Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Tumbuh kembang Anak


1. Definisi Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh merupakan proses bertambahnya ukuran dimensi akibat pertambahan
jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler, sedangkan kembang adalah proses
pematangan maturase fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental,
intelegensi, serta perilaku anak (Mansjoer, 2000).
Menurut Ilmu Kesehatan Anak, tumbuh kembang pada anak adalah semua aspek
yang dicapai manusia sampai dewasa. Pertumbuhan terjadi akibat perubahan pada aspek
fisik karena pertambahan sel, sedangkan perkembangan terjadi akibat bertambahnya
keterampilan dan fungsi yang kompleks.
Bisa disimpulkan bahwa pertumuhan merupakan proses perubahan secara fisik
seperti bertambahnya tinggi badan dan berat badan, sedangkan perkembangan
merupakan proses perubahan secara kematangan fungsi organ, termasuk kemampuan
mental, intelegensi, dan perilaku anak.
2. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak menurut Hidayat (2009), antara
lain.
a. Faktor Herediter
Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang tua, tidak dapat berubah
sepanjang hidup manusia, menentukan karakteristik seperti jenis kelamin, rambut,
warna mata, pertumbuhan fisik, dan sikap tubuh seperti tempramen.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi tercapai atau tidaknya potensi yang sudah ada
dalam diri manusia. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua:
1) Lingkungan pranatal (ketika di kandungan).
Antara lain: gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio.
2) Lingkungan postnatal (setelah kelahiran).
Antara lain:
a) Lingkungan biologis (ras, jenis kelamin, gizi, perawatan, kesehatan, penyakit
kronis, fungsi metabolisme).
b) Lingkungan fisik (sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi).
c) Lingkungan psikososial (stimlasi, motivasi belajar, teman sebaya, stress
sekolah, cinta, interaksi anak dengan orang tua).
d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat (pekerjaan, pendapatan keluarga,
pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua).
c. Faktor Status Sosial Ekonomi
1

Anak yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan sosial tinggi cenderung lebih
dapat tercukupi kebutuhan gizi dibanding dengan anak yang lahir dan dibesarkan
dalam status ekonomi rendah.
d. Faktor Nutrisi
Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan nutrisi. Apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat
terhambat.
e. Faktor Kesehatan
Anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan tumbuh kembang sangat
mudah. Namun apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan menjadi
perlambatan.
3. Tahap Tumbuh Kembang Anak
Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan pada anak menurut Moersintowarti
(2005), antara lain.
a. Masa pranatal
b. Masa embrio : konsepsi 8 minggu
c. Masa janin / fetus : 9 minggu lahir. Masa ini terdiri dari dua periode:
1) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai trimester kedua kehidupan intra
uterin.
2) Masa fetus lanjut, pada trimester akhir berlangsung pesat, adanya
perkembangan fungsi-fungsi organ.
d. Masa post natal. Terbagi menjadi :
e. Masa neonatal : usia 0 28 hari, terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ tubuh lainnya.
f. Masa bayi akhir : 1 2 tahun, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.
g. Masa pra sekolah : 2 6 tahun, pada saat ini pertumbuhan berlangsung stabil,
terjadi

perkembangan

dengan

aktifitas

jasmani

yang

bertambah

dan

meningkatnya keterampilan dalam proses berfikir.


h. Masa sekolah atau masa pubertas (wanita 6 10 tahun, laki-laki 8 12 tahun),
pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa pra sekolah. keterampilan
dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan jenis
kelamin yang sama.
i. Masa adolesensi (masa remaja) : wanita 10 18 tahun, laki-laki 12 20 tahun,
anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa adolesensi dibanding laki-laki.
Masa ini merupakan masa transisi dari periode anak ke dewasa. Terjadi
percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat. Pada
masa ini juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat pada alat kelamin dan
timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder.
2

4. Tugas Perkembangan Anak


a. Umur 0 3 bulan
1) Mengangkat kepala setinggi 450
2) Menggerakkan kepala dari kiri / kanan ke tengah
3) Melihat dan menatap wajah
4) Mengoceh spontan
5) Bereaksi atau terkejut terhadap suara keras
6) Membalas tersenyum ketika diajak bicara
7) Mengenal ibu dengan penglihtan, penciuan, pendengaran, kontak
b. Umur 3 6 bulan
1)
Berbalik dari telungkup ke telentang
2)
Mengangkat kepala setinggi 900
3)
Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
4)
Meraih benda yang ada dalam jangkauan
5)
Memegang tangannya sendiri
6)
Berusaha memperluas pandangan

c.

Umur 0 6 tahun
1) Belajar berjalan.
2) Belajar memakan makanan padat.
3) Belajar berbicara.
4) Belajar buang air kecil dan buang air besar.
5) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
6) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
7) Membentuk konsep konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan
alam.
8) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang orang disekitarnya.
9) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan

d.

kata hati.
Masa sekolah, umur 6 12 tahun
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan : bermain
sepak bola, loncat tali, berenang.
2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

e.

biologis.
Belajar bergaul dengan teman teman sebaya.
Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
Belajar mengembangkan konsep sehari hari.
Mengembangkan kata hati
Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-

lembaga.
Masa remaja
1) Menerima fisiknya sendiri beriku keragaman kualitasnya.
3

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur figur yang


menjadi otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun
kelompok.
4) Menemukan manusia model untuk dijadikan identitasnya.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri.
6) Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar prinsip atau falsafah
hidup.
7) Mampu meninggalkan masa kanak kanaknya
5. Penilaian Tumbuh Kembang Anak
Penilaian tumbuh kembang anak dilakukan dengan menggunakan pedoman
Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak SDIDTK. Melalui
kegiatan SDIDTK, dapat terdeteksi penyimpangan pertumbuhan seperti gizi buruk atau
pun penyimpangan perkebangan mental emosional (Hermawan, 2011). SDIDTK
meliputi:
a. Stimulasi tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah
b. Deteksi dini tumbuh kembang anak, deteksi penyimpangan tertumbuhan (BB /
TB / LK), deteksi dini penyimpangan perkembangan anak (KPSP, TDD, TDL),
deteksi dini penyimpangan mental (KMME, CHAT, GPPH).
c. DDTS, merupakan salah satu metode skrining perkembangan anak. Terbagi
menjadi 4 sektor yaitu perilaku sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.
6. Gangguan Tumbuh Kembang yang Sering Ditemukan pada Anak
a. Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merpakan indikator seluruh perkembangan anak,
karena kemampuan bahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada
sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motorik, psikologis, emosi,
dan lingkungan sekitar anak.
b. Cerebral Palsy
Merupakan kelainan ferakan dan postur tubuh yang tidak progresif yang
disebabkan oleh kerusakan sel motorik susunan saraf pusat yang sedang tumbuh
atau belum selesai pertumbuhannya.
7. Masalah yang Mungkin Muncul dalam Proses Tumbuh Kembang Anak
a. Gangguan Bicara dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak, karena
kemampuan bahasa sensitive terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem
4

lainnya sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi, dan


lingkungan sekitar anak.
b. Cerebral Palsy
Cerebral palsy merupakan kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
yang disebabkan kerusakan pada sel motorik susunan saraf pusat yang sedang tumbuh
atau belum selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom Down
Anak dengan sindrom down

memiliki

kecerdasan

yang

terbatas

dan

perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal.


d. Perawakan Pendek
Perawakan pendek merupakan suatu terminologi, mengenai tinggi badan yang
berada dibawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada
populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena gangguan gizi, kelainan kromosom,
penyakit sistemik, atau gangguan endokrin.
e. Gangguan Autisme
Gangguan autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan yang ditemukan
mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku.
f. Retardasi Mental
RM merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ <70)
yang menyebabkan ketidakmampuan untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH)
GPPH merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktifitas.
8. Intervensi Keperawatan untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak
a. Mendeteksi masalah tumbuh kembang anak melalui pemeriksaan antropometri,
SDIDTK, dan Denver test
b. Melakukan penyuluhan terkait stimulus tumbuh kembang anak
c. Mampu menilai pertumbuhan dengan cara mengisi KMS dengan benar
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait tumbuh kembang anak
B. Konsep imunologi
1. Jadwal imunisasi dasar dan anjuran
a. Jadwal imunisasi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merasngsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap
penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat),
ketika vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan
vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sabagai suatu pengalaman.
5

Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antingen yang sama dengan vaksin
maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih
kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif
mencegah penyakit infeksius. (Proverawati A dan Andhini CSD, 2010)
Umur Pemberian Vaksinasi
enis Vaksin
Bulan
Tahun
LHR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 10 12 18
BCG
1 Kali
Hepatitis B
1 2
Polio
1 2 3
4
5
D PT
1 2 3
4
5
6 (td) 7 (td)
Campak
1
5
Hib
1 2 3
4
Pneumokokus
1 2 3
4
Influenza
Diberikan 1 kali dalam 1 tahun
Varisela
1 kali
MMR
1
2
Tifoid
Setiap 3 tahun
2 kali - interval 6-12
Hepatitis A
bulan
H PV
3 kali

b. Anjuran Imunisasi
Imunisasi anjuran merupakan imunisasi non program seperti MMR (Mumps
Measles Rubella), Hib (Hemophilus Influenzae tipe B), menginitis, influenza,
IPD (Invasive Pneumococcal Disease), tifoid dan hepatitis A (Sostroasmoro,
2007).
2. Kontra indikasi
Kontra indikasi dalam pemberian ada 3, yaitu:
a. Analvilaksis atau reaksi hipersensitiva (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang
hebat merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya.
Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi
pemberian DPT atau HB1 dan campak.
b. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan
gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lainnya sebaiknya diberikan.
c. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi
yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi
ketika bayi sudah sehat.
6

3. Cara pemberian imunisasi


a. Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi
penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan
b.
c.
d.
e.

pada paha.
Cara pemberian imunisasi polio melalui oral /mulut.
Cara pemberian imunisasi DPT disuntikan melalui intamuskuler(IM).
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui suntikan subkutan.
Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah melalui intra muskuler(IM).

4. Pengkajian pra imunisasi


Sebulan sebelum waktu pelaksanaan perlu disampaikan pesan-pesan kepada
masyarakat antara lain:
a. Pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita.
b. Mempersiapkan jadwal pelaksanaan dan tempat-tempat/pos kapsul vitamin
atau vaksin dan pelayanan imunisasi campak (pakai poster Pos Vaksin X
yang telah dikirim).
c. Bawa anti anafilaktik untuk mengatasi bila terjadi anaphylactic shock karena
imunisasi.
d. Pada hari H-1 semua sarana pelayanan telah mendistribusikan:
1) Data sasaran balita (alamat, nama ayah, nama ibu, tanggal lahir, umur).
2) Undangan kepada sejumlah sasaran yang telah terdata.
3) Kapsul vitamin/ vaksin sebanyak 125 % jumlah sasaran.
4) Pakai kapsul vitamin/ ampul vaksin yang diterima lebih awal terlebih
dahulu, perhatikan tanggal kadaluwarsa.
5) Alat suntik sesuai jumlah sasaran. Perhatian, Alat suntik ini bersifat sekali
pakai (autodestruct), maka torak tidak boleh ditarik sebelum jarum tersebut
ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak yang sudah ditarik sebelum diisi
vaksin tidak akan dapat digunakan lagi
5. KIPI
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau adverse events following
immunization adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1
bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai
masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi
virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan
polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non
imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).
Lima penyebab KIPI menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999),
yaitu:
a. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)
7

b. Kesalahan pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi


c. Induksi vaksin (reaksi vaksin) Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin
d. Faktor kebetulan (koinsiden
e. Penyebab tidak diketahui

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Proverawati Atikah, dkk, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Jogyakarta : Nuha offset
Mansjoer, A. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : FKUI
Moersintowati. (2005). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Setyo
Sostroasmoro, 2007. Pedoman imunisasi (http://www.parenting.co.id.) Akses 19 April 201
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Yusuf LN, Syamsu, H. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai