Teknologi
Mengontroll
Judul Asli
Law
Pengarang
Penerbit
Terbit
Tebal Halaman
ISBN
Kreativitas
: Free Culture: How Big Media Uses Technology and the
too Lock Down Culture and Control Creativity
: Lawrence Lessig
: Kunci Cultural Studies Centre
: Desember 2011
: xvi + 395 Halaman
: 978-602-19692-0-5
Buku ini saya ketahui pada saat saya mendapatkan tugas Pengantar
Media Sosial yang ditugaskan untuk membuat Review Buku mengenai
Buku Budaya Bebas: Bagaimana Media Besar Memakai Teknologi dan
Hukum Untuk Membatasi Budaya dan Mengontroll Kreativitas. Judul asli
buku ini yaitu: Free Culture: How Big Media Uses Technology and the Law
to Lock Down Culture and Control Creativity Karya Lawrence Lessig
yang diterbitkan pada tahun 2004.
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Lawrence
Lessig yang telah berbagi pengalaman dan ilmu kepada kita semua, serta
saya ingin ucapkan terimakasih juga kepada KUNCI Cultural Studies
Centre yang telah menerjemahkan buku ini kedalam Bahasa Indonesia
yang dilakukan secara kolektif, melalui mekanisme semiloka yang
melibatkan
para
penerjemah
pemula
di
Yogyakarta,
untuk
mengembangkan kapasitas penerjemahan dalam isu teknologi dan media
yang semakin sering mengenalkan istilah dan kosa kata baru dalam
kehidupan sehari-hari.
Buku ini merupakan salah satu hasil dari proyek penerjemahan Berbagi
Pengetahuan tentang Budaya Media Baru yang merupakan bagian dari
agenda kerja KUNCI Cultural Studies Center untuk tahun 2009-2011 yang
bertajuk Konvergensi Media dan Teknologi di Indonesia: Sebuah
Perspektif Kultural. Yang diterbitkan berkat dukungan Ford Foundation
Indonesia sebagai pemberi hibah program KUNCI Cultural Studies Center
2009-2011.
Buku ini Lawrence Lessig tulis berdasarkan perjalanan dari
waktu ke waktu proses penciptaan dan kaitannya serta bagaimana
budaya dan hukum saling berhubungan untuk mendukung dan
melindungi pencipta dan penemu, dalam buku ini terdapat 14 bab yang
menjelaskan secara rinci tentang Pembajakan, Properti, Teka-Teki dan
Keseimbangan. Dimana dalam buku ini Lessig menceritakan banyak kasus
yang bersifat umum maupun khusus yang pada dasarnya setiap orang
belum tentu mengetahui akan tentang hal seperti ini.
Didalam buku ini bukan menceritakan tentang internet (seperti yang
dikutih buku ini pada halaman 25), namun buku ini tentang dampak
Internet diluar Internet itu sendiri, dimana internet telah menyuburkan
perubahan yang penting dan sekaligus tak dikenali dalam prosesnya dan
sekilas kita diajak untuk mengenali perubahan dengan memilah antara
budaya komersial dan nonkomersial serta dengan mengenali pengaturan
hukum dari masing-masing ranah. Namun dengan berjalannya waktu
internet telah memberikan kemungkinan yang luar biasa menjadikan
banyak orang berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pengolahan
budaya yang jangkaunya melebihi batasan lokal. Dengan kejadian seperti
ini Lessig membahas secara detail tentang bagaimana relasi intenet dapat
berjalan dengan baik mengikuti perkembangan budaya yang didalamnya
terdapat hukum yang mendukung karya tersebut. Seperti bagaimana
pembajakan atas hak cipta dan internet masih hadir sebagai sesuatu yang
jauh bagi kebanyakan orang, dengan begitu pembajak Internet menjadi
perang untuk menyingkirkan nilai-nilai budaya yang menyatu dengan
tradisi kita sejak dulu.
Terdapat dua klaim utama dalam buku ini yaitu, Pembajakan dan
Kepemilikan atau Properti:
1. Pembajakan
Sejak lahirnya hukum yang mengatur tentang kepemilikan kreatif, perang
terhadap pembajakan sudah ada. Sekarang ini kita sedang berada di
tengah-tengah perang terhadap pembajakan, dimana internetlah
yang memprovokasi perang ini. Dalam hal ini semua sektor yang sering
kita gunakan dan sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari merupakan
hasil pembajakan seperti Perfilman, Musik Rekaman, Radio, dan TV Kabel.
Namun banyak perbedaan tentang hal ini dimana ada yang mengatakan
pembajakan itu benar yang justru berguna dan produktif dalam
menghasilkan konten baru atau cara baru dalam berbisnis ada pula yang
mengatakan pembajakan itu salah. Namun bagaimana pun Semua
pembajakan dalam pengertian tersebut dilarang baik dalam tradisi kita
atau tradisi manapun, karena sangat merugikan, menghancurkan, dan
merampok keuntungan para pencipta. Oleh karena itu pembajak harus
diberantas oleh hukum, jangan biarkan pembajakan ini berkembang dan
merusak Budaya.
2. Kepemilikan atau Properti
Dalam pembahasan Kepemilikan atau Properti Lessig menyodorkan
empat cerita untuk membatu menempatkan gagasan yang menyatakan
bahwa substansi hak cipta adalah kepemilikan dalam konteksya (seperti
yang dikutip buku ini pada halaman 100). Dalam hal Kepemilikan semua
bergantung pada Hukum, Dimana kepemilikan harus selalu dilindungi oleh
hukum, karena di masa sekarang kita hidup didalam kultur potong dan
tempel (cut and paste) yang dimudahkan oleh teknologi (seperti yang
dikutip buku ini pada halaman 125) yang justru akan merusak budaya jika
hal seperti ini terus berjalan. Untuk terlepas dari semua permasalahan ini
mudahkan dan menyediakan akses konten dengan gratis untuk
memastikan berputarnya roda persaingan dalam akses ke bagian penting
dari budaya kita.
Mulai dari sekarang kita bersama-sama merubah pola pikir, tingkah laku,
dan sifat karena semua itu akan berpengaruh pada Negara ini, dan kita
banyak menyalurkan karya-karya sendiri jangan hasil menjiplak karya
orang lain dan jangan melakukan pembajakan atas hasil karya
seseorang, dengan banyak karya yang tersalurkan maka Indonesia akan
menjadi lebih baik.