SINTESIS ASPIRIN
2.1. Tujuan Percobaan
- Memahami reaksi esterifikasi fenol
- Memahami reaksi pembuatan aspirin
- Mampu melakukan uji kadar aspirin hasil reaksi.
2.2. Tinjauan Pustaka
Sintesis adalah penyatuan beberapa molekul sederhana menjadi molekul yang
lebih kompleks untuk menciptakan zat baru agar memungkinkan memiliki sifat baru
dan berguna namun tetap identik dengan senyawa yang diekstraksi dari alam (Hart,
2003).
Aspirin berbentuk kristal putih yang sedikit larut dalam air dan sangat larut dalam
alkohol, eter, kloroform, dan gliserin. Aspirin bersifat stabil pada udara kering namun
dapat terurai perlahan bila ditempatlan pada daerah lembab.
Aspirin digunakan sebagai bahan kimia untuk terapi yang paling banyak
digunakan didunia. Penggunaan obat ini berperan secara luas, sebagai pengobatan
rematik, analgesik, antipiretik dan baru-baru ini mendapat perhatian khusus karena
kegunaannya yang dapat mencegah penyakit jantung pada penggunaan jangka panjang
dan dosis rendah(Feinman, 1994).
Reaksi pembuatan aspirin:
O
OH
O
CH3C
O
O
salisilat)
CH3CO2H
CCH3
CO2H
CO2H
(asam salisilat)
OCH2CH3
(anhidrida asetat)
(asam asetil
(aspirin)
(Hart, 1983).
Pada awal penemuannya, aspirin di ekstraksi dari kulit pohon willow. Bahan aktif
dari kulit kayu ini disebut salisin, glikosida pahit dari alkohol salisilat pertama kali
diisolasi oleh Leroux pada tahun 1827. Pada tahun 1860, Kolbe dan Lauterman
membuat sintesis asam salisilat dari fenol. Di tahun 1875. Istilah asam asetilsalisilat
atau aspirin pertama kali diperkenalkan oleh Dresser untuk pengobatan pada tahun
1899 sebagai upaya untuk mengurangi toksisitas lambung. Aspirin kemudian menjadi
pilihan utama pembuatan obat menggantikan senyawa alam lain yang harganya lebih
mahal (Feinman, 1994).
Mekanisme pembuatan aspirin:
-
Katalis asam bekerja dan memprotonasi gugus karbonil secara reversibel. Dalam
proses protonasi terjadi peningkatkan muatan positif pada karbon karboksil sehingga
menyerang karbon karbonil sehingga terbentuklah ikatan C-O atau ikatan ester.
Ketika kesetimbangan tercapai maka oksigen terlepas atau memperoleh proton.
Kesetimbangan asam-basa seperti ini bersifat reversibel dan berlangsung cepat dan
terus menerus berjalan dalam larutan bersuasana asam dari senyawa yang
mengandung oksigen
Selanjutnya, pada langkah ini terbentuk air yaitu satu produk dari reaksi keseluruhan.
Supaya langkah ini berlangsung, gugus OH harus terprotonasi untuk meningkatkan
sebagai berikut.
-
Katalis
Penambahan katalis dapat mempercepat tercapainya energi aktivasi sehingga reaksi
yang terjadi dapat terjadi lebih cepat.
Suhu
Apabila suhu didinginkan akan terbentuk kristal dan ketika suhu dingin molekul
aspirin dalam larutan dapat bergerak lambat sehingga terkumpul membentuk
endapan melalui proses nukleasi dan pertumbuhan partikel (Rianda, 2011).
Fenol merupakan zat padat berbentuk hablur tanpa warna. Fenol termasuk dalam
senyawa hidroksil aromatik asam karbolat C6H5OH. Fenol bersifat asam lemah dan
dapat membentuk garam fenolat dengan alkali kuat. Sifat bahan ini sendiri adalah
korosif dan beracun. Dalam aplikasinya fenol banyak digunakan sebagai antiseptik,
bahan pembuatan resin, bahan peledak dan zat celup (Pudjaatmaka, 2002).
Etanol memiliki bentuk fisik yaitu cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah
terbakar dan menguap. Dalam hal reaksinya dengan air, etanol dapat bercampur dalam
segala perbandingan. Etanol adalah salah satu turunan senyawa hidrokarbon yang
mempunyai gugus hidroksil dendan rumus C2H5OH, yaitu senyawa organik yang terdiri
dari karbon, hidrogen, dan oksigen.
Etanol umumnya berfungsi sebagai pelarut untuk zat organik mapun anorganik,
bahan dasar industri asam cuka, ester, spiritus, asetaldehid, antiseptik topical dan
sebagai bahan baku pembuatan eter dan etil ester. Etanol juga digunakan untuk
campuran minuman dan dapat digunakan sebagai bahan bakar (gasohol). Etanol dibuat
dengan dua cara yaitu cara non fermentasi (sintesis) dan cara fermentasi (Endah, 2007).
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak dengan lemak dengan alkohol.
O
O
R
C
(asam)
OH +
OH
R'
(alkohol)
CH
OR' + H2O
(ester)
(air)
Katalisator
Katalisator adalah salah satu faktor penting dalam jalannya kecepatan reaksi
esterifikasi dengan pembentukan senyawa antara atau dengan adsorpsi. Dalam proses
esterifikasi apabila ditambahkan katalis dapat mempercepat jalannya reaksi.
Biasanya katalis yang digunakan adalah asam kuat seperti asam sulfat atau asam
klorida. Dengan penambahan katalis dapat mempercepat jalannya reaksi dengan
molekul. Pada suhu tinggi prosentase hasil tumbukan dalam sebuah reaksi kimia
lebih luas karena prosentase molekul yang memiliki energi aktivasi yang dibutuhkan
untuk bereaksi lebih besar. Kecepatan esterifikasi dapat meningkat dua kali dengan
kenaikan suhu 100C. Oleh karena itu, panas digunakan untuk mempercepat reaksi
esterifikasi. Kenaikan suhu dapat dihitung hubungannya dengan kecepatan reaksi
(Setyawardhani, 2005).
Terdapat kesetimbangan antara ester dan air, jika memanaskan asam karboksilat
dan alkohol dan katalis asam, untuk katalis asam yang sering digunakan ialah HCl atau
H2SO4.
Fungsi penambahan FeCl3 adalah untuk mendeteksi adanya gugus fenol pada
aspirin atau asam salisilat. Ketika aspirin murni terbentuk maka di dalamnya terdapat
gugus fenol sehingga aspirin bereaksi dengan gugus fenol dan berubah warna menjadi
ungu (Rianda, 2011).
Rendemen teoritis lawan nyata, saat terjadi proses pemindahan dan memurnikan
hasil dari reaksi kimia, maka beberapa hasil dari reaksi tersebut akan hilang. Rendemen
teoritis adalah hasil banyaknya hasil reaksi yang sudah diperhitungkan akan didapat jika
reaksi berjalan dengan sempurna. Dalam praktek, pemulihan hasil reaksi kurang dari
100 persen. Rendemen persentase adalah rendemen nyata hasil reaksi dibagi dengan
rendemen teoritis kali seratus, rumusnya sebagai berikut:
hasil nyata
100 rendemen persentase
hasil teoritis
(2.1)
(Keenan, 1984).
: H2O
: 18, 02 g/mol
: cair
: : 100 oC
B. Besi klorida
Rumus molekul
Berat molekul
Bentuk fisik
Titik lebur
Titik didih
: FeCl3
: 162, 21 g/mol
: padat
: 306 oC
: 316 oC
C. Asam salisilat
Rumus molekul
Berat molekul
Bentuk fisik
Titik lebur
Titik didih
: C7H6O3
: 138, 12 g/mol
: padatan kristal
: 159 oC
: 211 oC
: C4H6O3
: 102. 09 g/mol
: cair
Titik lebur
: -73, 1 C
Titik didih
E. Asam fosfat
Rumus molekul
Berat molekul
Bentuk fisik
Titik lebur
Titik didih
: 139, 9 C
: H3PO4
:: cair
: 21 C
: 158 C
F. Etanol
Rumus molekul
Berat molekul
Bentuk fisik
Titik lebur
Titik didih
: C2H5OH
: 46, 0414 g/mol
: cair
: -114 C
: 78 C
G. Aspirin
Rumus molekul
: C9H8O4
Berat molekul
: 180, 15 g/mol
Bentuk fisik
: padat
Titik lebur
: 139 C
Titik didih
:-
wadah
menambahkan dengan hati-hati (bekerja di ruang asam) 5 tetes H 3PO4.
Mengaduk larutan dengan pengaduk kaca
dengan klem
setelah 5 menit, mengangkat labu erlenmeyer dari penangas air dan segera
menambahkan 2 mL Aquadest
setelah 2 atau 3 menit, menambahkan lagi 20 mL Aquadest dan membiarkan
labu berisi campuran reaksi mencapi suhu kamar dan mulai mengalami
kristalisasi. Pastikan bahwa kristal telah terbentuk sebelum melanjutkan ke
tahap berikutnya. Dapat menggores dinding bagian dalam labu dengan batang
pengaduk kaca untuk mempercepat pembentukan kristal, jika kristal tak juga
muncul
menambahkan Aquadest dingin dan dinginkan labu besrta isinya dalam wadah
OH
O
C
OH + H3C
O
O
CH3
CH3
OH + H3C
OH
O
(asam salisilat)
H3PO4
(aspirin)
(asam asetat)
Perlakuan
Pengamatan
Kesimpulan
Pembuatan Aspirin
C7H6O3 + (CH3COO)2
Lar. A
Lar. A + H3PO4
Lar. B
lar. B
Lar. C
Lar. C + H2O
Lar. D
- Terbentuk endapan
putih
- Terbentuk Kristal
Lar. E
berwarna putih
Lar. E disaring
endapan
- Kristal berwarna
putih
endapan + C2H5OH
Lar. F
terdapat kristal
Lar. F + H2O
Lar. G
- Kristal berwarna
Putih
Terbentuk
kristal
aspirin
2.
Terdapat
Kristal + H2O
Lar. H
asam
Lar. H + FeCl3
Lar. I
- Campuran larutan
salisilat
berwarna ungu
dalam
sampel
2.7. Dokumentasi
berisi es.
Kristal yang terbentuk berwarna putih. Kristal tersebut kemudian disaring dengan
corong Bchner yang dilapisi kertas saring dan kemudian dicuci dengan sedikit
Aquadest dingin. Selanjutnya dilakukan rekristalisasi untuk mendapatkan kristal
yang lebih murni dengan cara melarutkan kristal dalam lima mL etanol dan
ditambahkan 20 mL Aquadest hangat. Fungsi etanol disini adalah untuk
melarutkan dan memisahkan aspirin dengan air. Campuran kemudian dipanaskan
sampai larut dan didinginkan kembali sehingga terbentuk kirstal. Kristal
-
produk
melalui
uji
aspirin.
Berat aspirin berdasarkan percobaan diperoleh sebesar 0, 76 gram. Sedangkan
DAFTAR PUSTAKA
Feinman, Susan E. 1994. Benefical and Toxic Effects of Aspirin. USA:
CRC Press, Inc.
Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Hart, H., Craine, L. E. dan Hart, D. J. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat Edisi Sebelas. Jakart: Erlangga.
Keenan, C. W., Kleinfelter, D. C., dan Wood, J. H. 1984. Kimia untuk
Universitas Edisi Enam Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.
Endah, R. D.. 2007. Pengaruh Kondisi Fermentasi Terhadap Yield
Etanol pada Pembuatan Bioetanol dari Pati Garut. Semarang:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
(diakses pada 18 November 2016).
Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan Metanol
Menjadi Biodiesel dengan Metode Distilasi Reaktif. Surakarta:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (diakses pada 18 November 2016).
Rianda, Aditya., dkk. 2011. Sistem Rantai Pasok Produk Obat-Obatan. Padang:
Universitas Andalas. (diakses pada 18 November 2016).
Setyawardhani, D. A., Yoenitasari, dan Wahyuningsih, S.. 2005.
Kinetika Reaksi Esterifikasi Asam Formiat dengan Etanol pada
Variasi Suhu dan Konsentrasi Katalis. Semarang: Lab Dasar
Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia FT UNS. (diakses pada 18
November 2016).