Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan energi dalam jumlah tertentu guna untuk menunjang
proses pertumbuhan dan melakukan aktifitas. Energi dapat timbul karena adanya
pembakaran yang diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein dalam makanan
yang dikonsumsi oleh tubuh, karena itu agar energi tercukupi perlu
mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang.1
Gizi merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas hidup dan sumber
daya manusia. Penentu zat gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik
dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.2 Zat gizi adalah bahan kimia yang
terdapat dalam bahan pangan yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan
dan daya tahan tubuh.3
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan
oleh konsumsi,penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi
seseorang tersebut dapat diukur dan dinilai untuk mengetahui apakah status
gizinya tergolong normal atau tidak normal. 4 Status gizi baik apabila tubuh
memperoleh zatzat gizi yang seimbang dalam jumlah yang cukup. Status gizi
kurang bila terjadi kekurangan karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Status
gizi lebih jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan
pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan dapat menimbulkan
overweight dan obesitas.5

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 tentang status gizi penduduk usia
remaja oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa
sekitar 8,9% penduduk Indonesia usia 16-18 tahun mengalami gizi akut (kurus),
31,2% mengalami gizi kronis (pendek), dan 1,4% mengalami gizi lebih
(kegemukan). Prevalensi status gizi remaja di Provinsi Sulawesi Utara masih lebih
baik dibandingkan dengan rata-rata nasional. Pada kategori sangat kurus Provinsi
Sulawesi Utara berada pada 0,0% dimana rata-rata nasional 1,8%, pada kategori
kurus sebesar 3,6% dimana rata-rata nasional hanya sebesar 89,7%. Sementara itu
prevalensi masalah obesitas di Provinsi Sulawesi Utara sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan Nasional, yaitu sebesar 2,1% dimana rata-rata Nasional
hanya sebesar 1,4%. Sedangkan status gizi pada penduduk dewasa laki-laki dan
perempuan usia >18 tahun cenderung lebih tinggi untuk yang kelebihan berat
badan dibanding yang kurus. Angka obesitas pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan karakteristik, permasalahan obesitas
sangat dominan pada penduduk yang tinggal di perkotaan, status ekonomi yang
lebih baik, dan tingkat pendidikan tinggi.3,6
Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang.
Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama,
secara

mendadak

meningkat

saat

memasuki

usia

remaja.

Peningkatan

pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahanperubahan hormonal,


kognitif, dan emosional. Semua perubahan ini membutuhkan zat gizi secara
khusus. Usia remaja (1018) tahun merupakan periode rentan gizi karena berbagai
sebab. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan
pertumbuhan fisik dan perkembangan. Kedua, perubahan gaya hidup dan

kebiasaan makan remaja mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya.


Ketiga, remaja mempunyai kebutuhan gizi yang khusus, yaitu remaja yang aktif
dalam kegiatan olah raga, menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan
diet secara berlebihan, pecandu alkohol atau obat terlarang.3
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
antara asupan energi dengan status gizi pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado?
C. Tujuan Penilitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran asupan energi Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado.
b. Untuk mengetahui status gizi Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.

c. Untuk menganalisa hubungan asupan energi dengan status gizi


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat
khususnya di bidang gizi
2. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya .
3. Menambah Ilmu Pengetahuan
Dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk penelitianpenelitan selanjutnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asupan Energi
1. Definisi
Asupan energi merupakan jumlah total energi yang diperoleh dari makanan
dan minuman. Jumlah energi yang diperoleh guna untuk kelangsungan prosesproses fisiologis di dalam tubuh. Energi juga diperlukan untuk melakukan

pekerjaan dan pemeliharaan aktifitas fisik. Manusia yang kurang asupan energi
akan menjadi lemah dalam daya pemikiran dan aktifitas fisik, oleh sebab itu
makanan diperlukan, karena makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi bagi tubuh dalam menyediakan energi yang dipakai untuk
mengatur fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70% dari
kebutuhan energi total.7
2. Sumber Energi
Energi diperoleh dari zatzat gizi yang terdapat dalam makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Zatzat gizi tersebut diperlukan
oleh tubuh untuk menjaga daya tahan tubuh, memelihara jaringan, dan mengganti
selsel yang rusak serta mengatur proses kehidupan.8

a. Karbohidrat
1) Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah suatu zat yang tersusun secara kimia dari unsur-unsur
karbon (C),hidrogen (H), dan oksigen (O), dalam perbandingan serupa
dengan air.8
2) Sumber Karbohidrat
Makanan sumber karbohidrat, sebagian besar berasal dari tumbuhan,
seperti gandum, padi, jagung, ubi, kentang dan lain-lain. Karbohidrat
merupakan sumber utama kalori, sebab sebagian besar kalori yang manusia
butuhkan berasal dari karbohidrat.9
3) Fungsi Karbohidrat di dalam tubuh 9
a) Menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh

b) Penghemat protein dan mengatur metabolisme lemak.


c) Simpaanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang mudah
dimobilisasi.
d) Memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus
sehingga memudahkan pembuangan feses.
4) JenisJenis Karbohidrat 10
Karbohidrat dibagi dalam dua kelompok yaitu karbohidrat sederhana dan
kompleks. Karbohidrat yang sederhana terdiri dari monosakarida dan
disakarida. Pada monosakarida terdapat glukosa, fruktosa dan galaktosa,
sedangkan disakarida terdapat sukrosa, maltosa dan laktosa. Karbohidrat
sederhana mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi, sehingga penting
untuk pemulihan energi dan meningkatkan gula darah. Karbohidrat kompleks
yaitu polisakarida di mana terdapat zat pati, glikogen dan selulosa.
Karbohidrat kompleks butuh waktu lama untuk menghasilkan energi, karena
sifatnya ini maka karbohidrat kompleks sangat baik untuk pengendalian gula
darah.
b. Protein 11
1) Definisi Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi yang penting bagi tubuh, karena
protein sumber asam amino yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat.
Protein tersusun dari karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan
kadang kala sulfur (S), dan fosfor (P).
2) Sumber Protein
Sumber protein banyak didapatkan dalam berbagai makanan baik dari
sumber hewani maupun sumber nabati. Sumber hewani seperti daging,
kerang, ikan, udang, ayam, telur, dan susu. Sumber nabati seperti kacang
tanah, kacang ijo, tempe, tahu, beras, jagung, kenari, dan kelapa.
3) Fungsi Protein Dalam Tubuh

a) Sebagai bahan baku untuk membuat selsel baru, mengganti selsel yang
b)
c)
d)
e)
f)

sudah rusak.
Membentuk jaringan baru dan mengganti jaringan yang sudah rusak
Untuk pertumbuhan dan perkembangan
Menjaga kekebalan tubuh dan asam basa dalam tubuh
Pembentukan enzim, antibodi dan beberapa hormon
Membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf

c. Lemak 12
1) Pengertian lemak
Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut di dalam air.
Lemak hanya dapat larut di larutan apolar atau organik seperti eter,chloroform
dan benzol. Lemak juga tersusun dari unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O). Lemak merupakan sumber energi padat yang menghasilkan
lebih dari dua kali lipat energi yang di hasilkan oleh karbohidrat. Satu gram
2)

lemak menghasilkan 9 kkal energi.


Sumber lemak
Ada dua macam lemak dalam makanan kita, yaitu lemak hewani dan
lemak nabati. Lemak hewani contohnya daging, susu, telur, ikan, keju, dan
mentega. Sedangkan lemak nabati berasal dari tumbuhan,misalnya kemiri,
kelapa, alpokat, durian, dan kacang-kacangan seperti kacang tanah, dan lainlain.

3)
a)
b)
c)

Fungsi lemak di dalam tubuh


Melindung tubuh dari suhu rendah.
Menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak.
Sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K.
d) Sebagai pelindung alat-alat tubh vital antara lain jantung, hati, ginjal,

lambung, dari bahaya benturan atau sebagai bantalan lemak.


e) Sebagai salah satu penyusun membran sel.
f) Bahan baku hormon.
g) Sekresi asam lambung dan pengosongan lambung.

3. Kebutuhan Energi Pada Remaja


a. Gizi Pada Usia Remaja
Menurut WHO remaja adalah mereka yang berusia di antara 1019
tahun. Masa remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara
masa kanak-kanak dan dewasa. Remaja sebagai suatu masa dimana individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya (pubertas) sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 13
Adolescence sebutan yang sering di tujukan untuk remaja (adolescere dalam
bahasa latin) yang secara luas berarti masa tumbuh dan berkembang untuk
mencapai kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.14
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada remaja begitu pesat,
serta memiliki tingkat kegiatan jasmani yang tinggi, sehingga memerlukan
zat-zat gizi yang relatif besar.15

Ada beberapa alasan mengapa remaja

termasuk kategori rentan gizi yaitu karena perubahan gaya hidup dan
kebiasaan makan remaja yang keliru sehingga dapat menimbulkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi hal ini dapat
menyebabkan masalah gizi, baik itu masalah gizi kurang maupun lebih.3
b. Kecukupan Energi Bagi Remaja 3
AKG atau angka kecukupan gizi adalah rata-rata banyaknya dan zat gizi
yang harus terpenuhi dari makanan setiap bagi hampir setiap orang menurut
golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Angka kecukupan energi tidak mempertimbangkan faktor keamanan
untuk peningkatan kebutuhan waktu sakit trauma dan stress karena hanya
merupakan kebutuhan rata-rata. Kebutuhan energi tegantung pada aktifitas
fisik yang dilakukan . Angka kecukupan energi untuk remaja laki-laki usia

13-15 tahun adalah 2400 kkal, untuk usia 16-18 tahun 2600 kkal, dan untuk
usia 19-29 tahun 2550 kkal. Untuk remaja dan dewasa perempuan pada
kelompok usia yang sama, angka kecukupan energinya secara berturut-turut
adalah 2350 kkal, 2200 kkal, dan 1900 kkal.
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi Bagi Orang Indonesia
Kelompok
Berat Badan
Tinggi Badan
Energi (kkal)
Protein (g)
umur
(kg)
(cm)
Laki-Laki
10-12 th
35
138
2050
50
13-15 th
46
150
2400
60
16-18 th
55
160
2600
65
19-29 th
56
165
2550
60
Wanita
10-12 th
37
145
2050
50
13-15 th
48
153
2350
57
16-18 th
50
154
2200
50
19-29 th
52
156
1900
50
Sumber: Angka Kecukupan Gizi Bagi Orang Indonesia, Departemen Kesehatan
2004 16
4. Cara Mengetahui Asupan Energi 17,18
Untuk mengetahui asupan energi seseorang maka metode yang digunakan
adalah metode food recall 24 hour. Prinsip metode food recall 24 hour, dilakukan
dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode
24 jam yang lalu. Agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan
dan perkiraan jumlah bahan makanan yang dikonsumsinya selama 24 jam yang
lalu, maka wawancara sebaiknya dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih
dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Recall 24 jam data yang diperoleh lebih bersifat kualitatif.Untuk
mendapatakan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
dinyatakan secara teliti dengan menggunakan alat bantu ukuran rumah tangga

(sendok, gelas, piring, dan lainlain). Dari ukuran rumah tangga (URT) jumlah
pangan dikonversikan ke satuan berat (gram).
Apabila pengukuran dilakukan hanya 1 kali (1 x 24 jam) maka data yang
diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaaan makan individu.
Oleh karena itu recall sebaiknya dilakukan berulangulang dan harinya tidak
berturutturut, minimal 2 kali (2 x 24 jam) recall dengan begitu dapat
menghasilkan gambaran konsumsi zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi
yang lebih besar tentang intake harian individu.
a. Kelebihan metode food recall 24 jam
1) Mudah melaksankannya.
2) Beban responden rendah.
3) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas.
4) Dapat mencakup banyak responden.
5) Dapat memberi gambaran yang nyata.
6) Dapat digunakan bagi buta huruf.
b. Kelemahan metode food recall 24 jam
1) Tidak dapat menggambarkan asupan makan seharihari bila recall 24
jam hanya dilakukan 1 kali.
2) Tergantung daya ingat responden, sehingga metode ini tidak cocok
untuk usia < 7 tahun dan > 70 tahun.
3) The flat slope syndrome yaitu kecenderungan bagi responden yang
kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate)
dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit
(under estimate).
4) Membutuhkan petugas terampil dalam menggunakan alat bantu
ukuran rumah tangga (URT).
5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan
penelitian.
6) Untuk mendapatakan gambaran konsumsi makanan metode recall
jangan dilakukan pada saat hari panen, slamatan, akhir pekan,
upacara, keagamaan dan lainlain.

10

B. Status Gizi (IMT dan WHR)


1. Definisi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.19 Status
gizi dibedakan menjadi status gizi kurang, status gizi baik dan status gizi lebih. 20
Bila kecukupan gizi tidak terpenuhi atau kurang dari semestinya maka seseorang
akan mengalami gizi kurang. Sebaliknya jika konsumsi gizi melebihi angka
kecukupan, maka akan mengalami gizi lebih atau obesitas. Masalah gizi yang
muncul pada masa remaja, umumnya disebabkan oleh tidak seimbangnya gizi
yang dikonsumsi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Defisiensi salah satu
zat gizi dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh baik ringan maupun berat. 20,21
Status gizi pada usia remaja dipengaruhi oleh lingkungan, aktivitas fisik,
asupan makanan, tingkat ekonomi, dan tingkat pengetahuan gizi. Oleh karena itu
dalam penanggulangan masalah gizi harus melibatkan berbagai sektor yang
terkait. 22
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi 23,24,25,26
Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung, antara lain :
1) Faktor langsung
a. Asupan Makanan
Konsumsi Makanan merupakan determinan gaya hidup yang paling
penting dan dapat diubah yang menentukan kesehatan manusia. Baik gizi
kurang maupun gizi lebih memegang peranan yang penting pada morbiditas
serta mortalitas. Energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik serta
berpikir diperoleh dari berbagai jenis makanan yang kita makan yang
mengandung protein, lemak, dan karbohidrat sebagai sumber energy utama.
Asupan yang berlebih akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi
untuk aktivitas berikutnya yaitu berupa glikogen dan trigliserida. Saat

11

kelebihan asupan makanan maka tubuh akan menggunakan glikogen yang


merupakan hasil metabolism karbohidrat dalam tubuh untuk menghasilkan
energi. Sedangkan ketika tubuh berada pada situasi kekurangan asupan maka
tubuh akan menggunakan produksi metabolism lemak yaitu trigliserida untuk
menghasilkan energy tambahan.27
b. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik juga menentukan status gizi seseorang. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas fisik mendorong kebugaran tubuh dan
mengurangi terjadinya penyakit kardiovaskuler. Tingkat aktivitas fisik dan
kebugaran mempengaruhi kesehatan kualitas hidup dan daya tahan hidup.28
2) Faktor Tidak Langsung
a. Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin,
dantingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik
maka dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang
lebih semangat dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka
produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang akan malas
bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin bertambahnya
umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat
tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya
kegiatan fisik (Apriadji, 1986).29
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar di dalam membentuk
tingkah laku seseorang, karena salah satu factor yang penting dari usaha
pendidikan adalah pembentukan watak seseorang dimana watak seseorang
akan berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Seseorang yang mempunyai

12

tingkat pendidikan tinggi, biasanya memiliki intelektual yang lebih baik dapat
berfikir kritis yang akan memberikannya prasyarat untuk meningkatkan
kualitas hidupnya.30
c. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan dalam menentukan menu dan memilih jenis makanan yang
baik dan bergizi dapat berpengaruh pada status kesehatan seluruh anggota
keluarga. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pemilihan
keragaman bahan makanan dan jenis makanan akan mempengaruhi asupan
makanan anggota keluarga.31
d. Pola Asuh
Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar bertumbuh
dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial.
Polah asuh juga memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan
serta kualitas hidup yang baik bagi anak, bisa menjadi salah satu faktor yang
menghantarkan anak menderita kurang gizi.32
e. Status Sosial Ekonomi
Pekerjaan merupakan aktifitas sehari-hari untuk mempertahankan hidup
dengan tujuan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik dari hasil
pekerjaan tersebut.33 Upah atau pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan
tersbut mempunyai hubungan positif dengan pengeluaran belanja pangan
artinya semakin rendah pendapatan keluarga, maka pengeluaran belanja
pangan semakin rendah. Pendapatan terkait langsung dengan daya beli,
keluarga dengan pendapatan yang tinggi memiliki kemampuan untuk
membeli dan memudahkan dalam memilih bahan makanan bergizi tinggi.
Sebaliknya keluarga dengan pendapatan rendah akan sulit mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya.31
3. Penilaian Status Gizi

13

Penilaian status gizi secara langsung meliputi:


a. Antropometri
Antropometri adalah pengukuran perbandingan tubuh manusia dan
bagian-bagiannya untuk membandingkan dan menentukan standar jenis
kelamin, usia, berat badan, ras, dan seterusnya.34 Dalam pengukuran
antropometrik

dapat

dilakukan

beberapa

macam

pengukuran

yaitu

pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan sebagainya.
Dari pengukuran tersebut IMT dan WHR yang paling sering dilakukan dalam
survey gizi.
1) Keunggulan Antropometri 21,35,36
a) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti pita lingkar lengan
atas, mikrotoise, dan timbangan berat badan.
b) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan
objektif.
c) Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus professional, dapat
dilakukan oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan.
d) Biaya relatif murah.
e) Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cut of point dan baku rujukan
yang sudah pasti.
f) Secara ilmiah diakui kebenarannya.
g) Dapat digunakan untuk pencegahan kelompok yang rawan terhadap
gizi.
2) Kelemahan Antropometri 27,35,36
a) Tidak sensitive, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam
waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu,
misal Fe dan Zn.
b) Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energy) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.

14

c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi


presisi, akurasi, dan validitas pengukuran.
d) Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran
(Fisik dan komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru).
e) Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.
3) Parameter Antropometri Gizi 21,35
Antropometri sebagai tolak ukur status nutrisi yang penting, mempunyai
beberapa parameter yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan,
lingkar kepala, lingkar pinggang, lingkar panggul, ketebalan lipatan kulit, dan
lingkar lengan.
Untuk menentukan status gizi berdasarkan IMT, maka parameter yang
digunakan adalah berat badan dan tinggi badan.

a) Berat Badan
Berat badan adalah ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan dalam perhitungan status gizi. Berat badan merupakan

pilihan utama karena berbagai pertimbangan:


Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu yang

singkat.
Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang

pertumbuhan.
Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan

luas.
Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan
pengukur.
Alat yang digunakan untuk pengukuran berat badan di lapangan

sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan, antara lain


Mudah digunakan dan di bawa dari satu tempat ke tempat lain
Mudah diperoleh dan relative murah harganya

15

Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg


Skala mudah dibaca
Sebagai parameter antropometri berat badan dapat menggambarkan jumlah

protein, lemak, air, dan mineral yang terdapat pada tubuh seseorang.
b) Tinggi Badan
Tinggi badan juga merupakan parameter penting dalam pengukuran
antropometri. Tinggi badan adalah jarak maksimum dari vertek ke telapak kaki.
Menurut Barry L. Johnson bahwa tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh
berdiri (vertical) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak,
pandangan rata-rata, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat.
Untuk menentukan status gizi berdasarkan WHR maka parameter yang
digunakan adalah waist circumference dan hip circumference.
a) Waist circumference
Waist circumference atau lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks untuk
mengukur distribusi lemak abdominal untuk menentukan obesitas sentral, resiko
terkena kardiovaskuler dan komplikasi metabolik yang terkait. Diukur dalam
posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau penghalang pengukuran disingkirkan.
Letakkan pita pengukur di tepi atas crista illiaca dextra. Kemudian pita pengukur
dilingkarkan ke sekeliling dinding perut setinggi crista illiaca. Yakinkan bahwa
pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan nyatakan lingkar pinggang
dalam satuan cm atau dengan ketepatan 0,1 cm.37
b) Hip circumference
Untuk mengukur alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan
kulit pada lingkaran terbesar dari panggul. Hasil pengukuran dicatat dengan
ketepatan 0,1cm.37
4) Indeks Antropometri 35
Indeks antropometri adalah bentuk penyajian parameter antropometri
(berat badan dan tinggi) yang dikaitkan dengan variable umur atau merupakan
kombinasi antaranya (BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U). Indeks-indeks ini

16

digunakan sebagai Indikator Status Gizi karena nilai-nilainya digunakan dalam


penentuan status gizi seseorang/anak.
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah adalah metode yang digunakan untuk
memantau status gizi dewasa terutama yang berhubungan dengan obesitas dan
kekurangan berat badan. IMT didapatkan dari perbandingan antara berat badan
dan tinggi badan untuk disesuaikan dengan status gizi menurut KEPMENKES
2010.
Rumus IMT ialah sebagai berikut :

IMT =

Berat Badan(kg)
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan(m)

Indeks Massa Tubuh terhadap umur dengan menggunakan standar KEPMENKES


2010 :
a. Gizi kurang : -3 SD sampai dengan < -2 SD
b. Gizi normal : -2 SD sampai dengan 1 SD
c. Gizi Lebih : > 1 SD sampai dengan 2 SD
WHR38
WHR adalah metode yang digunakan untuk menentukan status gizi seseorang
terutama yang berhubungan dengan obesitas. Dengan WHR dicari perbandingan
antara rasio lingkar pinggang dan lingkar panggul untuk disesuaikan dengan status
gizi menurut WHO, untuk pria > 0.90 dan wanita >0.85 sudah memiliki resiko
yang meningkat terhadapbpenyakit.
Rumus WHR sebagi berikut :
WHR=

WC
HC

C. Hubungan Anatara Asupan Energi dengan Status Gizi 27,39


Manusia membutuhkan asupan energi untuk memperthankan hidup,
penunjang pertumbuhan,perkembangan dan aktifitas fisik. Asupan energi

17

seseorang menurut WHO tahun 2009 adalah konsumsi energi berasal dari
makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia
mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai
kesehatan jangka panjang, untuk memelihara aktivitas fisik yang dibutuhkan.
Asupan energi yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk glikogen untuk
energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak untuk cadangan energi jangka
panjang. Penimbunan lemak yang semakin meningkat terutama di bagian perut
akan terjadi apabila asupan energi selalu melebihi kecukupan energi konsisten dari
waktu ke waktu, sehingga terjadinya obesitas atau status gizi lebih. Sama halnya
bila asupan energi yang kurang akan menimbulkan kelemahan pada tubuh, seperti
lemah dalam kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya
karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuh. Seseorang tidak dapat
bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan
kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun
kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu
kurang gizi sehingga bisa menyebabkan seseorang menjadi kurus.

D. Kerangka Teori
Kerangka teori dapat dilihat pada gambar 1.
Sosial Ekonomi

Tingkat
Pendidikan

Umur
Jenis Kelamin

Pekerjaan Orang Tua


Pendapatan Keluarga

E. Kerangka Konsep
Daya Beli Keluarga

Pola Asuh
Aktivitas Fisik

Pengetahuan Gizi

18

Penggunaan Metabolik

Tingkat Kebutuhan

Variabel
Variabel yang
yangtidak
StatusEnergi
Gizi
Asupan
diteliti

Keterangan:

Gambar 1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi


E. Kerangka Konsep
Konsep penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

SOSIAL EKONOMI
ASUPAN ENERGI

STATUS GIZI

AKTIVITAS FISIK
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

19

F. Hipotesis
Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional, diamana pengumpulan/ pengambilan data dilakukan
sekaligus pada suatu saat (point time approach).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.
20

2. Waktu Penelitian
Pengukuran dan pengumpulan data dilaksanakan pada November hingga
Desember 2013, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

2. Sampel
a. Cara Pengambilan
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara systematic random
sampling dan dilakukan proporsional untuk 2 jenis kelamin dimana
didapatkan dari 258 populasi terdapat jenis kelamin laki-laki berjumlah 80
orang dan jenis kelamin perempuan berjumlah 178 orang. Untuk
mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan
rumus slovin, yaitu sebagai berikut.
N
n = 1+ N e 2

258
2
1+258 (0,1)

258
3,58

= 72,06 = 73 + 10% = 81 sampel


Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e =Persen kelonggaran ketidaktelitian yang masih ditolelir (e = 10%)
Sampel yang memenuhi syarat yang telah diteliti berjumlah 75 responden

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


21

1. Kriteria Inklusi
a. Berusia < 19 tahun
b. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian
2. Kriteria Ekslusi
a. Tidak hadir saat penelitian
b. Sedang sakit
c. Sedang dalam program diet

E. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Variable bebas
: Asupan energi
2. Variable terikat
: Status gizi
F. Definisi Operasional
1. Asupan Energi
Asupan energi adalah Jumlah

energi yang didapat dari makanan dan

minuman yang dikonsumsi dalam satu hari yang diperoleh dengan metode food
recall 1 x 24 jam, yang hasilnya dihitung melalui program Nutrisurvey. Untuk
menentukan kecukupan asupan energi digunakan tiga kategori yaitu:
Tabel 2. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Bagi Orang Indonesia, Departemen
Kesehatan 2004
Asupan Energi
L
P
Lebih
>110% (>2860 kkal)
>110% (>2420 kkal)
Cukup
90%-110% (2340-2860 kkal)
90%-110% (1980-2420 kkal)
Kurang
<90%(<2340 kkal)
<90% (<1980 kkal)
Asupan energi diukur dengan menggunakan skala ordinal.
2. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh
a)

konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan.


IMT merupakan hasil dari perbandingan antara tinggi badan dan berat badan.
Berdasarkan IMT terhadap umur pada usia 5- 19 tahun menurut KEPMENKES RI
2010, yaitu
a) Gizi Normal
b) Gizi Lebih
c) Gizi Kurang

: -2 SD s/d + 1 SD
: +1 SD s/d + 2 SD
: -2 SD s/d -3 SD

22

IMT menggunakan skala ordinal.


b)

WHR (Waist to Hip Ratio) merupakan perbandingan antara nilai lingkar


pinggang dengan lingkar panggul, sebagai status antropometri, diukur dengan
menggunakan pita pengukur dengan hasil dalam satuan cm. Ukuran ketetapan
penilaian WHR yang dipakai yaitu mengikuti standar WHO, untuk lakilaki >0,9
dan perempuan >0,85 sudah memilki resiko yang meningkat terhadap penyakit.
WHR menggunakan skala nominal.
G. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data, maka dalam penelitian ini digunakan:
1. Kuesioner mengenai identitas responden dan formulir food recall 24 jam.
2. Food model
3. Timbangan injak untuk mengukur berat badan (seca weighing scale) dengan
4.
5.
6.
7.
H.
1.

ketelitian 0,1kg
Alat ukur tinggi badan (seca mikrotoise) dengan ketelitian 0,1 cm
Pita pengukur merek butterfly brand dengan ketelitian 0,1 cm
Program nutrisurvey
Program SPSS ver. 20
Cara Pengumpulan Data
Data tentang Asupan energi.
Data ini diperoleh lewat wawancara menggunakan food recall 24 hour,
dengan menanyakan apa yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir dalam
ukuran rumah tangga (URT) dan di konversi ke gram untuk selanjutnya di

analisis dengan menggunakan program nutrisurvey.


2. Data tentang IMT
Data ini diperoleh dengan pengukuran antropometri, yaitu pengukuran tinggi
badan dan berat badan.
3. Data tentang WHR
Data ini di peroleh dengan pengukuran antropometri yaitu pengukuran pada
lingkar pinggang dan lingkar panggul.
I. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui
tahapan sebagai berikut:

23

1. Editing (pemeriksaan kembali) kelengkapan data merupakan pintu


awal untuk menjaga kualitas data.
2. Koding (pemberian kode) merupakan usaha mengklasifikasikan
jawaban/ data yang ada umumnya dengan angka.
3. Data entry merupakan pemasukan data, dengan bantuan computer
program SPSS versi 20.
4. Cleaning yaitu pembersihan data untuk melihat kembali kebenaran
data yang di entri.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi merupakan salah satu
Fakultas di Universitas Sam Ratulangi yang didirikan pada tanggal 28 Mei 1959.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi memiliki 3 program studi yaitu
Program studi pendidikan dokter, program studi pendidikan dokter gigi dan
program studi ilmu keperawatan. FK UNSRAT sudah menghasilkan banyak
sumber daya manusia yang berpotensi.
Saat ini Fakultas Kedokteran memiliki 1162 orang mahasiswa, yang terdiri
dari 278 orang angkatan 2010, 307 orang angkatan 2011, 319 orang angkatan
2012 dan 258 orang angkatan 2013.

B. Karakteristik Umum Responden Penelitian


Responden pada penelitian ini ialah mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
yang berjumlah 75 orang. Distribusi karakteristik responden dibagi berdasarkan

24

jenis kelamin, umur, tempat tinggal, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang
tua.
1. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, diperoleh hasil pada Tabel 3..
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin

Laki-laki

26

34,7

Perempuan

49

65,3

Total

75

100

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan distribusi


karakteristik responden menurut jenis kelamin dimana paling banyak responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 49 orang (65,3) responden.
2. Umur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai karakteristik responden
berdasarkan umur, diperoleh hasil berdasarkan Tabel 2.
Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur

17

19

25,3

18

50

66,7

19

Total

75

92,8

Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan karateristik responden menurut


umur, dimana responden paling banyak yang berumur 18 tahun sebanyak 50 orang
(66,7%).
3. Tempat Tinggal

25

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada responden untuk menilai


karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal, diperoleh pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal


Tempat Tinggal

Kos

36

48

Orang Tua

39

52

Total

75

100

Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan distribusi karateristik menurut


tempat tinggal, dimana yang paling banyak tinggal bersama orang tua sebanyak
39 orang (52%).
4. Pekerjaan Ayah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan ayah, diperoleh pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ayah

PNS

35

46,7

Swasta

25

33,3

Wiraswasta

15

20

Total

75

100

Pada Tabel 6 menunjukkan distribusi

karateristik responden menurut

pekerjaan ayah, yang paling banyak bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS)
sebanyak 35 orang (46,7%).
5. Pekerjaan Ibu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai karateristik responden
berdasarkan pekerjaan ibu diperoleh pada tabel 7.

26

Tabel 7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu


Pekerjaan Ayah

IRT

17

22,7

PNS

34

45,3

Swasta

16

21,3

Wiraswata

10,7

Total

75

100

Pada tabel 7 menunjukkan distribusi karateristik responden menurut


pekerjaan ibu, dimana yang bekerja sebagai PNS sebanyak 34 orang (45,3%).
C. Asupan Energi dan Status Gizi
1. Asupan Energi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai asupan energi
responden, diperoleh pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Asupan Energi Responden
Asupan Energi
Kurang
Cukup
Lebih
Total

n
65
7
3
75

%
86,7
9,3
4
100

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 8 menunjukkan distribusi responden


asupan energi dimana terdapat 65 responden (86,7%) memiliki asupan energi
kurang, 7 responden (9,3%) memiliki asupan energi cukup dan 3 responden (4%)
memiliki asupan energi lebih.

2. IMT
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai IMT responden,
dipeorleh pada Tabel 9.
Tabel 9. Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden
IMT
N
%
Kurang
4
5,3
Normal
65
86,7

27

Lebih
Total

6
75

8
100

Hasil penelitian pada Tabel 9, diperoleh status gizi berdasarkan IMT menurut
umur dari Kepmenkes RI 2010 terdapat 4 responden (5,3%) memiliki IMT
kurang, 65 (86,7%) responden memiliki IMT normal dan 6 responden (8%)
memiliki IMT lebih
3. WHR
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai waist hip to ratio
(WHR) responden, diperoleh pada Tabel 10.
Tabel 10. Waist Hip Ratio (WHR) Responden
WHR
n
Tidak berisiko
60
Berisiko
15
Total
75

%
80
20
100

Hasil penelitian pada Tabel 10 dari distribusi WHR responden terdapat 60


responden (80%) memiliki nilai WHR tidak berisiko dan 15 responden (20%)
memiliki nilai WHR berisiko.

D. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi


Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi
dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji spearman rank. Hasilnya
sebagai berikut :
1. Hubungan Asupan Energi dengan IMT
Berdasarkan peneltian yang dilakukan untuk menilai karateristik responden
berdasarkan hubungan asupan energi dengan IMT, dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hubungan Asupan Energi danu IMT
IMT
Asupan Energi
r
Kurang Normal
Lebih
Total
28

Kurang
Cukup
Lebih
Total

1
2
1
4

62
2
1
65

2
3
1
6

65
7
3
75

-0,234

0,043

Pada tabel 11 dari distribusi responden menunjukkan terdapat 65 orang


dengan asupan energi kurang mempunyai status gizi kurang sebanyak 1orang,
status gizi normal sebanyak 62 orang dan status gizi lebih sebanyak 2 orang. Hasil
analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,234 dan nilai p sebesar
0,043 < = 0,05. Hal ini berati bahwa ada hubungan bermakna antara asupan
energi dengan IMT.
2. Hubungan Asupan Energi dengan WHR
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai hubungan asupan
energi dengan waist hip to ratio ( WHR ) responden, dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Hubungan Asupan Energi dan WHR
WHR
Asupan Energi
Tidak Berisiko Berisiko
Total
r

Kurang
55
10
65
Cukup
4
3
7
Lebih
1
2
3
0,077
0,514
Total
60
15
75
Hasil penelitian pada tabel 12 di dapatkan responden dengan asupan energi
kurang sebanyak 65 orang mempunyai nilai WHR tidak beresiko sebanyak 55
orang dan WHR beresiko sebanyak 10 orang.
Berdasarkan uji spearman rank diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,077 dan nilai p sebesar 0,514 > = 0,05. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan WHR.

29

BAB V
PEMBAHASAN

A. Asupan Energi
Berdasarkan hasil food recall 24 hours yang dilakukan pada 75 mahasiswa,
terdapat 65 responden (86,7%) yang memiliki tingkat kecukupan energi kurang,
dan 7 responden (9,3%) memiliki tingkat kecukupan energi cukup, sedangkan 3
responden (4%) memiliki tingkat kecukupan energi lebih. Ditemukan rata-rata
asupan energi responden sebanyak 1499 kkal. Angka ini tergolong kurang bila
dibandingkan dengan angka kecukupan energi menurut Departemen Kesehatan
Tahun 2004 untuk kelompok umur 16 18 tahun yaitu 2600 kkal untuk laki-laki
dan 2200 kkal untuk perempuan. Selaras dengan penelitian Andi Reski Amelia

30

(2013) yang meneliti asupan energi pada remaja santri putri Yayasan Pondok
Pesantren Hidayatullah Makasar Sulawesi Selatan menunjukkan tingkat
kecukupan energi pada remaja santri putri sebagian besar (87%) memiliki asupan
energi kurang dan hanya 13% saja yang memiliki asupan energi cukup. 40
Penelitian Mick Gregg Sopacoly (2012) ditemukan hasil recall makanan selama 2
hari terhadap 62 responden diperoleh rata-rata asupan energi mahasiswa laki-laki
angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado sebesar 1690 kkal. Paling banyak responden mempunyai asupan energi
kurang yaitu 54 orang (87,1%) sedangkan untuk asupan energi cukup 6 orang
(9,7%).41
Hal ini berbeda dengan penelitian dari Masdarwati (2012) untuk melihat
hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi pada mahasiswa FKMUVRI Makasar tahun 2009, dari 62 sampel ditemukan 58,1% yang asupan
energinya cukup sedangkan sisanya sebanyak 26 orang (41,9%) memiliki asupan
energi kurang. Ini disebabkan oleh pengambilan data food recall 24 hours yang
hanya dilakukan 1 kali berbeda dengan penelitian oleh Masdarwati (2012) yang
diperoleh dari recall selama 3 hari berturut-turut.42
Sampel yang termasuk kategori kurang disebabkan karena jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi tidak sesuai kebutuhan. Pada usia remaja kebutuhan
akan zat-zat gizi sangat tinggi untuk menunjang aktivitas fisik bahkan kegiatan
yang menguras tenaga. Untuk menunjang hal tersebut maka dibutuhkan energi
yang cukup sehingga perlu pemasukan makanan yang cukup dengan
mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang.43
Hasil penelitian oleh Marinta Sada dkk, (2012) yang meneliti hubungan body
image, pengetahuan gizi seimbang, dan aktivitas fisik terhadap status gizi
mahasiswa politeknik kesehatan Jayapura menemukan bahwa pengetahuan gizi

31

seimbang pada mahasiswa secara keseluruhan adalah rendah. Lebih dari setengah
dari jumlah seluruh mahasiswa, yaitu sebanyak 65 orang dari 100 orang
responden.44
Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap gizi remaja.
Ketidakseimbangan

pengeluaran

energi

dan

pemasukkan

energi

dapat

mengakibatkan pertambahan berat badan maupun penurunan berat badan.

B. Status Gizi
Data status gizi di dapatkan dari dua pengukuran yaitu IMT dan WHR.
1. IMT
Dari hasil pengukuran IMT yang diperoleh dari hasil pengukuran tinggi
badan (TB) dan berat badan (BB), terdapat 4 responden (5,3%) memiliki status
gizi kurang, 65 responden (86,7%) memiliki status gizi normal dan 6 responden
(8%) memiliki status gizi lebih.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyudianto Aziz (2012) dimana pada penelitian tersebut dilakukan pada 88
mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado dan terdapat 4,5% memiliki status gizi kurang, 85,2% memiliki status
gizi normal dan 10,2% memiliki status gizi lebih. 45 Jika dibandingkan dengan
penelitian dari Nana Heriyana (2013) pada remaja siswa A/I Di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Model Kota Jambi, di dapatkan hasil 25,2% siswa memilki status
gizi kurang, 67,3% siswa memiliki status gizi normal, dan 6,5% siswa memiliki
status gizi lebih.46 Hal ini menunjukkan bahwa status gizi remaja di FK UNSRAT
lebih baik jika dilihat dari hasil presentasi tersebut.
Berbeda dengan penelitian dari Ni Nyoman Gunahariati (2012) pada remaja
di SMA PGRI 4 Denpasar, terdapat 55,8% remaja memilki status gizi kurang,

32

40,3% memiliki status gizi normal dan sisanya sebanyak 6,9% memiliki status
gizi lebih. Hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang yang
masih kurang.47 Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian oleh Joshua
Runtuwene (2012) pada remaja di SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado dimana

menunjukkan status gizi lebih sebesar 40,9%. Hal ini disebabkan karena para
remaja tersebut lebih banyak mengkonsumsi jajanan khususnya minuman ringan,
karena minuman ringan merupakan minuman yang paling digemari oleh sebagian
besar remaja.48
2. WHR
Waist hip to ratio merupakan cara perhitungan lain untuk menentukan apakah
seseorang sudah mulai menderita obesitas.47
Dari hasil penelitian di dapat nilai WHR terendah dari responden 0,68 dan
tertinggi nilainya adalah 1,28. Pada hasil penelitian dari laki laki terdapat 18
orang (24%) dengan nilai WHR tidak beresiko dan yang beresiko 8 orang (10,7%)
sedangkan pada perempuan terdapat 42 orang (56%) dengan nilai WHR tidak
beresiko dan 7 (9,3%) orang dengan nilai WHR beresiko.
Selaras dengan penelitian Ezra Nehemia Toreh pada mahasiswa obes dan
tidak obes di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, dari hasil
penelitiannya didapat nilai WHR terendah dari responden sebesar 0,67 dan nilai
tertinggi WHR responden sebesar 0,97. Dimana responden dengan nilai WHR
tidak beresiko sebesar 78% dan nilai WHR yang beresiko sebesar 22%. 49 Hal ini
berbanding terbalik dengan peneltian Elvia Maryani (2013) yang dilakukan di
RSUD Kabupaten Sukoharjo mendapatkan 59,6% responden termasuk dalam
kategori beresiko terkena penyakit jantung koroner, karena penyebabnya sindroma
metabolik. Sindroma metabolik merupakan faktor resiko multipel yang
berpengaruh terhadap kejadian aterosklerosis. Beberapa kondisi yang terkait

33

langsung dengan sindroma metabolik diantaranya faktor genetik, kurangnya


aktivitas fisik dan obesitas.50 Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
akumulasi lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat mengganggu
kesehatan. Kelebihan jumlah lemak tubuh umumnya akan disimpan di jaringan
adiposa di bagian bawah kulit atau rongga perut. Penumpukan lemak di perut
(abdominal obesity) mempunyai pengaruh pada peningkatan kadar kolestrol yang
dapat membuat seseorang mengalami resiko terkena penyakit jantung koroner.
Faktor faktor yang berperan terhadap obesitas adalah umur, jenis kelamin,
kondisi sosial ekonomi, asupan makanan dan status gizi.51
C. Hubungan Antara Asupan Energi dengan Status Gizi.
Berdasarkan uji spearman rank diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
-0,234 pada IMT dan 0,077 pada WHR serta nilai p sebesar 0,043 < = 0,05 pada
IMT dan 0,514 > = 0,05 pada WHR. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa ada
hubungan bermakna antara asupan energi dengan IMT sedangkan antara asupan
energy dengan WHR tidak terdapat hubungan yang bermakna.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Jeong.A.Kim di Korea
(2001) menemukan bahwa pola makan pada remaja mempengaruhi status gizi
mereka. Penelitian ini mengelompokkan remaja pada tiga pola
makan. Pertama, yang disebut dengan pola makan tradisional Korea, merupakan
pola makan yang banyak mengkonsumsi Kimchi dan nasi, ikan dan rumput laut.
Kedua, yang disebut pola makan barat, merupakan pola makan yang banyak
mengkonsumsi tepung dan roti, hamburger, pizza, makanan ringan dan sereal,
gula dan makanan manis. Ketiga, yang disebut pola makan modifikasi, merupakan
pola makan yang banyak mengkonsumsi mie, tetapi diselingi dengan kimchi dan
nasi. Ditemukan kejadian obesitas sentral paling tinggi pada pola makan barat

34

(16,8%) dari pada pola makan tradisional Korea (9,76%) dan pola makan
modifikasi (9,75%).52 Hal ini dikarenakan faktor budaya yaitu pola makan yang
buruk.
Berbanding terbalik dengan penelitian dari Mick Gregg Sopacoly (2012)
yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi
(IMT) pada mahasiswa pria angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado.41
Inger M Oellingrath (2009) yang melakukan penelitian di Norwegia,
menemukan bahwa kebiasaan makan remaja di tempat tersebut cukup baik, karena
mendekati panduan gizi (dietary guideline), termasuk konsumsi sayur, buah dan
sereal.53 Gizi seimbang adalah susuanan makanan sehari hari yang mengandung
zat zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan
berat badan ideal. Prinsip gizi seimbang adalah keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran energi untuk beraktivitas. Bila energi yang dikonsumsi lebih kecil
daripada kebutuhan energi tubuh untuk beraktivitas, maka berat badan akan
kurang dan juga sebaliknya.54
Berdasarkan hasil penelitian dari data food recall 24 hours, sebagian besar
responden mempunyai asupan energi yang kurang namun bila dibandingkan
dengan status gizi, lebih banyak responden yang memiliki status gizi yang normal
hal ini dapat menunjukkan bahwa seseorang dengan status gizi normal belum
tentu mengkonsumsi energi yang cukup untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya per
hari. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena waktu food recall 24 hours
adanya the flat slope syndrome yaitu dimana responden yang kurus cenderung
melaporkan asupan yang lebih banyak dan sebaliknya. Dari faktor peneliti juga
mungkin kurang memberikan penjelasan pada responden saat recall, dan juga
kesalahan dalam pengukuran antropometri.

BAB VI

35

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa semester 01 angkatan 2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi sebagian besar (86,7%) memiliki
asupan energi yang kurang.
2. Mahasiswa semester 01 angkatan 2013 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi sebagian besar (86,7%) memiliki
status gizi normal untuk IMT dan sebagian besar (80%)
memiliki status gizi yang tidak beresiko untuk WHR.
3. Terdapat hubungan antara asupan energi dengan IMT dan
tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan WHR
mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2013.
B. Saran
1. Perlu penyuluhan tentang gizi seimbang pada remaja untuk meningkatan
asupan energi.
2. Bagi responden diharapkan supaya memperhatikan antropometri tubuhnya
untuk mengetahui status gizi dan resiko kesehatannya.
3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara asupan energi dengan
status gizi.

Daftar Pustaka

1. Suyanto. Energi: Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakan Universitas


Diponegoro; 2010.
2. Baliwati, Yayuk F, dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

36

3. Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti M. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2011.
4. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (id): PT Gramedia Pustaka
Utama; 2010.
5. Nilsapril NR. Hubungan Konsumsi Energi, Protein, dan Serat Terhadap Status
Gizi Usia Lanjut di Sasana Tresna Werdha Budi Mulia. Jakarta Selatan.
Universitas Indonusa Esa Unggul; 2008.
6. Riset Kesehatan Dasar. Laporan Nasional 2010. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
7. Christien. Asupan Energi, Protein, Status Gizi, dan Prestasi Belajar Anak
Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. 2007. Diunduh dari :
http//www.muslimpinang.files.wordpress.com/2010/10/christien-publikasi.
pdf. Diakses 20 Januari 2012.
8. Surtiretna N, dkk. Mengenal Makanan dan Kesehatan. Edisi 1. Bandung: PT
Kiblat Buku Utama; 2013.
9. Saktiyono, Eny. W.Ch, Khairunnisa. A. Biologi. Jilid 2. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Utama; 2006.
10. Hardinsyah, Riyadi H, Napitupulu V. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan
Karbohidrat. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FEMA IPB,
Departemen Gizi FK UI.
11. Watson W. Anatomi dan Fisiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2002.
12. Christi D. Marlitasari H. Makanan Berserat, Lemak dan Protein. Diunduh dari
http://www. Dasar-Ilmu-Gizi-Makanan.html/2012/10.
13. Depkes, Poltekes. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta: PT
Salemba Medik. 2010.

14. Yulia C,S.Pd, M.Si. Gizi Seimabang Bagi Anak Remaja http://file.upi.edu/
Direktori /FPTK/ JUR._Pend._ Kesejahteraan_ Keluarga/198007012005012Cica_Yulia /Gizi _Seimbang _Bagi _Anak Remaja. pdf. 2010.
15. Susanti DA. Perbedaan Asupan Energi, Protein dan Status Gizi Pada Remaja
Panti Asuhan dan Pondok Pesantren. Jurnal Gizi 2012.

37

16. Departemen Kesehatan. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang
Indonesia. Jakarta: DEPKES; 2004. Diunduh dari: http// www .gizi.depkes.
go.id /lain/gklinis/ AKG2004.htm.
17. Yuniastuti, Ari. Gizi Dan Kesehatan. Edisi Ke-1. Yogyakarta: Graha Ilmu;
2008.
18. [TESM] Tim Editor Salemba Medika, editor. Konsep dan Penerapan
Metodelogi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika, 2008.
19. Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. Edisi 2. New York: Oxford
University: 2005.
20. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2011.
21. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi: Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2010.
22. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002.
23. Suhardjo. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta (id):
Kanisius, 1992.
24. Fisher E, Helendra, Amri E. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Status Gizi dengan Status Gizi Balita di Desa Sioban Kabupaten Kepulauan
Mentawai. J STKIP. Diunduh 2013 Sept 21; 2012(1): 1350-1361, 2012.
25. Sulistyoningsih H. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011.
26. Kartasapoetra G, Maersetyo H. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan, dan
Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
27. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L, editor. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta (id): EGC, 2009.
28. Soeharto I. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung: Pencegahan,
Penyembuhan, Rehabilitasi. Jakarta (id): Gramedia Pustaka Utama, 2008.
29. Apriadji. 1986. Gizi Keluarga. PT Penebar Swadaya. Jakarta
30. Campbell K. Family Food Environtments of Children: Does Socioeconomic
Status Make a Difference. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition. 11; S553561, 2011.

38

31. Rahayu SD, Dieny FF. Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,
Pengetahuan Gizi, Perilaku Makan dan Asupan Zat Besi Bapa Siswi SMA. M
Med Indones. [diunduh 2013 sept 21]; 46(3): 184-194, 2012.
32. Masithah T, Soekirman, Martianto D. Hubungan Polah Asuh Makan dan
Kesehatan dengan Status Gizi Anak Batita di Desa Mulyaharja. Media Gizi &
Keluarga: 29(2); 29-39, 2005
33. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. Perilaku Konsumen. Ed ke6. Jilid 1.
Jakarta: Binarupa Aksara, 2010.
34. Brooker C, editor. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC, 2009.
35. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar
keperawatan pediatric. Jakarta: EGC, 2009.
36. Wahyu GG. Obesitas pada Anak. Jakarta: Bentang Pustaka, 2009.
37. WHO.Circumference and Waist-Hip Ratio Report of a WHO Expert
Consultation. Geneva. 2008 Available at: http://whqlibdoc .who. int/
publication/2011/ 978924150491 _eng.pdf
38. Sutanto D S. Akupuntur untuk obesitas (kegemukan) melalui pendekatan
neuro-endokrin. 2008 : Meridian. Vol XV. No 2.
39. Sari PN. Aktivitas Fisik Sebagai Faktor Dominan Lingkar Pinggang Pegawai
Dinas Kesehatan. Provinsi DKI Jakarta : Program Studi Ilmu Gizi Falkultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ; 2013.
40. Amelia AR. Asupan Energi pada Remaja Santri Putri Yayasan Pondok
Pesantren Hidayatullah Makasar Sulawesi Selatan
41. Sopacoly MG. Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi
Mahasiswa Pria Angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Ratulangi Manado; 2012.
42. Masdarwati Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada
Mahasiswa FKM-UVRI Makasar 2009. Diunduh dari : http://www.poltekkesmks.ac.id/index.php/tutorials-mainmenu-48/media-komunitas-kesehatan/vol-ino-2/476-asupan-energi-dan protein-dengan-status-gizi-pada-mahasiswa-fkmuvri-makassar-tahun-2009.
43. Katasapoetra G dan Marsetyo H. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi dan Kesehatan dan
Produktifitas Kerja). Jakarta: Rineka Cipta. Cet. Ke 4; 2003.
44. Sada, M. dkk Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, dan
Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Jayapura. 2012.

39

45. Aziz, W. Hubungan Antara Asupan Energi dengan Status Gizi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. 2012.
46. Heriyana, N. Gambaran Pengetahuan Gizi dan Status Gizi Remaja siswa A/I
Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Kota Jambi. Jurnal Universitas
Jambi .2013.
47. Gunahariati, NN. Hububungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada
Remaja Putri Kelas X Di SMA PGRI 4 Denpasar. 2012.
48. Runtuwene, J. Hubungan antara Asupan Energi dan Konsumsi Minuman
Ringan dengan Status Gizi pada Siswa-Siswi SMP Kristen Eben Haezer 2
Manado. 2012.
49. Toreh, EN. Hubungan antara Waist Hip Ratio (WHR) dengan High Sensitivity
C-Reactive Protein (hs-CRP) Serum pada Mahasiswa Obes dan Tidak Obes di
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. 2013.
50. Maryani, E. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul dengan Penyakit Jantung
Koroner Di RSUD Kabupaten Sukoharjo. 2013.
51. Departemen Gizi FKM UI. Hubungan Faktor Resiko Obesitas dengan Rasio
Lingkar Pinggang Pinggul Mahasiswa FKM UI. 2011.
52. Jeong, AK. Et all. Dietaray Pattern and Metabolic Syndrome In Korean
Adolescent. Korean National Health and Nutrional Survey. Diabetes Care.
Volume 30. Number 7, July 2007. At http//www.nutrition.com/2011.
53. Inger MO, Martin VS, Anne LB. Tracking of Eating Patterns and
Overweight a Follow-up Study of Norwegian School Children froam Middle
Childhood to Early Adolescence. Nutrition Journal 2011. At
http//ww.nutritionj.com/2011.
54. Wikipedia. Gizi Seimbnag. Diunduh dari: http:/ /id.wikipedia. org/wiki/ Gizi_
seimbang.
LAMPIRAN 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

40

Setelah membaca dan mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan


penelitian ini, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan
BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA*) menjadi responden penelitian dari Irene.
Ubro dalam penelitian yang berjudul Hubungan Antara Asupan Energi dengan
Status Gizi

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Dan apabila sewaktu waktu saya tidak bersedia atau mengundurkan diri
menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada tuntutan atau sanksi yang
dikenakan di kemudian hari kepada saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Manado, November 2013

(............................................)
*) Coret yang tidak perlu.

LAMPIRAN 2
No. Kode:___

41

KUESIONER IDENTITAS RESPONDEN


MAHASISWA ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNSRAT
MANADO
A.
1)
2)
3)
4)
5)
B.
1)
2)
3)
4)

Identitas Responden
Nama
Jenis Kelamin*
Tempat / Tanggal Lahir
Alamat
Tinggal dengan*
Identitas Orang Tua
Pendidikan Terakhir Ayah
Pendidikan Terakhir Ibu
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu

:
: Lakilaki /Perempuan
:
:
: Orang tua/Kos/Keluarga/Asrama
:
:
:
:

*Coret Yang Tidak Perlu

LAMPIRAN 3
No. Kode :___
FORMULIR FOOF RECALL 24 JAM
MAHASISWA ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO

Hari / Tanggal

Nama

:
Porsi/Ukuran

42

Waktu Makanana

Menu/Nama
Masakan

Bahan
Makana/Merk
URT*

Pagi (Sarapan)
Jam:____
Selingan/Jajanan
Jam:____
Siang
Jam:____
Selingan/Jajanan
Jam:____
Malam
Jam:____
Selingan/Jajanan
sebelum tidur
Jam:____
*URT : Ukuran Rumah Tangga (dalam ukuran sendok, gelas, piring)

LAMPIRAN 4

PENGUKURAN IMT MAHASISWA ANGKATAN 2013


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM
RATULANGI

43

Gram

II

RATA - RATA

IMT

BB

TB

LAMPIRAN 5
PENGUKURAN WAIST HIP to RATIO MAHASISWA
ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
I

II

LPI

LPA

44

WHR

LAMPIRAN 6

45

46

47

48

LAMPIRAN 7

49

KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN


MAHASISWA ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

No.

Tempat Tinggal

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Pekerjaan Orang Tua


Ayah

Ibu

Kos
Orang tua
Kos
Kos
Orang tua
Kos
Orang tua
Orang tua
Kos
Kos

Swasta
Swasta
Swasta
PNS
Swasta
Wiraswasta
Swasta
PNS
PNS
Swasta

IRT
PNS
Swasta
PNS
IRT
PNS
Swasta
PNS
PNS
PNS

Orang tua
Kos
Kos

PNS
PNS
PNS

PNS
IRT
IRT

Kos
Kos
Orang tua
Orang tua
Orang tua
Kos
Kos
Kos
Orang tua
Orang tua
Orang tua

Swasta
Wiraswasta
Wiraswasta
PNS
PNS
PNS
Swasta
Wiraswasta
PNS
PNS
PNS

Swasta
PNS
Wiraswasta
PNS
Swasta
IRT
PNS
Wiraswasta
PNS
PNS
PNS

Kos
Kos
Orang tua
Orang tua
Orang tua

PNS
PNS
PNS
PNS
Swasta

Swasta
PNS
IRT
IRT
Swasta

50

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

Kos

Wiraswasta

Swasta

Kos
Orang tua
Kos
Orang tua
Orang tua
Kos

Wiraswasta
PNS
Wiraswasta
PNS
Swasta
PNS

Wiraswasta
PNS
Wiraswasta
IRT
IRT
PNS

Kos
Kos
Kos
Kos

Swasta
Swasta
Wiraswasta
Swasta

IRT
Swasta
IRT
Swasta

Kos
Orang tua
Orang tua

PNS
Swasta
Wiraswasta

Wiraswasta
PNS
PNS

Orang tua
Kos
Orang tua

PNS
Swasta
PNS

IRT
Swasta
PNS

Kos
Orang tua
Orang tua
Orang tua
Orang tua
Orang tua
Orang tua
Kos
Orang tua
Kos
Orang tua

PNS
PNS
Swasta
Wiraswasta
Wiraswasta
Swasta
PNS
PNS
PNS
Wiraswasta
PNS

PNS
Swasta
Wiraswasta
PNS
IRT
PNS
PNS
PNS
PNS
IRT
PNS

Orang tua
Kos
Orang tua
Kos
Orang tua
Kos
Orang tua
Kos
Kos

PNS
Swasta
PNS
PNS
Wiraswasta
Swasta
PNS
PNS
Swasta

IRT
PNS
PNS
PNS
Wiraswasta
PNS
PNS
PNS
PNS

51

67
68
69
70
71
72
73
74
75

Orang tua
Orang tua
Orang tua
Orang tua
Kos
Orang tua
Orang tua
Kos
Kos

Swasta
Swasta
Wiraswasta
PNS
Swasta
Swasta

Swasta
Swasta
IRT
PNS
Swasta
Swasta

Wiraswasta
PNS
Swasta

IRT
Wiraswasta
Swasta

LAMPIRAN 8
HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI MAHASISWA
ANGKATAN 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SAM RATULANGI
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

TB
156,2
164
152,9
159,2
158,8
154,7
152,6
158,5

BB
59
73,2
45
60,3
41
40,9
49
65

IMT
24,2
27,2
19,2
23,8
16,3
17,1
21,0
25,9

Status Gizi
Klasifikasi
Lpi
Normal
82
Normal
86
Normal
86
Normal
83
Normal
61
Normal
59
Normal
66
Normal
80
52

Lpa
97
105
100
102
88
87
90
104

WHR
0,85
0,82
0,86
0,81
0,69
0,68
0,73
0,77

Resiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

163
180,1
164,5
169,4
170,0
169,0
164,2
155,0
160,7
157,5
157,0
167,5
149,8
158,0
158,3
165,0
154
154
149,0
173,3
167
153,3
161,0
165,4
164,0
175,5
161,8
162,8
164
156
174,2
163,0
165,5
165,5
157,4
160,6
174,6
173,8
161
173,8
169,7
168,5

46,9
51,1
85
47,2
54,2
57
48,5
45,6
64
46,4
52
39
63,2
52
71
54
46
42
40
63,8
76,3
66,6
52
69,6
92,3
91
69,6
58,2
44
42
66,3
53,6
87
66
49,5
55,3
64
51
51
64
54
63,8

17,7
15,8
31,4
16,4
18,8
20,0
18,0
19,0
24,8
18,7
21,1
13,9
28,2
20,8
28,3
19,8
19,4
17,7
18,0
21,2
27,4
28,3
20,1
25,4
34,3
29,5
26,6
22,0
16,4
17,3
21,8
20,2
31,8
24,1
20,0
21,4
21,0
16,9
19,7
21,2
18,8
22,5

Normal
Kurang
Lebih
Kurang
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Kurang
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Lebih
Lebih
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Lebih
Normal
Normal
Normal
Normal
Kurang
Normal
Normal
Normal
Normal

53

70
65
96
63
70
73
73
68
85
64
76
56
83
76
70
70
68
69
62
78
87
86
67
84
99
97
88
76
67
60
74
76
96
77
61
67
73
65
76
74
69
79

87
86
106
75
85
94
97
88
98
85
90
80
101
91
97
94
77
90
81
94
101
105
89
101
107
113
105
97
92
83
93
92
108
101
86
92
95
86
91
95
88
93

0,80
0,76
0,91
0,84
0,82
0,78
0,75
0,77
0,87
0,75
0,84
0,70
0,82
0,84
0,72
0,74
0,88
0,77
0,77
0,83
0,86
0,82
0,75
0,83
0,93
0,86
0,84
0,78
0,73
0,72
0,80
0,83
0,89
0,76
0,71
0,73
0,77
0,76
0,84
0,78
0,78
0,85

Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko

51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

155,9
157,5
154,5
159,5
162,2
157,8
174,4
153,0
161,4
169,0
160,0
168,6
155,0
169,9
173,6
155,2
166,0
163,5
177,0
174,0
170,0
163,0
151,0
162,0
176,5

61
41
50
55
56
57
62
64,4
47,6
102
48,7
73
55
62,7
69
55
67,6
63
93
80
64
71
45,7
55
82,9

25,1
16,5
20,9
21,6
21,3
22,9
20,4
27,5
18,3
35,7
19,0
25,7
22,9
21,7
22,9
22,8
24,5
23,6
29,7
26,4
22,1
26,7
20,0
21,0
26,6

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Lebih
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Lebih
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

54

72
62
65
77
80
72
74
71
64
108
65
88
62
96
74
73
84
82
100
85
80
89
66
86
80

99
83
93
86,5
92
87
88
100
93
103
87
102
91
75
94
93
100
96
108
106
97
99
90
105
102

0,73
0,75
0,70
0,89
0,87
0,83
0,84
0,71
0,69
1,05
0,75
0,86
0,68
1,28
0,79
0,78
0,84
0,85
0,93
0,80
0,82
0,90
0,73
0,82
0,78

Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko
Tidak berisiko

LAMPIRAN 9
ASUPAN ENERGI PER HARI MAHASISWA ANGKATAN 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM
RATULANGI

55

No.

Nilai

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

1408,5
1838,9
2316,15
1532,35
1203,35
1243,1
1493,45
1248,85
2247,25
1853,95
2127,9
2306,85
1246,65
3153,55
1339,3
1952,05
1911
1186,4
880,4
2099,15
1098,2
1195,05
929,5
1787,45
1125,25
1173,25
1469,4
1990,15
912,45
452,65
1095,15
494,4
1011,1
1085
1507,4
1047,45
2016,1
1365,5
987,15
1088,35
1014
681,7
1495,2
888,2
1856,95
2421,25

% Energi

Kategori

64
83
105
69
54
56
67
56
102
71
81
88
47
121
60
88
86
53
40
95
49
54
42
81
51
53
66
76
41
20
42
22
45
41
68
47
9
62
37
49
39
30
67
56
40
71
93

Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Lebih
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup

LAMPIRAN 10
HASIL ANALISIS STATISTIK
Frequency Table

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent

Valid

Valid

Cumulative
Percent

26

34,7

34,7

34,7

P
Total

49
75

65,3
100,0

65,3
100,0

100,0

Frequency

Umur
Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

17

19

25,3

25,3

25,3

18
19
Total

50
6
75

66,7
8,0
100,0

66,7
8,0
100,0

92,0
100,0

Tempat Tinggal

57

Frequency

Valid

Percent

Valid Percent

Kos

36

48,0

48,0

48,0

Orang tu
Total

39
75

52,0
100,0

52,0
100,0

100,0

Pekerjaan Ayah
Frequency
Percent

Valid

Valid
Percent

Cumulative
Percent

PNS

35

46,7

46,7

46,7

Swasta

25

33,3

33,3

80,0

Wiraswasta

15

20,0

20,0

100,0

Total

75

100,0

100,0

Pekerjaan Ibu
Frequency Percent

Valid

Cumulative
Percent

Valid
Percent

Cumulative
Percent

IRT

17

22,7

22,7

22,7

PNS
Swasta
Wiraswasta
Total

34
16
8
75

45,3
21,3
10,7
100,0

45,3
21,3
10,7
100,0

68,0
89,3
100,0

Asupan Energi

58

Frequency

Valid

Percent

65

86,7

86,7

86,7

Cukup
Lebih
Total

7
3
75

9,3
4,0
100,0

9,3
4,0
100,0

96,0
100,0

IMT
Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

kurang

5,3

5,3

5,3

Normal
Lebih
Total

65
6
75

86,7
8,0
100,0

86,7
8,0
100,0

92,0
100,0

WHR
Frequency Percent

Valid

Cumulative
Percent

Kurang

Frequency

Valid

Valid Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Tidak Beresiko

60

80,0

80,0

80,0

Beresiko
Total

15
75

20,0
100,0

20,0
100,0

100,0

Jenis Kelamin * Asupan Crosstabulation


Asupan
Kurang
L

Count

19

59

Cukup
3

Total
Lebih
4

26

Jenis
Kelamin

% within Jenis
Kelamin
Count
% within Jenis
Kelamin
Count

Total

% within Jenis
Kelamin

73,1%

11,5%

40

81,6%

14,3%

59

10

78,7%

13,3%

15,4% 100,0%
2

4,1% 100,0%
6

17
Umur

18
19

Total

Count
% within Umur
Count
% within Umur
Count
% within Umur
Count

Kurang
15
78,9%
39
78,0%
5
83,3%
59

% within Umur

78,7%

13,3%

Total
Lebih
2
10,5%
3
6,0%
1
16,7%
6

19
100,0%
50
100,0%
6
100,0%
75

8,0%

100,0%

Tempat tinggal * Asupan Crosstabulation

60

75

8,0% 100,0%

Umur * Asupan Crosstabulation


Asupan
Cukup
2
10,5%
8
16,0%
0
0,0%
10

49

Asupan

Total

Kurang Cukup
Count
Kos
Tempat
tinggal
Orang
tu

% within Tempat
tinggal
Count
% within Tempat
tinggal
Count

Total

% within Tempat
tinggal

Lebih

27

75,0%

13,9%

32

82,1%

12,8%

59

10

78,7%

13,3%

36

11,1% 100,0%
2

39

5,1% 100,0%
6

75

8,0% 100,0%

Pekerjaan Ayah * Asupan Crosstabulation


Asupan
Kurang Cukup
Count
PNS

Pekerjaan
Ayah

% within Pekerjaan
Ayah
Count
Swasta % within Pekerjaan
Ayah
Count
Wiraswa
% within Pekerjaan
sta
Ayah
Count

Total

% within Pekerjaan
Ayah

61

27

77,1%

14,3%

19

76,0%

16,0%

13

86,7%

6,7%

59

10

78,7%

13,3%

Total
Lebih
3

35

8,6% 100,0%
2

25

8,0% 100,0%
1

15

6,7% 100,0%
6

75

8,0% 100,0%

Pekerjaan Ibu * Asupan Crosstabulation


Asupan
Kurang Cukup
Count
15
2
IRT
% within
88,2% 11,8%
Pekerjaan Ibu
Count
23
7
PNS
% within
67,6% 20,6%
Pekerjaan Ibu
Pekerjaan
Ibu
Count
14
0
Swasta % within
87,5%
0,0%
Pekerjaan Ibu
Count
7
1
Wiraswa
% within
sta
87,5% 12,5%
Pekerjaan Ibu
Count
59
10
Total
% within
78,7% 13,3%
Pekerjaan Ibu

Total
Lebih
0

17

0,0% 100,0%
4

34

11,8% 100,0%
2

16

12,5% 100,0%
0

0,0% 100,0%
6

75

8,0% 100,0%

IMT * Asupan Crosstabulation


Asupan
Kurang
Kurang
IMT

Normal
Lebih

Total

Count
% within IMT
Count
% within IMT
Count
% within IMT
Count
% within IMT

Cukup

Lebih

0,0%
53
77,9%
6
100,0%

100,0%
9
13,2%
0
0,0%

0,0%
6
8,8%
0
0,0%

100,0%
68
100,0%
6
100,0%

59

10

75

78,7%

13,3%

8,0%

100,0%

WHR * Asupan Crosstabulation

62

Total

Count
% within
WHR
Count
% within
WHR
Count

Tidak
Beresiko
WHR
Beresiko

Total

Asupan
Kurang Cukup
46
9

% within
WHR

Total
Lebih
5

60

76,7%

15,0%

8,3%

100,0%

13

15

86,7%

6,7%

6,7%

100,0%

59

10

75

78,7%

13,3%

8,0%

100,0%

Jenis Kelamin * IMT Crosstabulation

L
Jenis
Kelamin
P

Total

Count
% within Jenis
Kelamin
Count
% within Jenis
Kelamin
Count
% within Jenis
Kelamin

IMT
Kurang Normal
0
21
0,0%

80,8%

47

2,0%

95,9%

68

1,3%

90,7%

Umur * IMT Crosstabulation


63

Total
Lebih
5

26

19,2% 100,0%
1

49

2,0% 100,0%
6

75

8,0% 100,0%

17

Umur 18

19

Total

Count
% within
Umur
Count
% within
Umur
Count
% within
Umur
Count
% within
Umur

IMT
Kurang Normal
1
16

Total
Lebih
2

19

5,3%

84,2%

10,5%

100,0%

47

50

0,0%

94,0%

6,0%

100,0%

0,0%

83,3%

16,7%

100,0%

68

75

1,3%

90,7%

8,0%

100,0%

Tempat tinggal * IMT Crosstabulation


IMT
Kuran Norma
g
l
Count
Kos
Tempat
tinggal

% within Tempat
tinggal
Count
Orang
% within Tempat
tu
tinggal
Count

Total

% within Tempat
tinggal

33

2,8%

91,7%

35

0,0%

89,7%

68

1,3%

90,7%

Pekerjaan Ayah * IMT Crosstabulation

64

Total
Lebih
2

36

5,6% 100,0%
4

39

10,3% 100,0%
6

75

8,0% 100,0%

Pekerjaan
Ayah

Total

Count
PNS
% within Pekerjaan
Ayah
Count
Swasta % within Pekerjaan
Ayah
Count
Wiraswa
% within Pekerjaan
sta
Ayah
Count
% within Pekerjaan
Ayah

IMT
Kurang Normal
0
31
0,0%

88,6%

24

4,0%

96,0%

13

0,0%

86,7%

68

1,3%

90,7%

Pekerjaan Ibu * IMT Crosstabulation


IMT
Kurang Normal
Count
0
15
IRT
% within
0,0% 88,2%
Pekerjaan Ibu
Count
1
31
PNS
% within
2,9% 91,2%
Pekerjaan Ibu
Pekerjaan
Ibu
Count
0
16
Swasta % within
0,0% 100,0%
Pekerjaan Ibu
Count
0
6
Wiraswa
% within
sta
0,0% 75,0%
Pekerjaan Ibu
Count
1
68
Total
% within
1,3% 90,7%
Pekerjaan Ibu

Jenis Kelamin * WHR Crosstabulation


65

Total
Lebih
4

35

11,4% 100,0%
0

25

0,0% 100,0%
2

15

13,3% 100,0%
6

75

8,0% 100,0%

Total
Lebih
2

17

11,8% 100,0%
2

34

5,9% 100,0%
0

16

0,0% 100,0%
2

25,0% 100,0%
6

75

8,0% 100,0%

L
Jenis
Kelamin
P

Total

Count
% within Jenis
Kelamin
Count
% within Jenis
Kelamin
Count
% within Jenis
Kelamin

WHR
Tidak
Beresik
Beresiko
o
18
8

Total

26

69,2%

30,8%

100,0%

42

49

85,7%

14,3%

100,0%

60

15

75

80,0%

20,0%

100,0%

Umur * WHR Crosstabulation


WHR
Tidak Beresiko
17
Umur

18
19

Total

Count

Total
Beresiko

14

19

% within Umur
Count
% within Umur
Count
% within Umur
Count

73,7%
41
82,0%
5
83,3%
60

26,3%
9
18,0%
1
16,7%
15

100,0%
50
100,0%
6
100,0%
75

% within Umur

80,0%

20,0%

100,0%

Tempat tinggal * WHR Crosstabulation


WHR
Tidak
Beresik
Beresiko
o

66

Total

Kos
Tempat
tinggal

Total

Orang
tu

Count
% within Tempat
tinggal
Count
% within Tempat
tinggal
Count
% within Tempat
tinggal

31

36

86,1%

13,9%

100,0%

29

10

39

74,4%

25,6%

100,0%

60

15

75

80,0%

20,0%

100,0%

Pekerjaan Ayah * WHR Crosstabulation

Pekerjaan
Ayah

Total

Count
PNS
% within Pekerjaan
Ayah
Count
Swasta % within Pekerjaan
Ayah
Count
Wiraswa
% within Pekerjaan
s
Ayah
Count
% within Pekerjaan
Ayah

WHR
Tidak
Beresik
Beresiko
o
26
9
74,3%

60
80,0%

15

20,0% 100,0%
15

75

20,0% 100,0%

Pekerjaan Ibu * WHR Crosstabulation


WHR
Tidak
Beresik
Beresiko
o
IRT
Count
15
2
67

25

12,0% 100,0%

12
80,0%

35

25,7% 100,0%

22
88,0%

Total

Total

17

Pekerjaan
Ibu

Total

% within
Pekerjaan Ibu
Count
PNS
% within
Pekerjaan Ibu
Count
Swasta % within
Pekerjaan Ibu
Count
Wiraswa
% within
s
Pekerjaan Ibu
Count
% within
Pekerjaan Ibu

88,2%
28
82,4%
12
75,0%
5
62,5%
60
80,0%

11,8% 100,0%
6

34

17,6% 100,0%
4

16

25,0% 100,0%
3

37,5% 100,0%
15

75

20,0% 100,0%

Asupan * WHR Crosstabulation


WHR
Tidak
Beresiko
Count
Kurang % within
Asupan
Count
Asupan Cukup % within
Asupan
Count
Lebih
% within
Asupan
Count
Total
% within
Asupan

Total
Beresiko

46

13

59

78,0%

22,0%

100,0%

10

90,0%

10,0%

100,0%

83,3%

16,7%

100,0%

60

15

75

80,0%

20,0%

100,0%

RIWAYAT HIDUP

Irene Ubro dilahirkan pada tanggal 31 Mei 1992 di kota Ambon.


Penulis merupakan anak dari pasangan Nicodemus Ubro (Ayah) dan

68

Valiandra Maitimu (Ibu). Penulis adalah anak pertama dari lima


bersaudara, dimana memiliki 4 orang adik laki-laki yang bernama
George A. Ubro, Victor J. Ubro, Michael J. Ubro dan Arjen N. Ubro.
Penulis adalah lulusan Sd Negeri 4 Tual pada tahun 2004, lulusan
SMP Budhi Mulia Langgur pada tahun 2007, dan lulusan SMA Negeri
Kei Kecil pada tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikannya dan diterima di perguruan tinggi sebagai Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi melalui jalur T2
dengan Nomor Induk Mahasiswa 100111028, telah mengikuti dan
menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru
(PK2MB) pada bulan Agustus 2010 dan Kuliah Kerja Terpadu
Angkatan 106 pada bulan Desember 2014.

69

Anda mungkin juga menyukai