DISUSUN OLEH
KELOMPOK
NAMA ANGGOTA
:5
:
1. ROY YINI
2. SANDRA WULANDRA PUTRI
3. TRI UTAMI
4. TRIA FEBRI RAMADHANIA
5. WINDI FIBRAILI
KELAS
DOSEN PEMBIMBING
: 1. A
: Luci Fransisca S.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,Alhamdulillahirobbil `Alamin, segala puji kita ucapkan kepada Sang
Maha Pencipta yang telah memberikan rahmat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang berkaitan dengan pemberian obat pada klien.Dalam hal
ini berkaitan dengan rute dalam pemberian obat dimana terdapat cara-cara dimana seorang
perawat professional mampu memberikan obat pada klien dengan baik dan benar.
Namun dalam proses pembuatan makalah ini, kami sangat menyadari akan banyaknya
kekurangan dan masih sangat butuh masukan-masukan dari setiap pembaca .
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritis dan saran dalam pembuatan makalah ini
agar kedepan nanti jika kami membuat makalah lagi , banyak kesempurnaan terkait dengan
evaluasi dari kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
ii
Daftar isi
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
12
22
DAFTAR PUSTAKA
23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam profesi kita sebagai perawat tentu saja kita akan selalu di hadapkan dengan
obat-obatan dan cara pemakaiannya serta bagaimana mengatur obat-obatan yang harus di
gunakan oleh pasien serta harus mampu mempersiapkan obat yang sesuai dengan yang di
anjurkan, persiapan tentang cara pemberian obat dan observasi secara tepat terhadap cara
obat-obatan tersebut bekerja.Dengan kata lain, seorang dokter dapat berkolaborasi dengan
perawat yang memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ini.
Seorang perawat professional harus mampu memberikan rute obat yang sesuai pada
kliennya.Pilihan rute pemberian obat yang sesuai bergantung pada kandungan obat dan efek
yang digunakan serta kondisi fisik dan mental klien.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana rute pemberian obat yang tepat ?
Bagaimana peran perawat dalam pemberian obat melalui rute-rute?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana rute dalam pemberian obat yang tepat dan peran
perawat di dalamnya
1.4 Manfaat
Agar pembaca terutama perawat dan seluruh tenaga kesehatan mampu memahami
bagaimana memberikan obat dengan rute yang tepat sehingga tidak terjadi suatu kesalahan
atau kelalaian yang dapat merugikan pasien maupun perawat itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Perawat dalam Pengobatan
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan
pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun
juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang
manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki
peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan
jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta
bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan
tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep
obat yang diberikan harus tepat.
B. Prinsip Pemberian Obat
1. Pasien yang Benar
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya
tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
5. Waktu yang Benar
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum
dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari
iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Dokumentasi yang Benar
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat
C. Cara Penyimpanan Obat
1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil
(rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masingmasing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat
sejuk < 15C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 10C, vaksin cacar air
harus < 5C.
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan
terkunci.
3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan
dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening
menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat dihancurkan oleh
asam. Pada usus luas permukaan penyerapan memungkinkan penyerapan (absorpsi) dapat
lebih cepat dan sempurna, karena dicapai melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa, dan kripta
mukosa serta mikrovili.
1. Pemberian Sublingual
Pemberian obat secara Sublingual dilakukan dengan cara diletakkan di bawah lidah,
kemudian larut dan mudah diabsorpsi. Obat yang diberikan secara Sublingual tidak boleh
ditelan, jika obat ditelan maka efek yang diinginkan tidak akan tercapai.
Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual : Gliserin
Prosedur pemberian obat sublingual :
persiapan
Persiapan Klien
a. Cek perencanaan Keperawatan klien
b.
Klien
diberi
penjelasan
tentang
prosedur
yang
akan
dilakukan
Persiapan Alat
a. Obat yang sudah ditentukan
b. Tongspatel (bila perlu)
c. Kasa untuk membungkus tongspatel
Pelaksanaan
Evaluasi
- Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
Dokumentasi
catatlah tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) dalam catatan keperawatan.
1. Pemberian Bukal
Pemberian obat melalui bukal dilakukan dengan meletakkan obat padat pada membrane
mukosa pipi sampai obat larut. Klien dianjurkan untuk menempatkan dosis obat secara
bergantian pada mukosa pipi kanan dan pipi kiri agar mukosa tidak iritasi. Pasien dilarang
menelan atau mengunyah obat yang diberikan secara Bukal.
2.1.2 Rute parenteral
Rute Parental adalah pemberian obat melalui prnginjeksian ke dalam jaringan tubuh.
Biasanya Pemberian obat dengan rute parenteral ini lebih mudah di proses di dalam tubuh.
Beberapa rute pemberian obat secara parenteal adalah sebagai berikut:
1. Subkutan (SC)
Injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit. Cara pemberian ini terutama
dilakukan pada obat-obatan yang harus menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahanlahan seperti insulin. Tempat yang dianjurkan untuk penyuntikan subkutan adalah lengan
bagian atas, kaki bagian atas, dan daerah di sekitar pusar. Pada bagian tersebut, kita bisa
dengan mudah memegang lipatan kulit saat memasukkan jarum ke dalam jaringan kemak dan
jaringan pengikatnya yang ada di bawah kulit. Tergantung dengan panjang jatumnya, kita
masukkan ke dalam dengan sudut 90o (pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau di bawah
sudut 45o (pada jarum yang lebih panjang). Setelah memasukkan jarum, rasakan jarum bebas
posisinya. Selanjutnya kita tarik penghisapnya sedikit untuk mengetahui apakan jarum tidak
mengenai pembuluh darah. Jika memang yang dimaksud maka kita melihat sejumlah darah di
dalam tabung cairan pada spuit tersebut. Jika ini terjadi maka keluarkan jarum suntik,
kemudian masukkan ke dalam kulit. Setelah cairan dikeluarkan secara perlahan-lahan dengan
cepat kita menarik jarum suntik keluar, dan memijat-mijat tempat itu agar tertutup kembali.
Pada pasien yang medapat sejumlah suntikan subkutan, maka kita harus terus menerus
berganti tempat penusukan.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh subkutan antara lain :
1. Harus benar-benar menggunakan tehnik steril karena barier kulit terganggu
2. Meningkatkan resiko infeksi
3. Lebih mahah daripada oral
4. Dapat siberikan hanya dalam jumlah sedikit
5. Dapat menimbulkan kecemasan dan rasa nyeri
1. Intrakutan
Injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis. Rute intrakutan ini biasanya dilakukan
untuk menguji reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Secara umum,
dilakukan pada daerah lengan, tangan bagian ventral. Pada intrakutan reaksi absorsinya
lambat.
Kerugian dari injeksi intrakutan antara lain :
1. Jumlah obat yang diberikan hanya sedikit
2. Merusak barier kulit
3. Menimbulkan kecemasan
4. Intramuskular
Intramuskular yaitu Injeksi ke dalam otot tubuh. Injeksi ini diabsorbsi lebih cepat daripada
injeksi subkutaneus karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Otot juga dapat
menerima volume obat yang lebih besar tanpa menimbulakan ketidaknyamanan
dibandingkan jaringan subkutaneus, walaupun bergantung pada ukuran otot dan kondisi serta
lokasi yang digunakan. Orang dewasa dengan perkembangan otot yang baik biasanya dapat
menoleransi dengan aman hingga 4 ml obat pada otot gluteus medius dan otot gluteus
maksimus. Volume sebanyak 1-2 ml biasanya dianjurkan untuk klien dewasa yang ototnya
kurang berkembang. Pada otot deltoid, dianjurkan volume obat 0.5-7 ml.
Biasanya, spuit 2-5 ml dibutuhkan. Ukuran spuit yang digunakan bergantung pada jumlah
obat yang akan diberikan. Jaruma intramaskular kemasan standart memiliki panjang satu
setengah inci dan 21 atau 22. Beberapa factor menentukan ukuran dan panjang jarum yang
akan digunakan:
Otot
Usia klien
Pertimbangan utama dalam memberikan injeksi intramaskular adalah memilih lokasi injeksi
yang aman yang jau dari pembuluh darah besar, saraf, dan tulang. Beberapa lokasi tubuh
untuk melakukan injeksi intramaskular:
Lokasi Ventrogluteal
Lokasi Dorsogluteal
Lokasi Deltoid
Kontraindikasi penggunaan lokasi tertentu antara lain cedera jaringan dan adanya nodul,
bengkak, abses, nyeri tekan atau keadaan patologis lainnya.
PENGKAJIAN
PERLENGKAPAN
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
2. Siapkan obata dari ampul atau vial untuk proses penarikan obat ke dalam spuit
3. Berikan privasi klien
4. Persiapkan klien
5. Jelaskan tujuan pemberian obat dan hal tersebut akan membantu, gunakan bahasa
yang dapat dipahami oleh klien
6. Pilih, tentukan lokasi, dan bersihkan lokasi
7. Siapkan spuit untuk injeksi
8. Injkesi obat menggunakan tekhnik Z-Track
9. Tarik jarum
10. Buang jarum tanpa tutup yang tersambung
11. Dokumentasikan semua informasi secara relevan
12. Kaji efektivitas obat pada saat obat diperkirakan mulai bekerja
1. Intervena
Suntikan memasuki aliran darah secara langsung memalui vena. Cara ini sesuai bila
memerlukan efek yang cepat. Rute ini juga tepat untuk obat yang terlalu mengiritasi jaringan
yang diberikan di rute lain. Jika jalur intervena sudah terpasang, jalur ini dipilih untuk
menghindari ketidaknyamanan oleh penggunaan jalur parental lainnya. Obat diberikan secara
intervena dengan menggunakan metode berikut:
Dorongan intervena
Pada seluru tindakan pemberian obat IV, penting sekali bagi perawat untuk mengobservasi
tanda-tanda adanya reaksi yang merugikan pada klien secara ketat. Karena obat tersebut
masuk ke dalam aliran darah secara langsung dan bekerja dengan segera, obat tidak dapat
ditarik kembali atau dihentikan kerjanya. Oleh karena itu perawat harus salalu melakukan
tindakan khusus dan menghitung dosis. Ketika memberikan obat yang kuat, antidot untuk
obat itu harus tersedia. Selain itu tanda-tanda vital dikaji sebelum, dan setelah memasukkan
obat tersebut.
Proses keperawatan obat intravena:
PENGKAJIAN
1. Inspeksi dan palpalasi lokasi fungsi vena untuk memeriksa adanya tanda-tanda
infeksi, infiltaris, atau dislokasi kateter
2. Inspeksi kulit dan sekelilingnya untuk memeriksa andanya kemerahan, pucat, dan
bengkak
3. Palpalasi jaringan sekitar untuk memerikas adanya rasa dingin dan edema, yang dapat
mengindikasi adnya kebocoran cairan IV pada jaringan
4. Ukur tanda-tanda vital sebagai data dasar jika obat yang diberikan kuat
5. Tentukan apakah klien memiliki alergi terhadap obat
6. Pemeriksaan kompatibilitas antara obat dan cairan IV
2.1.3 Rute Topikal
a. Rute inhalasi
Saluran napas bagian dalam memungkinkan area permukaan yang luas untuk absorpsi obat.
Obat dapat diberikan melalui pasase nasal, pasase oral, atau selang yang dipasang ke dalam
trakea.obat inhalasi dapat menimbulkan efek lokal. Obat seperti oksigen dan anestesi umum
menghasilkan efek sistemik.
1. Inhalasi Nasal
Obat diinhalasi melaluihidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat. Alat tipe
semprotan, misalnya fenilefrin (Neo-Synephrine), yang menghasilkan efek lokal, yakni
vasokontriksi jalan napas. Obat lain yang diberikan dengan cara ini antara lain anestesi lokal,
steroid dan oksigen.
1. Inhalasi Oral
Inhalasi oral paling sering digunakan untuk menghantar obat ke sel target atau organisme di
parenkim paru. Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang di tangan klien. Obat yang
diberikan menggunakan inhaler yang dipegang di tangan disebar melalui sebauh semprot
aerosol, uap atau bubukyang masuk ke saluran udara di paru. Metere Dose Inhalers (MDI)
memfasilitasi pengantaran obat ke parenkim paru. Obat untuk mengatasi infeksi paru,
misalnya pneumocytis caranii, dapat diberikan dalam bentuk obat yang nebulasi.
Teknik yang digunakan klien pada pemberian obat inhalan oral perlu dipantau, khususnya
pada bayi atau lansia. Dalam menggunakan alat ini, beberapa langkah kompleks perlu
dilakukan, dan untuk memastikan obat diberikan dengan akurat, perlu dilakukan beberapa
modifikasi, jika klien tidak dapat melakukan aktivitas tersebut dengan benar.
1. Pemberian Melalui Endotrakea atau Trakea
Dalam situasi kedaruratan, jika klien tidak terpasang selang intravene, beberapa obat darurat
dapat diberikan melalui selang yang telah ditempatkan ke dalam trakea klien. Perawat yang
turut dalam melakukan resusitasi secara khusus dilatih untuk memberikan obat dengan cara
ini.
1. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
(unguenta menurut FI edisi III)
Fungsi Salep
Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.
Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat
atau cair pada pengobatan.
Penggolongan dasar salep
meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae, Hydrophylic petrolatum dan dasar salep yang
baru seperti polysorb.
Dasar salep absorpsi ada dua tipe :
1. Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi A/M
seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.
2. Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu menyerap air
yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar salep absorpsi
adalah tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.
Dasar salep tercuci adalah anhidrous, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air. Hanya
bagian kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan viskositas.
Contohnya : Polietilenglikol.
vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat
terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder dapat menyebabkan kerusakan
jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.
Aturan pemakaian :
- Dewasa dan anak > 6 tahun : 2 - 3 tetes / semprot oksimetazolin 0,05% pada setiap lubang
hidung.
- Anak 2 - 5 tahun : 2 - 3 tetes oksimetazolin 0,025% pada setiap lubang hidung.
- Anak < 2 tahun : ikuti petunjuk dokter
Penggunaan obat pada pagi dan menjelang tidur malam, dan tidak boleh digunakan lebih dari
2 kali dalam 24 jam.
2. Telinga kita tarik sedikit ke belakang dan ke atas agar lubang telinga dapat kita lihat
dengan jelas
-
Mengambil jumlah tetesan yang dianjurkan, mengalir melalui dinding lubang telinga
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.Tetes
mata adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau
pembedahan dan mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya daripada injeksi
intavena.
Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam
alkaloid, antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata.
Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk antibakterial, anstetik,
midriatikum, miotik atau maksud diagnosa. Larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria
(singular collyrium).
Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan
yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini
diinginkan karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk
mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma
karena kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari
sediaan;
3. Isotonisitas dari larutan;
4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum
Keuntungan Tetes Mata
Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat
yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya
larut dalam air.
Salep mata umumnya menghasilkan bioavailabilitas yang lebih besar daripada larutan
berair.
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat
antara obat dan permukaan yang terabsorsi.
Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk
kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke
ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik
pemakaian yang tepat.
Penggunaan Tetes Mata
1. Cuci tangan
2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke
dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes
4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah
sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.
5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip
paling kurang 30 detik
6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat
Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika
dipindahkan
Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi
uunutk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi
Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna
Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol
saja
Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu
beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain
Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin
Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip
lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat kerjanya.
Pada saat memberi salep atau obat-obat tetes mata, kita harusbekerja menurut cara sebagai
berikut:
1. Kita menjelaskan kepada pasien terlebih dahulu, apa yang akan dilakukan dan
memintanya mengambil sikap yang mudah dan tenang, disini diusahakan agar kepala
sedapat mungkin harus horisonta
2. Salep mata kita letakan pada tepi kelopak mata bagian bawah. Ujung dari tube harus
diarahkan pada arah hidung dan tidak mengarah pada bola mata. Ini dilakukan agar
pada gerak mata yang tiba-tiba, bola mata tidak tersentuh dan tidak terluka. Salep
yang berlebihan kita usap dengan kain kas, ke arah hidung
Tetes mata, kita meneteskan obat dari sudut dekat hidung, hindari pipet tidak menyentuh
hidung. Setelah memberi tetes mata kelopak ditutup dan tetesan yang berlebihan dibersihkan
dengan kasa.
1. Rectal
Obat yang dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair
pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp).
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam
bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria. Lima
puluh persen aliran darah dari rektum memintas sirkulasi portal (melalui hati biasanya pada
rute oral), sehingga biotransfortasi obat oleh hati dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi
dalam 2/3 bagian bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena
porta. Keuntungan pemberian melalui rektal (juga sublingual) dapat mencegah penghancuran
obat oleh enzim usus atau pH dalam lambung. Rute rektal juga berguna untuk obat yang
menginduksi muntah jika diberikan secara oral atau jika penderita mengalami muntahmuntah.
Cara : dimasukkan kedalam lubang dubur, dapat memberi efek lokal atau sistemik
Rute pemberian obat vaginal
Vagina adalah saluran yang dindingnya dilapisi oleh membran mukosa dan membentang dari
serviks uteri hingga valua dinding vagina normalnya berwarna merah mudah dan bebas dari
rabas dan lesi. Vagina harus terasa hangat dan lembab dengan dinding yang lembut.
Terkadang vagina yang terasa tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut.
Wanita yang menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang kental, putih, berbau aneh dan
seperti dadik. Keuntungan pemberian obat melalui vagina adalah Obat cepat bereaksi dan
efek yang ditimbulkan bersifat lokal.Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat
larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan supositoria. Pada
pemberian obat secara vaginal, pasien harus minimal selama 1 jam tidur terlentang untuk
menghindari obat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien
merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan keterampilan teknik dan
pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan
pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip
dalam pemberian obat.
B. Saran
Perawat harus mengetahui enam hal yang benar dalam pemberian obat kepada
pasien. Karena hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam pemberian
obat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fkep.unpad.ac.id/2008/11/peran-perawat-dalam-pemberian-obat/
http://akper1a2010.blogspot.com/2011/08/peran-perawat-dalam-pemberianobat.html
http://haris715.blogspot.com/2013/04/prinsip-enam-benar-dalam-pemberianobat.html
http://health.liputan6.com/read/627062/meningkat-tren-pengobatan-herbal-diindonesia