Anda di halaman 1dari 16

Makalah Sistem Pembiayaan Berbasis Diagnosis

( Sistem Casmix Dalam INA CBGs )

Oleh :
Iqfanul Khamdillah
G41130588
Golongan A

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016

DAFTAR ISI

Halaman
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................

1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................

1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................

1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional..................................................


2.2 Sistem Casemix.......................................................................

3
4

2.2.1 Sejarah Casemix...............................................................

2.2.2 Definisi Casemix..............................................................

2.2.3 Struktur Kode INA-CBGs................................................

2.2.4 Tarif INA-CBGs dalam JKN............................................

2.2.5 Regionalisasi....................................................................

2.2.6
2.2.7
2.2.8
2.2.9

Special CMG dalam INA-CBGs.....................................


WHO-DAS......................................................................
Aplikasi INA-CBGs 4.0..................................................
Tarif Kenaikan Kelas dalam INA-CBGs.........................

10
11
12
13

BAB 3 PENUTUP..................................................................................

14

3.1 Kesimpulan.............................................................................

14

3.2 Saran.......................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

15

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembiayaan

kesehatan

merupakan

bagian

yang

penting

dalam

implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurut Miller (2007) tujuan


dari pembiayaan kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu, mendorong
layanan berorientasi pasien, mendorong efisiensi tidak memberikan reward
terhadap provider yang melakukan over treatment, under treatment maupun
melakukan adverse event dan mendorong pelayanan tim. Dengan sistem
pembiayaan yang tepat diharapkan tujuan diatas bisa tercapai.
Sistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat

kesehatan

masyarakat

yang

setinggi-tingginya.

Tujuan

penyelenggaraan sistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya

dari
dana

kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, merata dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Metode pembayaran rumah sakit yang digunakan yaitu metode
pembayaran retrospektif dan metode pembayaran prospektif. Di Indonesia,
metode pembayaran prospektif dikenal dengan Casemix (case based payment)
dan sudah diterapkan sejak Tahun 2008 sebagai metode pembayaran pada
program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sistem casemix adalah
pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinis yang
mirip/sama dan penggunaan sumber daya/biaya perawatan yang mirip/sama,
pengelompokan dilakukan dengan menggunakan software grouper.
Dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur pola
pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan adalah dengan INA-CBG
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111
Tahun 2013.
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun 2006
dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Implementasi

pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 pada 15 rumah


sakit vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada seluruh rumah sakit yang
bekerja sama untuk program Jamkesmas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
masalah Bagaimana Sistem Casmix dalam INA CBGs di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penerapan system casemix dalam INA CBGs di Indonesia
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Sistem Casemix.
b. Untuk Mengetahui Struktur Dari Kode INA-CBGS.
c. Untuk Mengetahui Tarif Dalam INA-CBGS.
d. Untuk Megetahui Pembagian Regionalisasi INA-CBGS.
e. Untuk Mengetahui Special Cmg Dalam INA-CBGS.
f. Untuk Mengetahui Who-Das Dalam INA-CBGS.
g. Untuk Mengetahui Aplikasi INA-CBGs 4.0.
h. Tarif Kenaikan Kelas dalam INA-CBGS.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional
Pembiayaan

kesehatan

merupakan

bagian

yang

penting

dalam

implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurut Miller (2007) tujuan


dari pembiayaan kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu, mendorong
layanan berorientasi pasien, mendorong efisiensi tidak memberikan reward

terhadap provider yang melakukan over treatment, under treatment maupun


melakukan adverse event dan mendorong pelayanan tim.
Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yang digunakan yaitu :
a) Metode Pembayaran Retrospektif
Metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan yang
diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar
biaya yang harus dibayarkan. Contoh pola pembayaran retrospektif adalah
Fee For Services (FFS).

b) Metode Pembayaran Prospektif


Metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang
besarannya sudah diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Contoh
pembayaran prospektif adalah global budget, Perdiem, Kapitasi dan case
based payment.

Pilihan sistem pembiayaan tergantung pada kebutuhan dan tujuan dari


implementasi pembayaran kesehatan tersebut. Sistem pembiayaan prospektif
menjadi pilihan karena :
1) dapat mengendalikan biaya kesehatan
2) mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar
3) Membatas pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan atau
under user
4) Mempermudah administrasi klaim
5) Mendorong provider untuk melakukan cost containment
2.2 Sistem Casemix
2.2.1 Sejarah Casemix
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun 2006
dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Implementasi
pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 pada 15 rumah
sakit vertikal, dan pada 1 Januari 2009 diperluas pada seluruh rumah sakit yang
bekerja sama untuk program Jamkesmas.
Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari
INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia
Case Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU
(United Nation University) Grouper. Dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010
sampai Desember 2013, pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
Lanjutan dalam Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan INACBG. Sejak diimplementasikannya sistem casemix di Indonesia telah dihasilkan 3
kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA-DRG Tahun 2008, tarif INA-CBG
Tahun 2013 dan tarif INA-CBG Tahun 2014. Tarif INA-CBG mempunyai 1.077
kelompok tarif terdiri dari 789 kode grup/kelompok rawat inap dan 288 kode
grup/kelompok rawat jalan, menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk
diagnosis serta ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan. Pengelompokan kode
diagnosis dan prosedur dilakukan dengan menggunakan grouper UNU (UNU
Grouper). UNU-Grouper adalah Grouper casemix yang dikembangkan oleh
United Nations University (UNU).
2.2.2 Definisi Casemix

Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan


mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan biaya perawatan yang mirip/sama,
pengelompokan dilakukan dengan menggunakan grouper.
Kekurangan casemix :
1. Code creep
2. Underprovideservices - discharge admissions prematurely
3. Increase both admission and unnecessary readmissions
2.2.3

Struktur Kode INA-CBGs


Dasar pengelompokan dalam INA-CBGs menggunakan sistem kodifikasi

dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi output pelayanan,


dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk tindakan/prosedur.
Pengelompokan menggunakan sistem teknologi informasi berupa Aplikasi INACBG sehingga dihasilkan 1.077 Group/Kelompok Kasus yang terdiri dari 789
kelompok kasus rawat inap dan 288 kelompok kasus rawat jalan. Setiap group
dilambangkan dengan kode kombinasi alfabet dan numerik dengan contoh
sebagai berikut :

1. Digit ke-1 merupakan CMG (Casemix Main Groups)


Adalah klasifikasi tahap pertama dilabelkan dengan huruf Alphabet (A to Z) ,
berhubungan dengan sistem organ tubuh. Pemberian Label Huruf disesuaikan
dengan yang ada pada ICD 10 untuk setiap sistem organ. Terdapat 30 CMGs
dalam UNU Grouper (22 Acute Care CMGs, 2 Ambulatory CMGs, 1 Subacute
CMGs, 1 Chronic CMGs, 4 Special CMGs dan 1 Error CMGs). Total CBGs
sampai saat ini sebanyak 1220.31 CMGs yang ada dalam INA-CBGs terdiri dari :

2. Digit ke-2 merupakan tipe kasus


Sub-group kedua yang menunjukkan tipe kasus (1-9)

3. Digit ke-3 merupakan spesifik CBG kasus


Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBGs yang dilambangkan dengan
numerik mulai dari 01 sampai dengan 99.
4. Digit ke-4 berupa angka romawi merupakan severity level
Sub-group keempat merupakan resource intensity level yang menunjukkan
tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun

komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG terbagi


menjadi :
1) 0 Untuk Rawat jalan
2)

I - Ringan untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 1 (tanpa


komplikasi maupun komorbiditi)

3) II - Sedang Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 2 (dengan mild


komplikasi dan komorbiditi)
4) III - Berat Untuk rawat inap dengan tingkat keparahan 3 (dengan major
komplikasi dan komorbiditi).

Istilah ringan, sedang dan berat dalam deskripsi dari Kode INA-CBGs
bukan menggambarkan kondisi klinis pasien maupun diagnosis atau prosedur
namun menggambarkan tingkat keparahan (severity level) yang dipengaruhi oleh
diagnosis sekunder (komplikasi dan ko-morbiditi).
2.2.4

Tarif INA-CBGS dalam Jaminan Kesehatan Nasional


Tarif INA-CBGs yang digunakan dalam program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) per 1 Januari 2014 diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri


Kesehatan, dengan beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Pengelompokan Tarif 7 kluster rumah sakit, yaitu :
a. Tarif Rumah Sakit Kelas A
b. Tarif Rumah Sakit Kelas B
c. Tarif Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
d. Tarif Rumah Sakit Kelas C
e. Tarif Rumah Sakit Kelas D
f. Tarif Rumah Sakit Khusus Rujukan Nasional
g. Tarif Rumah Sakit Umum Rujukan Nasional

Pengelompokan tarif berdasarkan penyesuaian setelah melihat besaran


Hospital Base Rate (HBR) sakit yang didapatkan dari perhitungan total biaya
pengeluaran rumah sakit. Apabila dalam satu kelompok terdapat lebih dari satu
rumah sakit, maka digunakan Mean Base Rate.
2. Regionalisasi, tarif terbagi atas 5 Regional yang didasarkan pada Indeks
Harga Konsumen (IHK) dan telah disepakati bersama antara BPJS Kesehatan
dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
3. Terdapat pembayaran tambahan (Top Up) dalam sistem INA-CBGs versi 4.0
untuk kasus kasus tertentu yang masuk dalam special casemix main group
(CMG) ,meliputi :
a. Special Prosedure
b. Special Drugs
c. Special Investigation
d. Special Prosthesis
e. Special Groups Subacute dan Kronis
Top up pada special CMG tidak diberikan untuk seluruh kasus atau kondisi,
tetapi hanya diberikan pada kasus dan kondisi tertentu. Khususnya pada beberapa
kasus atau kondisi dimana rasio antara tarif INA-CBGs yang sudah dibuat
berbeda cukup besar dengan tarif RS. Penjelasan lebih rinci tentang Top Up dapat
dilihat pada poin D.
4. Tidak ada perbedaan tarif antara rumah sakit umum dan khusus, disesuaikan
dengan penetapan kelas yang dimiliki untuk semua pelayanan di rumah sakit
berdasarkan surat keputusan penetapan kelas yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI.
5. Tarif INA-CBGs merupakan tarif paket yang meliputi seluruh komponen
sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis
maupun non-medis.
Untuk Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, maka tarif INACBGs yang digunakan setara dengan Tarif Rumah Sakit Kelas D sesuai
regionalisasi masing-masing. Penghitungan tarif INA CBGs berbasis pada data
costing dan data koding rumah sakit. Data costing didapatkan dari rumah sakit

terpilih (rumah sakit sampel) representasi dari kelas rumah sakit, jenis rumah sakit
maupun kepemilikan rumah sakit (rumah sakit swasta dan pemerintah), meliputi
seluruh data biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit, tidak termasuk obat yang
sumber pembiayaannya dari program pemerintah (HIV, TB, dan lainnya). Data
koding diperoleh dari data koding rumah sakit PPK Jamkesmas. Untuk
penyusunan tarif JKN digunakan data costing 137 rumah sakit pemerintah dan
swasta serta 6 juta data koding (kasus).
2.2.5

Regionalisasi
Regionalisasi dalam tarif INA-CBGs dimaksudkan untuk mengakomodir

perbedaan biaya distribusi obat dan alat kesehatan di Indonesia. Dasar penentuan
regionalisasi digunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik
(BPS), pembagian regioalisasi dikelompokkan menjadi 5 regional.
Kesepakatan

mengenai

pembagian

regional

dilaksanakan

oleh

Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan Perhimpunan Rumah


Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dengan hasil regionalisasi tingkat propinsi
sebagai berikut :

2.2.6

Special Cmg Dalam INA-CBGs


Special CMG atau special group pada tarif INA-CBGs saat ini dibuat agar

mengurangi resiko keuangan rumah sakit. Diberikan untuk beberapa obat, alat,
prosedur, pemeriksaan penunjang serta beberapa kasus penyakit subakut dan
kronis yang selisih tarif INA-CBGs dengan tarif rumah sakit masih cukup besar.
Besaran nilai pada tarif special CMG tidak dimaksudkan untuk menganti biaya
yang keluar dari alat, bahan atau kegiatan yang diberikan kepada pasien, namun

merupakan tambahan terhadap tarif dasarnya. Dasar pembuatan special CMG


adalah CCR (cost to charge ratio) yaitu perbandingan antara cost rumah sakit
dengan tarif INA-CBGs, data masukan yang digunakan untuk perhitungan CCR
berasal dari profesional (dokter spesialis), beberapa rumah sakit serta organisas
profesi. Rincian special CMG yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Special CMG untuk Drugs, Prosthesis, Prosedur serta Investigasi
2. Special CMG untuk Subakut dan Kronis
Special CMG subakut dan kronis diperuntukkan untuk kasus-kasus
Psikiatri serta kusta dengan ketentuan lama hari rawat (LOS) dirumah sakit
sebagai berikut :
1. Fase Akut

: 1 sampai dengan 42 Hari

2. Fase Sub Akut : 43 sampai dengan 103 Hari


3. Fase Kronis

: 104 sampai dengan 180 Hari

Special CMG subakut dan kronis berlaku di semua rumah sakit yang
memiliki pelayanan psikiatri dan kusta serta memenuhi kriteria lama hari rawat.
Perangkat yang akan digunakan untuk melakukan penilaian pasien subakut dan
kronis dengan menggunakan WHO-DAS (WHO Disability Assesment Schedule)
versi 2.0.
Penghitungan tarif special CMG subakut dan kronis akan menggunakan
rumus sebagai berikut :
1. Fase Akut
: Tarif Paket INA-CBGs
2. Fase Subakut : Tarif Paket INA-CBGs + Tarif Sub akut
3. Fase Kronis : Tarif Paket INA-CBGs + Tarif Sub akut + Tarif Kronis.
2.2.7

WHO DAS
WHO-DAS adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur disabilitas.

Instrumen ini dikembangkan oleh Tim Klasifikasi, Terminologi, dan standar WHO
dibawah The WHO/National Institutes of Health (NIH) Joint Projecton Assesment
of Classification of Disability.
WHO-DAS Dalam konteks INA-CBGs:
Versi yang digunakan adalah versi 2.0, yang mengandung 12 (duabelas)
variabel penilaian (s1-s12) dengan skala penilaian 1 (satu) sampai dengan 5
(lima), sehingga total skor 60 (enam puluh). Tidak digunakan sebagai dasar untuk

pemulangan pasien tetapi sebagai dasar untuk menghitung Resource Intensity


Weight (RIW) pada fase sub akut dan kronis bagi pasien psikiatri dan pasien kusta.
Penilaian/assessment dilaksanakan pada awal fase subakut (hari ke-43) dan
awal fase kronis (hari ke-104) yg dihitung sejak hari pertama pasien masuk.
Penilaian dilakukan dengan metode wawancara langsung (interview) dan/atau
observasi oleh psikiater atau dokter ahli lainnya, dokter umum, maupun perawat
yg terlatih. Lembar penilaian ditandatangani oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) dengan mencantumkan nama jelas. Salinan lembar hasil
scoring WHO-DAS yg telah ditandatangani oleh DPJP dilampirkan sebagai bahan
pendukung pengajuan klaim. Petugas administrasi klaim atau koder melakukan
input hasil scoring WHO-DAS berupa angka penilaian awal masuk pada periode
sub akut atau kronis ke dalam software INA-CBGs pada kolom ADL, selanjutnya
software akan melakukan penghitungan tarif secara otomatis.
2.2.8

Aplikasi INA-CBGs 4.0


Aplikasi INA-CBGs merupakan salah satu perangkat entri data pasien

yang digunakan untuk melakukan grouping tarif berdasarkan data yang berasal
dari resume medis. Aplikasi INA-CBGs sudah terinstall dirumah sakit yang
melayani peserta JKN, yang digunakan untuk JKN adalah INA-CBGs 4.0. Untuk
menggunakan aplikasi INA-CBGs , rumah sakit sudah harus memiliki kode
registrasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan, selanjutnya akan dilakukan aktifasi software INA-CBGs setiap rumah
sakit sesuai dengan kelas rumah sakit serta regionalisasinya. Bagi rumah sakit
yang ingin melakukan aktifasi aplikasi INA-CBGs dapat mengunduh database
rumah sakit sesuai dengan data rumah sakit di website buk.depkes.go.id.

Proses entri aplikasi INA-CBGs 4.0 dilakukan oleh petugas koder atau
petugas administrasi klaim di rumah sakit dengan menggunakan data dari resume
medis, perlu diperhatikan juga mengenai kelengkapan data administratif untuk
tujuan keabsahan klaim.

2.2.9 Tarif Kenaikan Kelas Dalam INA-CBGs


Perbedaan Tarif 2008 2012 2013 (JKN)

Kelompok kelas rumah sakit


1. RS kelas A

2.
3.
4.
5.
6.

RS kelas B
RS kelas C
RS kelas D
RSUPN
RS Rujukan Nasional

Tarif RS swasta = tarif RS pemerintah


Kelompok Kelas Perawatan Dan Perbedaan Besaran Tarif :
1. Perawatan kelas 1, 2 dan 3
2. Kenaikan kelas 3 ke 2: 20 %
3. Kenaikan kelas 3 ke 1: 40 %
Tujuan Perbaikan/Perubahan Tarif
1. Mendorong agar RS menerima pembayaran yang lebih adil terhadap
pelayanan yang telah diberikan
2. Mendorong agar tarif makin merefleksikan actual cost dari pelayanan yang
telah diberikan RS dan meningkatkan keberlangsungan sistem pentarifan
yang diberlakukan
3. Mendorong agar tarif mampu mendukung kebutuhan medis yang diperlukan
dan dapat memberikan reward terhadap RS yang memberikan pelayanan
dengan outcome yang baik
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. INA-CBG, adalah metoda pembayaran paket prospektif yang digunakan
BPJS untuk membayar RS era JKN.
2. Sistem pembayaran INA-CBG dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan; mutu efisiensi pelayanan RS, performa RS dll.
3.2 Saran
1. Perlu dibangun sistem review/monitoring post claim yang baik.
2. Berbagai permasalahan yang masih ada terkait besaran dan sistem perlu
terus diperbaiki agar pemanfaatannya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2014. Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base
Groups (Ina-Cbgs).
Wibowo, B. 2013. Tarif Ina Cbg Untuk Jkn 2014. Jakarta
Yuniati, D. 2015. The Future Prospect of The Implementation of INA-CBGs in
Indonesia. Jogyakarta

Anda mungkin juga menyukai