Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FILSAFAT ILMU

Landasan Aksiologis Ilmu

Oleh:
1. Meita Sari Setiyani (15051974008)
2. Inarotun Nimah (15050974018)
3. Reivan Arsyadzani A.S (15050974028)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
2016

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya
Makalah yang berjudul Landasan Aksiologis Ilmu ini dapat terselesaikan dalam rangka
menunjang proses pembelajaran dan peningkatan uji.
Makalah ini disajikan dengan ilustrasi yang berhubungan dengan Filsafat Ilmu agar mudah
dipahami dan sesuai dengan kebutuhan belajar teman-teman selain itu makalah ini akan
membantu proses pembelajaran bagi teman-teman untuk belajar mandiri.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi kita semua. Kami
menyadari makah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membenagun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Saran, kritik dan pemikiran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah kami ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.
Semoga Allah S.W.T senantiasa meridhai usaha kita, AMIN.

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagaimana sebuah bangunan yang kokoh harus mempunyai landasan yang kuat, begitu juga
ilmu harus mempunyai landasan yang kokoh sebagai penopang keberlanjutannya. Landasan itu
ada tiga yaitu ontologis, epistemologis dan aksiologis. Landasan ontologis adalah analisis yang
membahas tentang objek materi dari ilmu. Landasan epistemologis adalah analisis tentang proses
tersusunnya ilmu. Sedangkan landasan aksiologis adalah analisis tentang penerapan hasil-hasil
temuan ilmu (Soeprapto , 2010: 95-96). Dari ketiga landasan itu, landasan aksiologis-lah yang
mempunyai perdebatan sengit, karena berhubungan dengan pengembangan ilmu sendiri, yaitu
apakah dalam pengembangannya ilmu itu bebas nilai atau tidak?
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Aksiologi?
2. Apa saja nilai dan penilaian itu?
3. Apa saja hal utama dalam Aksiologi?
Tujuan Penulisan
Agar siswa mengetahui landasan dari aksiologi ilmu dan juga hubungannya dalam filsafat ilmu.
Serta mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

BAB II
PEMBAHASAN
Secara formal baru muncul pada abad ke-19, meski sejak yunani kuno sudah dibicarakan orang
tapi belum bicara mengenai prinsip-prinsip aksiologi. Aksiologi mempunyai kaitan dengan axia
yang berarti nilai atau yang berharga. Jadi bisa diartikan sebagai wacana filsofis yang
membicarakan nilai dan penilaian.
Pengertian Aksiologi
Aksiologi Ilmu Pengetahuan Untuk memahami apa yang dimaksud dengan aksiologi, menurut
di bawah ini diuraikan beberapa definisi atau pengertian tentang aksiologi, diantaranya
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang
nilai.Aksiologi dapat diartikan sebagai teori mengenai sesuatu yang bernilai. [1]
Salah satu yang mendapat perhatian adalah masalah etika/kesusilaan dan Dalam etika, obyek
materialnya adalah perilaku manusia yang dilakukan secara sadar. Sedangkan obyek formalnya
adalah pengertian mengenai baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral dari suatu perbuatan
atau perilaku manusia.
Sedangkan pengertian aksiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri yang
berjudul Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer mengatakan bahwa aksiologi diartikan sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari berbagai pengetahuan- pengetahuan yang
diperoleh atau didapat oleh manusia .
Dari segi bahasa, kata nilai semakna dengan kata axios dalam bahasa Yunani, dan value
dalam bahasa Inggris. Dalam buku Enciclopedy of Philosophy, istilah nilai atau value dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu:

Kata nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. seperti: baik, menarik, dan bagus.
Yang dalam pengertian yang lebih luas mencakup segala bentuk kewajiban, kebenaran
dan kesucian. Sebagai kata benda asli yang berbeda denganfakta.
Kata nilai digunakan sebagai kata benda kongkrit. Misalnya, ketika kita berkata sebuah
nilai atau nilai-nilai. Pada bentuk ini, ia seringkali dipakai untuk merujuk pada sesuatu
yang bernilai, seperti ungkapan nilai dia berapa? atau sebuah sistem nilai. Untuk itu, ia
berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau tidak bernilai.
Kata nilai digunakan sebagai kata kerja. Seperti ungkapan atau ekspresi menilai,
memberi nilai dan dinilai. Pada bentuk ini, nilai sinonim dengan kata evaluasi pada saat
hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai.
Keterangan di atas, menarikarik sebuah pemahaman bahwa yang dimaksud dengan nilai pada
hakikatnya adalah Aksiologi Ilmu Pengetahuan sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Kattsoff mengemukakan tiga cara pendekatan
terhadap nilai :
1. Pendekatan subyektivisme, di mana nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai
pelaku berdasarkan pengalamannya.

2. Pendekatan obyektivisme logis, di mana nilai merupakan esensi logis yang dapat diketahui
melalui akal.
3. Pendekatan obyektivisme-metafisik, di mana nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun
kenyataan
Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu pada Aksiologi Ilmu Pengetahuan
Aksiologi Ilmu Pengetahuan Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.
Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian.
Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas
fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan
mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh
berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara
peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan
harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis,
agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitian. Ketika
seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar
penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau
terikat pada nilai subjektif
Terdapat banyak pendapat menyangkut isi aksiologi, apakah nilai dan penilaian itu? Pertanyaan
ini tentu saja merupakan masalah utama filsafat ini.
Menurut Langeveld Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu etika dan estetika, keduanya
merupakan masalah yang paling banyak ditemukan dan dianggap penting dalam kehidupan
sehari-hari.
Etika
Etika adalah bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua
perilaku memiliki nilai dan tidak bebas nilai, perilaku bisa beretika baik dan tidak baik. Dalam
banyak wacana juga digunakan istilah baik dan jahat, karena perbuatan yang jahat akan merusak,
perbuatan baik berarti membangun.
Estetika
Estetika juga bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut
indah dan jelek.
Kedua penilaian tersebut adalah pasangan dikotomis, dalam arti bahwa yang dimasalahkan
secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman
pada suatu pihak, dan rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lain.

Menurut Nicolay Hartman Nilai yang diberikan orang pada sesuatu akan dikaitkan antara lain
dengan apa yang diinginkannya, apa yang menyenangkannya, dan apa yang membuatnya senang
atau nikmat.
Teori-teori lainnya, seperi pendapat Nicolai Hartmann, bahwa nilai adalah esensi dan ide
platonik. Nilai selalu berhubungan dengan benda yang menjadi pendukungnya, misalnya indah
dengan kain, baik untuk perilaku, artinya bahwa nilai tidak nyata.
Berikut beberapa aliran menyangkut nilai-nilai baik-buruk::
a.

Naturalisme, yang menyatakan ukuran baik buruk ialah sesuai tidaknya perbuatan
tersebut sesuai dengan fitrah (natura) manusia.

b.

Hedonisme, yang menyatakan bahwa ukuran baik buruk ialah sejauh mana suatu
perbuatan mendatangkan kenikmatan (hedone) bagi manusia.

c.

Vitalisme, ukuran baik buruk ditentukan oleh sejauh mana suatu perbuatan tersebut dapat
mendorong manusia untuk hidup lebih maju.

d.

Ultitarianisme, Ukuran baik buruk ditentukan oleh ada tidaknya suatu perbuatan
mendatangkan manfaat bagi manusia.

e.

Idealisme, ukuran baik buruk ditentukan oleh sesuai tidaknya sesuatu perbuatan dengan
konsep ideal (rancang bangun) pikiran manusia.

f.

Teologis, baik buruknya suatu perbuatan ditentukan oleh sesuai tidaknya suatu perbuatan
dengan tujuan akhir
Etika / Moral
Masalah Nilai Etika/ Moral
Etika cabang aksiologi yang membahas masalah predikat

Betul atau Salah

Susila atau Asusila

Kebajikan atau Kejahatan

Sumbangan Ilmu Filsafat untuk saat ini :


Bagaimana Cara agar manusia dapat hidup bersama dalam dunia yang telah semakin sempit
Etika
1. Pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia.
2. Merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan manusia.
3. Ilmu Pengetahuan untuk menetapkan ukuran-ukuran atau kaidah kaidah bagi penilaian
perbuatan manusia.

Masalah Etika

Masalah Pokok dalam Etika :


1. Prinsip yang dapat sebagai dasar membuat
tanggapan terhadap sesuatu seperti :
Baik atau Buruk
Susila atau Asusila
2. Perbuatan apa yang dianggap betul tidak melanggar etika
3. Makna apa yang dikandung oleh kata harus wajib
4. Apakah tanggapan kesusilaan dapat diverifikasikan & bagaimana caranya
5. Makna apa yang dikandung predikat nilai ?
6. Penentuan ukuran-ukuran etika
Masalah Nilai-Estetika

Estetika
Sesuatu yang mengambarkan hakikat keindahan
1.
Penyelidikan tentang keindahan
2.
Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip seni
3.
Pengalaman bertalian dengan seni
Estetika (seni)
A. Merupakan seni sebagai kegiatan intuisi dan pengungkapan perasaan.
B. Keindahan merupakan rasa nikmat yang diobjektivasikan
C. Keindahan sebagai objek tangkapi akali
Indah :
- Kesenangan akali
- Akal tercermin dalam keindahan
D. Seni Estetika Sebagai Pengalaman
Tanggung Jawab Ilmuwan
Ilmu sangat berhubungan dengan azas moral sehingga membentuk :
Tanggung Jawab Profesional
B.
Tanggung jawab Sosial

A.

Etika Keilmuan

Dalam hal Etika keilmuan, AKSIOLOGI mengkaji dampak etis dari pengembangan ilmu
Terdapat etika yang berhubungan dengan masalah pengembangan dan penggunaan ilmu.
Etika berhubungan dengan hakekat, tujuan dan manfaat ilmu pengetahuan (ilmu untuk
kepentingan siapa?)
Idealnya: bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan manusia.
A. Tanggung jawab Profesional
Siapa yg tidak jujur dalam ilmu dapat sanksi moral dari kelompok ilmuwan dikucilkan
dari kelompok ilmuwan

Dinegara kita sanksi moral belum membudaya sehingga subur upaya amoral dalam
kegiatan keilmuwan
B. Tanggung Jawab Sosial
Azas moral mengenai etika terhadap objek studi keilmuan & penggunaan pengetahuan
ilmiah
Mengembangkan ilmu untuk kesejahteraan manusia
Tidak hanya memberi informasi namun memberi peran contoh
Menjaga aspek etika dari ilmu nilai moral luhur

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan ilmu ada unsur etika & Estetika
2. Ilmu untuk meningkatkan taraf hidup bukan membuat malapetaka
3. Ilmu perlu dijaga dengan azas moral
4. Perlu dibudayakan hukuman moral dikalangan ilmiah agar ilmu bisa berkembang dengan
baik di indonesia.

Daftar Pustaka
Suriasumantri, Jujus S. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan
http://www.rangkumanmakalah.com/aksiologi-ilmu-pengetahuan/
http://www.philosophyresearcher.com/2013/12/landasan-aksiologis-ilmuperbincangan.html

Anda mungkin juga menyukai