Anda di halaman 1dari 4

Nama : Heni Oktania

NIM : 201610230311022

Kelas
Jurusan

:A
: Pendidikan Dokter

PEMBENTUKAN KATA DAN ISTILAH


I. PENDAHULUAN
kata adalah kesatuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan melambangkan
satu pengertian. Satuan kata yang sudah diterapkan dalam stuan kalimat, maka
kata tersebut tidak mempunyai arti yng lepas lagi, tetapi sudah merupakan
kesatuan yang saling berhubungan mendukung arti atau makna kalimat setiap
perubahan bentuk kata akan membawa perubahan fungsi dan arti kata.
II. PEMBAHASAN
1. Kata Turunan (Kata Jadian)
Kata turunan atau kata jadian adalah kata yang sudah mengalami proses
morfologi, yaitu kata dasar yang sudah mendapat imbuhan, perulangan, atau
penambahan kata lain. Ada 3 jenis kata turunan atau kata jadian, yaitu:
a. Kata berimbuhan yaitu bentuk kata turunan dengan penambahan imbuhan
(afiks) terhadap kata dasar.
b. Kata ulang, yaitu bentuk kata turunan yang berbentuk dengan perulangan
kata.
c. Kata Gabung, yaitu bentuk kata turunan yang berbentuk dengan
persenyawaan dua buah kata atau lebih sehingga menumbuhkan arti baru.
2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami pengimbuhan (afiksasi)
Menurut posisinya, imbuhan (afiks) dapat dibedakan atas empat jenis,
a. Awalan (Prefiks), yaitu bentuk morfem terikat yang dibubuhkan di awal
kata, baik kata dasar, maupun kata itu sudah merupakan kata jadian.
Awalan-awalan dalam bahasa indonesia,antara lain : Me-(N), ber-, ter-,
ke-, se-, di-, pe- (N), per-, maha-.
b. Sisipan (Infiks), yaitu bentuk morfem terikat yang dibubuhkan atau lebih
tepat disisipkan di tengah kata dasar. Ada 3 jenis sisipan dalam bahasa
indonesia, yaitu sisipan er, el-, -em-,.
c. Akhiran (Sufiks) yaitu, bentuk morfem terikat yang dibutuhkan pada akhir
kata, baik itu kata dasar, maupun kata jadian. Akhiran-akhiran yang ada
dalam bahasa indonesia, antara lain : -an, -kan, -i, -ku, -mu, -nya, -wan,
-man, -wati, -lah, -kah.
d. Imbuhan gabung (Konfiks), yaitu bentuk morfem terikat yang dibubuhkan
secara gabungan antra awalan ,sisipan, dan akhiran.Cara-cara membentuk
imbuhan gabungan dapat dilakukan sebagai berikut.
d.1 Gabungan awalan dan awalan, seperti memper-, seper-, seke-, diper-,
dan sebagainya.Contoh: Memper + kuat = Memperkuat
d.2 Gabungan awalan dan sisipan, seperti : meng-, el-, -em-, dan
sebagainya. Contoh: Meng-el + getar = Menggeletar

d.3 Gabungan awalan dan akhiran, seperti : ke-an, me-i, me-kan, dan
sebagainya. Ke-an + duduk = Kedududkan
d.4 Gabungan sisipan dan akhiran, seperti: -em-an.
d.5 Gabungan awalan, sisipan, dan akhiran, seperti: Ber-em-an. Contoh:
Ber- em-an : bergemerlapan
d.6 Gabungan awalan, awalan, dan akhiran, seperti: memper-i, keter-an,
dan sebagainya. Contoh : Mem-per-i + baik = Memperbaiki
3. Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata Ulang (reduplikasi) adalah kata yang mengalami proses pengulangan,
baik sebagian ataupun seluruhnya dengan disertai perubahan-perubahan bunyi
ataupun tidak.
a. Jenis jenis Kata Ulang
Dalam bahasa indonesia kata ulang terbagi ke dalam 4 jenis.
a.1 Perulangan seluruh bentuk dasar
Perulangan ini disebut juga perulangan utuh dwilingga. Perulangan utuh
ada dua, yaitu : perulangan terhadap kata dasar dan perulangan terhadap
kata berimbuhan. Contoh: rumah-rumah, perumahan-perumahan.
a.2 Perulangan berimbuhan
Imbuhan tersebut ada yang melekat pada komponen pertama dan ada pula
yang melekat pada kmponen keduanya. Contoh:Tiga : ketiga-tiganya,
Kecil : sekecil-kecilnya.Catatan: ada sebagian ahli menggolongkan
contoh-contoh kata berimbuhan di atas ke dalam jenis perulangan
sebagian.
a.3 Perulangan berubah bunyi atau salin suara
Perubahan bunyi itu ada yang terjadi pada vokal dan ada pula yang pada
konsonan. Contoh: warna-warni, gerak-gerik.
a.4 Perulangan sebagian
Perulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk dasar. Perulangan ini
disebut juga dwipurwa. Contoh jenis perulangan ini adalah pepohonan
dan leluhur. Di samping itu, dikenal pula istilah kata ulang semu.
Contohnya, Kupu-kupu. Kura-kura, dan Uur-ubur. Kata-kata tersebut
sesungguhnya bukan kata ulang. Kata-kata tersebut tidak memiliki bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal adanya kata kupu, kura, dan
ubur.
b. Makna Kata Ulang
Kata ulang memiliki makna-makna sebagai berikut.
1. Banyak tak tentu, Contoh : rumah-rumah, anak-anak, pohon-pohon.
2. Banyak dan bermacam-macam, contoh : buah-buahan, sayur-sayuran.
3. Menyerupai atau tiruan dari sesuatu, contoh : mobil-mobilan, kudakudaan.
4. Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar, contoh :
kekanak-kanakan, pening-pening.
5. Saling berbalasan (resiprokal), contoh : tolong-menolong.
6. Menyatakan sangat/sungguh, Contoh: besar-besar, cantik-cantik.
7. Menyatakan santai/senang, contoh: membaca-baca, berjalan-jalan.
8. Menyatakan terus-menerus, contoh : bertanya-tanya, mencari-cari.

9. Menyatakan makin atau bertambah, contoh : meluap-luap, berkobarkobar.


10. Menyatakan beberapa/ waktu, contoh : berminggu-minggu, bertahuntahun,
11. Kolektif (gabungan), contoh : emapt-empat, kedua-duanya.
4. Kata Berklitika
Kata berklitika adalah kata yang mengandung klitika, baik pada bagian
awal, maupun pada bagian akhir kata. Klitika pada awal kata : ku- dan kau-.
Sedangkan klitika pada akhir kata: -ku, -mu, -nya, -kah, dan pah.
5. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah penggabungan dua kata atau lebih sedemikian rupa
sehingga merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan (menumbahkan arti baru).
Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata, tetapi gabungan kata itu secara
bersama-sama membentuk suatu makna baru. Kata majemuk yang telah melebur
menjadi kata baru dan sudah senyawa, yang morfem dasarnya sama sekali tidak
menonjol, disebut kata majemuk senyawa. Contoh : mahasiswa, mahaguru.
Ditinjau dari segi kelas kata/ jenis kata yang membentuknya, kata
majemuk terdiri atas:
a. Kata benda dan kata benda. Contoh : anak emas, kapal laut, kepala batu.
b. Kata benda dan kata kerja. Contoh : meja tulis, meja makan, kapal terbang.
c. Kata benda dan kata sifat. Contoh : sekolah tinggi, orang tua, rumah sakit.
d. Kata sifat dan kata bend. Contoh: tinggi hati, rendah hati, besar kepala.
e. Kata sifat dan kata sifat. Contoh : cerdik pandai, lemah lembut.
f. Kata bilangan dan kata benda. Contoh: dwiwarna, pancaindra, saptamarga.
g. Kata kerja dan kata kerja. Contoh: Pulang pergi, keluar masuk, naik turun.
Ditinjau dari segi hubungan kata yang membentuknya, kata majemuk
dapat dibedakan menjadi:
a. Morfem pertama merupakan prefiks. Contoh: prasejarah, praduga.
b. Morfem pertama merupakan pangkal kata. Contoh: kapal laut.
c. Morfem kedua merupakan pangkal kata. Contoh: mahaguru, bumiputera.
d. Morfem pertama dan kedua mempunyai hubungan sederajat. Contoh: tua
muda, pulang pergi. Naik turun, sanak saudara, ayah bunda.
III.PENUTUP
Kesimpulan
Pada awalanya, kata yag ada dalam bahasa indonesia adalah kata dasar. Oleh
karena tidak dapat menampung semua maksud, kata dasar tersebut mengalami
berbagai perubahan seperti: perubahahan kata turunan (afiksasi), perubahan gejala
(gejala bahasa), penjumlahan (kata majemuk), dan perulangan (kata ulang).
Daftar pustaka
Johannes dan Anton M.2007.Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Jakarta : Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai