Anda di halaman 1dari 17

BAB III.

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


Adapun kegiatan pembenihan Ikan Cupang Alam meliputi persiapan wadah
pemeliharaan induk, pengadaan induk, seleksi induk, pemeliharaan induk,
pengelolaan kualitas air, persiapan wadah pemijahan, persiapan substrat untuk
telur, pemijahan induk, penetasan telur, pemeliharaan dan perawatan larva sampai
larva dapat mencapai ukuran 2-3 inci dan siap untuk dijual adalah sebagai berikut:
3.1 Pemeliharaan induk
Menurut Kusrini et al. (2011) Ikan Cupang Alam biasanya sudah matang
gonad pada saat berusia 8 Bulan atau mencapai panjang tubuh sekitar 6-7 cm.
Induk yang telah matang gonad akan memijah dan menghasilkan telur.
Proses pembuahan pada I Ikan Cupang Alam terjadi di luar tubuh atau eksternal.

3.1.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan Induk


Wadah pemeliharaan Ikan Cupang Alam berupa akuarium berukuran 30 x
21 x 25cm3 dengan ketinggian air 7 -8cm. Sebelum digunakan Sterofoam dicuci
dan dibungkus plastik bening terlebih dahulu, kemudian sterofoam dibilas dengan
air bersih, sterofoam diisi air dengan air yang telah diendapkan terlebih dahulu
pada tandon. Setelah diisi air dilakukan sterilisasi yaitu dengan pemberian
methylene blue sebanyak 1-2 tetes, yang bertujuan untuk mencegah timbulnya
jamur dan membunuh bakteri yang ada di dalam air, dan sterofoam siap digunakan
untuk pemeliharaan induk. Adapun gambar persiapan wadah pemeliharaan induk
terdpat pada gambar 11.

17

(a)

(b)
Gambar 11. gambar persiapan wadah pemeliharaan induk, (a) wadah
pemeliharaan, (b) pengisian air.

3.1.2

Persiapan dan Pengadaan Induk


Menurut Yovita et al. (2001), kegiatan persiapan dan pengadaan induk Ikan

Cupang Alam (Wild Betta) perlu dilakukan karena kegiatan tersebut merupakan
langkah awal dalam proses pemijahan atau pembenihan Ikan Cupang Alam Induk
yang dipersiapkan adalah induk ikan yang telah matang gonad atau telah siap
untuk memijah.
Pengadaan induk Ikan Cupang Alam disiapkan dengan cara pemeliharaan
sendiri maupun hasil membeli dari para petani yang sengaja menjual atau
menyediakan indukkan. Indukan Ikan Cupang Alam di pasaran biasa dijual
sepasang seharga Rp 200.000 untuk jantan dan Rp. 150.000 untuk betina. Selain
18

itu indukan Ikan Cupang Alam juga didapat dari hasil anakan yang dibesarkan
sendiri hingga mencapai indukan yang siap dipijahkan. Indukan yang siap
dipijahkan berukuran 6-7 cm dan telah berumur lebih dari 8 bulan serta
telah menghasilkan busa atau gelembung.

Adapun Indukan yang telah

menghasilkan busa atau gelembung dapat dilihat digambar 12.

Gambar 12. Indukan yang telah menghasilkan busa atau gelembung.

Indukan yang didatangkan dari petani proses pengemasannya menggunakan


plastik yang diisi air 1/3 bagian dari plastik kemudian indukan di masukan
kedalam plastik dan diberi oksigen sebanyak 2/3 bagian. Setelah indukan Ikan
Cupang Alam datang, plastik yang berisi indukan Ikan Cupang Alam
diaklimatisasi terlebih dahulu agar ikan tidak stres, aklimatisasi yaitu penyesuaian
kondisi lingkungan daerah asal dengan kondisi lingkungan yang baru. Plastik
dibiarkan terlebih dahulu di wadah yang akan menjadi media induk Ikan Cupang
Alam hingga suhu di dalam plastik sama dengan suhu luar. Setelah suhu di plastik
dan suhu media sama, kemudian tali pengikat kantung plastik dibuka. Setelah itu
masukan air secara perlahan lahan ke kantung plastik dan plastik dimiringkan
hingga air akuarium masuk, dan biarkan beberapa saat agar air di akuarium

19

menyatu. Ikan akan keluar dengan sendirinya, hal ini bertujuan untuk
menyesuaikan pH air di akuarium dan pH air di plastik agar ikan tidak stres.
Induk dipelihara di sterofoam berukuran 30 x 21 x 25cm3 dengan ketinggian
air 7-8 cm. Dalam pemeliharaan induk, induk dipelihara selama satu minggu.
Sebagai media kehidupan ikan, air merupakan faktor terpenting dalam menunjang
keberhasilan pemeliharaan Ikan Cupang Alam. Apabila kualitas air pemeliharaan
menurun maka kesehatan ikan akan terganggu. Masalah utama yang berkaitan
dengan media pemeliharaan adalah cepatnya air menjadi kotor. Penyebab
kotornya air yaitu berasal dari kotoran ikan dan sisa-sisa pakan ikan(Monvises et
al. 2009).

3.1.3

Seleksi Induk
Salah satu parameter keberhasilan dalam usaha pemijahan Ikan Cupang

Alam adalah didapatkannya anak ikan yang berkualitas baik dengan tingkat
kematian rendah. Agar didapat hasil yang optimal, maka harus dimulai dengan
memilih induk yang berkualitas baik. Untuk induk sebaiknya dipilih yang telah
berumur lebih dari lima bulan dan memiliki ciri fisik tidak cacat, gerakan lincah,
memiliki panjang tubuh antara 6-7 cm, panjang rata-rata 48,35 4,729 mm dengan
bobot rata-rata sebesar 1,514 0,116 gram. Sementara induk jantan mempunyai
panjang rata-rata 50,59 1,771 mm dengan bobot rata-rata 1,529 0,100 gram.,
warna tubuh cerah, nafsu makan yang baik dan sudah matang gonad.
Pengetahuan dalam membedakan Ikan Cupang Alam jantan dan betina
sangat penting karena telur tidak akan menetas apabila tidak dibuahi oleh sperma.
Untuk membedakan ikan jantan dan betina dewasa dapat dilihat dari produksi
gelembung. Pada ikan jantan, produksi gelembung relatif lebih banyak dan
diameternya besar dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih
langsing dibandingkan dengan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang
gemuk. Untuk Induk jantan semakin panjang badannya akan semakin baik,
sedangkan untuk induk betina semakin gemuk perutnya (tempat telur) akan
semakin baik pula. Induk Ikan Cupang Alam dapat matang telur setelah berumur 5
20

bulan dengan panjang 6-7 cm (Yuono, 2006). Perbedaan jantan dan betina dapat
dilihat pada gambar 13.

(a)

(b)

Gambar 13. (a) Induk Jantan (b) Induk Betina

3.1.4

Pemberian Pakan
Kebutuhan pakan merupakan kebutuhan yang sangat penting karena pakan

berpengaruh terhadap pertumbuhan Ikan Cupang Alam (Angulo et al. 2011).


Pemberian pakan pada induk yang cocok dan dosis yang tepat diharapkan ikan
akan tumbuh dengan baik. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada
pukul 08.00 WIB dan pukul 14.00 WIB.
Pemberian pakan berupa cacing darah dapat meningkatkan kualitas telur
yang dihasilkan. Cacing darah (blood worm atau larva Chironomus sp) dapat
diberikan dalam keadaan hidup atau beku. Saat proses pemijahan sebaiknya Ikan
Cupang Alam. Pakan diberikan kurang lebih 10 ekor. Pakan berupa blood worm
dapat dilihat pada Gambar 14.

21

Gambar 14. Pakan Induk Ikan Cupang Alam Berupa Blood Worm (larva
Chironomus sp)
3.2

Pemijahan Induk

3.2.1 Persiapan Wadah Pemijahan


Wadah pemijahan Ikan Cupang Alam menggunakan akuarium sterofoam 30
x 21x 25 cm3 dengan ketinggian air 7-8 cm. Sebelum digunakan sterofoam dicuci
terlebih dahulu dengan air yang bersih kemudian dibungkus dengan plastik
bening.
Menurut Prasetio et al. (2001), air yang digunakan sebagai media pemijahan
adalah air yang telah diendapkan terlebih dahulu pada tandon selama 24 jam dan
diberi aerasi agar oksigen terlarut dan kualitas kimia air sesuai dengan kebutuhan
ikan. Sterilisasi air yaitu dengan pemberian methylene Blue sebanyak 5-10 tetes
air, yang bertujuan untuk mencegah timbulnya jamur dan membunuh bakteri yang
ada di dalam air. Adapun wadah untuk pemijahan dapat dilihat digambar 15.

Gambar 15. Wadah untuk pemijahan berupa sterofoam berisi air.

3.2.2 Persiapan Wadah Penempelan Telur


Setelah sterofoam dicuci hingga bersih dan diisi air, maka dilakukan
pemasangan wadah penempelan untuk tempat Ikan Cupang Alam bertelur.
Menurut Nugraha, Dimas dkk. (2012), bahan yang dapat digunakan yaitu berupa
potongan benda yang dapat terapung diatas air seperti potongan sterofoam.
Sebelum digunakan, terlebih dahulu dicuci dengan cara disiram menggunakan air
22

agar bakteri ataupun penyakit yang mungkin hidup di dapat mati dan steril dari
bakteri dan penyakit.
3.2.3 Teknik Pemijahan
Lokasi atau tempat pemijahan Ikan Cupang Alam sebaiknya dipilih lokasi
yang tenang agar ikan tidak stress dan terganggu akibat suara berisik yang
ditimbulkan. Ikan Cupang Alam dipijahkan secara masal atau sepasang. Menurut
Hermawaty (2008), pemijahan dengan cara set pasang dapat dilakukan di
sterofoam dan dapat diisi induk sebanyak 2 ekor dengan perbandingan 1 jantan
dan 1 betina. Semua sterofoam yang digunakan berjumlah 6 unit berisi sepasang
Ikan Cupang Alam yang siap dipijahkan.
Sebelum pemijahan terjadi, induk jantan akan mengeluarkan busa atau
gelembung yang akan digunakan induk betina untuk bertelur. Sesuai dengan
pendapat Groth. (2000), pemijahan akan berlangsung saat terdapat induk jantan
dan betina yang saling bertindak agresif. Setelah dirasa nyaman induk betina akan
mulai bertelur diantara sela-sela gelembung dan dibawah wadah telur, dan sang
jantan akan terus mengeluarkan gelembung sperma di tempat induk betina
mengeluarkan telur. Pemijahan dilakukan secara total atau dengan mengeluarkan
seluruh telur dalam 1 kali pemijahan. Telur yang terbuahi berbentuk bulat dan
berwarna putih, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna abu-abu dan
pipih .

3.2.4 Penetasan Telur


Menurut Cindelaras, S dan E. Kusrini. (2010), pengambilan telur dari
tempat pemijahan dilakukan pada pagi hari setelah malam harinya induk jantan
dan betina mengeluarkan telur dan spermanya. Setelah induk Ikan Cupang Alam
memijah dan menghasilkan telur yang menempel pada Wadah penempelan telur
maka Wadah penempelan yang berisi telur tersebut harus segera dipindahkan dari
tempat

pemijahan,

pemindahan

tersebut

dilakukan

untuk

menghindari
23

pemangsaan oleh induk terhadap telur-telur Ikan Cupang Alam. Gambar telur
yang menempel pada substrat dapat dilihat pada Gambar 16.

Telur

Wadah
penempelan

Gambar 16. Telur Ikan Cupang Alam yang Menempel

Telur yang akan ditetaskan dipindahkan ke dalam baskom penetasan telur.


baskom penetasan diberi methylen blue dengan dosis 1 ml/2L yang bertujuan
untuk membunuh bakteri atau penyakit yang berada dalam baskom. Jumlah telur
yang dihasilkan dalam praktik pembenihan ini adalah 1635 butir yang berasal
akuarium pemijahan, dengan hatching rate sebesar 94,74%, dengan kelulusan
hidup (survival rate) sebesar 74% pada kepadatan 100ekor/10L dan 75% pada
kepadatan 50ekor/10L. Dan hasil sampling terakhir menghasilkan 447ekor benih
dari penjumlahan dua kepadatan tersebut. Pada pembenihan Ikan Cupang Alam di
BPPBIH, telur akan menetas dalam waktu 2 hari.
Menurut Kadarini dkk. (2012), larva yang sehat memiliki ciri-ciri ekor
bergerak-gerak, namun jika larva tersebut tidak sehat maka ia menunjukkan
tingkah laku berenang dengan cara berputar-putar dan pasif di dasar steorfoam.
Larva tetap dipelihara dalam baskom penetasan hingga berumur 5 hari kemudian
dilakukan penghitungan pada larva yang menetas pindahkan ke sterofoam yang
lebih besar dengan membagi kedalam kepadatan 50 ekor/10L dan 100ekor/10L
Untuk dilihat perkembangan dan pertumbuhan yang baik bagi Ikan Cupang Alam.

24

3.3 Pemeliharaan Larva


3.3.1 Pendederan
Larva yang berumur 1 hari gerakan berenangnya masih lambat, sebagian
ada yang hanya menggerakkan bagian ekornya saja dengan bagian tubuh masih
bersembunyi dalam telur yang belum sempurna penetasannya sedangkan sebagian
lagi larva sudah mulai berenang dengan gerakan yang tidak terlalu cepat dan larva
berkumpul di dasar baskom (Kadarini, T. dan M. Zamroni, 2012). Larva Ikan
Cupang Alam yang telah menetas tetap dipelihara pada baskom penetasan hingga
berumur 5 hari (benih) dan kemudian dipindahkan kedalam sterofoam sekaligus di
lakukan perhitungan jumlah telur yang menetas lalu setelah berumur 7 hari
dipindahkan ke sterofoam pemeliharaan larva dan dibagi kedalam kepadatan 50
ekor/10L dan 100ekor/10L, pemindahan larva ke sterofoam selain bertujuan agar
mempermudah penghitungan telur yang menetas juga agar sterofoam dapat
dibersihkan kembali dan dapat digunakan untuk substrat yang menetas
selanjutnya. Setelah dilakukan pemindahan ke sterofoam larva, larva tersebut
dipelihara selama 24 hari lalu dipindahkan ke dalam akuarium pemeliharaan benih
hingga mencapai ukuran 1 inci. Larva Ikan Cupang Alam yang masih berumur 1
hingga 3 hari tidak diberi pakan karena masih mempunyai persediaan pakan
berupa egg yolk pada tubuhnya, tetapi pada umur 3 hari diberi artemia sebanyak
1ml.
3.3.2 Pemberian Pakan Pada Larva
Menurut Hemming. (2008), pakan yang diberikan untuk larva dan benih
Ikan Cupang Alamdisesuaikan dengan umur. Untuk memenuhi kebutuhan
energinya pasca-penetasan, larva ikan cupang alam menggunakan kuning telur
(yolk egg) atau bisa disebut masa endogenous feeding. Masa ini berakhir saat
kuning telur habis dan digantikan dengan exogenous feeding dimana larva harus
bisa menerima pakan dari luar untuk bertahan hidup. Masa peralihan dari
endogenous menjadi endogenous merupakan fase yang sangat kritis bagi larva.
Oleh karena itu informasi mengenai waktu terserapnya kuning telur sangat
25

diperlukan agar larva tidak mengalami kematian akibat terlambat dalam


pemberian pakan.
Sesuai dengan pendapat Kottelat et al. (2003), pakan alami yang sesuai
adalah yang mempunyai diameter lebih kecil dari bukaan mulut larva. Bukaan
mulut larva ikan cupang alam pada hari ketiga paska penetasan sebesar
0,3100,005 mm. Dibandingkan dengan diameter rotifer (0,0900,300 mm),
nauplii Artemia sp. (sekitar 0,300 mm) dan kutu air (Moina sp.) (0,2500,400
mm), bukaan mulut larva cupang alam masih lebih besar sehingga ketiganya dapat
dijadikan pakan awal bagi larva ikan. Ketika larva telah berumur 4 hari sebagian
larva sudah mulai berenang dengan gerakan yang lambat dan berkumpul dibagian
sudut baskom, dan sebagian larva sudah mulai mencari makan di dasar. Oleh
karena itu dilakukan pemberian pakan berupa artemia pada pagi dan sore hari.
Metode pemberian pakan dilakukan secara terstruktur, pada kepadatan 50ekor/10L
dan 100ekor/10L sebanyak 20ekor/larva atau 100ekor/1ml.
Lokasi pemberian pakan berada di seluruh permukaan yang merupakan
tempat benih biasa berkumpul. Pakan yang diberikan berbeda disesuaikan dengan
ukuran mulut benih. Pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pakan yang Diberikan pada Ikan Cupang Alam (Wild Betta)
Betta imbellis ladiges 1975 sesuai Umur
No
1
2

Umur (hari)
03
4 30

Pemberian
Jenis Pakan
Persediaan
kuning telur
Artemia

(Artemia

2 kali/ hari

sp)

3.3.3 Pengelolaan Kualitas Air


Pengelolaan kualitas air sangat penting dalam budidaya karena Ikan Cupang
Alam sangat rentan terhadap perubahan kimia air. Wadah sterofoam diganti air
selama 2 minggu sekali untuk menyaring air dari kotoran maupun sisa - sisa
26

makanan ikan agar sterofoam tidak cepat kotor. Selain itu juga dilakukan
pembersihan kotoran dengan cara penyiponan yang dilakukan 1 minggu sekali
agar ikan tidak stress. Parameter kualitas air pembenihan Ikan Cupang Alam
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Parameter Kualitas Air Pembenihan Ikan Cupang Alam (Wild Betta)
Betta imbellis ladiges 1975.

NO

PARAMETER

WAKTU

KONDISI

Awal

Tengah

Akhir

OPTIMAL

pH

6,5

6,5-7,8*

SUHU(0C)

27,3

26,4

27,2

24 28**

3
DO (ppm)
5,37
5,45
5,72
6,8-7,0***
(sumber, *Dermawan, I. Dan Lesmana. (2004),** Hermawaty. (2008),
***Bachtiar.(2004) ).
Dari hasil test kualitas air didapatkan berada di kisaran optimal. Kualitas air
juga cenderung stabil sehingga kegiatan pemijahan dapat dilaksanakan dengan
baik. Penyiponan kotoran biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian
pakan. Alat penyiponan yang digunakan berupa selang, ukuran selang sipon
disesuaikan dengan ukuran ikan yang ada di dalam akuarium. Selain penyiponan,
setiap 1 bulan dilakukan pembersihan sterofoam

pemeliharaan menggunakan

spon kasar agar lumut dan kotoran menempel terbuang. Pergantian air dilakukan
setiap 2 minggu sekali atau tergantung dari kondisi air di sterofoam jika air
terlihat keruh maka segera dilakukan pergantian air.
3.3.3.1 Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) perlu dipantau karena kondisi telur dan larva cukup
rawan terhadap perubahan keasaman perairan. Hasil pengukuran Derajat
keasaman (pH) pada budidaya Ikan Cupang Alam berkisar antara 6,5-7,0. Sesuai
dengan pernyataan Lesmana dan Dermawan (2004) pH optimum yang diperlukan
27

untuk pemeliharaan Ikan Cupang Alam adalah 6,5-7,8 jadi pH air yang digunakan
untuk pembenihan Ikan Cupang Alam ini cukup baik.
Menurut Kordi. (2004), apabila Derajat keasaman (pH) mengalami fluktuasi
sehingga tidak optimal, maka kondisi tersebut akan berpengaruh pada ikan.
Seperti berenang yang melambat, nafsu makan mulai menurun dan yang terburuk
adalah kematian.
3.3.3.2 Suhu
Suhu air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam media luar
maupun air (cairan) dalam tubuh ikan. Semakin suhu naik maka reaksi kimia akan
semakin cepat, sedangkan konsentrasi gas dalam air akan semakin menurun,
termasuk oksigen. Ikan merupakan binatang berdarah dingin (poikilothermal)
sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya. Adapun
untuk menjaga suhu sterofoam pemeliharaan larva tetap hangat maka diletakkan
didekat dinding fiber agar suhu dapat terjaga(Effendi, H. 2003).
Suhu air yang didapat pada hasil pengukuran adalah 26,4-27,3 oC, Hal ini
sesuai dengan pendapat Hermawaty. (2008), suhu air optimal untuk pemeliharaan
Ikan Cupang Alam berkisar antara 24-27C. Adanya perubahan suhu perairan
perlu diperhatikan. Fluktuasi suhu tidak boleh terjadi, terutama dalam proses
pergantian air dan transportasi. Fluktuasi suhu akan sangat membahayakan ikan
yang sedang dibudidayakan karena dapat mengganggu metabolisme dan fisiologis
ikan sehingga akan mengganggu kelangsungan hidup ikan budidaya.
3.3.3.3 DO (Kandungan Oksigen Terlarut)
Oksigen terlarut sangat penting dalam budidaya ikan. Sumber utama
oksigen berasal dari aerasi. Rendahnya kadar oksigen dapat berpengaruh terhadap
fungsi fisiologis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat engakibatkan
kematian. Konsumsi optimum oksigen terlarut pada akuarium pemeliharaan Ikan
Cupang Alam adalah 6,8-7,0 ppm(Bachtiar, 2004).
Pada pembenihan Ikan Cupang Alam di BPPBIH didapatkan nilai DO
antara 5,37-5,72 ppm, sehingga akan mengganggu kelangsungan hidup Ikan
Cupang Alam menurunnya aktivitas ikan.
28

Apabila terjadi fluktuasi terhadap Oksigen terlarut maka ikan akan


mengalami kekurangan oksigen, renang yang tidak stabil lalu menabrakkan
tubuhnya ke sekeliling wadah hingga akhirnya mengalami kematian.

3.3.4 Pencegahan Penyakit


Jenis penyakit yang sering menyerang Ikan Cupang Alam adalah Jamur dan
white spot. Ikan yang terserang jamur dan white spot pada bagian tubuhnya
terlihat bintik putih yang menyebar keseluruh tubuhnya, sehingga mengakibatkan
gerakan ikan semakin lemah dan nafsu makan menurun, bahkan dapat
menyebabkan kematian pada ikan(Indriyani, 2000).
Tindakan pencegahan penyakit jamur dan white spot dapat dilakukan
dengan pergantian air secara rutin, menjaga suhu tetap stabil, dan menjauhkan
ikan yang sehat dari ikan yang sakit (Kordi, 2004). Langkah pertama dalam
mengobati ikan yang terserang jamur dan white spot yaitu memisahkan ikan yang
sakit kedalam wadah pengobatan kemudian air wadah diberi methylene blue
dengan dosis 5tetes/L. Ikan yang sakit diletakan dalam larutan pengobatan.
Setelah itu ikan dipindahkan ke dalam wadah yang berisi air bersih.
Selain itu ditemukan juga penyakit yang menyerang telur Ikan Cupang
Alam yaitu jamur pada telur (egg fungus). Jamur yang menyerang telur biasanya
diakibatkan kualitas air yang buruk atau telur tidak terbuahi. Saprolegnia dan
Achgia merupakan jenis jamur yang paling sering menyerang Ikan Cupang
Alam(Mardiyah dan Syafei, 2005).
Ciri-ciri telur terserang jamur adalah adanya hifa atau serabut yang
menyelimuti permukaan telur. Telur yang telah terserang jamur dan diselimuti hifa
harus dibuang dengan cara disipon agar tidak menular ke telur yang ada
didekatnya. Baskom penetasan juga diberi larutan metilen biru sebanyak satu
sendok untuk 5tetes/liter air untuk mencegah timbulnya jamur.
29

Gambar 17. Methylen Blue


3.3.5 Proses Grading Benih
Menurut Indriyani dan Mahmud. (2000), tujuan dari grading benih pada
pembenihan Ikan Cupang Alam yaitu pengelompokan benih berdasarkan
kepadatannya dengan menggunakan hand tally counter, sendok plastik besar 2
buah baskom yang sama besar, methylene blue serta air sebanyak 2L. Pemisahan
berdasarkan kepadatan dibedakan atas beberapa kelompok. Kelompok 1 yaitu
kelompok

benih

yang

kepadatannya

50ekor/10L.

Kelompok

yaitu

pengelompokan benih yang kepadatannya 100ekor/10L.


Proses Grading benih pada pembenihan Ikan Cupang Alam dilakukan pada
umur 5 hari atau pada saat panen. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi persaingan
pakan terhadap benih dan membandingkan dengan kepadatan lainnya. Selain itu
proses grading bertujuan untuk mempermudah dalam proses penjualan benih
karena ukurannya telah disesuikan dengan ukuran yang diinginkan konsumen.
Adapun proses Grading benih pada pembenihan Ikan Cupang Alam dapat dilihat
digambar 18.

30

Gambar 18. Grading Benih pembenihan Ikan Cupang Alam

3.3.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan sesuai dengan ukuran yang diinginkan oleh pasar.
Biasanya pembenihan Ikan Cupang Alam dipanen saat mencapai ukuran 6-7 cm
pada umur 8 bulan (Tan, 2005). Kadangkala beberapa petani ikan sengaja
membeli larva pembenihan Ikan Cupang Alam yang baru menetas untuk
kemudian dibesarkan. Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan guna mendukung keberhasilan panen, antara lain :
persiapan panen, umur atau ukuran benih, teknik pemanenan dan pengemasan.
A. Persiapan Panen
Sebelum pemanenan terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat dan sarana
perlengkapan lainnya.

Beberapa alat dan sarana yang disiapkan diantaranya:

ember dan seser halus sebagai alat tangkap benih, selang sipon untuk
menyurutkan air sterofoam, kain halus, sendok plastik besar.
B. Umur dan Ukuran Benih
Umur dan ukuran benih sangat menentukan kelayakan dalam proses panen.
Hal ini dikarenakan apabila pemanenan dilakukan belum pada waktunya maka
kualitas benih pembenihan Ikan Cupang akan menurun dan harganya pun akan
turun secara drastis. Benih pembenihan Ikan Cupang sudah dapat dipanen pada
umur 8 bulan .
31

Ikan Cupang Alam merupakan ikan hias yang tumbuh dengan cepat.
Pengambilan contoh pertumbuhan dimulai saat larva mulai berumur 5 hari dan
dilakukan setiap 10 hari dengan menggunakan milimeterblock. Tingkat
pertumbuhan Ikan Cupang Alam (Wild Betta) Betta imbellis ladiges 1975 dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pertumbuhan Ikan Cupang Alam (Wild Betta) Betta imbellis
ladiges 1975
No
1
2

Umur larva (hari)

Panjang Tubuh (cm)


50ekor/10L
5
0,6
15
0,9
Dari tabel tingkat pertumbuhan Ikan Cupang

100ekor/10L
0,4
0,7
Alam dapat dilihat bahwa

terdapat korelasi positif antara umur dan panjang tubuh larva, semakin lama umur
larva maka semakin panjang tubuh larva.tetapi pada kasus beda kepadatan, jumlah
larva dengan kepadatan yang lebih banyak tidak terlalu baik dibandingkan
kepadatan yang jumlahnya lebih rendah.
C. Teknik Pemanenan dan Pengemasan
Waktu pemanenan benih ikan sebaiknya tidak lebih dari jam 11.00 pagi. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari terik matahari yang dapat mengakibatkan
ikan stres. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air sterofoam
secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara
mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring
dan ditampung dalam ember yang telah disiapkan.
Kemudian benih dikemas kedalam kantung plastik, kantung plastik yang
digunakan yaitu plastik polietilin (PE) berukuran 40 x 40 x 40 cm dengan
ketebalan 0,5 mm yang dirangkap dan pada bagian belakangnya diikat dengan
karet agar tidak terbentuk sudut untuk menghindari kebocoran. Adapun cara
pengemasan Ikan Cupang Alam yaitu:
1. Plastik diisi dengan air sebanyak 1/3 bagian dari volume plastik.
32

2. Ikan dimasukan ke dalam plastik dengan kepadatan 40-50 ekor/kantung


plastik. Kepadatan ikan disesuaikan dengan ukuran benih.
3. Plastik diisi oksigen murni sebanyak 2/3 bagian dari volume plastik.
4. Plastik diikat dengan menggunakan karet hingga kuat agar oksigen tidak
keluar dari kantung plastik.
Perjalanan yang jauh sangat mempengaruhi kondisi ikan yang diangkut. Tak
jarang selama perjalanan banyak ikan yang mengalami stres dan kehilangan
banyak energi sehingga menjadi lemah dan akhirnya mati. Untuk menghindari hal
tersebut perlu dilakukan pengamanan terhadap kualitas air.
Air media pengangkut biasanya kotor karena adanya sekresi ikan yang
berupa lendir dan kotoran. Sekresi ini perlu dikurangi karena menimbulkan
amoniak yang dapat membahayakan kondisi ikan. Untuk mengurangi kotoran
yang keluar selama pengangkutan maka sebelum ikan diangkut ikan dipuasakan
atau diberok terlebih dahulu selama 2 hari.

33

Anda mungkin juga menyukai