Anda di halaman 1dari 14

Refleksi Kasus

01 Agustus 2015

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Nama

: Amirah Zahidah Mardhiyah

No. Stambuk

: N 111 14 029

Pembimbing

: dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015

STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I.

II.

IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Agama
6. Pekerjaan
7. Tanggal Pemeriksaan
8. Ruangan

: Tn. I
: 59 tahun
: Laki-laki
: Jl. Tombolotutu
: Islam
: Pensiunan pegawai dinas kehutanan
: 27 Juli 2015
: Poliklinik Kulit dan Kelamin

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Gatal, melepuh dan kulit terasa mengeras pada kedua telapak tangan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki usia 59 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Undata Palu dengan keluhan gatal, melepuh dan kulit terasa
mengeras pada kedua telapak tangan yang di alami sejak 2 minggu
yang lalu. Keluhan sering muncul jika pasien selesai berkebun di
kebun miliknya dan sering terpapar dengan pestisida ataupun getah
sayuran. Selain itu pasien mengaku keluhannya memberat saat
mengkonsumsi daging ayam, telur dan beberapa jenis ikan.Pasien
tidak pernah mengeluh adanya demam maupun menggigil selama
keluhan muncul. Pasien megaku tidak memiliki riwayat alergi obat.
Keluarga pasien juga tidak ada yang mengalami hal yang sama. Pasien
rutin berobat ke dokter keluarga dan mendapat obat kortikosteroid
sejak keluhan pertama kali muncul.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengeluh adanya bercak kemerahan dan gelembung kecil


yang berisi cairan bening dan mudah pecah jika di garuk sejak 4

tahun yang lalu.


Riwayat Pengobatan : Dexametason dan salep (pasien lupa nama
obat) terakhir di konsumsi 1 bulan yang lalu
Riw. Hipertensi (+)
Riw. Asma bronkial disangkal
Riw. DM disangkal
Riw. Kolestrol disangkal
Riwayat Alergi :
Makanan
: Dicurigai memiliki alergi pada daging ayam,

telur dan beberapa jenis ikan


Obat
: (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis :
- Kondisi Umum : Sakit ringan
- Status Gizi
: Gizi baik
- Kesadaran
: Kompos mentis
2. Hygiene
: Baik
3. Status Dermatologis/Venerologis :
- Kepala
: Tidak ada ujud kelainan kulit
- Wajah
: Tidak ada ujud kelainan kulit
- Leher
: Tidak ada ujud kelainan kulit
- Dada
: Tidak ada ujud kelainan kulit
- Perut
: Tidak ada ujud kelainan kulit
- Punggung
: Tidak ada ujud kelainan kulit
- Bokong
: Tidak ada ujud kelainan kulit
- Ekstremitas Atas
: Makula eritema, eksoriasi, fisura,
-

IV.

skuama, likenifikasi
Ektremitas Bawah
Kelenjar Limfe

GAMBAR

: Tidak ada ujud kelainan kulit


: tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Gambar 1. Tangan Kanan : Terdapat makula eritema, fisura, skuama dan


likenifikasi di telapak tangan

Gambar 2. Tangan Kiri : Terdapat, makula eritema, skuama dan


likenifikasi di telapak tangan.
V.

RESUME

Laki-laki 59 tahun, datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin


RSUD Undata dengan keluhan gatal, melepuh dan kulit terasa mengeras
dan menebal pada kedua telapak tangan. Riwayat sebelumnya terdapat
keluhan adanya bercak kemerahan dan gelembung kecil yang berisi cairan
bening 4 tahun yang lalu. Pasien gemar berkebun dan sering terpapar
dengan pestisida ataupun getah-getah sayuran .Pasien rutin berobat ke
dokter keluarga dan mendapat pengobatan kortikosteroid sejak 4 tahun
yang lalu. Status dermatologis : terdapat makula eritema, likenifikasi,
fisura, skuama di region palmaris dextra et sinistra.
VI.

DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Kontak Alergi
2. Dermatitis Kontak Iritan
3. Dermatitis Atopik
4. Tinea palmaris
5. Psoriasis

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan KOH 10% tidak di temukan hifa maupun spora di bawah
mikroskop

VIII.

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Alergi

IX.

ANJURAN PEMERIKSAAN
Patch Test

X.

PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
- Menjaga kebersihan kulit yaitu dengan mandi yang bersih dan
-

menggunakan sabun
Menghindari kemungkinan allergen penyebab seperti berhenti
kontak dengan pestisida dengan menggunakan sarung tangan yang

bersih dan tidak mengandung bahan kimia. Serta kurangi konsumsi


-

makanan yang dicurigai memicu timbulnya rasa gatal seperti telur


Hindari kebiasaan menggaruk luka untuk mencegah timbulnya

infeksi yang baru


2. Medikamentosa
Topikal :
- Desoximetasone 10 gr
- Gentamicin cream 5 mg
- As. Salisilat 3 %
- Menthol 0,5 %

Sistemik :
XI.

Cetirizin 10 mg 1 x 1 tab
Metil prednisolone 4 mg 2 x 1 tab

PROGNOSIS
- Qua ad vitam
- Qua ad fungsionam
- Qua ad sanationam
- Qua ad cosmeticam

: Bonam
: Bonam
: Bonam
: Dubia et bonam

PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 59 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Undata Palu dengan keluhan gatal, melepuh dan kulit terasa
mengeras pada kedua telapak tangan yang di alami sejak 2 minggu yang
lalu. Awalnya pasien mengeluh adanya bercak kemerahan dan gelembung
kecil yang berisi cairan bening dan mudah pecah jika di garuk sejak 4
tahun yang lalu.Namun, lama kelamaan hingga sekarang kulit mulai terasa
mengeras, gatal dan melepuh sampai mengenai kuku kedua tangan
pasien.Keluhan sering muncul jika pasien selesai berkebun di kebun
miliknya dan sering terpapar dengan pestisida dan getah sayuran. Selain
itu pasien mengaku keluhannya memberat saat mengkonsumsi daging
ayam, telur dan beberapa jenis ikan.Tidak riwayat diabetes mellitus namun
pasien memiliki riwayat hipertensi.
Pasien dating dalam kondisi sakit ringan, status gizi baik dan
kesadaran komposmentis. Terdapat macula hiperpigmentosa, eritema,
likenifikasi, edema, fisura, skuama di region palmaris dextra et sinistra.
Dari hasil anamnesis dan status dermatologis pasien di diagnosis sebagai
Dermatitis Kontak Alergi.
Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis)
sebagai respon terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan keluhan
gatal.Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin
hanya beberapa.Dermatitis kontak alergi merupakan peradangan yang
terjadi karena seseorang mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.(1)
Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana
dengan berat molekul umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan
allergen yang belum di proses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat
reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel

epidermis dibawahnya (sel hidup). Ada lebih dari 3.700 jenis bahan kimia
eksogen yang diketahui dapat memicu terjadinya reaksi hipersensitivitas
tipe IV ini pada dermatitis kontak alergi.(2)
Faktor yang memperparah terjadinya dermatitis kontak sebenarnya
sulit diprediksi. Beberapa factor berikut dianggap memiliki pengaruh
terhadap terjadinya dermatitis kontak :
Karakteristik bahan kimia

meliputi pH bahan kimia (bahan kimia

dengan pH terlalu tinggi >12 atau terlalu rendah <3 dapat menimbulkan
gejala iritasi segera setelah terpapar.Berat molekul (molekul dengan berat
<1000 dalton sering menyebabkan dermatitis kontak alergi). Kelarutan
dari bahan kimia yang dipengaruhi oleh sifat ionisasi dan polarisasinya
(bahan kimia dengan sifat lipofilik akan mudah menembus stratum
korneum kulit masuk mencapai sel epidermis dibawahnya).(2)
Karakteristik paparan meliputi durasi yang lama (semakin lama durasi
paparan dengan bahan kimia maka semakin banyak pula bahan yang
mampu masuk ke kulit).(2)
Karakteristik lingkungan meliputi temperature ruangan (kelembapan
udara yang rendah serta suhu dingin menurunkan komposisi air pada
stratum korneum yang membuat kulit lebih permeable terhadap bahan
kimia) dan faktor mekanik yang dapat berupa tekanan, gesekan, atau lecet,
juga dapat meningkatkan permeabilitas kulit terhadap bahan kimia akibat
kerusakan stratum korneum pada kulit.(2)
Dermatitis kontak alergi didasari oleh reaksi imunologis berupa reaksi
hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) dengan perantara sel limfosit T.
terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergi, yaitu tahap
induksi (sensitivitasi) dan tahap elisitasi.Tahap sensitivitasi dimulai
dengan masuknya antigen (hapten berupa bahan iritan) melalui
epidermis.Kemudian sel Langerhans yang terdapat di epidermis
menangkap

antigen

tersebut

selanjutnya

akan

diperoses

dan

diinterpretasikan pada sel limfosit T. Limfosit T mengalami proliferasi dan


dan diferensiasi pada kelenjar getah bening, sehingga terbentuk limfosit T
yang tersensitivitasi. Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis
kontak alergi adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel
(cell-mediated immune respon) atau reaksi hipersensitivitas tipe IV.Reaksi
hipersensitivitas di kulit timbul secara lambat (delayed hypersensitivity),
umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan allergen.Fase ini
rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Selanjutnya, fase elisitasi terjadi
jika terdapat pajanan ulang dari antigen yang sama. Antigen yang telah
tersensitivitasi yang kemudian akan dilepaskan sebagai mediator yang
akan menarik sel-sel radang. Hal inilah yang selanjutnya menimbulkan
gejala klinis dermatitis yakni timbul macam kelainan kulit seperti eritema,
edema dan vesikula.(1)
Gejala yang timbul pada umumnya penderita mengeluh gatal.Kelainan
kulit yang timbul bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalissinya.
Wujud kelainan kulit yang timbul dibagi menjadi(2)
a. Fase akut : Dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel
atau bula ini dapat pecah sehingga menjadi erosi dan terdapat
eksudasi (basah), bila menjadi kering akan timbul krusta.
b. Fase kronis : kulit terlihat kering, berskuama, papul, likenifikasi
dan mungkin terbentuk fisura, biasanya tidak jelas, dapat pula
terjadi hiperpigmentasi.
Untuk menetapkan bahan allergen penyebab dermatitis kontak alergi
diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik dan uji temple.Data yang berasal dari anamnesis
juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah
digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui
menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta

penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik). Pada


pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema, papula disusul
dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk
dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat
kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
Karena

beberapa

bagian

tubuh

sangat

mudah

tersensitisasi

dibandigkan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional akan


sangat membantu penegakan diagnosis.(2)(3)\
Pada pasien ini, lokasi terjadinya gejala klinis ialah pada
telapak tangan. Berdasarkan teori, kejadian dermatitism kontak baik
iritan maupun alergik paling sering di tangan, mungkin dikarenakan
tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk
melakukan

pekerjaan

sehari-hari.

Contoh

bahan

yang

dapat

menimbulkan dermatitis tangan. Misalnya deterjen, antiseptik, getah


sayuran, semen dan pestisida. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
penyebab dermatitis pada pasien adalah pestisida dan getah sayuran.(1)
Untuk dapat mendiagnosis apakah dermatitis tersebut berupa
dermatitis kontak alergi dengan yang lainnya adalah dengan
menggunakan uji tempel atau patch test. Tempat untuk melakukan uji
tempel biasanya di punggung. Untuk melakukan uji tempel diperlukan
antigen antigen standar buatan pabrik, misalnya Finn Chamber System
Kit dan T.R.U.E. test. Dapat pula digunakan antigen bukan standar,
dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran
yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atay tempat rekreasi. Bahan
tersebut dibiarkan menempel di kulit sekurang-kurangnya 48 jam.
Pembacaan dilakukan 15-30 menit setelah dilepas. Hasilnya sebagai
berikut (1)
1
2

= reaksi lemah (nonvesikuler) : eritema, infiltrat, papul (+)


= reaksi kuat : edema atau vesikel (++)

3
4
5
6
7
8

= reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)


= meragukan : hanya makula eritematosa (?)
= iritasi : seperti terbakar, pustul, ataum purpura (IR)
= reaksi negatif (-)
= excited skin
= tidak dites (NT=not test).
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak

adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen


penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.Kortikosteroid
dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan
pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema,
edema, bula atau vesikel, serta eksudatif. Umumnya kelainan kulit
akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup
dikompres dengan larutan garam faal. Untuk dermatitis kontak alergik
yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat
pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid
topical.(2)
Pada kasus ini digunakan desoxymetason cream yang
merupakan

kortikosteroid

topikal.

Efek

utama

penggunaan

kortikosteroid secara topical pada epidermis dan dermis ialah efek


vasokonstriksi, efek antiinflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek
vasokonstriksi akan mengakibatkan berkurangnya eritema pada
berbagai dermatoses. Adanya efek antiinflamasi yang terutama
terhadap leukosit akan efektif terhadap berbagai dermatoses yang
didasari oleh proses inflamasi seperti dermatitis. Bahan kortikosteroid
telah menjadi upaya utama dalam penanganan dermatitis.(4)
Selain itu, juga diberikan gentamisin dan cefadroxil yang
merupakan golongan antibiotika. Antibiotika ini banyak dipakai untuk
mengurangi infeksi, pada dermatitis kronik seperti dermatitis statis dan

dermatitis atopi, atau setelah abrasi ringan pada kulit. Pada kasus ini
pemberian antibiotik dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan
kuman dikarenakan pada kasus ini terdapat eksoriasi yang mana
kuman dapat tumbuh pada keadaan tersebut.
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh
bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan
menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh factor endogen
(dermatitis atopic, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan
dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.(2)

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, A, 2013, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
2. Lestari, F dan Utomo H.S., 2007, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri,Jurnal
Makara Kesehatan, Vol 11 No.2, Desember 2007, Pg 61-68. Di akses dari
http://repository.ui.ac.id/contents/kolesi/2/70c691f6a92367a7cb6411e3432cdb
7c9135602f.pdf
3. Afifah, 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Binatu, Karya Tulis Ilmiah
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Diakses dari http://core.ac.uk/download/pdf/11735625.pdf
4. Sulistyaningrum, Widaty, S, Triestianawati, Wieke, E.S., 2011, Dermatitis
Kontak Iritan Dan Alergik Pada Geriatri, Jurnal Dexa Media Vol 17 No.4
Oktober-Desember

2009

Pg

157-163,

Di

http://www.unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIOMEDICAL/BAHANUMUM/REFERENSI/dermatitis.pdf

akses

dari

Anda mungkin juga menyukai