Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang terdiri
atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus untuk membantu
sistem sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus, dan cairan.

Gangguan pada

hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini membesar.


Kelainan daerah anorektal ini merupakan penyakit yang telah lama dikenal oleh
masyarakat. Welling DR (1988) dalam Villalba dan Abbas (2007) menyatakan bahwa
Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte menderita hemoroid. Penelitian tentang hemoroid
telah banyak dipublikasikan sekitar tahun 1970an. Hal ini menunjukkan bahwa hemoroid
telah sejak lama menjadi masalah bagi kehidupan kita.
Penyebab pasti dari hemoroid belum diketahui, faktor yang berperan dalam
perkembangan hemoroid adalah kehamilan, hereditas, konstipasi, dan lamanya waktu
yang dihabiskan di toilet saat buang air besar.
Pasien dengan hemoroid dapat mengalami gejala maupun tidak sama sekali, hal
ini bergantung pada jenis hemoroid serta derajat pada hemoroid internal. Pada derajat I
ditandai dengan adanya darah segar pada saat defekasi, namun ketika hemoroid tidak
ditatalaksana dengan baik maka dapat berlanjut ke derajat III atau IV. Hemoroid internal
derajat IV dapat menimbulkan nyeri akut yang berat.
Pigot dkk (2005) menyatakan terdapat empat gejala utama yang membuat pasien
datang ke praktek dokter diantaranya adalah nyeri, perdarahan, massa, dan pruritus pada
anal. Nyeri pada hemoroid eksternal yang mengalami trombosis dapat berlangsung
selama 48 sampai dengan 72 jam kemudian nyeri berkurang secara spontan tetapi juga
dapat berkurang setelah beberapa hari. Perdarahan merupakan gejala umum yang terdapat
pada hemoroid. Sebanyak 20 persen perdarahan usus bagian bawah disebabkan oleh
hemoroid. Meskipun hanya 3 persen yang mengalami anemia dari perdarahan tersebut.
Gejala-gejala ini mungkin tidak mengancam nyawa tetapi dapat mengurangi kualitas
hidup seseorang.
Hemoroid sering terjadi pada dewasa dengan umur 45 sampai dengan 65 tahun. Di
Amerika Serikat, hemoroid adalah penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan

umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa. Sebuah
penelitian yang dilakukan di Iran menunjukkan sebanyak 48 persen dari pasien yang
menjalani prosedur sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan anorektal memperlihatkan
adanya hemoroid.
Meskipun begitu, menurut Pigot dkk (2005) epidemiologi hemoroid tidak begitu
diketahui karena penelitian yang ada memiliki hasil yang sangat bervariasi. Banyak orang
yang mengalami hemoroid dan tidak berkonsultasi dengan dokter. Pasien terkadang
merasa ragu untuk mengobatinya karena rasa takut, malu, dan nyeri pada terapi
hemoroid, sehingga insidensi yang sebenarnya dari penyakit ini tidak dapat dipastikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi dan Fisiologi


Pada umumnya perineum dibagi menjadi dua buah segitiga oleh suatu garis

imajinasi dengan menghubungkan kedua tuber ischiadicum. Segitiga posterior yang berisi
anus dinamakan trigonum analis; segitiga anterior yang berisi ostium urogenitalis
dinamakan trigonum urogenitalis. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai
trigonum analis.

Gambar 1. Trigonum analis laki-laki dilihat dari bawah.11

Gambar 2. Trigonum analis dan trigonum urogenital pada perempuan dilihat dari
bawah.

Anus adalah lubang di bagian bawah canalis analis dan terletak di garis tengah.
Pada orang hidup, pinggir anus berwarna cokelat kemerahan dan berkerut karena
kontraksi musculus sphincter ani externus. Di sekitar pinggir anus terdapat rambut yang
kasar.
Canalis analis adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari rektum
hingga orifisium anal. Setengah bagian ke bawah dari canalis analis dilapisi oleh epitel
skuamosa dan setengah bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada bagian yang dilapisi
oleh epitel kolumnar tersebut membentuk lajur mukosa (Lajur Morgagni).12

Gambar 3. Canalis Analis.


Arteria rectalis superior memperdarahi setengah bagian atas canalis analis,
sedangkan arteria rectalis inferior memperdarahi setengah bagian bawahnya. Kedua
pembuluh tersebut merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang berasal dari
arteri pudendal interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri iliaka interna. Arteriarteri tersebut akan membentuk pleksus disekitar orifisium anal.
Setengah bagian atas dialirkan oleh v. rectalis superior ke v. mesenterica inferior,
sedangkan setengah bagian bawah dialirkan oleh v. rectalis inferior ke v. pudenda interna.
Anastomosis v. rectalis membentuk anastomosis portal sistemik yang penting yaitu
plexus hemorrhoidales.

Pada tela submucosa canalis analis terdapat plexus venosus yang mengalirkan
darahnya ke atas melalui v. rectalis superior. Cabang-cabang kecil v. rectalis media dan v.
rectalis inferior berhubungan satu dengan yang lain dan dengan v. rectalis superior
melalui plexus ini. Oleh sebab itu plexus venosus rectalis membentuk anastomosis portal
sistemik yang penting karena v. rectalis superior mengalirkan darahnya ke v. porta dan v.
rectalis media serta v. rectalis inferior ke sistem sistemik.

Gambar 4. Aliran arteri canalis analis (Schwartz, 2010)

Gambar 5. Aliran vena canalis analis (Netter, 2010)

Cairan limfe dari setengah bagian atas canalis analis dialirkan ke nodi rectalis
superior dan nodi mesenterici inferior. Cairan limfe dari setengah bagian bawah canalis
analis dialirkan ke nodi superomediales nodi inguinales superficial.
Tunika mukosa setengah atas bagian canalis analis peka terhadap regangan dan
dipersarafi oleh serabut-serabut sensorik yang berjalan ke atas melalui plexus
hypogatricus. Setengah bagian bawah canalis analis peka terhadap nyeri, suhu, dan raba
serta dipersarafi oleh nervus rectalis inferior. Musculus sphincter ani internus involunter
dipersarafi oleh serabut simpatis dari plexus hypogastricus inferior Musculus sphinter ani
externus volunter dipersarafi oleh n. rectalis inferior, cabang n. pudendus, dan ramus
perinealis n. sacralis keempat.
DEFEKASI
Waktu, tempat, dan frekuensi defekasi merupakan suatu kebiasaan. Beberapa
orang defekasi sekali sehari, beberapa orang beberapa kali sehari, dan beberapa orang
normal juga beberapa hari sekali.
Keinginan untuk defekasi dimulai dari perangsangan reseptor regangan di dalam
dinding rectum oleh adanya feces di dalam lumen rectum. Kegiatan defekasi melibatkan
reflex koordinasi yang mengakibatkan pengosongan colon descendens, colon sigmoid,
rectum dan canalis analis. Kegiatan ini dibantu oleh peningkatan tekanan intraabdominal
dengan kontraksi otot dinding anterior abdomen. Selanjutnya, kontraksi tonik m.
sphincter ani internus, m. sphincter ani externus, dan m. puborectalis dihambat secara
volunter, dan feces dikeluarkan melalui canalis analis. Tergantung pada kelemasan tela
submukosa, tunika mukosa bagian bawah canalis analis menonjol melalui anus
mendahului massa feces. Pada akhir defekasi, tunika mukosa kembali ke canalis analis
akibat tonus serabut-serabut longitudinal dinding canalis analis serta kontraksi dan
penarikan keatas oleh m. puborectalis. Kemudian lumen canalis analis yang kosong
ditutup oleh kontraksi tonik m. sphincter ani.

2.2

Hemoroid

2.2.1

Definisi
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang terdiri

atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus untuk membantu
system sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus, dan cairan.
Gangguan pada hemoroid terjadi ketika pleksus arteri-vena ini membesar.
Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari, Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena
dari pleksus hemorroidal inferior dan superior.
Hemoroid dibedakan antara interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskular di dalam jaringan submukosa pada
rectum sebelah bawah. Hemoroid sering dijumpai pada tiga posisi primer, yaitu kanandepan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara
ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel
anus.

Gambar 6. Perbedaan hemoroid interna dan eksterna.11

2.2.2

Epidemiologi
Diatas umur 50 tahun, hemoroid sangat sering terjadi. Sekitar separuh orang

dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar, perdarahan dan terasa
menyakitkan.
Kejadian hemoroid sampai saat ini mencapai sepertiga dari sepuluh juta
masyarakat di Amerika Serikat. Prevalensi kasus hemoroid bervariasi dari 4,4% pada
populasi umum dan 36,4% pada praktik kesehatan umum. Angka kejadian pasien yang
mencari pelayanan kesehatan di Amerika sekitar 12 dari 1.000 pasien.
Hemoroid sering terjadi pada dewasa dengan umur 45 sampai dengan 65 tahun. 5
Di Amerika Serikat, hemoroid adalah penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan
umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa. 6 Sebuah
penelitian yang dilakukan di Iran menunjukkan sebanyak 48 persen dari pasien yang
menjalani prosedur sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan anorektal memperlihatkan
adanya hemoroid.
Sepuluh juta orang di indonesia dilaporkan menderita hemoroid dengan
prevalensi lebih dari 4%. Penelitian di ruang endoskopi Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta pada bulan Januari 2000 sampai Januari 2001 adalah 414 pasien
yang dilakukan kolonoskopi, ada 108 kasus hemoroid (26,09%). Di rumah sakit yang
sama pada tahun 2005 menemukan 9%. Di RS Bakti Wira Semarang yang berobat pada
tahun 2008 sebanyak 1575 kasus bedah, dan 252 pasien adalah kasus hemoroid (16%).
Meskipun begitu, epidemiologi hemoroid tidak begitu diketahui karena penelitian
yang ada memiliki hasil yang sangat bervariasi.
2.2.3

Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran

balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi,
diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri,
dan tumor rektum.
Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal.
Selain itu system portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.

2.2.4

Patogenesis
Canalis analis memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion) atau

alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di canalis analis oleh jaringan ikat
yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di dalam tiap bantalan
terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut
membuat tiap bantalan membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia.
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan
bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta mengedan
akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan mengakibatkan
prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya.
Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak
adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang
meningkatkan tekanan intraabdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran
hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh
darah di bawahnya.
Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast memiliki peran
multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator dan sitokin yang
dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal vasokonstriksi terjadi bersamaan
dengan peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh
histamin dan leukotrin. Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh
darah pada hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan perdarahan.
Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga terjadi agregasi dan
trombosis yang merupakan komplikasi akut hemoroid.
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan mengalami
rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan granul sel mast.
Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi jaringan stroma, heparin
untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF- serta interleukin 4 untuk
pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan
dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari sel mast.

2.2.5

Gejala dan Tanda


Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya

dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang
mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun
berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.
Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
merupakan darah arteri.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat menyebabkan anemia berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan akhirnya dapat menonjol ke luar dan
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi sewaktu defekasi
dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium lebih lanjut,
hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk ke dalam anus.
Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap
dan tidak dapat didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada
pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit
perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus, dan ini
disebabkan oleh kelembapan yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya
timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.
2.2.6

Klasifikasi
Hemoroid interna dikelompokkan dalam empat derajat. Pada derajat pertama,

hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada waktu defekasi. Pada
stadium awal seperti ini idak terdapat prolaps, dan pada pemeriksaan anoskopi terlihat
hemoroid yang membesar menonjol ke dalam lumen. Hemoroid interna derajat kedua
menonjol melalui kanalis analis pada saat mengedan ringan tetapi dapat masuk kembali
secara spontan. Pada derajat ketiga, hemoroid menonjol saat mengedan dan harus

didorong kembali sesudah defekasi. Hemoroid intern derajat keempat merupakan


hemoroid yang menonjol ke luar dan tidak dapat didorong masuk.

Gambar 7. Stadium hemoroid interna


2.2.7

Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui inspeksi, pemeriksaan digital, dan

pemeriksaan proktoskopi atau anaskopi. Dokter perlu menyingkirkan kemungkinan


karsinoma apabila hemoroid dan perdarahan terjadi pada penderita usia pertengahan dan
usia lanjut.
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya darah segar
pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal
pada daerah anus. Pada derajat II hemoroid internal pasien akan merasakan adanya masa
pada anus dan hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada
hemoroid derajat IV yang telah mengalami trombosis.
Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya trombosis
hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid internal biasanya
timbul gejala hanya ketika mengalami DolitisDD sehingga terjadi ulserasi, perdarahan,
atau trombosis. Hemoroid eksternal Doli jadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan rasa
tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi dan trombosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang mengalami prolaps.
Hemoroid internal derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit

membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali hemoroid


tersebut telah mengalami trombosis.
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula,
polip, atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga
harus dinilai.
Canalis analis dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi
tingkat pembesaran hemoroid.20 Side-viewing pada anoskopi merupakan DolitisDDt yang
optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan Castillejo (2003)
dalam Kaidar-Person, Person, dan Wexner (2007) menyatakan bahwa ketika
dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi
lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi
untuk kondisi lain sebagai DolitisD banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman
seperti pada fisura anal dan fistula, Dolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan
menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan
umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan
pengobatan terhadap hemoroid.
2.2.8

Tata Laksana
Terapi hemoroid interna yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan.

Hemorid merupakan suatu hal yang normal sehingga tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi, yang membuat gumpalan isi usus besar dan lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Suposituria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen.

Hemoroid interna yang mengalami prolaps karena udem umumnya dapat


dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres local
untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya, misalnya
penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan apabila hemoroid menjadi simptomatik.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan
areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan
steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di
sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop.
Penyuntikan yang dilakukan pada tempat yang tepat tidak akan menimbulkan nyeri.
Penyulit penyuntikan antara lain infeksi, misalnya prostatitis akut (jika penyuntikan
dilakukan melalui prostat) dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.
Hemoroid yang besar atau mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligase
gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang
menonjol dijepit dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet
didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia sering terjadi dalam beberapa hari.
Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal
hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan
ligase berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu.
Penyulit utama ligase ialah timbulnya nyeri karena mengenai garis mukokutan.
Untuk menghindari ini, gelang ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri
hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi sewaktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang
nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih ccok untuk terapi paliatif
karsinoma rektum yang inoperabel.

Terapi bedah (Hemoroidektomi) dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan


menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh
dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang
mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan terapi ini.
Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan
pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.
Karena bantalan hemoroid merupakan jaringan normal yang berfungsi sebagai
katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan, pada hemoroid derajat III dan IV
tidak usah dilakukan hemoroidektomi, tetapi cukup untuk menarik mukosa dan jaringan
submukosa rektum distal ke atas (arah aboral) dengan menggunakan sejenis stapler,
sehingga hemoroid akan kembali ke posisi semula yang normal. Operasi hemoroid jenis
ini dinamakan hemoroidopeksi dengan stapler, dan nyeri pascabedah pada tindakan ini
sangat minimal.
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat dibuat menjadi
asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua
kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi
penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan berserat agar
dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. Penderita penyakit Crohn harus
ditangani hati-hati secara konservatif.

BAB IV
KESIMPULAN
Seorang lelaki, usia 25 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 7 November 2016.
Os mengeluh keluar benjolan di anus yang terasa nyeri berat sejak 7 jam sebelum
masuk rumah sakit.
Pasienmengatakankuranglebih2tahunyanglalumerasakanterdapatbenjolan
pada dubur, awalnya benjolan dapat masuk sendiri secara spontan. Namun beberapa
bulansetelahnya(pasienlupajelasnya)pasienmengakubejolansudahtidakdapatmasuk
sendiridenganspontan,tetapimasihbisadimasukkankedalamanusdenganbantuanjari.
PasienmengakukeluhanbenjolandisertaidenganBAByangbercampurdarah,
terkadangdarahkeluarbersamafesesdanterkadangdarahmenetessetelahfeseskeluar.
Pasienlupasejakkapanmulaikeluardarah,namunkeluhandirasakanhilangtimbul.
Selain itu pasien juga mengaku beberapa bulan sebelum masuk rumah sakit pasien
merasagataldisekitaranus.PasienmengakuBABtidakteraturdanseringmengedan
yangkerasjikasedangBAB
Pasien mengaku jarang mengkonsumsi sayuran dan minum air putih kurang dari 8
gelas per hari. Di rumah os menggunakan WC jongkok untuk BAB. Pasien tidak rutin
BAB setiap hari, dan ketika BAB sering dengan usaha mengedan yang keras.
Riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, dan keganasan
disangkal. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama juga disangkal.
Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa
diagnosis untuk keluhan seperti yang dirasakan pasien ini, yaitu hemoroid, prolaps recti,
ca recti atau polip anus
Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal. Dari hasil
pemeriksaan status lokalis regio anorektal didapatkan massa menutupi lubang anus,
warna hiperemis. Massa teraba padat-kenyal dan tidak dapat didorong masuk ke dalam
anus, permukaan licin.

Pada pemeriksaan laboratorium darah maupun kimia dalam batas normal


sehingga kemungkinan terjadi infeksi pada pasien dapat disingkirkan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami hemoroid
interna derajat IV. Pada pasien ini dilakukan tindakan operasi hemoroidektomi dan
diberikan edukasi mengenai perubahan pola hidup dengan makan makanan berserat dan
memperbanyak minum air putih serta pengaturan pola defekasi. Prognosis pasien ini quo
ad vitam dan quo ad functionam adalah bonam, dan quo ad sanationam adalah dubia,
tergantung dari pengaturan pola hidup pasien.

Anda mungkin juga menyukai