Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Spondylitis merupakan penyakit peradangan pada tulang belakang. Keadaan ini dapat
terjadi akibat adanya infeksi dari bakteri. Spondylitis ada 2 macam yaitu spondylitis
tuberculosa dan spondylitis ankilosa.
Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik,
ditandai dengan kekakuan progresif, dan terutama menyerang sendi tulang belakang
(vertebra) dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi
perifer, sinovia, dan rawan sendi, serta terjadi osifikasitendon dan ligamen yang akan
mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda
khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan jarang terjadi
pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease
atau Bechterew's disease
Spondylitis tuberculosis pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun
1779 yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan
kurvatura tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa
hingga ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian
tersebut menjadi jelas. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang
dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3 5 tahun. Saat
ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami
perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anakanak

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Spondilitis adalah Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas.
B. Macam- macam spondilitis
1. Spondilitis ankilosis
Berasal dari bahasa Yunani, dari kata :
ankylos = melengkung
spondylos = vertebra
adalah merupakan penyakit inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dg
kekakuan progresif dan terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra)
dengan penyebab yg tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi
perifer,sinovial dan rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yg
akan mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang.
2. Spondilitis tuberculosa
adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis disebabkan
oleh kuman spesifik yaitu micobacterium tuberculosa yang mengenai tulang
vertebra. Tuberkulosis yang menyerang vertebra disebut dengan spondilitis
Tuberkulosis. Spondilitis tuberkulosis ini disebut juga dengan Pott Desease
jika disertai dengan paraplegi atau defisit neurologis. Spondilitis tuberkulosis
sering mengenai thorakal 8 hingga lumbal 3, dan sering mengenai bagian
korpus vertebra.
C. Epidemologi
1. Spondylitis ankilosis

Laki-Laki lebih rentan dibanding pada perempuan

Dapat mengenai semua kelompok umur, termasuk anak-anak, biasanya


dimulai dari usia remaja sampai 40 tahun.

Orang-orang yang mempunyai gen HLA B27

Riwayat penyakit AS dalam keluarga.

2. Spondylitis tuberkulosa
Penyakit ini lebih banyak mengenai pria, dengan perbandingan pria dan wanita
1,5-2 : 1, dan dapat menyerang semua umur baik orang dewasa bahkan anakanak. Penyakit Spondylitis tuberculosis ini paling banyak ditemukan di Asia,
Afrika, dan Amerika.
D. Etiologi
1. Spondilitis Ankilosis
Masih belum diketahui walaupun oleh beberapa ahli dianggap sebagai varian
atritis rheumatoid, pada sebagian besar pasien dengan penyakit ini dan
keluarga dekatnya ditemukan antigen dengan HLA-B27 dan mungkin karena
perubahan genetic atau autoimun.
2. Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di
tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis
tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3dari tipe bovin) dan 5-10% oleh
mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman,
tertidur lama selama beberapa tahun.
E. Manifestasi Klinis
1. Spondylitis tuberkulosa
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala
tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang,
berat badan menurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam
hari serta sakit pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis
pada malam hari.
Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut,
kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat,
spastisitas, klonus, hiper-refleksia dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium
awal ini belum ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum
terdapat nyeri ketok pada vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap,
terbatasnya pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis merupakan tanda
terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada sekitar
3

50% kasus,termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang menyebabkan


paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di
antaranya adalah adanya kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan
tanda-tanda defisit neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas.
(Harsono,2003).
Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang
kepala, gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses
retrofaring. Harus diingat pada mulanya penekanan mulai dari bagian anterior
sehingga gejala klinis yang muncul terutama gangguan motorik. Gangguan
sensorik pada stadium awal jarang dijumpai kecuali bila bagian posterior tulang
juga terlibat. (Harsono,2003)
2. Spondylitis ankilosis
a. Manifetasi Skeletal

Low back pain


Nyeri pinggang (low back pain) pada ankylosing spondylitis ditandai oleh
a. dimulai dengan adanya rasa nyaman di pinggang dan penderita
sebelum berumur 40 tahun;
b. Permulaannya insidious (perlahan-lahan).
c. nyeri menetap paling sedikit selama 3 bulan;
d. berhubungan dengan kaku pada pinggang waktu pagi hari;
e. nyeri berkurang/membaik dengan olah raga.

Rasa sakit mula-mula dirasakan pada daerah gluteus bagian dalam, sulit
untuk menentukan titik asal sakitnya dengan permulaan yang insidious.
Kadang-kadang pada stadium awal nyeri dirasakan hebat di sendi
sacroiliacs, dapat menjalar sampai kista, iliaca atau daerah trochanter
mayor, atau ke paha bagian belakang. Nyeri menjalar ini sangat
menyerupai nyeri akibat kompresei nervus ischiadicus. Rasa sakit
bertambah pada waktu batuk, bersin atau melakukan gerakan memutar
punggung secara tiba-tiba.

Pada awalnya rasa sakit tidak menetap dan hanya menyerang satu sisi
(unilateral); sesudah beberapa bulan nyeri biasanya akan menetap dan
menyerang secara bilateral disertai rasa kaku dan sakit pada bagian di
bawah lumbal. Rasa sakit dan kaku ini dirasakan lebih berat pada pagi hari
yang kadang- kadarig sampai membangunkan penderita dari tidurnya.
Sakit/ kaku pagi hari ini biasanya menghilang sesudah 3 jam. Di samping
itu kaku/sakit pagi hari ini akan berkurang sampai hilang dengan kompres
panas, olah raga atau aktivitas jasmani lain.
Pada penyakit yang ringan biasanya gejala timbul hanya di pinggang saja
dan apabila penyakitnya bertambah berat, maka gejala berawal dari daerah
lumbal, kemudian thorakal akan akhirnya sampai pada daerah servikal :
untuk mencapai daerah servikal penyakit ini memerlukan waktu selama
12-25 tahun. Penyakit ini kadang-kadang dirasakan sembuh sementara
atau untuk selamanya, akan tetapi kadang-kadang akan berjalan terus dan
mengakibatkan terserangnya seluruh tebrae.
Selama perjalanan penyakitnya dapat terjadi nyeri radi-kuler karena
terserangnya vertebra thorakal atau servikal dan apabila telah terjadi
ankylose sempurna, keluhan nyeri akan menghilang.
Nyeri dada
Dengan terserangnya vertebra thorakalis termasuk sendi kostovertebra dan
adanya enthesopati pada daerah persendian kostosternal dan manubrium
sternum, penderita akan merasakan nyeri dada yang bertambah pada
waktu batuk atau bersin. Keadaan ini sangat menyerupai pleuritic pain.
Nyeri

dada

karena

terserangnya

persendian

costovertebra

dan

costotranver-sum sering kali disertai dengan nyeri tekan daerah


costosternal junction. Pengurangan ekspansi dada dari yang ringan sampai
sedang sering kali dijumpai pada stadium awal. Keluhan nyeri dada sering
ditemukan pada penderita dengan HLA-B27 positif walaupun secara
radiologis tidak tampak adanya kelainan sendi sacroiliaca (sacroiliitis).

Nyeri tekan pada tempat tertentu Nyeri tekan ekstra-artikuler dapat


dijumpai di daerah- daerah tertentu pada beberapa penderita. Keadaan ini
disebab-kan oleh enthesitis, yaitu reaksi inflamasi yang terjadi pada
5

inserasi tendon tulang. Nyeri tekan dapat dijumpai pada daerah-daerah


sambungan costosternal, prosesus spinosus, krista iliaca, trochanter mayor,
ischial tuberosities atau tumtit (achiles tendinitis atau plantar fasciitis).
Pada pemeriksaan radiologis kadang-kadang dapat ditemukan osteofit

Nyeri sendi lutut dan bahu Sendi panggul dan bahu merupakan persendian
ekstra- axial yang paling sering terserang (35%). Kelainan ini merupakan
manifestasi yang sering dijumpai pada juvenile ankylosing spondylitis.
Pada ankylosing spondylitis yang menyerang anak-anak antara umur 8-10
tahun, keluhan pada sendi panggul sering dijumpai, terutama pada
penderita dengan HLA-B27 positif atau titer ANA negatif. Sendi lutut juga
sering terserang, dengan manifestasi efusi yang intermitten. Di samping
itu sendi temporomandibularis juga dapat terserang (10%).

b. Manifestasi Ekstra sekeletal

Mata
Uveitis anterior akut atau iridocyclitis merupakan manifestasi ekstra
skeletal yang sering dijumpai (20-30%). Permula-annya biasanya akut dan
unilateral, akan tetapi yang terserang dapat bergantian. Mata tampak
merah dan terasa sakit disertai dengan adanya gangguan penglihatan,
kadang-kadang ditemukan fotopobia dan hiperlakrimasi.

Jantung
Secara klinis biasanya tidak menunjukkan gejala. Manifestasinya adalah :
ascending

aortitis,

gangguan

katup

aorta,

gangguan

hantaran,

kardiomegali dan perikarditis.

Paru-paru
Terserangnya paru-paru pada penderita ankylosing spondylitis jarang
terjadi dan merupakan manifestasi lanjut penyakit. Manifestasinya dapat
berupa: fibrosis baru lobus atas yang progresif dan rata-rata terjadi pada
yang telah menderita selama 20 tahun. Lesi tersebut akhirnya menjadi
kista yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan aspergilus.
Keluhan yang dapat timbul pada keadaan ini antara lain: batuk, sesak
nafas dan kadang-kadang hemoptisis. Ventilasi paru-paru biasanya masih
terkompensasi dengan baik karena meningkatnya peran diafragma sebagai
6

kompensasi terhadap kekakuan yang terjadi pada dinding dada. Kapasitas


vital dan kapasitas paru total mungkin menurun sampai tingkat sedang
akibat terbatasnya pergerakan dinding dada. Walaupun demikian residual
volume dan function residual capacity biasanya meningkat.

Sistem saraf Komplikasi neurologis pada ankylosing spondylitis dapat


terjadi akibat fraktur, persendian vertebra yang tidak stabil, kompresi atau
inflamasi. Subluksasi persendian atlanto- aksial dan atlanto-osipital dapat
terjadi akibat inflamasi pada persendian tersebut sehingga tidak stabil.
Kompresi, termasuk proses osifikasi pada ligamentum longitudinal
posterior akan mengakibatkan terjadinya mielopati kompresi; lesi
destruksi pada diskus intervertebra dan stenosis spinal. Sindrom cauda
equina merupakan komplikasi yang jarang terjadi tetapi merupakan
keadaan yang serius. Sindrom ini akan menyerang saraf lumbosakral,
dengan gejala-gejala incontinentia urine et alvi yang berjalan perlahanlahan, impotensi, saddle anesthesia dan kadang-kadang refleks tendon
achiles menghilang. Gejala motorik biasanya jarang timbul atau sangat
ringan. Sindrom ini dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan CT
scan atau MRI. Apabila tidak ditemukan lesi kompresi, maka perlu
dipikirkan kemungkinan adanya arach-noiditis atau perlengketan pada
selaput arachnoid.

Ginjal
Nefropati (lgA) telah banyak dilaporkan sebagai kom-plikasi ankylosing
spondylitis. Keadaan ini khas ditandai oleh kadar 1gA yang tinggi pada
93% kasus disertai dengan gagal ginjal 27%.

F. Patofisiologi
Patogenesis

Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering
membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar
tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan,
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang.

Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Tulang, yang
biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3
cara:
Aliran darah
Penyebaran langsung
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

1. Spondilitis tuberkulosa
merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder dari TBC tempat lain
di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, diduga terjadinya penyakit tersebut
sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus urinarius melalui leksus
Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses destruksi tulang progresif
tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral body).Penyebaran dari jaringan
yang mengalami pengejuan akan menghalangi proses pembentukan tulang
sehingga berbentuk "tuberculos squestra". Sedang jaringan granulasi TBC akan
penetrasi ke korteks dan terbentuk abses para vertebral yang dapat menjalar ke
atas / bawah lewat ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Sedang diskus
Intervertebralis oleh karena avaskular lebih resisten tetapi akan mengalami
dehidrasi dan terjadi penyempitan oleh karenadirusak jaringan granulasi TBC.
Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akan menimbulkan kiposis.
2. Spondylitis ankilosis
Spondilitis ankilosis menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang
belakang dan ligamen ligamen para vertebral. Bagian-bagian intervetebrata
menjadi meradang dan pada akhirnya terjadi fusi/persatuan/ankilose tulang pada
sendi sakroiliakadan spinal-spinal lain melalui servikal. Fusi dari sendi sakroiliaka
dan keatas vertebrata dapat terjadi 10-20 tahun. Apabila diskusvertebralis juga
terinvasi oleh jaringan vaskular dan fibrosa maka akan timbul kalsifikasi sendisendi dan struktur artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada jaringan lunak akan
menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra lainnya.Jaringan sinovial
disekitar sendi yang terserang akan meradang . penyakit ini timbul pada usia 10-30
tahun dan progresif setelah 50 tahun dan lebih banyak pada laki-laki. Penyakit
jantung juga dapat timbul bersamaan dengan penyakit ini.
G. Pathways
Spondylitis tuberculosa
8

Spondylitis ankilosis

HLA-B 27 Dan
Trigger

TBC Poon

Reaksi system
immunologi

Inflamasi sendi
spongious korpus
vertebra

Akumulasi eksudat
fibrin, sel darah putih

oedema

Kurang
pengetahuan

Suplai nutrisi,
oksigen menurun

Kurang info
Nekrosis kartilago
sendi

Gangguan
musculoskeletal
punggung

Pergerakan
terbatas

Gangguan
mobilitas fisik

Ankiosis/fuse
tulang punggung
Perubahan pada
spinal

nyeri

Menekan
nocireceptor di
thalamus

Kifosis servise
dorsal
(membungkuk)

Perubahan sikap
tubuh

Perubahan postur
rongga dada
Gangguan pertukaran
gas

Gangguan body
image

H. Komplikasi
1. Spondylitis tuberculosa
Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Potts paraplegia
yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus
maupun sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan bila
muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan
granulasi atau perlekatan tulang (ankilosing) di atas kanalis spinalis.Mielografi dan
10

MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab paraplegi ini. Paraplegi


yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun sequester
membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis dan
saraf.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal
ke dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada
vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses
yang merupakan cold abscess.
2. Spondylitis ankilosa
Komplikasi berupa lesi vertebra progresif. Komplikasi ini sebaiknya dicurigai
setiap saat nyeri timbul kembali setelah suatu periode tenang, atau menjadi saat
nyeri timbul kembali setelah suatu periode tenang, atau menjadi terlokalisasi.
Komplikasi lain yaitu berupa ankilosis bilateral dari iga ke tulang belakang,
dimana bergabung dengan suatu penurunan pada tinggi struktur torakal aksial,
menyebabkan gangguan fungsi pernafasan yang mencolok
I. Pemeriksaan Penunjang
1. spondylitis ankilosis
a. Pemeriksaan Laboraturium
Tidak ada uji diagnostik yang patognomonik. Peninggian laju endap darah
ditemukan pada 75% kasus, tetapi hubungannya dengan keaktifan penyakit
kurang kuat. SerumC reactive protein(CRP) lebih baik digunakan sebagai
petanda keaktifan penyakit. Kadang-kadang,ditemukan peninggian IgA.
Faktor rematoid dan ANA selalu negatif. Cairan sendi memberikangambaran
sama pada inflamasi. Anemia normositik-normositer ringan ditemukan pada
15%kasus. Pemeriksaan HLA B27 dapat digunakan sebagai pembantu
diagnosis
b. Radiologi
Kelainan radiologis yang khas pada SA dapat dilihat pada sendi aksial,
terutama padasendi sakroiliaka, diskovertebral, apofisial, kostovertebral, dan
kostotransversal. Perubahan pada sendi S2 bersifat bilateral dan simetrik,
dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkonral,diikuti erosi yang
memberi gambaran mirip pinggir perangko pos. Kemudian, terjadi
penyempitancelah sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osilikasi.
Setelah beberapa tahun, terjadiankilosis yang komplit.Beratnya proses
sakroilitis terdiri dari 5 tingkatan berdasarkan radiologis, yaitu tingkat 0
(normal), tingkat 1 (tepi sendi menjadi kabur), tingkat 2 (tingkat 1 ditambah
11

adanya sclerosis periartikuler, jembatan sebagian tulang ataupseudo widening,


tingkat 3 (tingkat 2 ditambahadanya erosi dan jembatan tulang), serta tingkat
4 (ankilosa yang lengkap).Akan terlihat gambaran squaring
(segi empat sama sisi) pada kolumna vertebra danosifikasi bertahap lapisan
superfisial anulus fibrosus yang akan mengakibatkan timbulnya jembatan di
antara badan vertebra yang disebut sindesmofit. Apabila jembatan ini sampai
padavertebra servikal, akan membentuk bamboo spine
Keterlibatan sendi panggul memperlihatkanadanya penyempitan celah sendi
yang konsentris, ketidakteraturan subkhondral, serta formasiosteofit pada tepi
luar permukaan sendi, baik pada asetabulum maupun femoral. Akhirnya,
terjadiankilosis tulang dan pada sendi bahu memperlihatkan penyempitan
celah sendi dengan erosi.
c. Tes Darah Rutin
d. Tes HLA BR 27
2. spondylitis tuberculosa
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap :leukositosis, LED meningkat
b. Uji mantoux (+) TB
c. Uji kultur : biakan batkeri
d. Biopsi, jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
e. Pemeriksaan hispatologis : dapat ditemukan tuberkel
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto toraks / X ray
b. Pemeriksaan foto dengan zat kontras
c. Foto polos vertebra
d. Pemeriksaan mielografi
e. CT scan atau CT dengan mielografi
f. MRI
J. Penatalaksanaan Medis
1. Spondylitis tuberculosa
Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan
sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah
paraplegia.
Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :
1. Pemberian obat antituberkulosis
2. Dekompresi medulla spinalis
3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)
Pengobatan spondylitis tuberculosaterdiri atas :
1. Terapi konservatif
Berupa tirah baring (bed rest),seperti:
12

Memberi korset yang mencegah gerakan vertebra /membatasi gerak

vertebra
Memperbaiki keadaan umum penderita
Pengobatan antituberkulosa
Standar pengobatan di indonesia berdasarkan program P2TB paru adalah :
1. Kategori 1
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+), diberikan dalam 2
tahap :
Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg dan
Pirazinamid 1.500 mg. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan
pertama (60 kali).
Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu
(intermitten) selama 4 bulan (54 kali).
2. Kategori 2
Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan,
termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan
dalam 2 tahap yaitu :
Tahap I: diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin 450
mg, Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan setiap
hari , Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat
lainnya selama 3 bulan (90 kali).
Tahap 2:diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1250
mg. Obat diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).
Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita
bertambah baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis
berupa nyeri dan spasme berkurang serta gambaran radiologik ditemukan
adanya union pada vertebra.
2. Terapi operatif
Indikasi operasi yaitu:
a. Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau
malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi
dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara
terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.

13

c. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi


ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan
langsung pada medulla spinalis.
2. Spondylitis ankilosis

Nonmedikamentosa
Mobilitas yang baik dan teratur (olahraga dan latihan)
Latihan fisik penting dilakukan karena penyakit ini cenderung terjadi
kelainan berupa fleksi spinalyang progresif. Oleh karena itu, otot-otot
ekstensor spinal harus diperkuat. Manuver lain yang perludilakukan
adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi lumbal yang isometrik. Posisi
postur tubuh harusdiperhatikan setiap saat. Kursi dengan sandaran yang
keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak

berjalan dari pada

duduk. Berenang merupakan latihan fisik yang terbaik selama otot-otot


masih boleh menahan dalamkeadaan ekstensi. Fusi spinal merupakan
komplikasi dari spondilitis. Karena itu, postur harusdipertahankan dan
menghindari terjadinya kontraktur dalam posisi fleksi dari bahu dan lutut.
Penderitadianjurkan setiap saat tegak, seolah-olah tumit, bokong, pundak,
bahu, dan belakang kepala selalu bersandar pada dinding.
Penerangan/penyuluhan
Radio terapi
Operasi ( pembedahan)
Pembedahan mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus SA. Mekanisme
yang menyebabkanterjadinya osifikasi ligamen dan sendi sehingga terjadi
fusi pada columna vertebrae belum dijelaskan secararinci. Sebagai
dampak dari fusi columna vertebrae ini terjadi keterbatasan dalam gerakan
dan elatisitas.Munurunnya fleksibilitas dapat berakibat akan terjadinya
berbagai kelainan pada tulang belakang sepertifraktur dan dislokasi,
atlanto-axial

dan

atlanto-occipital

subluxiation

deformitas

tulang

belakang, stenosis tulang belakang, dan kelainan pinggul. Ketika


komplikasi ini terjadi. Tindakan pembedahan mungkin dapat dibutuhkan.

Medikamentosa
14

OAINS
Bisa

menggunakan

Indometacyn,

naproxen

ataupun

ibuprofen.

Dosis untuk dewasa Indometacyn yaitu 100-150 mg/hari dalam dua atau
tiga dosis. Sedangkan untuk anak-anak 1,5-3 mg/kg BB/hari dalam dua
atau tiga dosis.
Sulfasaladzin
Mekanisme obat ini mengurangi gejala-gejala inflamasi dari ankylosing
spondylitis, dengan dosis untuk dewasa 2-3 gram/hari dibagi dalam dua
atau tiga dosis. Sedangkan untuk anak-anak 40-60 mg/kg BB/hari dibagi
dalam dua atau tiga dosis. Efek sampingnya yaitu, mual, muntah, diare,
dan timbul reaksi hipersensitivitas. Kontra indikasi pada orang-orang yang
mempunyai riwayat hipersensitivitas dan prophyria.

15

BAB III
ASUHAN DASAR KEPERAWATAN
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Spondilitis
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan
keperawatan dan juga sebagai alat dalam melaksanakan praktek keperawatan yang
terdiri dari lima tahap yang meliputi : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Pengkajian di
lakukan dengan cermat untuk mengenal masalah klien, agar dapat memeri arah
kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung
pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. Tahap pengkajian terdiri
dari tiga kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data, perumusan
diagnosa keperawatan.
a. Pengumpulan data.
Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien,
keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan
dengan cara , inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS
dan diagnosa medis.
Riwayat penyakit sekarang.
Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada
punggung bagian bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit.
Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau
perut. Nyeri dirasakan meningkat pada malam hari dan bertambah berat
terutama pada saat pergerakan tulang belakang. Selain adanya keluhan
utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun, badan terasa
lemah, sumer-sumer (Jawa) , keringat dingin dan penurunan berat badan.
Riwayat penyakit dahulu
16

Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasanya pada klien di


dahului dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis
paru.
Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab
timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain
yang menderita penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada
yang menderita penyakit menular tersebut.
Riwayat psikososial
Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan
kelihatan sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
pengobatan dan perawatan terhadapnya maka penderita akan merasa takut
dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak stabil dan
mempengaruhi sosialisai penderita.
Pola - pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan
mempengaruhi persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri , yang
dikarenakan

tidak

penyakitnya.Sehingga

semua

klien

menimbulkan

mengerti
salah

benar

perjalanan

persepsi

dalam

pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat


tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien yang

mempengaruhi keadaan kesehatan klien.


Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi
lemah dan amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin
meningkat, sehingga klien akan mengalami gangguan pada status

nutrisinya.
Pola eliminasi.
Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula
bisa ke kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta
dengan adanya penata laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau
mau BAB dan BAK harus ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan
adanya perubahan tersebut klien tidak terbiasa sehingga akan

mengganggu proses aliminasi.


Pola aktivitas.

17

Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung


serta penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien
membatasi aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam

melaksanakan aktivitas fisik tersebut.


Pola tidur dan istirahat.
Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak
hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan

tidur dan istirahat.


Pola hubungan dan peran.
Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran
atau tidak mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu
peran dalam keluarga ataupun masyarakat. Hal tersebut berdampak

terganggunya hubungan interpersonal.


Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap

bentuk tubuhnya dan kadang - kadang mengisolasi diri.


Pola sensori dan kognitif.
Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila

terjadi komplikasi paraplegi.


Pola reproduksi seksual.
Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan
terganggu untuk sementara waktu, karena di rumah sakit. Tetapi dalam
hal curahan kasih sayang dan perhatian dari pasangan hidupnya melalui

cara merawat sehari - hari tidak terganggu atau dapat dilaksanakan.


Pola penaggulangan stres.
Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti
penyakitnya , akan mengalami stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang
menimbulkan rasa stres, klien akan bertanya - tanya tentang

penyakitnya untuk mengurangi stres.


Pola tata nilai dan kepercayaan.
Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat menjalankan
ibadah, maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai
dengan kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan

pula sebagai penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.


Pemeriksaan fisik.
Setelah melakukan anamensis yang mengarah pada keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data pengkajian

18

anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem dengan focus


pemeriksaan bone yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan klien.
Pemeriksaan fisik juga dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
a. Inspeksi.
Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan
pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis.
b. Palpasi.
Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang
terdapat adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi.
c. Perkusi.
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.
d. Auskultasi.
Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.
Keadaan umum. Pada keadaan spondylitis tuberculosa. Klien umumnya
tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital
yang meliputi bradikardia dan hipotensi sering berhubungan dengan
penurunan aktivitas secara umum akibat adanya hambatan dalam
melakukan mobilisasi ekstremitas.
Pemeriksaan persistem dengan metode:
B1 (Breathing)
B2 ( Blood)
B3 ( Brain)
B4 ( Blandder)
B5 (Bowel)
B6 ( Bone )
Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium.
a. Radiologi
o Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior,
sangat jarang menyerang area posterior.
o Terdapat penyempitan diskus.
o Gambaran abses para vertebral ( fusi form ).
b. Laboratorium
Laju endap darah meningkat
c. Tes tuberkulin.
d. Reaksi tuberkulin biasanya positif.
2. Analisa.
Setelah data di kumpulkan kemudian dikelompokkan menurut data subjektif yaitu
data yang didapat dari pasien sendiri dalm hal komukasi atau data verbal dan
objektiv yaitu data yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil
pemeriksaan radiologi maupun laboratorium. Dari hasil analisa data dapat
disimpulkan masalah yang di alami oleh klien. ( Mi Ja Kim,et al 1994 ).
19

3. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata
ataupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya
dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya.
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
a. Gangguan mobilitas fisik
b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
c. Perubahan konsep diri : Body image.
d. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
4. Perencanaan Keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang
akan di laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :
a. Diagnosa Perawatan I
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
nyeri.
1. Tujuan
Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
2. Kriteria hasil
a. Klien dapat ikut serta dalam program latihan
b. Mencari bantuan sesuai kebutuhan
c. Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
3. Rencana tindakan
a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
b. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
c. Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
o Mattress
o Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang
keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.
d. mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;
o Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar pada
tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat
ekstremitas atas dan kepala serta ekstremitas bawah secara
bersamaan.
o Menelungkup sebanyak 3 4 kali sehari selama 15 30 menit.
o Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas
pernapasan.
o monitor tanda tanda vital setiap 4 jam.
o Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau
lecet lecet.
o Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada
kontra indikasi.
20

o Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap


efek samping : bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
4. Rasional
a. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
c. Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
d. Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot
e.
f.
g.
h.

paraspinal.
Untuk mendeteksi perubahan pada klien.
Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.
Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak.
Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan

dapat menimbulkan efek samping.


b. Diagnosa Keperawatan II
Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya
peradangan sendi.
1. Tujuan
a. Rasa nyaman terpenuhi
b. Nyeri berkurang / hilang
2. Kriteria hasil
a. klien melaporkan penurunan nyeri
b. menunjukkan perilaku yang lebih relaks
c. memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan
peningkatan keberhasilan.
3. Rencana tindakan
a. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri
ke daerah yang baru.
b. Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap
nyeri.
c. Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
d. Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk
meningkatkan rasa nyaman.
e. Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
4. Rasional.
a. Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh
klien sendiri.
b. Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana
reaksinya terhadap nyeri klien.
c. Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
d. Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan
tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
e. Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan
nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri
berkurang.
21

c. Diagnosa Keperawatan III


Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
1. Tujuan
Klien dapa mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping
yang adaptif.
2. Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan
keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
3. Rencana tindakan
a. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
b. Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif.
c. Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan
teman serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi
perubahan body image.
4. Rasional
a. meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya
dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
b. Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri
klien.
c. Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara
positif dan tidak merasa rendah diri.
d. Diagnosa Keperawatan IV
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan perawatan di rumah.
1. Tujuan
Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.
2. Kriteria hasil
a. Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau
korset
b. Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
c. Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana
pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
3. Rencana tindakan
a. Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek
sampingnya.
b. Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
c. Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
d. Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
e. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan
mobilitas.
f. Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
5. Pelaksanaan
22

Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di


implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap Implementasi:
a. tindakan keperawatan mandiri
b. tindakan keperawatan kolaboratif
c. dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.( Carol vestal Allen, 1998 : 105 )
6. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan hasil hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.
a. pencapaian kriteria hasil
b. ke efektipan tahap tahap proses keperawatan
c. revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.
Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah:
1. Adanya peningkatan kegiatan sehari hari ( ADL) tanpa menimbulkan
2.
3.
4.
5.

gangguan rasa nyaman .


Tidak terjadinya deformitas spinal lebih lanjut.
Nyeri dapat teratasi
Tidak terjadi komplikasi.
Memahami cara perawatan dirumah

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Spondilitis adalah Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas. Spondilitis dibagi menjadi 2 yaitu spondylitis
ankilosis dan spondylitis tuberculosa. Ankylosing spondylitis adalah penyakit inflamasi
kronisdengan etiologi yang belum diketahui, dan menyerang terutamapada persendian
kerangka aksial dan juga sendi perifer.Masalah dapat terjadi dalam menegakkan diagnosis
23

bilatidak ditemukan sacroiliitis pada pemeriksaan radiologis; nyeridada tanpa kelainan yang
lain; umurnya terlalu muda atauterlalu tua.Pengelolaan pada penyakit tanpa keluhan : olah
raga seca-ra rutin tanpa obat, dan bila dengan keluhan : obat-obatan,latihan secara teratur dan
penerangan; dan bila telah terjadigangguan fungsi : operasi.
Spondylitis tuberculosa adalah adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang
mengenai tulang vertebra.
Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh
mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus
ditempat lain dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Spondylitis Tuberkulosa. Diakses tanggal 25 Februari 2013 dari


www.medlinux.blogspot.com
Harsono, 2003. Spondilitis Tuberkulosa dalam Kapita Selekta Neurologi. Ed. II. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press. p. 195-197
Hidalgo, J.A., 2005. Pott Disease. Diakses tanggal 25 Februari 2013dari
www.eMedicine.com/med/topic
Rasjad C., 2003. Spondilitis Tuberkulosa dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ed.II.
24

Makassar: Bintang Lamumpatue. p. 144-149


Tamburaf, V., 2006. Spinal Tuberculosis. Diakses tanggal 25 Februari 2013 dari
http://www.infeksi.com
Muttaqin, arif, Asuhan Keperawatan Klien Infeksi dan Inflamasi Muskuloskeletal, 2008, EGC
: Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai