Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. DEFINISI
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap
dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan
dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri
sendiri jarang trjadi dalam bentuk berlebihan atau kekurangan.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuhtetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan

cairan

dan

elektrolit

melibatkan

komposisi

dan

perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang


terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan

yang

lainnya;

jika

salah

satu

terganggu

maka

akan

berpengaruh pada yang lainnya.


B. FISIOLOGI
Cairan dan Elektrolit masuk melalui makanan, minuman dan
cairan

intravena(IV)

dan

di

distribusikan

ke

seluruh

tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan


yang lainnya. Jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada
yang lainnya. Cairan tubuh di bagi menjadi dua kelompok besar

yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler


adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. cairan intravaskuler (plasma)
adalah cairan di dalam sistem vaskuler. Cairan interstitial adalah
cairan yang terletak di antara sel. Sedangkan cairan transeluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan intraokuler dan sekresi
saluran cerna. Intravaskuler 5% berat badan, interstitial 15% berat
badan dan transseluler 40% berat badan.
Cairan intravaskuler dan interstitrial bersama-sama disebut extrasel
(ECF) . ECF adalah cairan tubuh dengan laju tinggi dikeluarkan
melalui urine kg/hari serta keringat dan uap panas (700/m/hari).
PENGATUR CAIRAN DAN ELEKTROLIT :
1. Ginjal
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada
fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi
garam dan darah, pengatur keseimbangan cairan asam basa darah,
dan pengatur ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal seperti glomerulus sebagai penyaing
cairan. Rata-rata setiap 1 liter darah mengandung 500 cc plasma
yang mengalir melalui glomerulus, 10 % disaring keluar. Cairan
yang tersaring (filtrar glomerulus), kemudian mengalir melalui
tubuh renalis yang sel-selnya menyerap semua bahan yang
dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi
oleh

vasomotorik

arteriolakutan

dengan

dengan
cara

kemampuan
vasodilatasi

dan

mengendalikan
vasokontriksi.

Banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam

kulit mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan. Proses


pelepasan

panas

kemudian

dapat

dilakukan

dengan

cara

penguapan.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu
dapat diturunkan dengan melepaskan air yang jumlahnya kurang
lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat dapat
diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, dan melalui kondisi
tubuh yang panas.
Proses pelepasan

panas

lainnya

dilakukan

melalui

cara

pemancaran, yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya.


Cara tersebut berupa cara konduksi dan konveksi. Cara konduksi
adalah

pengalihan

panas

ke

benda

benda

yang

disentuh,

sedangkan cara konveksi yaitu mengalirkan udara yang telah


panas ke permukaan yang lebih dingin.
3. Paru paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan
menghasilkan

insensible

water

loss

400

ml/hari.

Proses

pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahanperubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kemampuan
bernafas), misalnya orang yang olahraga berat.
4. Gastrointestinal
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini
sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangann cairan dapat melalui
mekanisme rasa haus yang dikontrol melalui sistem endokrin
(hormonal) yaitu anti diuretik hormon (ADH), sistem aldosteron,
prostaglandin, dan glukokortikoid.
5. Hormone ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air
sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.

Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis


posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel.
6. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan
berfungsi pada absorbsi natrium. Proses pengeluaran aldosteron
diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan
sistem angiotensin renin.
7. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium
dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga
terjadi retensi natrium.
C. KEBUTUHAN CAIRAN MANUSIA
Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan
komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan
batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sama dengan
kehilangan cairan dalam tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh. Maka tubuh
akan kehilangan cairan

antara lain melalui proses penguapan

ekspirasi . penguapan kulit, ginjal, ekskresi pada metabolisme.


Intake cairan adalah selama aktivitas dan temperatur sedang seorang
dewasa minum kira-kira 1500ml/hari sedangkan kebutuhan cairan
tubuh kira-kira 2500ml/hari sehingga kekurangan 1000ml perhari
diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses metabolisme.
Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang di perlukan berdasarkan
umur dan berat badan :

USIA

KEBUTUHAN AIR

3 Hari
1 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
10

Jumlah Air Dalam 24 Jam


250-300
1150-1300
1350-1500
1600-1800
2000-2500

Ml/kg Berat Badan


80-100
120-135
115-125
100-110
70-80

Tahun
14

2200-2700

50-60

Tahun
18

2200-2700

40-50

Tahun
Dewasa

2400-2600

20-30

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAIRAN TUBUH


1. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmoosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Dalam proses osmosis, tekanan osmosis merupakan kemampuan
partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila
terdapat dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka
larutan yang konsentrasi molekulnya lebih pekat dan tidak dapat
bergabung disebut koloid. Sedangkan larutan dengan kepekatan
yang sama dan dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut
kristaloid. Sebagai contoh ; koloid adalah apabila protein
bercampur dengan plasma, sedangkan larutan kristaloid adalah
larutan garam. Secara normal, perpindaha cairan menembus
membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik

ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena.


Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus
intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang
sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit ke intrasel. Larutan intravena
yang hipotonik, yaitu latutan yang mempunyai konsentrasi
kurang pekat dibandingkan dengan konsentrasi plasa darah. Hal
ini menyebabkan tekanan osmotik plasma akan lebih besar
dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial karena
konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan
interstisinal

dan

molekul

protein

lebih

besar,

sehingga

membentuk larutan koloid dan sulit untuk menembus membran


semipermeabel.
2. Membrane semipermeable
Merupakan penyaringan agar cairan yang bermolekul besar
tidak tergabung. Membran ini terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga
molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
E. JENIS JENIS CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Cairan zat gizi (Nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450
setiap hari . cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena
dalam

bentuk

karbohidrat,

nitrogen,

dan

vitamin

untuk

metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat


berkisar antara 200-1500 kalori per liter.
2. Blood volume expanders
jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma. Hal ini terjadi pada saat
pasien mengalami perdarahan berat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan

jumlah

volume

darah.

Jenis

blood

volume

expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengan


konsentrasi yang berbeda.
3. Jenis Elektrolit

Terdiri dari : cairan isotonik, hipotonik, hipertonik


Contohnya:
Cairan ringers, terdiri atas :Na,K, C1 dan, Ca.
Cairan ringers laktat, terdiri atas: Na,K,Mg, C1, Ca,

dan HCO.
Cairan buffer, terdiri atas: Na,K,Mg, C1,dan HCO.

F. MASALAH DALAM PEMENUHAN CAIRAN


1. Hipovolemi
Terjadi karena kekurangan pemasukan air atau pengeluaran
berlebihan.
Penyebab: Muntah,
2.

diare

berlebihan,Perdarahan

dan

Demam.

Hipervolemi
Terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi

isotonik sindrom ruang ke tiga berefek kekurangan vulume cairan


ekstrasel.
3.

Disebabkan

karena

infeksi

trauma.

Dehidrasi
Terjadi jika ada kehilangan cairan tanpa di sertai kehilangan

elektrolit yang proporsional faktor resiko terjadinya dehidrasi.


Penyebab:
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
Penurunan sekresi ADH.
Penurunan fungsi neurologis.
a. Dehidrasi berat
b. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
c. Serum natrium 159-166 mEq/ML.
d. Turgor kulit buruk.
e. Nadi dan pernafasan meningkat.
f. Kehilangan cairan mencapai >10% berat badan.
4. Dehidrasi sedang
a. Kehilangan cairan 2-4 atau antara 5-10% berat badan .
b. Serum natrium 152-158 mEq/L.
c. Mata cekung.

5. Dehidrasi ringan , dengan terjadinya kehilangan cairan


mencapai 5% berat badan atau
6.

1,5-2L.

Edema
Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga

tubuh.
Penyebab:
Peningkatan tekanan hidostatik.
penurunan tekanan asmotik plasma.
Sumbatan imfalik.
Retensi urine.
Kerusakan pembuluh darah kapiler.
Gangguan Elektrolit
1. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang di tandai dengan mual,muntah dan diare.
2. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma
tinggi yang di tandai dengan mukosa kering. Oliguria/anuria,
turgor kulir buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan,lidah kering dan kemerahan ,suhu badan naik.
3. Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di tandai
dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak
nafsu

makan,

muntah-muntah,perutnya

kembung,

denyut

jantungnya tidak beraturan.


4. Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah
tinggi . di tandai dengan adanya mual,hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare,
adanya kecemasan dan iritabilitas.
5. Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
ditandai dengan adanya kram otot, kram perut, kejang, bingung,
kesemutan pada jaridan sekitar mulut.
6. Hiperkalsemia

Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam darah


di tandai dengan adanya nyeri pada tulang,relaksasi otot, batu
ginjal,mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari
4,3mEq/L.
7. Hipomagnesia
Merupakan

kekurangan

kadar

magnesium

dalam

darah

ditandai dengan adanya iritabilitas,tremor,kram pada kaki dan


tangan, lakikardi, hipertensi,kadar magnesium dalam darah kurang
dari 1,3 mEq/L.
8. Hipermagnesia
Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah
ditandai dengan adanya koma,gangguan pernafasan,dan kadar
magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

Anda mungkin juga menyukai