Radikulopati Lumbal
Oleh :
RADIAN RENDRA TUKAN
1102012222
Dokter Pembimbing:
dr. Sofie Minawati, SpS
KEPANITERAAN KLINIK
STASE NEUROLOGI
PERIODE 24 OKTOBER 2016 25 NOVEMBER 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
1.Definisi
Radikulopati lumbal sering juga disebut Skiatika. Radikulopati adalah suatu keadaan yang
berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang dapat
mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal.1
Radikulopati lumbal merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbal yang disebabkan
oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal. Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri
punggung bawah (low back pain) sering didapatkan.2
2.Anatomi
7 servikal
12 thorakal
5 lumbal
5 Sakral
4 coccygeus
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan
tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus
vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus
2
spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika
tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum
tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah
yang disebut foramen intervertebrale.1
Anatomi Lumbal
Persyarafan 3
Fungsi
Otot
Saraf
Nervus Femoralis
Fleksi dan endorotasi pinggul,
Fleksi dan endorotasi tungkai bawah,
Ekstensi tungkai bawah pada tungkai lutut
M. iliopsoas
M. sartorius
M. quadriseps femoris
L1 L3
L2 L3
L2 L4
Nervus Obturatorius
Aduksi Paha
M. pektineus
M. aduktor longus
M. aduktor brevis
L2 L3
L2 L3
L2 L4
3
M. aduktor magnus
L3 L4
M. grasilis
L2 L4
Aduksi dan Eksorotasi Paha
M. obturator eksternus L3 L4
Nervus Glutealis Superior
Abduksi dan endorotasi paha
M. gluteus dan minimus L4 S1
Fleksi tungkai atas pada pinggul: abduksi M. tensor fasia lata
L4 L5
dan endorotasi
M. piriformis
L5 S1
Eksorotasi paha dan abduksi
Nervus Glutealis Superior
Ekstensi paha dan pinggul, eksorotasi paha
M. gluteus maksimus
L4 S2
M. obturator internus
L5 S1
Mm. Gemeli
M. quadratus
L4 S1
Nervus Skiatikus
Fleksi tungkai bawah
M. biseps femoris
L4 S2
M. semitendinosus
L4 S1
M. semimembranosus
L4 S1
Nervus Peronealis Profunda
Dorsofleksi dan supinasi kaki
M. tibialis anterior
L4 L5
Ekstensi kaki dan jari-jari kaki
M. ekstensor digitorum longus L4 S1
Ekstensi jari kaki II V
M. ekstensor digitorum brevis
Ekstensi ibu jari kaki
M. ekstensor halusis longus
Ekstensi ibu jari kaki
M. ekstensor halusis brevis
3.Epidemiologi
Melalui survei epidemiologi menunjukkan insiden radikulopati setiap tahunnya mencapai
83 per 100.000 orang. Individu dengan radikulopati berusia antara 13 sampai 91 tahun,
dimana pria (18,2%) lebih sering terkena dibanding wanita (13,6%). Sekitar 80% penduduk
di negara industri pekerja yang mengangkat beban berat & duduk dalam jangka waktu lama.
Sekitar 20% terjadi pada orang tua.2
4.Etiologi
Terdapat faktor-faktor penyebab terjadinya radikulopati lumbal, yaitu disebabkan oleh
iritasi atau kompresif radiks saraf daerah lumbal.
1) Proses Kompresif merupakan kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga
mengakibatkan radikulopati adalah :2
a. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus
b. Fraktur kompresif
c. Skoliosis
d. Spondilosis
e. Spondilolistesis dan Spondilolisis
f. Stenosis Spinal
2) Proses Infeksi
Guillain Barre syndrome
3) Proses Degenenratif
Diabetes millitus
5.Patofisiologi
1. Proses Kompresif pada Lumbal Spinalis
Pergerakan antara vertebral L4-L5 dan L5-S1 lebih leluasa sehingga lebih sering
terjadi gangguan. Vertebra lumbalis memiliki beban yang besar untuk menahan
bagian atas tubuh sehingga tulang, sendi, nukleus, dan jaringan lunaknya lebih
besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses degenerasi dimulai pada usia lebih awal
seperti pada masa remaja dengan degenerasi nukleus pulposus yang diikuti protusi
atau ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat penting adalah arah protusi ke
posterior, medial, atau ke lateral yang menyebabkan tarikan malah robekan nukleus
fibrosus.2
Protusi diskus posterolateral diketahui sebagai penyebab kompresi dari radiks.
Protusi diskus dapat mengenai semua jenis kelamin dan berhubungan dengan
riwayat trauma sebelumnya. Bila proses ini berlangsung secara progresif dapat
terbentuk osteofit. Permukaan sendi menjadi malformasi dan tumbuh berlebihan,
kemudian terjadi penebalan dari ligamentum flavum. 2
Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini terjadi sepanjang vertebra
lumbalis, sehingga menyebabkan kanalis menjadi tidak bulat dan membentuk
trefoil axial shape. Pada tahap ini prosesnya berhubungan dengan proses
penuaan. Stenosis kanalis vertebra lumbalis sering mengenai laki-laki pekerja usia
tua.2Sendi faset (facet joint), nukleus, dan otot juga dapat mengalami perubahan
degeneratif dengan atau tanpa kelainan pada diskus.2
terjadi pada satu sisi dorsolateral atau sisi lainnya (terkadang pada bagian dorsomedial)
akan menyebabkan penekanan pada satu atau lebih radiks saraf.4
Herniasi ke arah superior atau inferior melalui lempeng kartilago masuk kedalam
korpus vertebrata dinamakan sebagai nodul schmorl. Kebanyakan herniasi terjadi pada
arah posterolateral sehubungan dengan faktor-faktor nukleus pulposus yang cenderung
terletak lebih posterior dan adanya ligamentum longitudinalis posterior yang cenderung
memperkuat annulus fibrosus di posterior tengah.
Mula-mula nukleus fibrosus mengalami herniasi melalui cincin konsntrik annulus
fibrosus yang robek, dan menyebabkan cincin lain dibagian luar yang masih intak
menonjol setempat atau disebut protrusio diskus. Bila proses tersebut berlanjut,
sebagian materi nukleus akan menyusup keluar diskus (diskus ekstruksi) ke anterior
ligament longitudinalis posterior (herniasi diskus subligamentus) atau terus masuk
kedalam kanalis spinalis (hernia diskus fragmen bebas). Prostrusio atau ekstruksi
diskus posterolateral akan menekan akar saraf ipsilateral pada tempat keluarnya saraf
dari kantong dura, jepitan saraf akan menampilkan gejala dan tanda radikuler sesuai
dengan distribusi persarafannya. Heriniasi diskus sentral yang signifikan dapat
melibatkan beberapa elemen kauda equina pada kedua sisi sehingga menimbulkan
radikulopati bilateral atau bahkan gangguan spincter seperti retensio urine.
Herniasis diskus
B. Fraktur Kompresif Lumbal
Pada fraktur yang bersifat kompresif, bila terjadi penekanan pada radiks atau
penyempitan pada foramen intervertebral yang dapat mengenai satu atau lebih radiks
saraf akan menimbulkan defisit neurologi.4
Penyebab terjadinya fraktur kompresi vertebra adalah sebagai berikut:
Trauma langsung ( direct )
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan
tulang seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan
benda keras oleh kekuatan langsung.
7
Fraktur Kompresif
C. Skoliosis
Skoliosis umumnya terjadi pada orang dewasa dengan keluhan utama nyeri
punggung. Keadaan ini sering berhubungan dengan lengkungan lumbal dan
torakolumbal. Nyeri tersebut disebabkan oleh adanya proses degeneratif pada sendi
faset lengkungan itu sendiri.4
Scoliosis
D. Spondilosis
Spondilosis merupakan penyakit degeneratif pada tulang belakang. Bila usia
bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang belakang, yang terdiri
dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan ke semua arah dari annulus
fibrosus. Annulus mengalami kalsifikasi dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir
tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan penyempitan
rongga
intervertebra,
sendi
intervertebra
dapat
mengalami
subluksasi
dan
Spondilosis
E. Spondilolitesis
Spondilolistesis adalah pergeseran ke arah depan dari satu korpus vertebra terhadap
korpus vertebra dibawahnya. Hal ini paling sering terjadi pada spondilolisis, yaitu suatu
kondisi dimana bagian posterior unit vertebra menjadi terpisah, menyebabkan
hilangnya kontinuitas antara prosesus artikularis superior dan inferior. Spondilolistesis
diduga disebabkan oleh fraktur arkus neural segera setelah lahir, walaupun ini jarang
simtomatis sampai dewasa; usia rata-rata pasien yang mencari pengobatan adalah 35
tahun. Lokasi yang paling sering dari keterlibatan adalah L5, yang mengalami
subluksasi terhadap sakrum. Yang lebih jarang ialah terjadi akibat penyakit degeneratif
tulang belakang, ini biasanya meliputi L5 atau L4.4
Gejala paling sering adalah nyeri punggung bawah, biasanya dimulai pada usia
yang lebih dini dan perlahan-lahan memburuk, yang diperkuat oleh gerakan ekstensi.
Tetapi, nyeri dapat timbul mendadak bila ada cedera. Nyeri tungkai akibat kompresi
radiks saraf kurang sering ditemukan. Bila deformitas berat maka kauda ekuina dapat
terkena kompresi.4
Grade spondilolitesis
10
F. Spondilitis Tuberculosis
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang
mengenai tulang vertebra. Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai
paraplegi atau defisit neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra
Th 8-L3 dan paling jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus
vertebra, sehingga jarang menyerang arkus vertebra.
Berdasarkan lokasi infeksi awal pada korpus vertebra dikenal tiga bentuk
spondilitis :
1) Peridiskal / paradiskal
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di bawah
ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak ditemukan pada
orang dewasa. Dapat menimbulkan kompresi, iskemia dan nekrosis diskus.
Terbanyak ditemukan di regio lumbal.
2) Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga
disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering
menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain 5 sehingga
menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang
bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak di temukan di regio torakal.
3) Anterior
Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan
dibawahnya. Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di
bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga
disebabkan karena adanya pulsasi aortik yang ditransmisikan melalui abses
prevertebral dibawah ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya
perubahan lokal dari suplai darah vertebral.
4) Bentuk atipikal
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
diidentifikasikan. Termasuk didalamnya adalah tuberkulosa spinal dengan
keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis
tanpa keterlibatan tulang (tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus
transversus dan spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
posterior. Insidensi tuberkulosa yang melibatkan elemen posterior tidak diketahui
tetapi diperkirakan berkisar antara 2%-10%.
11
Di regio lumbar abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak yang
terjadi di atas atau di bawah lipat paha. Pasien tampak berjalan dengan lutut dan hip
dalam posisi fleksi dan menyokong tulang belakangnya dengan meletakkan tangannya
diatas paha. Adanya kontraktur otot psoas akan menimbulkan deformitas fleksi sendi
panggul.
Penyebab timbulnya paraplegia pada spondilitis TB : (a) Tekanan eksternal pada
korda spinalis dan duramater Dapat disebabkan oleh karena adanya granuloma di
kanalis spinalis, adanya abses, material perkijuan, sekuestra tulang dan diskus atau
karena subluksasi atau dislokasi patologis vertebra. Secara klinis pasien akan
menampakkan kelemahan alat gerak bawah dengan spastisitas yang bervariasi, tetapi
tidak tampak adanya spasme otot involunter dan reflek withdrawal. (b) Invasi
duramater oleh tuberkulosa Tampak gambaran meningomielitis tuberkulosa atau
araknoiditis tuberkulosa. Secara klinis pasien tampak mempunyai spastisitas yang berat
dengan spasme otot involunter dan reflek withdrawal. Prognosis tipe ini buruk dan
bervariasi sesuai dengan luasnya kerusakan korda spinalis. Secara umum dapat terjadi
inkontinensia urin dan feses, gangguan sensoris dan paraplegia.
G. Stenosis Spinal
Stenosis spinal merupakan penyempitan kanal medulla spinalis yang mungkin
terjadi secara kongenital atau menyempit karena penonjolan annulus, hipertrofi sendi
faset, atau ligamen longitudinal posterior yang tebal atau mengeras, sehingga menekan
saraf yang mengandung beberapa radiks.4
Penyempitan kanalis lumbalis dapat disebabkan oleh pedikel yang pendek karena
kongenital, lamina dan sendi faset yang tebal, kurva skoliosis, dan lordotik.
Kebanyakan kasus merupakan idiopatik dan sering terjadi pada usia pertengahan dan
usia tua. 5
2. Proses Inflamasi
12
A. GuillainBarr syndrome
Guillain Barre syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan tubuh
manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi
berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelemahan dan
paralisis yang terjadi pada GBS disebabkan karena hilangnya myelin, material yang
membungkus saraf. Hilangnya myelin ini disebut demyelinisasi. Demyelinisasi menyebabkan
penghantaran impuls oleh saraf tersebut menjadi lambat atau berhenti sama sekali. GBS
menyebabkan inflamasi dan destruksi dari myelin dan menyerang beberapa saraf. Oleh
karena itu GBS disebut juga Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy
(AIDP). Gejala pertama dari kelainan ini derajatnya bervariasi meliputi kelemahan atau
sensasi kesemutan pada kedua tungkai kaki. Dalam banyak kasus kelemahan simetris dan
sensasi abnormal menyebar ke lengan dan tubuh bagian atas. Gejala ini dapat meningkatkan
intensitas sampai otot-otot tertentu tidak dapat digunakan sama sekali dan, bila berat, pasien
GBS hampir mengalami lumpuh total. Dalam kasus-kasus gangguan yang mengancam
kehidupan - berpotensi mengganggu pernapasan dan, pada saat yang bersamaan, dengan
gangguan tekanan darah atau denyut jantung - dan dianggap sebagai kegawatdaruratan medis.
Pasien GBS sering memakai ventilator untuk membantu pernapasan dan diawasi dengan ketat
untuk masalah seperti detak jantung yang tidak normal, infeksi, pembekuan darah, dan
tekanan darah tinggi atau rendah.
Guillain-Barr dapat mempengaruhi siapa pun. Hal ini bisa menyerang pada usia
berapa pun dan kedua jenis kelamin sama-sama rentan terhadap gangguan tersebut. Sindrom
ini jarang terjadi, namun, hanya menyerang sekitar satu orang dalam 100.000 populasi.
Biasanya Guillain-Barr terjadi beberapa hari atau minggu setelah pasien memiliki gejala
infeksi virus pernapasan atau pencernaan. Kadang-kadang operasi akan memicu sindrom.
Dalam kasus yang jarang vaksinasi dapat meningkatkan risiko GBS.
Setelah manifestasi klinis pertama dari penyakit, gejala dapat berkembang selama
beberapa jam, hari, atau minggu. Kebanyakan pasien GBS mencapai tahap kelemahan
terbesar dalam 2 minggu pertama setelah gejala muncul. Gejala-gejala yang dapat timbul
pada pasien GBS adalah kehilangan sensitivitas, seperti kesemutan, kebas (mati rasa), rasa
terbakar, atau nyeri, dengan pola persebaran yang tidak teratur dan dapat berubah-ubah.
Kelumpuhan pada pasien GBS biasanya terjadi dari bagian tubuh bawah ke atas atau dari luar
ke dalam secara bertahap, namun dalam waktu yang bervariasi. Pada pasien GBS parah,
kerusakan dapat berdampak pada paru-paru dan melemahkan otot-otot pernapasan sehingga
diperlukan ventilator untuk menjaga pasien agar tetap bertahan. Kondisi pasien dapat
bertambah parah karena kemungkin terjadi infeksi di dalam paru-paru akibat berkurangnya
13
14
15
6.Manifestasi Klinis
Radikulopati sering ditandai oleh satu atau lebih dari gejala berikut:6
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra
hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal dan diperhebat
oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang distribusi
dermatom radiks yang bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan. Refles tendon pada
daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau bahkan menghilang.
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada
servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di radiks
posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.
Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena
nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati
setinggi segmen torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal
maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan timbul nyeri
pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.3
Pada Radikulopati Lumbal terdapat nyeri punggung bawah disertai nyeri pada kaki, tapi
nyeri pada kaki lebih menjadi pertanda daripada nyeri punggung bawah. Berikut gejala
umum yang biasa muncul:6
Nyeri punggung bawah.
Sakit terus-menerus pada satu sisi pantat atau kaki, tapi jarang kedua sisi kanan
dan kiri
Nyeri yang berasal dari pinggang atau pantat dan berlanjut di sepanjang
jalur saraf siatik di bagian belakang paha dan ke tungkai bawah dan kaki
Nyeri yang biasanya digambarkan sebagai tajam.
Beberapa pengalaman sensasi mati rasa atau kelemahan, atau tusukan-tusukan
bawah kaki
Sakit parah yang dapat membuat sulit untuk berdiri atau duduk, nyeri yang terasa
lebih baik ketika pasien berbaring.
a. Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka yang menjalar hingga ke bokong, paha, betis, dan
kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava Maneuvers (seperti : batuk, bersin,
atau mengedan saat defekasi).
16
b. Pada rupture diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila penderita sedang
duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita
akan menjaga lututnya dalam keadaan fleksi dan
menumpukan berat badannya pada bokong yang
berlawanan.
Ketika
akan
berdiri,
penderita
17
7. Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, adalah penting untuk melakukan anamnesa terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dengan trauma atau infeksi dan
rekurensi. Harus ditanyakan karakter nyeri, distribusi dan penjalarannya, adanya paresthesia
dan gangguan subjektif lainnya, adanya gangguan motorik (seperti kelemahan dan atrofi
otot). Juga perlu diketahui gejala lainnya seperti gangguan pencernaan dan berkemih,
anestesia rektal/genital.3
18
19
a) Bragards sign
b) Spurlings sign
tekanan
intrakranial
meningkat.
Meningkatnya
tekanan
20
Naffziger test
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan
structural.5
2. MRI dan CT-Scan
MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi
kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi
medulla spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui
beratnya perubahan degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki
keunggulan dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya potongan sagital dan
dapat memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf
yang jelas,sehingga MRI merupakan prosedur skrining yang ideal untuk
menyingkirkan diagnose banding gangguan structural pada medulla spinalis
dan radiks saraf.4,5
CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan
baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra. Namun demikian, sensitivitas CT-Scan tanpa myelography
dalam mendeteksi herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.4
3. Myelography
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail, terutama elemen
osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif, karena melibatkan
21
22
tertentu.
Dosis dan penggunaan : Dewasa : 100 300 mg 1x1 hari pada malam hari
Muscle Relaxants
Contoh : Cyclobenzaprine
Mekanisme Aksi : Relaksan otot rangka yang bekerja secara sentral dan
menurunkan aktivitas motorik pada tempat asal tonik somatic yang
Antikonvulsan
23
a. Akut : imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi tubuh
dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin), masase, traksi (tergantung
b.
4. Invasif nonbedah
5. Bedah
Indikasi operasi pada HNP :
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu : nyeri berat /
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
24