Anda di halaman 1dari 8

Pengertian pajak adalah iuran wajib dari wajib pajak kepada Negara ang tidak mendapatkan jasa secara

langsung dari Negara dan dipakai untuk membiayai keperluan umum bagi seluruh anggota masyarakat.
Menurut perkembangan ilmu ekonomi, pajak didefinisikan berdasarkan pendapat Rochmat
Sumitro bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbale balik atau imbalan jasa (kontraprestasi) secara
langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan
menurut Rochmat Soemahidjaja, mengatakan bahwa pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barang dan
jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum
Unsur-Unsur Pajak
Unsur-Unsur Pajak Dari beberapa pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsureunsur sebagai berikut

Iuran dari rakyat kepada Negara. Artinya, yang berhak dalam memungut pajak ialah Negara.
Tidak ada anggota masyarakat yang dapat diperbolehkan dalam memungut pajak kepada anggota
masyarakat lainnya. Bentuk iuran adalah uang dan bukan barang.

Berdasarkan undang-undang. Agar Negara dapat memungut pajak, pajak tersebut haruslah diatur
dalam undang-undang.

Tanpa imbal jasa atau kontraprestasi langsung dari Negara. Artinya, meskipun rakyat membayar
pajak kepada pemerintah, tetapi pemerintah tidak langsung memberikan jasa kepada pribadi
pembayar pajak.

Pajak dapat digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Fungsi Pajak
Fungsi Pajak Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai
semua pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas, pajak memiliki beberapa fungsi antara lain
sebagai berikut
a. Fungsi Anggaran (Budgetair): Sebagai sumber pendapatan Negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. Sekarang ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, dan pemeliharaan.
b. Fungsi Mengatur: Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi dari adanya kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi tersebut, pajak digunakan untuk mencapai tujuan.
c. Fungsi Stabilitas: Dari adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan
yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan: Pajak yang telah dipungut oleh Negara digunakan untuk
membiayai segala kepentingan umum, baik itu membiayai pembangunan untuk membuka
kesempatan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Syarat-Syarat Pemungutan Pajak

Syarat Pemungutan Pajak Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu
tinggi, masyarakat akan membayar pajak. Namun, bila terlalu rendah maka pembangunan tidak akan
berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah maka pemungutan pajak
harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu sebagai berikut..
a. Syarat Keadilan (Pemungutan Pajak Harus Adil)
Seperti halnya dengan produk hokum yang lain maka hokum pajak harus menciptakan keadilan dalam
pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya
adalah sebagai berikut

Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

Pajak diberlakukan bagi setiap warga Negara untuk memenuhi syarat sebagai wajib pajak

Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran

b. Syarat Yuridis (Pengaturan Pajak Harus Berdasarkan UU)


Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan
Negara diatur dengan Undang-Undang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan UU
tentang pajak, yaitu sebagai berikut..

Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara berdasarkan UU harus dijamin kelancarannya

Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diberlakukan secara umum

Jaminan hukum mengenai terjadinya kerahasiaan bagi para wajib pajak

c. Pemungutan Pajak Harus Diusahakan dengan Sebaik-Baiknya


Pungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik
kegiatan produksi, perdagangan maupun jasa.
d. Syarat Finansial (Pemungutan Pajak harus Efisiensi)
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai
pajak harus dibayarkan lebih rendah dibandingkan denga biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena
itu, system pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian wajib
pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari
segi waktu.
e. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana
Bagaimana pajak dipungut sangat menentukan keberhasilan dalam pemungutan pajak. Sistem sederhana
memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga memberikan
dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak.
Asas Pemungutan Pajak
Asas Pemungutan Pajak Untuk mencapai tujuan dari pemungutan pajak, terdapat anggan para ahli
yang mengemukakan mengenai asas pemungutan pajak, antara lain sebagai berikut.
a. Macam-Macam Asas Menurut Adam Smith

Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal The Four
Maxims, asas pemungutan adalah pajak sebagai berikut
1. Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan), Pemungutan pajak
dilakukan oleh Negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh
bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainly (asas kepastian hukum), Semua pungutan pajak harus berdasarkan UU sehingga bagi
yang melanggara akan dapat dikenai sanksi hukum
3. Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas kesenangan), Pajak
harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik bagi wajib pajak). Contohnya
adalah sebagai berikut

Wajib pajak baru saja mendapatkan penghasilan

Wajib pajak baru saja mendapatkan laba dan keuntungan

4. Asas Eficiency (asas efisiensi atau asas ekonomis), Biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat
mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dar hasil pemungutan pajak
b. Macam-Macam Asas Menurut W.J Langen,
Menurut W.J Langen, asas pemungutan pajak dibedakan menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut..
1. Asas daya pikul, Besar kecilnya pajak yang dipungut haru berdasarkan besar kecilnya penghasilan
wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.
2. Asas manfaat, Pajak yang dipungut oleh Negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat untuk kepentingan umum.
3. Asas keamanan, Dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan wajib pajak yang lain
harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
4. Asas kesejahteraan, Pajak yang dipungut oleh Negara digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat
5. Asas beban yang sekecil-kecilnya, Pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendahrendahnya) jika dibandingkan dengan nilai objek pajak sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.
c. Macam-Macam Asas Secara Umum.
Disamping asas diatas, asas pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan dari 3 asas, yaitu sebagai
berikut
1. Asas Domisili, Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara dengan tempat tinggal wajib pajak.
Menurut asas ini, wajib pajak yang bertempak tinggal di Indonesia akan dikenakan pajak atas segala
penghasilannya baik penghasilan yang didapat di Indonesia maupun penghasilan yang didapat diluar
negeri.
2. Asas Sumber, Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara dengan sumber pendapatan tanpa
melihat tempat tinggal. Wajib pajak menurut asas ini adalah bagi siapapun yang memperoleh penghasilan
di Indonesia akan dikenakan pajak sekalipun tempat tinggalnya diluar negeri. Contohnya adalah tenaga
kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak
oleh pemerintah Indonesia.
3. Asas Kebangsaan, Cara pemungutan pajak yang dilakukan oleh Negara berdasarkan kebangsaan wajib
pajak. Contohnya: setiap warga Negara asing yang bertempat tinggal di Indonesia harus membayar pajak.
Teori Pemungutan Pajak

Teori Pemungutan Pajak - Menurut R. Santoso Brotodiharjo SH, dalam hukumnya Pengantar Ilmu
Hukum Pajak, terdapat beberapa teori yang mendasari mengenai adanya pemungutan pajak, yaitu sebagai
berikut
a. Teori Asuransi
Teori ini memiliki tugas untuk melindungi warganya dari kepentingan baik keselamatan jiwanya maupun
keselamatan harta bendanya.
b. Teori Kepentingan
Teori yang berdasarkan dari kepentinan masing-masing warga Negara termasuk kepentingan dalam
perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkatk epentingan dalam perlindungan maka semakin
tinggi pula pajak yang harus dibayarkan.
c. Teori Gaya Pikul
Teori yang didasarkan pada letak kemampuan (gaya pikul) membayar pajak bagi wajib pajak. Pajak harus
dibayar sesuai dengan gaya pikul (kemampuan) seseorang. Untuk mengukur gaya pikul seseorang, perlu
diketahui hal-hal berikut ini

Penghasilan

Kekayaan

Pengeluaran (belanja)

Tanggungan keluarga

Semakin banyak tanggungan keluarga maka semain kecil kemampuan (gaya pikul) seseorang untuk
membayar pajak, sekalipun penghasilannya banyak
d. Teori Bakti
Menurut teori ini yang didasarkan letak hubungan antara rakyat dengan Negara. Rakyat memiliki
kewajiban untuk membayar pajak kepada Negara. Pembayaran pajak dari rakyat kepada Negara
merupakan bentuk ungkapan bakti rakyat kepada negaranya sehingga teori ini disebut teori kewajiban
pajak mutlak
e. Teori Asas Gaya Beli
Teori yang berdasarkan dari adanya manfaat pajak yaitu pajak yang dipungut dari rumah tangga ada di
maysarakat masuk ke rumah tangga Negara kemudian disalurkan kembali kem masyarakat. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, sudah sepantasnya Negara sebagai
penyelenggara kepentingan masyarakat memungut pajak kepada masyarakat.
Macam-Macam Pajak
Macam-Macam Pajak - Pajak dibedakan berdasarkan system pemungutan, lembaga pemungutan, dan
sifatnya. Macam-macam pajak tersebut adalah sebagai berikut..
a. Macam-Macam Pajak Berdasarkan Sistem Pemungutan
Berdasarkan system pemungutannya, pajak dibedakan menjadi beberapa yaitu sebagai berikut..
1. Pajak Langsung adalah pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain serta dikenakan secara berulang-ulang secara periodic berdasarkan SKP (Surat
Ketetapan Pajak) atau kohir. Contoh-contoh pajak langsung adalah sebagai berikut..

Pajak penghasilan (PPh)

Pajak kekayaan (PBB dan lain-lain)

Pajak perseroan

Pajak atas bunga, dividen, dan royalty

2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembayarannya bias dilimpahkan pihak lain. Contoh pajak
tidak langsung adalah sebagai berikut..

Pajak penjualan

Pajak pertambahan nilai

Bea materai

Bea lelang

b. Macam-Macam Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungutan


Berdasarkan lembaga pemungutannya, pajak dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain sebagai
berikut..
1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang pemungutannya di daerah
dilakukan oleh kantor pelayanan pajak. Contoh pajak yang termasuk pajak pusat adalah sebagai berikut..

Pajak penghasilan (PPh)

Pajak kekayaan

Pajak pertambah nilai (PPN)

Bea materai

Pajak minyak bumi

Pajak ekspor

2. Pajak daerah adalah pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah daerah baik
daerah tingkat satu (provinsi) maupun daerah tingkat dua (kabupaten atau kota). Contoh pajak yang
termasuk jenis pajak daerah adalah sebagai berikut..

Pajak kendaraan motor

Pajak reklame

Pajak tontonan

Pajak radio

Bea balik nama

c. . Macam-Macam Pajak Berdasarkan Sifatnya


Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut
1. Pajak subjek adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan dari diri orangnya (keadaan diri wajib
pajak). COntoh pajak yang termasuk jenis pajak subjektif adalah sebagai berikut

Status perekonomian

Susunan keluarga

Jumlah tanggungan

2. Pajak objektif adalah pajak yang pungutannya berdasarkan dari objek pajaknya. Contoh pajak yang
termasuk jenis pajak objektif adalah sebagai berikut

Ketika kita membalik nama kendaraan yang kita beli, kita akan dikenai Bea Balik Nama (BBN).

Pajak partambahan nilai (PPN).

Sistem Pemungutan Pajak


a. Official Assesment system
adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (FISKUS) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya :
1. wewenang untuk menentukan besarya pajak terutang ada pada fiskus
2. wajib pajak bersifat pasif
3. utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang.
ciri-cirinya adalah :
1. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri
2. wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3. fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan
bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
ciri-cirinya wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga pihak selain
fiskus dan wajib pajak.

1.

Subyek pajak Penghasilan


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
a.

Subyek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih

dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak
b.

berada

di

Indonesia

dan

mempunyai

niat

untuk

bertempat

tinggal

di

Indonesia.

Subyek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi

menghasilkan
c.

pendapatan,

maka

pendapatan

itu

dikenakan

pemerintah yang memenuhi kriteria:


pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan

pajak.

Subyek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan

pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan


d.

Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan
berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia.
D.

Pajak Pengahasilan
Menurut Waluyo (2006) : pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak.Menurut ketentuan pajak, pajak penghasilan merupakan
jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya pajak tersebut dimaksudkan
untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainya. Oleh karena itu dalam rangka memberikan kepastian hukum, penentuan saat
mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif yang penting.

Dalam pajak penghasilan tarifnya dapat dibedakan menjadi

beberapa tarif,sebagai berikut :


1)

Tarif marginal
Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak. Sebagai contoh , tarif pajak penghasilan untuk
tahun 2009 bagi wajib pajak orang (perhatikan contoh tarif progresif) bahwa tarif marginal untuk setiap tambahan penghasilan
kena pajak yang melebihi 0 sampai dengan Rp.50.000.000,00 sebesar 5% yang diikuti pula setiap tambahan penghasilan kena
pajak diatas Rp.50.000.000,00 sampai dengan tarif marginal 15% dan seterusnya.

2)

Tarif efektif

1.

Kutipan Undang-Undang Tentang Pajak Penghasilan

a.

Yang termasuk subjek pajak penghasilan

Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu.

1)

Orang pribadi
Adalah mereka yang tinggal atau (berdomisili) atau berada di Indonesia ataupun diluar indonesia tanpa melihat batas

umur, jenjang sosial ekonomi dan kebangsaan dan kewarganegaraannya.


2)

Warisan
Warisan yang belum belum terbagi satu kesatuan menggantikan yang berhak warisan merupakan subjek pengganti,
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

3)

Badan
Sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha.

4)

Bentuk usaha tetap (BUT)


Perusahaan luar negeri yang bergerak dalam kegiatan ekonomi suatu negara, dalam hal ini negara Indonesia. Subjek
pajak dapat pula dibedakan yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa
subjek pajak dalam negeri adalah wajib pajak membuat SPT sementara subjek pajak luar negeri tidak wajib membuat SPT.

b.

Termasuk objek pajak penghasilan


Yang menjadi objek pajak penghasilan yaitu, setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat di pakai untuk dikonsumsi atau menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

1.

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undangundang PPh.

2.

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

3.

Laba usaha.

4.

Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta :

Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal.

Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu atau anggota.

Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha.

Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yg ditetapkan oleh menteri keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan

5.

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

6.

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

7.

Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8.

Royalti.

9.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala contoh leasing.


11. Keuntungan karena pembebasan utang kecuali yang diatur pada PP 130 Tahun 2000 (atas keuntungan karena pembebasan utang
debitur kecil termasuk Kukesra, KUT, KPRSS, KUK dan kredit kecil dan hanya dapat dinikmati satu kali dalam satu tahun pajak
sampai dengan jumlah Rp 350 Juta).
12. Keuntungan karena selisih kurs dengan mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14. Premi Asuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
E.

Bukan Subyek Pajak


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200 menjelaskan tentang apa yang tidak termasuk obyek pajak sebagai berikut:
a.
b.

Badan

perwakilan

negara

asing.

Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat - pejabat lain dari negara asing dan orang - orang yang

diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara
indonesia
c.

tersebut
d.

dan

negara

yang

bersangkutan

memberikan

perlakuan

timbal

balik.

Organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat Indonesia ikut dalam organisasi
dan

organisasi

tersebut

tidak

melakukan

kegiatan

usaha

di

Indonesia.

Contoh:

WTO,

FAO,

UNICEF.

Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan dengan syarat bukan warga

negara indonesia dan tidak memperoleh penghasilan dari Indonesia.

F.

Obyek Pajak Penghasilan


Objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip
pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak darimanapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak tersebut.
Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi
pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan
pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan. Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan
dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
Karena Undang-undang PPh menganut pengertian penghasilan yang luas maka semua jenis penghasilan yang diterima
atau diperoleh dalam suatu tahun pajak digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila dalam
satu Tahun Pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
lainnya (Kompensasi Horisontal), kecuali kerugian yang diderita di luar negeri. Namun demikian, apabila suatu jenis penghasilan
dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari Objek Pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh
digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.
Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun

Anda mungkin juga menyukai