Anda di halaman 1dari 7

Infrastruktur Ekonomi Islam

Asuransi Syariah

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekonomi Syariah
Yang dibina oleh Prof. Dr. HM. Bambang Banu Siswoyo, MM

Disusun Oleh :
Abrita Precillia Putri
Pratiwi
140413600589
140413606214
Greciana Mukti Suwandi

130411604485
Dwi Puji
Galuh Nidya Widiyanti
140413600372

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
1. Pengertian Asuransi

Menurut pasal 246 kitab undang-undang perniagaan, asuransi adalah suatu


persetujuan dimana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang dijamin
untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang
mungkin diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang
belum jelas akan terjadi.
Asuransi dalam Islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling
memikul resiko diantara sesama orang , sehingga antara satu dengan yang
lainnya menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini
dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan dimana masing-masing
mengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarru) yang ditunjuk untuk
menanggung resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan
surah Al Maidah(5):2 Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.
Sedangkan menurut (Firdaus, 2005:60) Asuransi disebut pula takaful, tamin,
atau tadha-mun, yaitu suatu usaha saling melindungi dan tolong menolong
diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru
melalui akad sesuai dengan syariah.
Jadi Asuransi adalah sebuah akad pertanggungan yang mengharuskan
penanggung (muamin) atau dalam hal ini adalah perusahaan untuk
memberikan kepada nasabah atau kliennya (Muamman) sejumlah harta
sebagai konsekwensi daripada akad itu, baik itu berbentuk imbalan, gaji atau
ganti rugi barang dalam bentuk apapun sesuai dengan yang tertera dalam akad
ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau terbuktinya sebuah bahaya
yang tertera dalam akad (transaksi), sebagai imbalan uang (premi) yang
dibayarkan secara rutin, berkala maupun secara kontan dari klien atau nasabah
tersebut kepada perusahaan asuransi (muammin) disaat hidupnya.
2. Prinsip-Prinsip Dalam Asuransi Syariah
Beberapa prinsip yang terkandung dalam asuransi Syariah yaitu :
Saling bekerja sama atau Bantu-membantu. Seorang muslim bagian dari
sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, seorang muslim dituntut
mampu merasakan dan memikirkan saudaranya yang akan menimbulkan
sikap saling membutuhkan dalam menyelesaikan masalah. Dan tolongmenolonglah kamu (dalam mengerjakan) kebaikan dan taqwa. Dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
(QS.Al Maidah[5];2)
Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.
Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yabg apabila satu anggota
badan terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan.
Maka saling membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat. Adapun terhadap anak
yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap
orang meminta-minta maka jangalah kamu menghardiknya.
(Adh.Duiha[93]9-10)

Sesama muslim saling bertanggungjawab. Kesulitan seorang muslim


dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama muslim. Sebagaimana
dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103, Dan peganglah
kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah)
bermusuh-musuhan, maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu menjadikan
kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.
Menghindari unsur gharar, maysir, dan Riba.
3. Macam-Macam Asuransi
Pelaksanaan asuransi di berbagai Negara bermacam-macam pola dan
sistemnya. Hal ini terjadi karena bermacam-macam pula sesuatu yang
diasuransikan. Untuk lebih jelasnya, Fachruddin (1985: 205-209) dan Suhendi
(2008:307-309) menyebutkan macam-macam asuransi sebagai berikut :
Asuransi Timbal Balik
Asuransi timbal balik adalah beberapa orang memberikan iuran tertentu
yang dikumpulkan dengan maksud meringankan atau melepaskan beban
seseorang dari mereka saat mendapat kecelakaan. Jika uang yang
dikumpulkan tersebut telah habis, dipungut lagi iuran yang baru untuk
persiapan selanjutnya, demikianlah seterusnya.
Asuransi Dagang
Asuransi dagang adalah beberapa manusia yang senasib bermufakat dalam
mengadakan pertanggungjawban bersama untuk memikul kerugian yang
menimpa salah seorang anggota mereka. Apabila timbul kecelakaan yang
merugikan salah seorang anggota kelompoknya yeng telah berjanji itu,
seluruh orang yang tergabung dalam perjanjian tersebut memikul beban
kerugian itu dengan cara memungut derma (iuran) yang telah ditetapkan
atas dasar kerja sama untuk meringankan teman semasyarakat.
Asuransi Pemerintah
Asuransi pemerintah adalah menjamin pembayaran harga kerugian kepada
siapa saja yang menderita diwaktu terjadinya suatu kejadian yang
merugikan tanpa mempertimbangkan keuntungannya, bahkan pemerintah
menanggung kekurangan yang ada kerena uang yang dipungut sebagai
iuran dan asuransi lebih kecil daripada harga pembayaran kerugian yang
harus diberikan kepada penderita diwaktu kerugian itu terjadi. Asuransi
pemerintah dilakukan secara obligator atau paksaan dan dilakukan oleh
badan-badan yang telah ditentukan untuk masing-masing keperluan.

Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah asuransi atas jiwa orang-orang yang
mempertanggungkan atas jiwa orang lain, penanggung (ansurador) berjanji
akan membayar sejumlah uang kepada orang yang disebutkan namanya

dalam polis apabila yang mempertanggungkan (yang ditanggung)


meninggal dunia atau sesudah melewati masa-masa tertentu.
Asuransi atas Bahaya yang Menimpa Badan
Asuransi atas bahaya yang menimpa badan adalah asuransi dengan
keadaan-keadaan tertentu pada asuransi jiwa atas kerusakan diri seseorang,
seperti asuransi mata, asuransi telinga, asuransi tangan, atau asuransi atas
penyakit tertentu. Asuransi ini banyak dilakukan oleh buruh-buruh industri
yang menghadapi bermacam-macam kecelakaan dalam menunaikan
tugasnya.
Asuransi terhadap Bahaya Pertanggung-jawaban Sipil
Maksud asuransi terhadap bahaya-bahaya pertanggungjawaban sipil adalah
asuransi yang diadakan terhadap benda-benda seperti asuransi rumah,
perusahaan, mobil, kapal udara dan yang lainnya.
4. Ketentuan Operasi Asuransi Syariah
Dalam menjalankan operasinya, asuransi syariah harus berpegang pada
ketentuan yang sesuai dengan syariah Islam dengan mempertimbangkan
larangan yang harus dihindari yaitu ghahar (ketidakpastian), maysir
(perjudian), riba (bunga) barang haram dan maksiat. Untuk mendukung
system tersebut perlu akad yang tepat.
Ketentuan umum sebagai berikut:
a. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung penipuan
(gharar), perjuadian (masyir), riba, penganiayaan (zhulum), suap
(risywah), barang haram dan maksiat.
b. Akad Tijarah, yang mempunyai tujuan komersial yaitu mencari
keuntungan.
c. Akad Tabarru, yang mempunyai tujuan non profit yaitu untuk kebajikan
dan tolong menolong, bukan untuk tujuan komersial. Poin penting dalam
akad Tabarru yaitu:
Kesepakatan peserta untuk saling tolong menolong (taawun)
Hak dan kewajiban nasabah serta perusahaan
Ketentuan boleh tidaknya kontribusi ditarik kembali nasabah dalam hal
terjadi pembatalan nasabah asuransi
Ketentuan alternative dan presentase pembagian surplus underwriting
d. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberi asuransi sesuai
dengan kesempatan dalam akad
e. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan didalam akad.

Akad dalam asuransi:


a. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad
tijarah dan akad tibarru
b. Akad tijarah yang dimaksud adalah mudharabah. Sedangkan akad yang
dimaksud tabarru adalah hibah.

c. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan:


Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan.
Cara dan waktu pembayaran premi.
Jenis akad tijarah dan akad tabbaru serta syarat yang disepakati
bersama, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Kedudukan para pihak dana akad tijarah dan tabarru
a. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul al-maal (pemegang
polis).
b. Dalam akad tabarru (hibah), peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan
perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah.
Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru
a. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabrru bila pihak yang
bertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan
kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibanya.
b. Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi akad tijarah.
Jenis asuransi dan akadnya
a. Dipandang dari segi asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi
jiwa.
b. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan
hibah.
Premi
a. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad
tabarru.
b. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan, misalnya table moralita untuk asuransi jiwa dan
table morbidita untuk ausransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukan
unsur riba dalam perhitungannya.
Klaim
a. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
c. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan
merupakan kewajiabn perusahaan untuk memnuhinya.
d. Klaim atas akad tabarru merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
Investasi

a. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana


yang terkumpul.
b. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah
Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan yang
berlandaskan prinsip syariah.
Pengolahan

Pengolahan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga


yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
Perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana
yang terkumpul atas dasar akad ijarah (mudharabah).
Perusahaan asuransi syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana
akad tabarru (hibah).
5. Metode Bagi Hasil yang Dijalankan dalam Asuransi Syariah
Transaksi bisnis syariah identik dengan bagi hasil, tak terkecuali asuransi
Syariah. Berikut metode bagi hasil yang dijalankan :
Surplus operasional diberikan kepada pemegang polis tanpa
memperhatikan apakah pemegang polis tersebut telah menerima atau
belum klaim ganti rugi
Surplus operasional diberikan kepada pemegang polis yang belum
pernah menerima klaim ganti rugi
Surplus operasional dibagi kepada pemegang polis yang belum pernah
menerima klaim ganti rugi
Surplus operasional dibagi kepada pemegang polis dengan
mempertimbangkan besarnya kontribusi premi yang telah dibayarkan
Surplus operasional dibagi antara peserta asuransi dengan perusahaan
asuransi
Surplus operasional dibagi dengan metode lain sesuai dengan
kesepakatan
6. Produk Asuransi Syariah
Ada tiga jenis kategori produk asuransi syariah, yaitu:
a. Takaful individu, memberikan perlindungan dan perencanaan yang bersifat
pribadi dan dibagi menjadi beberap jenis berikut:
Takaful dana investasi, menjamin dan memberikan perlindungan
hari tua/ menjadi jaminan bagi ahli waris apabila nasabah
meninggal lebih awal
Takaful dana haji, perlindungan dana perorangan yang berencana
menunaikan ibadah haji
Takaful dana siswa, memberikan jaminan pendidikan
Takaful dana jabatan, memberi jaminan santunan bagi ahli waris
dari nasabah yang menduduki jabatan penting setelah meninggal
atau tidak bekerja lagi pada masa jabatannya

b. Takaful grup, memberi perlindungan dan perencanaan untuk pribadi dan


kelompok, dibagi dalam beberapa jenis berikut:
Takaful al-Khairat dan tabungan haji, perlindungan bagi karyawan
yang ingin ibadah haji, didanai dari iuran bersama dengan
keberangkatan bergilir
Takaful kecelakaan siswa, memberi proteksi pelajar dari resiko
kecelakaan
Takaful wisata dan perjalanan, memberikan proteksi peserta wisata
dari resiko kecelakaan
Takaful kecelakaan grup, memberikan proteksi santunan karyawan
dalam perusahaan
Takaful pembiayaan, proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang
meninggal dalam masa perjanjian
c. Takaful umum, memberi perlindungan dan perencanaan yang bersifat
umum, dibagi dalam beberapa jenis berikut:
Takaful kebakaran, perlindungan dari kerugian yang disebabkan
kebakaran
Takaful kendaraan bermotor, perlindungan terhadap kerugian pada
kendaraan bermotor
Takaful rekayasa, perlindungan terhadap kerugian pada pekerjaan
pembangunan
Takaful pengangkutan, perlindungan dari kerugian pada semua
barang setelah dilakukan pengangkutan
Takaful rangka kapal, perlindungan dari kerusakan mesin
khususnya mesin kapan dan rangka kapal yang disebabkan
kecelakaan atau musibah
7. Hubungan Asuransi Syariah dengan Infrastruktur Ekonomi Islam
Ekonomi syariah merupakan ilmu yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam. Ekonomi syariah dikenal
juga dengan sistem ekonomi koperasi yang berprinsip gotong royong. Islam
menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin dan
melarang penumpukan kekayaan.
Pertumbuhan ekonomi syariah meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa
perkiraan industri terkait ekonomi syariah seperti perbankan syariah dan
asuransi syariah mendukung kenaikan tersebut. Dalam hal ini asuransi syariah
memegang posisi keempat dunia akan tumbuh sebesar 20% pada tahun 2015.
Kesadaran masyarakat dalam memilih produk-produk keuangan berbasis
syariah menyebabkan pertumbuhan ekonomi islam semakin pesat. Hal
tersebut terjadi lantaran sistem yang digunakan dalam ekonomi islam ialah
sistem yang berbasis tolong-menolong dan bantu-membantu kepada siapapun
yang membutuhkan pertolongan.

Anda mungkin juga menyukai