Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Peroneal palsy ditandai dengan penurunan fungsi sensorik dan motorik pada
tungkai bawah dan kaki akibat lesi pada nervus peroneal. Nama lain dari penyakit
ini adalah peroneal neuropati atau peroneal nerve injury.1
Peroneal palsy dapat terjadi sekunder terhadap trauma langsung, kompresi,
cedera peregangan, iskemia, infeksi, atau penyakit inflamasi. Peroneal nerve palsy
paling sering diakibatkan oleh duduk bersilang kaki, beberapa pekerjaan yang
memerlukan berjongkok atau bersujud, seperti bertani, penambang.
Komplikasi dari penyakit ini yaitu berkurangnya kemapuan berjalan dan
sensasi serta kelemahan atau paralisis pada tungkai bawah dan kaki secara
permanen.3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
a.
b.
Plexus lumbalis
Plexus lumbalis dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L1-L4,
seringkali juga turut dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis
thoracalis XII. Plexus ini berada pada dinding dorsal cavum abdominis,
ditutupi
oleh
m.psoas
major.
Dari
plexus
ini
dipercabangkan:
n.obturatorius,
dan
n.femoralis.
Percabangan-percabangan
Plexus sacralis
Plexus sacralis dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L4-S3(S4) dan
berada di sebelah ventral m.piriformis, dipisahkan dari vasa iliaca interna
serta ureter oleh suatu lembaran fascia (fascia pelvis parietalis). Biasanya
a.glutea superior berjalan di antara n.spinalis S1-S2 atau S2-S3 (n.spinalis
Fisiologi
SIKLUS BERJALAN
Satu siklus berjalan/gait dimulai dari tumit salah satu kaki mengenai lantai
(heel strike) hingga heel strike berikutnya pada kaki yang sama, disebut
100% total siklus berjalan. Titik-titik tertentu dari siklus ini dapat diamati.
0% :
(stance phase)
15% :
45% :
lutut
dan
panggul
menekuk
untuk
0 15%
15 30%
30-45%
: fasepushoff
45 60%
Pada akhir dari fase berdiri dari satu kaki dan permulaan fase berdiri kaki
lainnya terdapat suatu saat dimana tubuh ditopang oleh kedua tungkai.
Fase double support ini berlangsung selama 11% dari siklus.
Panjang langkah (stide length) adalah jarak dari satu hell strike ke
heel strike berikutnya dari kaki yang sama, rata-rata 156 cm. Step length
adalah jarak antara heel strike kaki yang satu dengan kaki lainnya, ratarata separuh dari jarak stride length. Lebar langkah (stride width)
ditentukan dari jarak antara kedua garis tengah kedua kaki, rata-rata 8
lebih kuran 3,5 cm. Sudut kaki (foot angle) adalah sudut yang terbentuk
pada saat melangkah dimana sumbu kaki memotong garis arah berjalan,
rata-rata 6,7 6,8 0.
Lamanya satu siklus jalan adalah lebih dari 1 detik (1,03 lebih
kurang 3,5). Jumlah langkah (step) 117/menit, stride 60/menit. Dari angkaangka tersebut diatas bisa terdapat berabagai variasi.
Pada proses berjalan diperlukan:
mekanisme refleks yug sederhana pada tingkat medula spinalis.
Refleks- refleks postural dan berdiri yang mempertahankan tubuh
tetap tegak dengan meningkatkan tonus otot-otot antigrafitasi,
refleks-refleks leher dan labirin untuk mempertahankan tonus yang
diperlukan,
refleks tegak (righting reflexes) untuk mempertahankan posisi
kepala, anggota gerak dan batang tubuh
integrasi
fungsi-fungsi
motorik
dari
koretks
piramidal,
sensorik
terutama
porprioseptif
untuk
10
11
2.2.
Peroneal Palsy
A. Definisi
Keadaan yang ditandai dengan penurunan fungsi sensorik dan motorik
pada tungkai bawah dan kaki akibat lesi pada nervus peroneal. Nama lain
dari penyakit ini adalah peroneal neuropati atau peroneal nerve injury.1
B. Epidemiologi
Saat ini tidak ada perbedaan ras, maupun jenis kelamin yang lebih
cenderung mengalami peroneal palsy ini namun kasus ini lebih jarang
dialami oleh anak-anak.
C. Etiologi
Peroneal nerve palsy paling sering diakibatkan oleh duduk dengan kaki
bersilang yang menyebabkan saraf peroneal terjepit antara caput fibula dan
condylus femur externa serta patella pada tungkai yang berlawanan.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka dengan penurunan berat badan
yang drastis atau pada masa konvalesen dari suatu penyakit atau tindakan
operasi. Hilangnya lemak (fat) yang sangat akan mengurangi proteksi
terhadap saraf tersebut, sedangkan penurunan berat badan memungkinkan
pasien merasa enak (comfortable) dengan duduk bersilang kaki. Kebiasaan
duduk bersilang kaki dapat menimbulkan dimple sign yang terdiri dari
daerah pressure atropi berbentuk oval yang mengenai jaringan sampai ke
saraf peroneal di caput fibula.
Selain itu beberapa pekerjaan yang memerlukan berjongkok atau
bersujud, seperti bertani, penambang akan meningkatkan tekanan pada
saraf
terhadap
collum
fibula
sehingga
menyebabkan
terjadinya
12
D. Manifestasi Klinis2
Pasien dengan peroneal palsy sering mengalami drop foot (tidak mampu
melakukan gerakan dorsofleksi). Kram pada malam hari dapat terjadi di
anterior tungkai bawah (jika kompresi yang kronis). Jika kompresi akut,
gejala cenderung lebih maksimal di awal. Nyeri bisa terjadi di lokasi
kompresi. Gangguan sensorik (misalnya, kesemutan, mati rasa) di lateral
tungkai bawah dan kaki. Untuk gejala klinis pastinya dapat dibedakan
menurut lesinya antara lain:
Lesi Pada Kaput Fibula
13
kaki, serta bagian lateral distal dari tungkai bawah. Jika hanya
cabang profunda yang terkena, menimbulkan deep peroneal nerve
syndrome.
Anterior Tibial (Deep Peroneal) Nerve Syndrome
Saraf ini bisa terkena cedera pada kaput fibula atau lebih distal.
Kelainan ini menimbulkan parese/paralise jari kaki dan dorsofleksi
kaki. Gangguan sensoris terbatas pada kulit di sela jari-jari antara
jari kaki 1 dan 2. Saraf ini dapat juga tertekan pada pergelangan
kaki, sehingga menyebabkan anterior tarsal tunnel syndrome yang
menimbulkan gejala parese dan atropi pada M.extensor digitorum
brevis. Sedangkan gangguan sensoris bisa terdapat atau tidak pada
kulit di sela jari-jari antara kaki 1 dan 2.
Superficial Peroneal Nerve Syndrome
Lesi bisa pada kaput fibula atau lebih distal. Menimbulkan parese
dan atropi pada M.Peronei dan gangguan eversi kaki. Gangguan
sensoris pada kulit bagian lateral distal tungkai bawah dan dorsum
kaki, sedangkan kulit di sela jari-jari antara jari kaki 1 dan 2 masih
baik.
E. Patofisiologi4
N.Peroneus tersusun oleh serabut-serabut fasikel dan dipisahkan oleh
jaringan ikat, ruang interfasikular dan jaringan ikat yang elastis, keadaan
ini memberikan bantalan sebagai proteksi terhadap tekanan. Serabutserabut saraf yang terletak superfisial agaknya melindungi serabut-serabut
saraf yang letaknya lebih dalam.
Di lain pihak jika tenaga mekanik externa terjadi secara tangensial
atau jika ada cedera terbatas yang disebabkan oleh pergerakan saraf tubuh
terhadap permukaan tulang yang keras, beberapa fasikel dapat terkena,
sedangkan lainnya selamat. Saraf-saraf yang mempersarafi otot lebih
rentan dari pada saraf kulit terhadap efek kompresi. Perbedaan ini
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Agarwal,
P.
2012.
Peroneal
Mononeuropathy.
From
JV.
2013.
Common
peroneal
nerve
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000791.htm,
dysfunction.
30
Oktober
2015
4. Kennedy JG, Baxter DE.2008. Nerve disorders in dancers. Clin Sports Med.
27(2):329-34.
5. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
6. Sotaniemi K.A. 1984. Slimmers ParalysisPeroneal Neuropathy During
Weight Reduction. J Neurol Neurosurgery Psychiatry. 47(5):5646.
7. Tortora GJ, Derrickson B. 2009. Principles of anatomy and physiology. 12nd
ed. United States of America : John Wiley & Sons, Inc
17