PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konservasi (conservation) merupakan sebagai suatu usaha pengelolaan
yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam sehingga
dpt menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk
generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara potensinya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi yang akan datang.
Konservasi sumberdaya alam adalah tanggung jawab semua umat di muka
bumi karena pengaruh ekologis dari berbagai upaya pembangunan tidak terbatas
oleh wilayah negara atau administratif. Upaya konservasi adalah bagian integral
dari pembangunan. Pembangunan yang dilakukan di negara manapun terkait
dengan kepentingan negara lain maupun kepentingan internasional. Sebagai
gambaran lain adalah adanya fenomena migrasi spesies yang melampaui batasbatas wilayah administrasi negara dan berkembangnya perdagangan produk
hayati tingkat internasional. Ancaman terhadap ekosistem mempunyai ruang
lingkup
internasional
terjalinnya
jaringan
alam
bumi.
kelembagaan
karena
itu,
perlu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Upaya Konservasi Global
Pada tahun 1972 dilakukan pertemuan yang merupakan tonggak penting
dalam pengembangan strategi konservasi global. Pertemuan tersebut dikenal
dengan Stockholm Conference on the Human Environment. Hasil dari pertemuan
tersebut antara lain pembentukan UNEP (The United Nations Environment
Program) untuk menghadapi tantangan permasalahan lingkungan hidup dunia, yg
masih terfokus pada kerusakan dan konservasi sumberdaya alam.
Pada tahun 1992, Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, atau yang
dikenal sebagai United Nations Conference on Environmental and Development;
dikenal juga dalam istilah KTT Bumi membahas berbagai cara untuk melindungi
lingkungan dengan
1972
1983
1992
1997
2000
KTT Milenium
(Millennium Summit)
2002
Pelestarian
kawasan
konservasi
merupakan
bagian
integral
dari
dapat memberi kesempatan bagi latihan, tukar- menukar personil dan terjalinnya
hubungan yang erat secara bertahap antara kedua organisasi yang dapat mengarah
kepada sifat saling menguntungkan. Dibandingkan dengan proyek jangka pendek
dengan masukan intensif berupa tenaga ahli dan perlengkapan selama dua atau
tiga tahun dan kemudian berhenti sama sekali, maka tipe kerjasama ini
memungkinkan berhentinya dukungan dan keterlibatan yang berkelanjutan secara
bertahap. Dukungan semacam ini dapat dibiayai melalui program bantuan
bilateral dan tidak menyebabkan menipisnya dana terbatas yang dimiliki taman
yang bersangkutan.
Kerjasama regional antar negara sangat berharga dan perlu digalakkan.
Sebagai contoh, hal ini dapat mengambil bentuk pertukaran personil, dikaitkan
untuk bekerja pada departemen taman, karya wisata, kunjungan timbal-balik oleh
personil tingkat pengelola, serta seminar berpindah secara
periodik
yang
mengenal perjanjian
yang relevan,
yang
mutakhir,
dan
suatu
jaringan
komunikasi
langsung
yang
melalui
pembentukan
inspirasi,
pemberian
informasi
yang
pelestarian alam di 120 negara di seluruh dunia. Organisasi ini yang pada
awalnya bernama IUPN (International Union for the Protection of Nature)
didirikan pada 5 Oktober 1948 di Fontainebleau, Prancis pada suatu konferensi
internasional
yang
dihadiri
oleh
130
delegasi
yang
mewakili
18
bahari;
tetumbuhan;
Antartika;
penduduk
dan
pembangunan
WWF
singkatan World
Wildlife
Fund
adalah
LSM
konservasi
keanekaragamannya.
Pada tahun-tahun berikutanya, focus organisasi mengarah ke isu
lingkungan lainnya, seperti pemanasan global dan rekayasa genetika. Greenpeace
mempunyai kantor regional dan nasional pada 41 negara-negara di seluruh dunia,
8.
badan
dunia
dalam
kerangka
Strategi
8 Tahun
1999 Tentang
pembangunan,
memungkinkan
pemenuhan
ilmu
pengetahuan,
kebutuhan
manusia
dan
teknologi
yang
yang menggunakan
Kegiatan
antara lain
keanekaragaman
hayati
harus
diarahkan
untuk
mencegah/
pembangunan
berkelanjutan
dengan
cara
melindungi
dan
kepada
manusia
untuk
menghargai
keanekaragaman
alam,
biji. Untuk itu perlu dilakukan kontak-kontak baru dan kesetiakawanan di antara
masyarakat, menyatukan para biologis dan pengelola sumberdaya hayati dengan
para ahli sosial, pemimpin politik, kalangan bisnis, pemuka agama, petani,
wartawan, artis, perencana, guru dan penegak hukum. Selain itu, harus dilakukan
dialog antara pemerintah pusat dengan daerah, masyarakat industri, grup-grup
sosial, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat, wanita dan penduduk lokal.
Mekanisme dan tindakan baru diperlukan untuk mendukung suksesnya aksi
konservasi keanekaragaman hayati.
Jauh
sebelum
Konvensi
Keanekaragaman
hayati
(Biodiversity
Authority);
7) Pemerintah Daerah (kabupaten/ kota dan provinsi);
8) Lembaga Swadaya Masyarakat di bidang konservasi;
9) Lembaga-lembaga penelitian;
10) Lembaga pendidikan tinggi (universitas);
11) Konsultan AMDAL dan lembaga penilai (sertifikasi hutan, dan
lainnya);
12) Sektor swasta secara umum;
13) Lembaga lain yang juga menangani hal-hal yang terkait dengan
konservasi.
b. Kapasitas dan Kinerja
Untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja, maka peningkatan ditujukan
kepada institusi utama penggerak konservasi yaitu LIPI, PHKA, Pemda dan LSM.
Secara ringkas peningkatan kapasitas dan kinerja ini meliputi:
1) LIPI
a) Peningkatan kapasitas LIPI dalam penelitian dan inventarisasi
spesies;
b) Peningkatan kapasitas LIPI dalam menyediakan data ilmiah
(kapasitas staf dan sistem informasi);
Upaya pelestarian jenis seperti tersebut di atas, lebih jauh lagi bisa dilihat
sebagai bagian dari upaya pengelolaan suatu kawasan atau pelestarian ekosistem.
c. Pengembangan Taman Nasional
Taman nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang
telah memiliki kelembagaan cukup kuat di berbagai negara. Berbagai bentuk
kerjasama internasional diakui sangat berarti bagi negara-negara yang kurang
mampu dalam mengangani sendiri kawasan konservasi yang dimilikinya. Hal ini
mengimplementasikan suatu mekanisme untuk memikul biaya secara bersamasama, melalui pembagian yang adil antara biaya dan manfaat dari pengelolaan
kawasan konservasi, baik diantara bangsa dan kawasan yang dilindungi serta
masyarakat sekitar.
2) Memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik, baik berupa flora maupun
satwa, dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami.
3) Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh, sebagai pariwisata
alam.
4) Memiliki keadaan alam asli dan alami untuk dikembangkan.
5) Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam Zona Inti, Zona
Pemanfaatan, Zona Penyangga, dan Zona lain yang karena pertimbangan
kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan,
dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam hayati, dan
ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.
d. Program Hutan Lindung
Pokok kegiatan yang dilaksanakan adalah menyelenggarakan inventarisasi
dan penelitian atas seluruh areal hutan dengan maksud melakukan penunjukkan
dan menetapkan status hukumnya, melaksanakan pengukuran, pengamanan dan
pengelolaan.
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan sifat alamnya
dipergunakan untuk mengatir tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah yang keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu
dibina dan dipertahankan sebagai hutan denga penutupan vegetasi secara tetap
guna kepentingan hidrologis yang mengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi,
serta memelihara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan yang
bersangkutan maupun kawasan yang dipengaruhi oleh daerah sekitarnya.
kegiatan
yang
dilaksanakan
ialah
peningkatan
kesadaran
komersial
Melakukan pengamatan hayati/lingkungan (biosecurity)
Melaksanakan kegiatan konservasi in-situ
Melakukan kegiatan konservasi ex-situ
Meningkatkan konservasi spesies berbasis ekosistem
Melaksanakan peraturan penangkaraan dan budidaya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan upaya
strategi konservasi Global yaitu melakukan kerjasama regional, dan kerjasama
internasional. Strategi Konservasi Sedunia (World Conservation Strategy), yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Mardiastuti, Ani. 2008. Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam
Departemen Kehutanan RI: Jica.
Santosa, A. (Ed) . 2008. Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengeloaan &
Kebijakan. Jakarta: Perpustakaan Nasional.