Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK III
A2(2013)
NAMA KELOMPOK
Muliati nh0113171
Muliati nh0113172
Nirwana nh0113187
Muliati nh0113173
Musdalifah nh0113174
Musdalifah nh0113175
Nahla nh0113180
LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM
A.KONSEP MEDIS
1.Definisi Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38oC. Yang
disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu mencapai >380C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai
dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling
sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan
kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan
peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)
2.Etiologi Kejang Demam
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Faktor-faktor prenatal
Malformasi otak congenital
Faktor genetika
Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
Demam
Gangguan metabolisme
Trauma
Neoplasma, toksin
Gangguan sirkulasi
Penyakit degeneratif susunan saraf.
Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl ). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan
sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim
Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya
dengan bantuan neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung
lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
4.Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut :
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat
9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014)
b.Kejang demam kompleks
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecapecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan,
dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily
L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002)
6.Komplikasi
a.
b.
c.
d.
Kejang berulang
Epilepsi
Hemiparese
Gangguan mental dan belajar
7.Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal
tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi
dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium
rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
b. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil
seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada
bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang
dari 18 bulan.
c. Darah
1) Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
2) BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
3) Elektrolit : K, Na
4) Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
5) Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )
6) Natrium ( N 135 144 meq/dl )
d. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
e. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
f. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka
(di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi
kepala.
8.Penaktalaksanaan Medis
a.Pengobatan
1) Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan
melalui interavena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahanlahan).Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20
menit.
2) Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
3) Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian
kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung
lama.
4) Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis
terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan
diazepim secara oral dengan dosis 0,3 0,5 mg/hgBB/hari.
5) Penanganan sportif
Bebaskan jalan napas
Beri zat asam
Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Pertahankan tekanan darah
b.Pencegahan
Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan
antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
- Fero barbital
- Fenitorri
- Klonazepam
(indikasi khusus)
B.KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI,
1989, 154)
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan
sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan
kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik,
psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman,
team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan),
catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur
(mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
A. Data subyektif
1.
Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2.
Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama.
Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap
prognosa dan pengobatan.
Pola serangan
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah
bersifat umum, fokal, tonik, klonik?
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi
mioklonik?
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti
epilepsi akinetik?
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik
sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi
untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per-tahun. Prognosa makin kurang
baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering
timbul.
3.
5.
Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat
imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
6.
Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya
menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
7.
8.
Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah
yang mengasuh anak?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya?
9.
Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera makan
anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?
Pola Eliminasi
2.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk
kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun
besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang,
kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa
sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi
sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada
gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar
cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan
napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada
caries gigi?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi
faring, cairan eksudat?
Leher
Thorax
Pada inspeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi
tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen? Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat
oedema, hemangioma? Bagaimana keadaan turgor kulit?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
o
o
o
o
o
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
o
1
Hypertermi
Termoregulasi
b/d proses
infeksi
dengan kriteria:
pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
Pantau suhu
Pantau suhu
lingkungan,
batasi/tambahkan
linen tempat tidur
sesuai indikasi
Berikan kompres
hangat hindari
penggunaan akohol
Berikan minum
sesuai kebutuhan
Kolaborasi untuk
pemberian antipiretik
Anjurkan
menggunakan
pakaian tipis
menyerap keringat.
Hindari selimut
tebal
Perfusi
perawatan
jaringan tdk
sirkulasi : arterial
efektive b.d
criteria :
insuficiency
kejang
penilaian secara
- Akral hangat
komprehensif fungsi
Lakukan
nadi priper,oedema,
kapiler refil,
temperatur
ekstremitas).
Evaluasi nadi,
oedema
Inspeksi kulit
Kaji nyeri
Atur posisi
pasien, ekstremitas
bawah lebih rendah
untuk memperbaiki
sirkulasi.
Berikan therapi
antikoagulan.
Rubah posisi
pasien jika
memungkinkan
Monitor status
Risiko
Manajemen cairan
Deficit
volume
Urine 30 ml/jam
muntah
cairan b/d
V/S dbn
intake cairan
tanda hipovolemik
inadekuat
dehidrasi
Monotor diare,
Awasi tanda-
Monitor
balance cairan
Monitor
pemberian cairan
parenteral
Monitor BB
Monitor td
dehidrasi
Monitor v/s
Berikan cairan
peroral sesuai
kebutuhan
Anjurkan pada
Kolaborasi u/
Risiko
pemberian terapinya
Kontrol infeksi.
infeksi b/d
Batasi pengunjung.
penurunan
Bersihkan
imunitas
lingkungan pasien
tubuh,
prosedur
setelah digunakan
invasive,
pasien.
penyakitnya
Cuci tangan
sebelum dan sesudah
merawat pasien, dan
ajari cuci tangan yang
benar.
Lakukan dresing
infus tiap hari
Anjurkan pada
keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan
klien dan menjaga
pantat selalu kering u/
hindari iritasi.
Tingkatkan
masukkan gizi yang
cukup.
Tingkatkan
masukan cairan yang
cukup.
Anjurkan istirahat.
Berikan therapi
antibiotik yang
sesuai, dan anjurkan
untuk minum sesuai
aturan.
Ajari keluarga cara
menghindari infeksi s
erta tentang tanda dan
gejala infeksi dan
segera untuk
melaporkan
keperawat kesehatan.
Pastikan
penanganan aseptic
semua daerah IV
(intra vena).
Proteksi infeksi.
Monitor tanda dan
gejala infeksi.
Monitor WBC.
Anjurkan istirahat.
Ajari anggota
keluarga cara-cara
menghindari infeksi
dan tanda-tanda
dan gejala infeksi.
Batasi jumlah
pengunjung.
Tingkatkan
masukan gizi dan
5
kepada
lidah tergigit
akibat-akibat
b/d altivitas
terjadi
meningkat
berulang
(kejang)
R/ Penjelasan yang
keluarga
saat
yang
kejang
sangat
penting
untuk
meningkatkan
pengetahuannya
dalam
mengatasi
kejang
-
Sediakan
spatel lidah
R/ spatel lidah sangat
penting
untuk
mencegah
jika
tergigitnya lidah
-
Beri
posisi
Lakukan
menyumbat
dapat
mengakibatkan
disteress pernapasan
sehingga
harus
Penatalaksana
an pemberian obat
anti konvulsan
R/ sebagai pengatur
gerakan
motorik
menghentikan
gerakan motorik yang
berlebihan.
Kurang
Mengajarkan proses
pengetahuan
penyakit
keluarga
berhubungan
nya pengobatan
dengan
kurang
dilakukan tindakan
Kaji pengetahuan
keluarga tentang
proses penyakit
Jelaskan tentang
paparan dan
patofisiologi penyakit
keterbatasan
kognitif
penyakit
keluarga
Beri gambaran
Identifikasi
penyebab penyakit
Berikan
informasi pada
keluarga tentang
keadaan pasien,
komplikasi penyakit.
Anjurkan klien
Diskusikan
tentang pilihan
therapy pada keluarga
dan rasional therapy
yang diberikan.
Berikan
dukungan pada
keluarga untuk
memilih atau
mendapatkan
pengobatan lain yang
lebih baik.
Jelaskan pada
keluarga tentang
persiapan / tindakan
yang akan dilakukan
Cemas
Pengurangan kece
berhubungan
masan
dengan
1. bina hubungan
hipertermi,
saling percaya
efek proses
yang dilakukan
2. kaji kecemasan
penyakit
klien/keluarga
3. Kaji dan
identifikasi serta
luruskan informasi
yang dimiliki klien
mengenai hipertermi
4. Berikan informasi
yang akurat tentang
penyebab hipertermi
5. Validasi perasaan
klien dan yakinkan
klien bahwa
kecemasam
merupakan respon
yang normal
6. Diskusikan
rencana tindakan
yang dilakukan
berhubungan dengan
hipertermi dan
keadaan penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. (2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta
Aplikasi KEJANG DEMAM APLIKASI NANDA, NOC, NIC.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Diagnosa Keperawatan Termoregulasi.
Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F.
Jakarta: EGC.