PENDAHULUAN
Keluhan nyeri tenggorokan sering dialami tidak hanya oleh
anak-anak tetapi juga orang dewasa. Keluhan-keluhan infeksi
saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan penyakit-penyakit
telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari tonsil dan
adenoid yang berada pada area cincin Waldeyer. Lokasi tonsil
pada saluran pernafasan dan pencernaan menyebabkan ia tidak
jarang terkena fokal infeksi, serta bisa juga membesar dan
mengganggu proses menelan/pernafasan, sehingga tonsilitis
kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling sering
dari semua penyakit tenggorokan yang berulang.
Peran imunitas dari tonsil adalah sebagai pertahanan
primer untuk menginduksi sekresi bahan imun dan mengatur
produksi dari immunoglobulin sekretoris. Peran tonsil mulai aktif
pada umur antara 4 hingga 10 tahun dan akan menurun setelah
masa pubertas. Hal ini menjadi alasan fungsi pertahanan dari
tonsil lebih besar pada anak-anak daripada orang dewasa. Anakanak mengalami perkembangan daya tahan tubuhnya terhadap
infeksi terjadi pada umur 7 hingga 8 tahun dan tonsil merupakan
salah satu organ imunitas pada anak yang memiliki fungsi
imunitas yang luas.
Diluar struktur tonsil, saluran pernafasan juga memiliki
faring yang berada dekat dengan area cincin Waldeyer. Faring
juga sering mengalami peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma maupun toksin
lainnya. Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan
menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri grup A
Streptokokus hemolitikus dapat menjadi berbahaya karena
dapat melepas toksin ekstraseluler dan menyebabkan demam
reumatik, kerusakan katup jantung dan juga glomerulonefritis
akut.2,3
2,4
limfoid pada
Waldeyer
serum penderita.
Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus
influensa.
Ada pula yang menyebutkan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai
berikut2,5,6:
1. Streptokokus hemolitikus Grup A
2. Hemofilus influensa
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5
T1
nasofaring
T2
nasofaring
T3
nasofaring
T4
nasofaring
Sedangkan pada infeksi faring yang kronis dapat terjadi dua
bentuk faringitis kronis hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa
dinding posterior faring tampak kelenjar limfa dibawah mukosa
faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak
mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranula. Gejala yang
dikeluhkan pasien adalah tenggorokan kering dan batuk
berdahak. Pada faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan
dengan rhinitis atrofi. Biasanya selain mengeluh tenggorok
kering pasien juga mengeluhkan mulut berbau.
2.3.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hal sebagai berikut:
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting, karena
hampir 50 % diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja.
Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada
tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, nafas
bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada
demam dan nyeri pada leher.
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan
jaringan parut. Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi
eksudat (purulen) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta
tersebut. Pada beberapa kasus, kripta membesar, dan suatu
bahan seperti keju/dempul amat banyak terlihat pada kripta.
Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang
kecil, biasanya membuat lekukan dimana tepinya hiperemis
dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada
kripta.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan
apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa
macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah,
seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridans,
Stafilokokus, Pneumokokus.
2.3.7 Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah:
1. Penyakit-penyakit yang disertai dengan pembentukan
pseudomembran yang menutupi tonsil (tonsilitis
membranosa)
a.
Tonsilitis difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan
sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam
darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat
dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Gejalanya
terbagi menjadi 3 golongan besar, umum, lokal dan gejala
akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala
infeksi lain, yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak
nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan
nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil
membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama
makin meluas dan membentuk pseudomembran yang
melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada
c.
Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.
Membran semu yang menutup ulkus mudah diangkat
tanpa timbul perdarahan, terdapat mpembesaran kelenjar
limfe leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran darah
khas, yaitu terdapat leukosit mononukleosis dalam jumlah
besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah
domba (Reaksi Paul Bunnel).
Faringitis tuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan
umum pasien buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien
mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga
(otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
b.
Faringitis luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer,
sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi
ulserasi superfisial yang sembuh disertai pembentukan
10
Lepra
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada
faring kemudian menyembuh dan disertai dengan
kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.
d.
Aktinomikosis faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas,
tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses supuratif.
Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yang
ireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang
lunak.
Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya berhubungan
11
12
Obstruksi :
- Hiperplasia tonsil dengan obstruksi.
- Sleep apnea atau gangguan tidur.
- Kegagalan untuk bernafas.
- Corpulmonale.
- Gangguan menelan.
- Gangguan bicara.
- Kelainan orofacial / dental yang menyebabkan jalan nafas
sempit.
Infeksi
- Tonsilitis kronika / sering berulang.
- Tonsilitis dengan :
+ Absces peritonsilar.
+ Absces kelenjar limfe leher.
+ Obstruksi Akut jalan nafas.
+ Penyakit gangguan klep jantung.
- Tonsilitis yang persisten dengan sakit tenggorok yang
persisten.
- Tonsilolithiasis Carrier Streptococcus yang tidak respon
terhadap terapi.
- Otitis Media Kronika yang berulang.
13
1. Indikasi absolut
a. Tonsilitis akut/kronis berulang-ulang
b. Abses peritonsillar
c. Karier Difteri
d. Hipertrofi tonsil yang menutup jalan nafas dan jalan
makanan
e. Biopsi untuk menentukan kemungkinan keganasan
f. Cor Pulmonale
2. Indikasi relatif
a. Rinitis berulang-ulang
b. Ngorok (snoring) dan bernafas melalui mulut
c. Cervical adenopathy
d. Adenitis TBC
e. Penyakit-penyakit sistemik karena Streptokokus
hemolitikus: demam rematik. Penyakit jantung
rematik, nefritis, dll.
f. Radang saluran nafas atas berulang-ulang
g. Pertumbuhan badan kurang baik
h. Tonsil besar
i. Sakit tenggorokan berulang-ulang
j. Sakit telinga berulang-ulang
Sedangkan kontraindikasi dari tonsilektomi adalah :
1. Kontraindikasi relatif
a. Palatoschizis, radang akut, termasuk tonsilitis
b. Poliomyelitis epidemica
c. Umur kurang dari 3 tahun
2. Kontraindikasi absolut
a. Diskariasis darah, leukemia, purpura, anemia
aplastik, hemofilia
b. Penyakit sistemis yang tidak terkontrol : DM, penyakit
jantung, dan sebagainya.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
: NMMA
Umur
: 17 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Hindu
Pendidikan : SMA
Alamat
Pemeriksaan
: 19 Maret 2016
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama: Nyeri tenggorokan
Penderita datang ke poli THT RSUP Sanglah dengan diantar orang
tua mengeluh nyeri pada tenggorokannya sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri tenggorokan yang dirasakan terutama saat menelan dan
seperti ada yang mengganjal. Keluhan ini dirasakannya terus
menerus sepanjang hari. Pasien juga mengatakan selama sakit
merasa tenggorokkannya terasa kering. Selain itu penderita juga
mengeluh batuk tanpa disertai dahak sejak kemarin. Penderita
juga mengeluh badan panas sumer-sumer sejak 2 hari yang lalu.
Pasien tidak sempat mengukur panas badannya. Keluhan pilek
tidak ada. Gangguan suara, sesak nafas, jantung berdebar-debar,
serta nyeri persendian tidak ada. Riwayat gusi mudah berdarah
disangkal oleh penderita.
Riwayat makan makanan pedas, sering minum air es dan
merokok disangkal oleh pasien.
15
Riwayat Pengobatan
Pasien belum memeriksakan diri ke dokter. Pasien tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan.
Kiri
Hidung
Sekret
-
: -
Sekret
Tersumbat :
Tumor
+
: -
Tumor
Tinitus
: -
Pilek
Sakit
: Corp.alienum
+
: -
Sakit
: Corp.alienum
Tuli
Vertigo
: -
Kanan
Kiri
:
-
Tumor
:
Riak
-
Sakit
Sesak-
Corpus
Alienum : -
16
Status Present
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Denyut Nadi
: 80 kali/menit
Respirasi
: 20 kali/menit
Status General
Kepala
: Normocephalic
Mata
Muka
THT
Leher
Thorak
murmur
Po
Abdomen
teraba
Ekstremitas
: Hangat
+
+
Kanan
Telinga
Kiri
Status
Keteranga
17
n
Daun
Telinga
Normal
Normal
Tes
Pendengar
an
Liang
Telinga
Lapang
Lapang
Berbisik
Normal
Discharge
Weber
Lateralisasi
(-)
Intak
Intak
Rinne
Normal
Normal
Normal
Schwabach
Tes Alat
Keseimban
gan
Membran
Timpani
Tumor
Mastoid
Status
Hidung Luar
Kavum Nasi
Septum
Discharge
Krusta
Mukosa
Tumor
Konka
Sinus
Normal
Normal
Hidung
Kanan
Normal
Lapang
Deviasi (-)
merah muda
Dekongesti
Nyeri Tekan (-)
Kiri
Normal
Lapang
Deviasi (-)
merah muda
edkongesti
Nyeri Tekan (-)
Normal
Normal
Koana
Tenggorok
Status
Dispne
u
Sianosi
s
Mukosa
Dinding
Belaka
ng
Keterang
an
-
Stat
us
Strid
or
Suar
a
Hiperemi
Tonsil
PND (-)
Keterangan
Normal
Kanan
Kiri
T2, Hiperemis,
Kripte melebar,
Detritus(+),Permu
kaan mukosa tidak
rata
T2, Hiperemis,
Kripte melebar,
Detritus(+),Permu
kaan mukosa tidak
rata
18
3.4
Diagnosis Diferensial
1. Tonsilofaringitis Kronis
2. Tonsilitis difteri
3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulseromembranosa)
3.5 Diagnosis
Tonsilofaringitis kronis eksaserbasi akut
3.6 Penatalaksanaan
- Cefadroxil 2 x 500 mg io
- Paracetamol 3 x 500 mg io
- KIE tentang penyakit dan pengobatan
3.7 Prognosis
Dubius ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus didapatkan penderita seorang laki-laki, berumur 17
tahun, datang dengan keluhan rasa nyeri di tenggorokan sejak 3
hari yang lalu terutama saat menelan, rasa kering ditenggorokan,
batuk tanpa dahak dan panas badan sumer-sumer sejak 2 hari
yang lalu. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (+) dan
sering kumat-kumatan (4 kali dalam setahun) selama 3 tahun
terakhir.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran
tonsil T2/T2 yang hiperemis, permukaan tidak rata, pelebaran
kripte pada kedua tonsil dan ditemukan adanya detritus. Dinding
belakang tenggorok tampak hiperemi.
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diatas, pasien
didiagnosa sebagai tonsilofaringitis kronis. Tidak adanya
pseudomembran yang mudah berdarah saat diangkat, dan
19
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
M.
Atif
Imran,
2007, Tonsillectomy;Quality-Of-Life
Findings,
Hospital,
Ankara
Departments
Ataturk
of
Education
Pathology
and
anda
23