
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
pasca konstruksi.
Pasal 30
(1)
Pemugaran
pada tahap
permasalahan
dan
kajian
kebutuhan
warga
pada
masyarakat
pemugaran;
b. sosialisasi
dan
rembuk
terdampak;
c.
(3)
25 Bagian Ketiga
Peremajaan
Pasal 31
(1)
(2)
Peremajaan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
terhadap
rumah,
prasarana,
sarana,
(4)
Peremajaan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
pasca konstruksi.
Pasal 32
(1)
permasalahan
dan
kajian
kebutuhan
peremajaan;
b. penghunian sementara untuk masyarakat terdampak;
c. sosialisasi
dan
rembuk
warga
pada
masyarakat
terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
e. penyusunan rencana peremajaan; dan
f.
(2)
ganti
rugi
bagi
masyarakat
terdampak
26 -
pelaksanaan
konstruksi
peremajaan
pada
(1)
(2)
(1)
Pemukiman
kembali
pada
tahap
pra
konstruksi
sementara
untuk
masyarakat
di
27 -
rawan bencana;
c. sosialisasi
dan
rembuk
warga
pada
masyarakat
terdampak;
d. pendataan masyarakat terdampak;
e. penyusunan
rencana
pemukiman
baru,
rencana
proses
pelaksanaan
konstruksi
pembangunan
f.
proses
pembongkaran
pada
lokasi
pemukiman
eksisting.
(3)
Pemukiman
kembali
pada
tahap
pasca
konstruksi
28 BAB V
PENGELOLAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
(1)
(2)
Pengelolaan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
(4)
(1)
Pembentukan
kelompok
swadaya
masyarakat
upaya
untuk
mengoptimalkan
peran
Pembentukan
kelompok
swadaya
masyarakat
Pembentukan
kelompok
swadaya
masyarakat
sebagaimana
29 -
dimaksud
pada
ayat
(2)
dibentuk
Pembentukan
kelompok
swadaya
masyarakat
dapat
dan kriteria;
b. pemberian
bimbingan,
pelatihan/penyuluhan,
antar
pemangku
kepentingan
secara
kajian
perumahan
dan
permukiman;
dan/atau
f. pengembangan sistem informasi dan komunikasi.
(6)
dan
Permukiman
yang
layak
huni
dan
berkelanjutan.
Paragraf 2
Pemeliharaan
Pasal 39
(1)
(2)
30 -
(1)
dan
permukiman
wajib
dilakukan
oleh
(3)
(2)
dan
permukiman
wajib
dilakukan
oleh
(4)
31 BAB VI
peran
masyarakat
perumahan
dalam
kumuh
dan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
penetapan
lokasi
dan
perencanaan
penanganan
c.
pengelolaan
perumahan
dan
permukiman
hasil
32 Paragraf 2
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan; dan
b.
terkait
yang
telah
diberikan
saat
proses
pendataan.
Pasal 46
Dalam tahap perencanaan penanganan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, masyarakat dapat:
a.
tahapan
perencanaan
penanganan
perumahan
c.
d.
33 -
Paragraf 3
Peran Masyarakat pada Tahap Peningkatan Kualitas
Pasal 47
Peran masyarakat pada tahap peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 huruf b dilakukan dalam proses
pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman kembali.
Pasal 48
Dalam proses pemugaran, peremajaan, dan/atau pemukiman
kembali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 masyarakat
dapat:
a.
b.
berpartisipasi
aktif
dalam
musyawarah
dan
diskusi
berpartisipasi
dalam
pelaksanaan
pemugaran,
yang
peremajaan,
berkaitan
dan/atau
dengan
proses
pemukiman
pemugaran,
kembali
terhadap
membantu
menjaga
ketertiban
dalam
pelaksanaan
mencegah
perbuatan
yang
dapat
menghambat
atau
kepada
instansi
berwenang
agar
proses
34 -
Paragraf 4
Peran Masyarakat pada Tahap Pengelolaan
Pasal 49
Dalam tahap pengelolaan perumahan dan permukiman hasil
peningkatan
kualitas
terhadap
perumahan
kumuh
dan
b.
berpartisipasi
aktif
secara
swadaya
dan/atau
dalam
d.
mencegah
perbuatan
menghalangi
proses
yang
dapat
menghambat
atau
pelaksanaan
pemeliharaan
dan
perbaikan; dan/atau
e.
d,
kepada
instansi
berwenang
agar
proses
Paragraf 5
Kelompok Swadaya Masyarakat
Pasal 50
(1)
Pelibatan
kelompok
swadaya
masyarakat
merupakan
(2)
35 -
(3)
(4)
Pembentukan
kelompok
swadaya
masyarakat
Bagian Ketiga
Kearifan Lokal
Pasal 51
(1)
di
daerah
perlu
dilakukan
dengan
di
daerah
diatur
dengan
atau
berdasarkan
peraturan daerah.
36 -
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan