Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trikotilomania telah dikenal sejak hampir dua abad yang lalu dan istilah trikotilomania
itu diperkenalkan pertama kali oleh ahli kulit asal Prancis Franois Henri Hallopeau.1,2
Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: pra-sekolah, pra-remaja, dewasa
muda, dewasa.3
Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai dengan
kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak, pubis) yang
didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puas atau lega setelahnya.
Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan
oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotip yang lain.4,5
Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: prasekolah, praremaja,
dewasa muda, dan dewasa. Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan gejala dan respon
terapi dimana pada pasien prasekolah dan dewasa muda yang memiliki kebiasaan menarik
rambut otomatis dan tanpa disadari memiliki respon yang baik terhadap pengobatan
konservatif. Pada pasien dewasa biasanya memiliki kecenderungan menarik rambut sebagai
bentuk dari fokus penderita terhadap kebiasaan tersebut, sebagai bagian rutinitas yang
disadari termasuk dalam memilah jenis rambut tertentu untuk dicabuti misalnya yang
memiliki ujung bulat dan pipih, yang kasar atau pun karena letaknya yang salah. Respon
terapi konservatif pada pasien dewasa biasanya lebih buruk mengingat kebiasaan menarik
rambut ini dapat disertai gangguan psikis lain yang memerlukan tenaga spesialis dalam
menanganinya.6
Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania ini
berkisar antara usia 12-13 tahun.7 Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang berarti antara
populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania. Pada orang dewasa
ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan dengan tipikal
pencarian pertolongan yang cenderung dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.8

1.2 Tujuan Penulisan


1

Tujuan penulisan referat ini adalah:


1. Memahami cara mendiagnosis dan tatalaksana yang harus diberikan pada pasien
dengan trikotilomania.
2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran khususnya di
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.
3. Memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara Medan
1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan referat ini mengharapkan agar referat ini bermanfaat bagi yang lain dalam
bidang ilmu kejiwaan dan dpat menambah wswasan dalan ilmu kejiwaan (psiatri) serta
bermantaaf bagi sesama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2

2.1 Definisi
Istilah trikotilomania berasal dari bahasa Yunani.Gabungan dari tiga suku kata, yaitu
thrix yang berarti rambut, tillein yang berarti menarik dan mania yang berarti kegilaan.
Trikotilomania adalah hilangnya rambut sebagai akibat dari dorongan yang kuat untuk
menarik-narik rambut. Hilangnya rambut bisa membentuk suatu bercak bundar atau tersebar
di kulit kepala. Trikotilomania merupakan suatu perilaku kompulsif, yang mungkin berasal
dari adanya stres emosional maupun stres fisik. Paling sering ditemukan pada anak-anak,
tetapi kebiasaan ini bisa menetap sepanjang hidup penderita.5
Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (Edisi 4) dari American Psychiatric
Association, trikotilomania didefinisikan sebagai lima kriteria berikut:
1. Perilaku menarik rambut sendiri secara berulang yang mengakibatkan hilangnya rambut.
2. Perasaan ketegangan sebelum menarik atau ketika mencoba untuk menolak perilaku.
3. Kesenangan,gratifikasi,yang terkait dengan perilaku.
4. Perilaku tersebut tidak termasuk kondisi medis lain (dermatologis) atau masalah psikiatri
(seperti skizoprenia)
5. Menarik rambut mengarah ke distress atau kerusakan yang signifikan dalam satu atau lebih
bidang kehidupan seseorang (sosial atau pekerjaan).9

Gambar.1 wanita dengan trikotilomania8

2.2 Epidemiologi

Prevalensi trikotilomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia rata-rata 10 sampai
13 tahun. Penyakit ini 7 kali lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa
dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak laki-laki.2
Tidak ada informasi mengenai riwayat familial, tetapi satu studi melaporkan bahwa 5
dari 19 orang anak memiliki riwayat keluarga yang mengalami beberapa bentuk alopesia.
Gangguan yang berhubungan adalah obsesif kompulsif, kepribadian ambang dan gangguan
depresif.2
Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif masih sedikit
yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok dengan kriteria
trikotilomania ditemukan pada 0.6%-3.9% mahasiswa yang disurvei. Penelitian lain
menunjukkan perbedaan tingkat trikotilomania dalam pengobatan ditemukan 4.4% pada
pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.1
2.3 Etiologi
Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli berpendapat
bahwa faktor genetik memiliki peranan dalam timbulnya compulsive behavior yang
menyebabkan trichotillomania. Dari suatu penelitian pada 44 keluarga yang didiagnosis
trichotillomania, Zuchner dan koleganya mengidentifikasi adanya mutasi pada gen Slit and
Trk like 1 (SLITRK1). Gen ini berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhan neuronal
korteks. Hemmings

melaporkan bukti adanya perbedaan dalam distribusi gen reseptor

serotonin 2A antara pasien trichotillomania dan subjek perbandingan.7,8 Ketidakseimbangan


neurotransmiter dalam otak juga diduga berpengaruh terhadap terjadinya perilaku kompulsif
ini. Penyakit ini dihubungkan pada gangguan perilaku dan kebiasaan yang bisa didasari
akibat stres, depresi, ataupun kecemasan. Situasi di lingkungan pun ikut mempengaruhi.2,3,4
Depresi sering dinyatakan sebagai faktor predisposisi tetapi tidak ada ciri atau gangguan
kepribadian tertentu atau yang khas pada pasien trikotilomania. Beberapa ahli melihat
stimulasi terhadap diri sendiri merupakan tujuan utama perilaku mencabut rambut.
Meskipun dianggap ditentukan oleh banyak hal, onsetnya dihubungkan pada situasi yang
penuh stress. Gangguan hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal sendirian dan kehilangan
objek yang belum lama seringkali dinyatakan sebagai faktor penting yang berperan dalam
gangguan ini. Penyalahgunaan zat mungkin mendorong perkembangan gangguan.
Pada bayi, onset yang terjadi relatif jarang, kurangnya objek transisi dianggap sebagai
penyebabnya. Bayi tumbuh dengan menyentuh berbagai benda transisi, seperti kulit ibu,
pakaian, dan mainan, di antara barang-barang lainnya.
4

Dalam studi dari 9 kasus

trichotillomania pada bayi, sebagian besar pasien tidak memiliki objek transisi. Di masa
kanak-kanak dan remaja dini, kebanyakan pasien dengan trichotillomania menarik rambut
untuk mengontrol ketegangan saat berada dalam situasi tertentu. Pada pasien dewasa,
umumnya dikaitkan dengan adanya gangguan obsesif kompulsif, tetapi hal itu juga masih
dalam perdebatan.2,4(FIXX)
Walaupun

trikotilomania

dianggap

sebagai

banyak

ditemukan

(multideermined),onsetnya telah dihubungkan dengan siuasi yang penuh stress pada lebih
dari seperempat kasus.gangguan hubungan bu dan anak,rasa takut ditnggal sendirian,dan
kehilangan objek yang belum lama sering kali dinyatakan seagai faktor penting yang
berperan dalam gangguan ini.penyalahgunaan zat mungkin mendorong erkembangan
gangguan.dinamika depresif sering kali dinyatakan sebagai faktor predisposisi tetapi,tidak
ada sifat kepribadian atau gangguan tertentu yang menandai pasien.beberapa pasien melihat
stimulasi diri sebagai tujun primer mencabut rambutnya.
Trikotilomania semakin dipandang sebagai memiliki substrat yang ditentukan secara
biologis yang mungkin mencermikan pelepasan aktifitas motorik yang tidak sesuai atau
prilaku berdandan yag berlebihan. (kaplan)
2.4 Patofisiologi
Hingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas. Menurut teori
neuro-kognitif, gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan pada ganglia basalis pasien.
Sebagaimana diketahui bahwa ganglia basalis memiliki peran dalam membentuk kebiasaan.
Kegagalan lobus frontal dalam menghambat kebiasaan tertentu juga diperkirakan bagian dari
patofisiologi gangguan ini.8
Sebuah studi pencitraan menggunaan Magnetic Resonance Image (MRI) juga
menyatakan bahwa substansi grisea (gray matter) pasien dengan trikotilomania lebih
meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak memiliki penyakit ini. Peranan genetik
terhadap penyakit ini pun tidak luput dari perhatian peneliti.
Pada suatu penelitian ditemukan adanya mutasi pada gen SLITRK1 sedangkan pada
penelitian lainnya mendapatkan adanya perbedaan pada reseptor gen serotonin 2A. Mutasi
gen HOXB8 juga menunjukkan perubahan kebiasaan pada tikus dalam menarik-narik rambut.
Pendekatan ilmiah terhadap gen ini merupakan fenomena baru namun masih belum dapat
ditentukan apakah memang ada hubungan genetik dalam menyebabkan penyakit ini.2,8(INA)

Gambar .2 Wanita dengan lesi kebotakan pada trikotilomania kronis9


Gambar.3

Pada gangguan trikotilomania yang terkena dibagian alis mata9

2.5 Manifestasi Klinis


Menurut The American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), trikotilomania termasuk dalam kategori gangguan
obsesif kompulsif dan gangguan terkait. Gangguan ini ditandai dengan suatu tindakan khusus
berupa kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini terjadi baik dalam keadaan santai maupun
keadaan yang penuh tekanan.
Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain:
6

Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yang jelas.
Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika berusaha untuk

menahan perilaku tersebut.


Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut.
Gangguan yang tidak dapat diterangkan baik oleh gangguan mental lain dan bukan karena

kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis).


Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah5:

1. Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable) disebabkan oleh berulangkali
gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut.
2. Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat dan setelahnya
diikuti dengan rasa lega atau puas.
3.

Diagnosis jangan dibuat apabila sebelumnya ada inflamasi kulit atau apabila pencabutan
rambut dilakukan akibat suatu waham atau halusinasi. Periode transien menarik rambut
pada anak usia dini dapat dianggap suatu "kebiasaan" ringan dengan jangka waktu

4.

terbatas.5
Individu dengan trikotilomania kronis di masa dewasa sering melaporkan onset masa
remaja awal. Beberapa individu memiliki gejala terus menerus selama beberapa dekade.
Bagi yang lain, gangguan tersebut dapat datang dan pergi dalam minggu, bulan atau

tahunan. Tempat-tempat menarik rambut dapat bervariasi dari waktu ke waktu.5


5. Banyak individu dengan trikotilomania mencabut rambut dari kepala mereka, bulu mata,
alis, kaki, lengan, wajah, dan daerah kemaluan. Mereka menarik helai rambut dengan
jumlah yang yang cukup banyak, menjadikan kerontokan rambut menjadi terlihat. Hal ini
menyebabkan banyak ketidaknyamanan, terutama dalam situasi sosial, dimana mereka
akan dapat diamati. Akibatnya, individu dengan masalah ini berusaha keras untuk m
enyembunyikan kehilangan rambut ini dengan memakai topi, wig, kemeja lengan
6.

panjang, atau dengan menutup area kebotakan dengan make up.


Individu trikotilomania bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka menarik rambut
mereka dan kebanyakan mengatakan bahwa mereka merasa bosan atau gugup sebelum
mencabut rambut mereka, tapi setelah menariknya keluar, mereka merasa bersalah, sedih
atau marah. Ada juga yang melaporkan bahwa mereka mencabut rambut mereka ketika
sedang menonton televisi, membaca, berbicara di telepon atau membawa kendaraan.8

2.6 Diagnosis
7

Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III5:


1. Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan yang jelas.
2. Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika berusaha untuk
menahan perilaku tersebut.
3. Rasa senang, puas atau lega jika mencabut rambut
4. Gangguan yang tidak dapat diterangkan baik oleh gangguan mental lain dan bukan karena
kondisi medis umum (misalnya, kondisi dermatologis).
5. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit, atau apabila
pencabutan rambut adalah respons terhadap waham atau halusinasi.

Gambar.3 Pasien dengan diagnosis Trikotilomania6


2.7 Diagnosis Banding
Perilaku mencabut rambut mungkin suatu keadaan yang sepenuhnya ringan atau dapat
terjadi di dalam konteks beberapa gangguan jiwa berat. Fenomenologi trikotilomania dan
gangguan obsesif kompulsif bertumpang-tindih. Seperti gangguan obsesif-kompulsif,
trikotilomania sering bersifat kronis dan dikenali oleh pasien sebagai sesuatu yang tidak
diinginkan. Tidak seperti pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif, pasien dengan
trikotilomania tidak mengalmai pikiran obsesif dan aktifitas kompulsif terbatas pada satu
tindakan, yaitu mencabut rambut.
Pasien yang memilki gangguan buatan dengan tanda fisik serta gejala yang dominan
secara aktif mencari bantuan medis dan pasien memerankan serta memalsukan penyakit
secara sengaja untuk tujuan ini.
8

Pasien dengan malingering atau dengan gangguan buatan dapat melukai diri sendiri
untuk mendapatkan perhatian medis, tanpa memahami dampak lesi yang mereka ciptakan.
Pasien dengan gangguan buatan streotipik memilki gerakan ritmik dan sterotipik, dan
mereka biasanya tidak tampak menderita karena perilakunya. Biopsi mungkin penting untuk
membedakan trikotilomania dengan alopesia areata dan tinea kapitis.
2.7 Penatalaksaan
Penelitian tentang pengobatan untuk gangguan kebiasaan dan impuls sebagian besar
berfokus pada penggunaan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan. Terapi perilaku kognitif
(Cognitif Behaviour Therapy, CBT) menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif
dan terapi perilaku. Terapi kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri,
orang lain dan dunia yang mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi perilaku
menyelidiki cara tindakan masyarakat mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi
mereka dengan orang lain. Dengan menggabungkan kedua terapi tersebut, CBT meneliti cara
orang agar dapat mengubah pikiran mereka dan perilaku dalam rangka meningkatkan
kehidupan mereka. Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang belajar untuk rileks,
mengatasi stres, memerangi pikiran negatif dan mencegah perilaku merusak. Dalam
penelitian kecil, jenis pengobatan ini telah terbukti efektif untuk kleptomania, judi patologis,
trikotilomania dan isu-isu seksualitas kompulsif.8
Terapi perilaku yang berhasil, seperti biofeedback, pengawasan diri sendiri, desensitisasi
sendiri dan pembalikan kebiasaan telah dilaporkan, tetapi sebagian besar laporan adalah
kasus individual atau sejumlah kecil penelitian dengan periode follow up yang relative
singkat.5
Trikotilomania kronis yang berhasil diterapi adalah dengan psikoterapi berorientasi pada
tilikan. Hipnoterapi dan terapi perilaku telah dinyatakan berpotensi efektif dalam terapi
gangguan dermatologis dengan keterlibatan faktor psikologis karena kulit telah terbukti
rentan terhadap saran hipnotik.
Berdasarkan saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan farmakoterapi dengan
SSRI (Serotonin-selective reuptake inhibitors) merupakan terapi yang paling sering
digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan Clomiperamine. Namun
bila pasien dengan respon buruk dengan SSRI dapat membaik dengan tambahan pimozide
(Orap), suatu antagonis reseptor dopamine. SSRI berperan sebagai antidepresan yang akan
meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak dengan cara menghambat reuptake
serotonin pada membran presinaptik.10
9

Selain itu psikofarmakologi yang telah digunakan adalah steroid topikal dan
hydroxinehydrochloride, suatu ansiolitik dengan sifat antihistamin, antidepresan, obat
serotonergik dan antipsikotik.2
Bila terdapat depresi, agen anti depresan dapat memberikan perbaikan dermatologis.
Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), sertraline (Zoloft) dan
venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati trikotilomania, kleptomania dan
judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah menunjukkan efektivitas
dalam mengobati trikotilomania.8
Selain itu, ada beberapa teknik perawatan yang terbukti ampuh. Perawatan dengan terapi
perilaku pada banyak kasus bisa mengenali dorongan mencabut rambut sebelum nantinya
dorongan tersebut sangat susah dilawan. Penderita bisa belajar untuk melawan dorongan
tersebut seperti mengupayakan agar tangan selalu sibuk dengan aktivitas (meremas-remas,
merajut sambil menonton televisi dan sebagainya) pada saat dorongan untuk menarik rambut
semakin kuat. Dengan demikian dorongan tersebut semakin melemah dan tidak tertutup
kemungkinan hilang sama sekali.
2.8 Prognosis
Trikotilomania merupakan penyakit kronik. Terapi farmakologi maupun pendekatan
psikoterapi sampai saat ini belum menunjukkan bukti yang nyata, meskipun beberapa
diantaranya menunjukkan perbaikan.3
Onset rata-rata munculnya trikotilomania adalah pada masa remaja awal dan sering
ditemukan pada usia sebelum 17 tahun namun onset pada usia lebih lanjut pun dapat terjadi.
Perjalanan gangguan tidak diketahui dengan baik, bentuk kronis maupun remiten sama-sama
dapat terjadi.
Pada onset dini (kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh, dan lebih
berespons pada saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset lanjut (setelah usia 13 tahun)
dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya kekronisan dan prognosis yang
lebih buruk daripada onset dini.
Kurang lebih sepertiga orang yang datang untuk terapi melaporkan durasi selama 1 tahun
atau kurang, sedangkan pada beberapa kasus gangguan ini berlangsung selama lebih dari dua
dekade.

10

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai dengan
kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak, pubis) yang
didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puas atau lega setelahnya.

11

Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan
oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotip yang lain.
Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania ini
berkisar antara usia 12-13 tahun. Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang berarti antara
populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania. Pada orang dewasa
ditemukan adanya prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan dengan tipikal
pencarian pertolongan yang cenderung dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki.
Kriteria Diagnosis Trikotilomania dapat dilihat pada PPDGJ-III. Diagnosis banding
trikotilomania antara lain obsesif kompulsif, pasien dengan gangguan buatan, pasien dengan
malingering, dan Alopesia areata dan tinea kapitis.
Saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan farmakoterapi dengan SSRI
merupakan terapi yang paling sering digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya
dibandingkan Clomiperamine. Namun pasien dengan respon buruk terhadap SSRI dapat
membaik dengan tambahan pimozide (Orap), suatu antagonis reseptor dopamine. SSRI
berperan sebagai antidepresan yang akan meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak
dengan cara menghambat reuptake serotonin pada membran presinaptik.
3.2 Saran
1. Perlunya pemahaman untuk membedakan Trikotilomania dengan gangguan kulit,
gangguan buatan dan gangguan lainnya.
2. Perlunya pengetahuan untuk mendiagnosis Trikotilomania.

12

DAFTAR PUSTAKA

1.

Nejatisafa AA, Sharifi V. Cognitive Behavior Therapy for Trichotillomania: Report of

2.

Case Resistant to Pharmacological Treatment. Iran J Psychiatry. 2006; 1: 42-44.


Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis
Of Pcyshiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Tenth edition. Lippincott

3.

Williams & Wilkins.


First, Michael B. Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment of

4.

Mental Disorders. John Wiley & Sons, ISBN. 2010. 558.


Chayavichitsilp P, Barrio V, Johnson B. Interdisciplinary Insight Management of
Trichotillomania. Practical Dermaology for Paediatric. 2010; 24-26.

13

5.

Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku Diagnosis

6.

Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 30

7.

November 2016
Ebert, H. Michael. Loosen, T. Peter. Nurcombe, Barry. 2008. Current Diagnosis &

8.

Treatment in Psychology. Lange Medical Books / McGraw Hill.


https://www.scribd.com/document/242153763/trikotilomania diakses pada tanggal 28

9.

November 2016
https://www.scribd.com/document/319811174/Referat
November 2016

14

diakses

pada

tanggal

28

Anda mungkin juga menyukai