BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
Fisiologi Menstruasi
Siklus menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Sedangkan
ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.
Perubahan-perubahan
kadar
hormon
sepanjang
siklus
menstruasi
LH
FSH
++
Folikel Ovarium Matang
Lonjakan LH
Kadar Estrogen
Ovulasi
Tinggi
Gambar 2.1. Mekanisme umpan balik hormon-hormon yang berperan
dalam siklus menstruasi
Siklus
menstruasi
normal
dapat
dipahami
dengan
baik
dengan
membaginya atas 2 fase dan 1 saat, yaitu fase folikular, saat ovulasi, dan fase
luteal (Prawirohardjo, 2005).
1. Fase Folikular
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai
berkembang. Pada fase ini, terjadi peningkatan hormon FSH untuk membantu
pematangannya
yang
berlanjut
melewati
tahap-tahap
awal
perkembangan. Folikel yang lain karena tidak mendapat bantuan hormon akan
mengalami atresia. Pada waktu ini, LH juga meningkat untuk membantu
pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar
estrogen dalam plasma meningkat secara signifikan. Selama pembentukan folikel,
seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit primer untuk
digunakan jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di sel-sel yang
mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium
(Sherwood, 2009).
2. Saat ovulasi
Pada saat ovulasi, kadar estrogen perlahan-lahan meningkat dan kemudian
dengan cepat mencapai puncaknya dan akan menyebabkan lonjakan LH pada
pertengahan siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan empat perubahan besar dalam
folikel :
a. Hal ini menghentikan sintesis estrogen oleh sel folikel.
b. Hal ini memicu kembali meiosis di oosit folikel yang sedang berkembang.
c. Hal ini memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal yang akan memicu
ovulasi
dengan
mendorong
perubahan
vaskular
yang
menyebabkan
meningkat dan kadar estrogen juga meningkat tetapi tidak sampai mencapai kadar
yang sama ketika fase folikular. Progesteron akan mendominasi fase luteal dan
akan menghambat sekresi LH dan FSH untuk mencegah pematangan folikel baru
dan ovulasi selama fase luteal.
Korpus luteum berfungsi selama kurang lebih dua minggu dan akan
berdegenerasi jika tidak terjadi fertilisasi. Proses degenerasi ini ditandai dengan
berkurangnya kapiler-kapiler darah dan menurunnya sekresi progesteron dan
estrogen. Hilangnya efek inhibisi kedua hormon ini akan memungkinkan sekresi
FSH dan LH kembali meningkat dan akan mempengaruhi kelompok folikel
primer untuk matang kembali dan memulai kembali fase folikular baru.
Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh rangsangan
Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang disekresi oleh blastokista yang
tertanam. Hal ini terjadi sampai 9-10 minggu kehamilan dan fungsinya akan
diambil alih oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2005).
2.3
2.4
2.4.1
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini
merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran berdasarkan pangan yang dikonsumsi (Sunarti,
2004).Menurut Almatsier (2009), status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui penilaian secara langsung dan
tidak langsung (Supriasa, 2002). Secara langsung dapat dilakukan dengan metode
biokimia, biofisik, cara klinis, dan metode antropometri. Sedangkan secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan metode survei konsumsi makanan, statistik
vital, dan faktor ekologi.
Penilaian status gizi untuk dewasa yang lazim digunakan adalah metode
antropometri karena relatif sederhana dan mudah untuk dilakukan. Alat yang
digunakan relatif mudah ditemukan dan diaplikasikan.
10
Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan WHO (2004)
Klasifikasi
Underweight
Berat
IMT
< 18,50
< 16,00
Sedang
16,00 16,99
Ringan
17,00 18,49
Normal
Overweight
18,50 24,99
25,00
Pre-Obese
25,00 29,99
Obesitas
30,00
Obesitas Kelas 1
30,00 34,99
Obesitas Kelas 2
35,00 - 39,99
Obesitas Kelas 3
40,00
11
IMT
Kurus
Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat
< 17,00
17,00 18,50
Normal
18,50 - 25,00
Gemuk
Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan
> 27,00
malnutrisi
atau
12
2.4.2
Stress
Stress merupakan respons nonspesifik generalisata tubuh terhadap setiap
otonom
yang
menyebabkan
beberapa
perubahan,
salah
satunya
2.4.3
13
(Dayanti, 2004).
Olahraga memang memberikan banyak keuntungan, tetapi olahraga yang
berlebihan dapat menyababkan gangguan pada siklus menstruasi. Gangguangangguan yang dapat terjadi, yaitu gangguan keteraturan siklus menstruasi hingga
amenorea (tidak mengalami menstruasi), penipisan tulang (osteoporosis),
perdarahan abnormal, dan infertilitas. Sifat dan tingkat keparahan gejala
tergantung pada beberapa hal, seperti jenis olahraga, intensitas dan durasi
olahraga (Asmarani, 2010).
2.4.4
reproduksi
seperti
polycystic
ovary
syndrome
(PCOS),
hormon
sehingga
mempengaruhi
keteraturan
siklus
menstruasi
(Winkjosastro, 2007).
2.4.5
Merokok
Siklus menstruasi pada perokok berat cenderung lebih pendek dan lebih
2.4.6
Kelainan genetik
Kelainan genetik, seperti sindrom cushing, sindrom asherman, sindrom
14
2.4.7
Konsumsi obat-obatan
Konsumsi kontrasepsi hormonal atau obat-obatan yang meningkatkan