Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara multi pulau dan multi etnis. Keberagaman kondisi
lingkungan dan budaya secara tidak langsung mempengaruhi karakteristik produk pangan
masyarakatnya dan kondisi tersebut melahirkan banyak produk pangan tradisional khas
daerah. Ada banyak jenis pangan tradisional dan salah satunya adalah dari jenis pangan
fermentasi.
Kecap adalah cairan hasil fermentasi bahan nabati atau hewani berprotein tinggi di dalam
larutan garam. Kecap bagi kita bukan barang asing lagi, sebab hampir disetiap rumah tangga
menggunakannya. Selain sebagai salah satu bumbu masak, kecap juga umum digunakan
sebagai penyedap rasa. Umumnya kecap dibuat dari bahan biji kedelai, entah kedelai kuning,
coklat, atau hitam.
Sekarang kecap tak lagi dimonopoli oleh kedelai, bahan bijian lain pun mulai
diperkenalkan penggunaanya. Salah satu contohnya adalah kecap dengan bahan baku biji
kecipir (Psophocarpus tetragonolobus). Kecap kecipir merupakan hasil fermentasi dari sari
biji kecipir yang dibumbui. Rasa sedapnya ditimbulkan oleh asam glutamat dan bumbu.
Sedangkan rasa asin atau manis tergantung proses pembuatan kecap ditambahkan gula kelapa
atau tidak.
1.2 Permasalahan
Dewasa ini kecap menjadi salah satu bumbu yang sering digunakan oleh masyarakat.
Banyak bahan baku yang digunakan untuk membuat kecap selain kedela, salah satunya ialah
biji kecipir. Salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan kecap adalah Rhizopus
Oligosporus.
1.3 Rumusan masalah
1. Apa perbedaan kecap dengan bahan baku kedelai dan buah kecipir?
2. Bagaimana proses pembuatan kecap kecipir dengan mikroba Rhizopus Oligosporus?
3. Apa saja manfaat dari produk yang dihasilkan?

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan kecap dengan bahan baku kedelai dan buah kecipir
2. Untuk mengetahui proses pembuatan kecap kecipir dengan mikroba Rhizopus
Oligosporus
3. Untuk mengetahui manfaat dari produk yang dihasilkan

1.5 Manfaat
1. Untuk memberi sumbangsih ilmu pengetahuan tentang peran mikroorganisme dalam
pembuatan kecap
2. Dapat mempraktekkan cara pembuatan kecap dengan mikroba Rhizopus Oligosporus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi
Teknologi fermentasi sebagian besar merupakan teknologi yang menggunakan
mikroorganisme untuk produksi makanan dan minuman seperti keju, yoghurt, minuman
alkohol, cuka, kecap dan beberapa produk fermentasi lainnya. sejalan dengan perkembangan
teknologi fermentasi makanan dan minum, disadari bahwa mikroorganisme dapat berperan
dalam menghilangkan berbagai buangan yang tidak diinginkan, dan hasilnya sudah
dimanfaatkan industri diseluruh dunia dalam permurnian air, pengolahan efluen dan
pengelolahan sampah. Dimensi baru dapat memanfaatkan mikroorganisme guna
menghasilkan: a. Metabolit primer penting tertentu dalam skala yang lebih besar, seperti
gliserol, asam asetat, asam laktat, aseton, butanol, dan butanadiol, serta berbagai asam
organik, asam amino, vitamin, dan polisakarida. ; b. Metabolisme sekunder yang berguna
(kelompok metabolisme yang tidak memainkan peranan langsung dalam kehidupan
mikroorganisme), seperti penisilin,streptomisin,oksitetrasiklin,sefalosporin,giberelin,alkaloid
dan aktinomisin ; C.Enzim dalam sekala industri seperti enzim interseluler
invertase,asparaginase,urik oksidase,restruksi endonuklease dan DNA ligase (John E.S.
1990).
Proses fermantasi dapat di lakukan hanya mencampur mikroorganisme dengan suatu
nutrisi dan membiarkan komponennya bereaksi. Proses berskala besar yang lebih canggih
memerlukan pengawasaan lingkungan yang ketat sehingga proses fermentasi dapat
bersinambungan dan efisiensi. Lebih penting lagi, jika proses fermentasi bersekala besar
dapat diulangi dengan menggunakan bahan baku, nutrisi dan inokulen sel yang sama, dengan
menghasilkan produk dalam jumlah yang sama (John E.S. 1990).
Mikroorganisme pada Fermentasi Jenis kapang digunakan dalam khususnya bagi
beberapa jenis kayu dan fermentasi bahan pangan khususnya di Asia, seperti kecap, miso,
tempe dan lain-lainnya. Jenis kapang yang banyak memegang peranan penting dalam
fermentasi bahan makanan tersebut adalah Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium (Setiadi,
2002).
Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan beberapa jenis mikroorganisme
baik bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang memfermentasi bahan pangan dapat
menghasilkan perubahan yang menguntungkan (produk-produk fermentasi yang diinginkan)
dan perubahan yang merugikan (kerusakan bahan pangan). Dari mikroorganisme yang
memfermentasi bahan pangan, yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat,
asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol (Suprihatin, 2010).
Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya
kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan
kultur murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau
oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi ( W in a r n o , d k k 1 9 8 0 ) .
Proses fermentasi atau peragian merupakan suatu perubahan yang terjadi terhadap bahan
pangan yang disebabkan oleh aktivitas mikroba jenis tertentu yang memiliki kemampuan

yang sesuai sehingga bahan menjadi berubah. Proses fermentasi yang terjadi dalam
pembuatan kecap meliputi dua tahap, yaitu:
1. Fermentasi I (penjamuran)
Penjamuran merupakan fermentasi tahap awal dalam pembuatan kecap. Tujuan utama
dari penjamuran ini adalah untuk mengembangbiakkan jamur dan menghasilkan
enzim proteolitik dan amilolitik. Penjamuran ini berlangsung selama 3 hari dengan
suhu 20 30 C. Pada fermentasi pertama (penjamuran) dihasilkan enzim protease
yang menghidrolisis komponen protein 65-90% menjadi bentuk terlarut, aktivitas
protease optimal pada suhu 20,5 C selama 5 hari. Selain enzim protease juga terdapat
enzim amilase yang merombak pati (polisakarida) menjadi glukosa sehingga terjadi
kenaikan gula reduksi. Selama penjamuran terjadi kenaikan pH karena adanya
aktivitas enzim proteolitik dan menghidrolis protein menjadi komponen peptida,
pepton, dan asam-asam amino. Peningkatan mutu gizi dikarenakan aktivitas mikroba
selama pengolahan dan fermentasi, karena kapang menghidrolisis sebagian selulosa
menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna. Protein dihidrolisis menjadi dipeptida,
peptida dan asam-asam amino. Lemak dipecah oleh enzim lipase menjadi asam lemak
dan gliserol. Dan terjadinya peningkatan kadar vitamin B12, asam fitatterutai
sehingga fosfor dan biotin dapat dimanfaatkan tubuh.
2. Fermentasi II (perendaman dalam larutan garam)
Fermentasi dalam larutan garam dilakukan setelah proses penjamuran, dengan
perbandingan koji dengan larutan garam 1 : 2. Mikroba utama pada fermentasi ini
adalah Aspergilus oryzae, bakteri asam laktat dan yeast yang toleran terhadap kadar
garam tinggi. Mekanisme fermentasi pada tahap ini meliputi. :
1. Fermentasi asam laktat oleh BAL (Bakteri Asam Laktat) Terjadi pada 3-6
bulan pertama,protein dan
karbohidrat oleh enzim yang berasal
dari Aspergillus oryzae. Proses hidrolisis protein terhambat pada saat terjadi
pencampuran kedelai dengan larutan garam dan mulai meningkat setelah
fermentasi berlangsung 2 minggu. Pada konsentrasi garam tinggi (20%) BAL
terutama Pediococcus soyae masih bisa tumbuh baik dan menghasilkan asam
laktat sehingga pH turun sampai 4,5. Bakteri ini berperan dalam pembentukan
aroma dan flavor spesifik pada kecap.
2. Fermentasi alcohol oleh khamir osmofilik (Saccaromyces rouxii) Setelah
fermentasi oleh BAL dimana pH turun menjadi 4,5 akan mendorong
pertumbuhan yeast (Saccaromyces rouxii). Yeast ini akan mengubah glukosa
dan maltose menjadi etanol dan gliserol yang merupakan komponen penyedap
aroma dan flavor pada kecap. Perubahan ini terjadi setelah bulan ke-6
perendaman.
Fermentasi Akhir Fermentasi akhir merupakan penyempurnaan dimana khamir dan
bakteri melanjutkan fermentasi, dengan pH akhir 4,7 4,8 dengan kadar garam akhir 18%
sehingga menurunkan bahaya bakteri pembusuk. Selama fermentasi kedua (penggaraman)
berlangsung terjadi perubahan-perubahan senyawa protein, lemak, dan karbohidrat menjadi
senyawa yang sederhana. Dalam fermentasi kecap hidrolisis protein menjadi senyawa yang
lebih sederhana disebabkan oleh aktivitas beberapa enzim, diantaranya enzim proteolitik

yang akan merubah protein menjadi asam-asam amino selanjutnya diubah menjadi amin,
asam keton, NH3, dan CO2.

2.2 Kecipir
Tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) secara luas dikenal dinegara-negara
tropis, termasuk Indonesia. Di negara barat kecipir dikenal dengan sebutan kedelai
bersayapatau winged bean. Sedangkan di Indonesia dikenal sebagai kecipir. Penelitian
perihal kecipir telah dirintis sejak tahun 1974 dengtan melibatkan para pakar seluruh dunia,
tahun itu pula ratusan ahli kecipir sedunia mengadakan pertemuan di Virginia, lalu dilanjuti
dengan pertemuan di Filiphina pada tahun 1978 dan Sri Lanka pada 1981. Tanaman ini
tumbuh subur didaerah tropis basah dengan ketinggian tanah kurang dari 1.600 meter diatas
permukaan laut. Tanah yang digemarinya adalah yang berbahan organi rendah, berpasir atau
lempung. Tanaman ini tahan terhadap kekeringan. Dan hidupnya senang merambat, sehingga
ia akan tumbuh baik jika merambat pada turus atau pohon. Batangnya umumnya berwarna
hijau, tetapi ada beberapa jenis yang berwarna ungu dan coklat. Jika dibiarkan tanpa
rambatan, tanaman kecipir akan melata diatas tanah tanah, batang beserta cabang dan daundaunnya rimbun menutup tanah (Haryoto, 1996).
Hampir seluruh bagian tanaman kecipir dapat dimanfaatkan karena mempunyai nilai gizi
setara dengan tanaman kedelai. Bahkan kandungan protein dan karbohidratnya mengungguli
kacang tanah. Disamping itu biji kecipir mengandung sejumlah asam amino esensial yang
bermanfaat untuk pertumbuhan badan, yang tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh kita.
Oleh karena itu, kecipir dapat dijadikan pengganti atau pendamping kedelai sebagai sumber
asam amino esensial (Haryoto, 1996).
Tabel I Perbandingan nilai gizi biji kecipir, kedelai, dan kacang tanah dalam 100 gram
biji.
NO
Zat Gizi
Biji Kecipir
Kedelai
Kacang Tanah
.
1
Protein (gr)
29.8-37.4
35.1
23.4
2
Energi (kal)
375-410
400
548.4
3
Karbohidrat (gr)
25.2-38.4
32.0
21.0
4
Lemak(gr)
15.0-18.3
17.7
45.3
5
Serat (gr)
3.7-9.4
4.2
2.1
6
Abu (gr)
3.3-4.3
5.0
2.4
7
Air (gr)
8.7-24.6
4.0
7.5
Sumber: Philippines Council for Agricultur and Research, The Winged Bean

Tabel II komposisi asam amino biji kecipir dan kedelai (mg/gr nitrogen)
No.

Asam Amino

Biji Kecipir

Kedelai

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Isolensin
Leusin
Lisin
Metionin
Sistin
Fenilalanin
Tirosin
Treonin
Triptofan
Valin
Arginin
Histidin
Alanin
Asam Asportat
Asam Glutamat
Glisin
Prolin
Serin

263
506
488
58
54
321
281
294
104
265
283
176
296
751
1080
268
449
360

296
484
356
69
54
309
202
258
72
298
442
144
273
789
1444
265
276
332

2.3 Rhizopus Oligosporus


R. oligosporus Saito mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau
lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit
kasar, dengan panjang lebih dari 1000 m dan diameter 10-18 m. Sporangia globosa yang
pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 m. Kolumela
globosa sampai sub globosa dengan apofisa apofisa berbentuk corong. Ukuran
sporangiospora tidak teratur dapat globosa atau elip dengan panjang 7-10 m. Klamidospora
banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula, terbentuk pada
hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris dengan
ukuran 7-30 m atau 12-45 m x 7-35 m. Suhu optimum, minimum, maksimum berturutturut adalah 30-35 C, 12 C dan 42 C. Ditemukan di Jepang, China dan Indonesia yang
diisolasi dari tempe.
R.oligosporus memiliki panjang sporangiosfor pada media Malt Extract Agar (MEA)
150-400 m lebih pendek dari R.oryzae yaitu lebih dari 1500 m. R.oligosporus biasanya
memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 120 m dan pada saat 7 hari
akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengandiameter 25-75 m. Sedangkan
R.oryzae memiliki diameter sporangium lebih dari 150 m,kolumela dengan diameter lebih
dari 100 m. Beberapa sifat penting dari R. Oligosporus antara lain meliputi aktivitas
enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B,
kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan
penetrisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Kasmidjo, 1990).

BAB III
PEMBAHASAN
Kecap dengan berbahan baku kecipir dapat menjadi alternatif lain dalam pembuatan
kecap. Bahan baku yang biasa dipakai dalam pembuatan kecap yaitu kedelai, akan tetapi
setelah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kalkun yang berakhir dengan kematian di
Inggris pada tahun 1960 karena mengkonsumsi pakan mengandung kacang tanah dan biji
kapas yang tercemar aflatoksin, maka toksin ini dikenal sebagai racun yang sangat toksik,
karsionogenik, mutagenik dan menekan sistem kekebalan pada manusia dan hewan (Syarief,
2006).
Pada umumnya, aflatoksin dibentuk oleh 2 jenis kapang yaitu Aspergillus flavus dan
Aspergillus parasiticus. A. Flavus tersebar luas di alam dan paling umum ditemukan pada
biji-bijian yang tumbuh pada kondisi tertekan misalnya pada musim kemarau. Kapang ini
bisa ditemukan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang mengalami pembusukan dan jerami. Studi
yang lebih baru menyebutkan bahwa species kapang yang berkerabat dekat dengan A. Flavus
juga mampu memproduksi aflatoksin diantaranya A. Nominus, A. Tamari, A. Bombycis dan
A. Pseudotamarii (Farombi, 2006)
Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menemukan 35 % kecap
di Pulau Jawa mengandung aflatoksin yang kadarnya mencapai 120 ppb. Diketahui bahwa
kecap merupakan produk pangan yang dihasilkan melalui proses fermentasi kedelai oleh A.
Niger, A. Flavus dan Rhizopus sp. serta peran beberapa jenis khamir dan bakteri, misalnya
Zygosaccharomyces (khamir) dan Lactobacillus (bakteri). Hasil ini agak berbeda dengan
laporan dari beberapa penelitian lainnya yang pada umumnya menyebutkan bahwa produk
fermentasi kedelai bebas dari aflatoksin, walaupun beberapa studi lainnya menyebutkan
adanya kapang penghasil aflatoksin pada beberapa jenis produk fermentasi. Berdasarkan
uraian diatas dapat dikatakan bahwa kedelai belum sepenuhnya dikatakan bebas dari
aflatoksin, maka dari itu pemakaian biji kecipiri dalam pembuatan kecap dapat dijadikan
bahan baku alternatif lain yang gizi nya juga sebanding atau bahkan lebih dari kandungan gizi
kedelai, lihat Tabel I dan Tabel II.
Proses pembuatan kecap
A. Alat dan Bahan
Alat :
1. Kompor
2. Dandang
3. Ember Plastik
4. Tampah
5. Tapisan
6. Timbangan
7. Kain Saring
8. Pengaduk
9. Botol

Bahan :
1. Biji kecipir
2. Air
3. Gula kelapa
4. Bumbu
5. Garam
6. Jamur tempe (Laru)

B. Cara Kerja
1. Pembersihan
Biji kecipir di bersihkan,setelah biji kecipir tua disiapkan tuanglah kedalam
tampah.dengan menampinya remukan dedaunan yang ringan akan terlempar keluar, dan
bahan yang lebih berat akan terpilahdari biji kecipir.
2. Penyortiran
Cara yang paling sederhana dalam penyortiran biji kecipir adalah menggunakan sistem
basah . Mula-mula siapkan panci dan isilah panci tersebut dengan air. Lalu masukan biji
kecipir ke dalamnya. Biji kecipir yang mutunya jelek akan terapung.
3. Penyucian
Selesai di sortir, biji kecipir dicuci dan di bilas dengan air besih, sehingga kotoranya yang
masih menempelakan hilang
4. Perendaman
Siap kan panci berisi air bersih. Tuangkan biji kecipir yang hendak di buat kecap ke
dalamnya. Biji kecipir harus terendam semuanya, perendaman ini berlangsung selama 12-15
jam
5. Perebusan
Perebusan ini memerlukan waktu sekitar dua jam sampai biji kecipir menjadi lunak.
Tuangkan biji kecipir ke dalam panci sampai semua biji cukup terendam air. Atau sebagian
ancar-ancar setiap 1 kilogram biji kecipir membutuhkan air 2,5 liter
6. Penirisan dan pendinginan
Selesai direbusb biji kecipir dipindahi ke dalam tapisan untuk di tirisakan.setelah airnya
tuntas biji kecipir bisa di pindahkan ke tampan agar lebih cepat dingin. Pendinginan ini
memerlukan waktu sekitar 1 jam.
7. Penjamuran
Tunggulah biji kecipir sampai dingin betul. Sebab melakukan penjamuran dalam keadaan
biji kecipir masih panas akan sia-sia saja. Proses penjamuran adalah mengembangbiakan
jamur ke dalam bahan baku kecap. Dalam keadaan biji kecipir belum dingin bila dimasukan
penjamuran niscaya akan mati, sehingga penjamuran tidak akan berhasil.
Bibit jamur untuk pembuatan kecap yang digunakan adalah jamur tempe
oligospprus karena jamur tempe lebih mudah mendapatkannya.

Rhizopus

Jamur tempe
Cara menggunakanya adalah dengan megusap-usapkan atau mencapur larutan tempe ke
bahan baku kecap sampai merata. Kemudian diangin-anginkan sebentar, sebelum dilakukan
pemeraan. Pada akhir pemeraan,biji kecipir nampak sudah di penuin cendawan berwarna
putih merata. Proses fermentasi ini biasanya berlangsung 4-5 hari. Untuk per kilogram biji
kecipir dibutuhkan 5 lembar daun usar.

8. Penggaraman
Siapkan larutan garam 20%, yakni larutan garam dengan air bersih dengan perbandingan
berat 1:5. Untuk satu kilogram biji kecipir diperlukan 4 liter air, berarti garam yang
dibutuhkan adalah 20% x 4x 1kg = 0.8 kg.
Perendaman dalam larutan garam ini berlangsung antara 1-2 bulan. Semakin alama proses
perendaman makan akan semakin baik hasilnya, kecap rasanya lebih gurih dan kandungan
proteinnya juga kian tinggi. Tetapi batas maksimal umumnya 2 bulan perendaman. Selama
proses penggaraman setiap pagi perlu dijemur di panas matahari sambil diaduk-aduk.
Kemudian soremnya ditutup dan dimasukkan kedalam ruangan kembali.
9. Penyaringan I
Penyaringan pertama ini tujuanya adalah memisahkan cairan hasil penggaraman selama
4-5 hari dengan ampasnya. Cara : Siapkan kalo dan taruhlah diatas panci. Lalu tuangkan
larutan garam beserta biji kecipir ke dalamnya, dan dengan sendirinya cairanya akan
langsung ke bawah tertampung panci, sedangkan ampasnya tetap tinggal di atas. Cairan ini
lah yang di sebut filtrat atau cairan inti kecap. Ampas hasil sampingan filtrat dapat di
manfaatkan sebagai pakan ternak.
10. Pengenceran filtrat
Filtrat hasil penyaringan belum bisa langsung dijadikan kecap, tapi perlu diencerkan
terlebih dahulu. Pengenceran yang digunakan adalah air bersih dengan perbandingan 1:1.
Artinya setiap 1 liter filtrat di campur dengan 1 liter air.
11. Perebusan II
Setelah filtrat di cairkan kemudian di rebus ulang sambil dilakukan pemberian bumbubumbu penyedap serta gula kelapa. Pemberian gula kelapa jumlahnya tergantung selera.
Untuk kecap manis memerlukan gula kelapa yang lebih banyak, yakni setiap satu liter filtrat
membutuhkan 2 kg gula kelapa.
Kebutuhan bumbu sebagai penyedap tergantung selera. Sebagai contoh untuk 1 liter filtrat
dapat di tambahkan bumbu sebagai berikut: 2 lembar daun salam, 2lembar daun jeruk, 1
batang pendek sere, potongan lengkuas, dan 1 sendok pekak. Selain itu dapat pula di
tambahkan kemiri, bawang putih, biji adas, wijen, dan sebagainya.
Selain bumbu dan gula, jangan lupa memberi garam secukupnya. Bumbu dan gula amat
berperan terhadap hasil ahir kecap yang kita produksi, maka baik macam dan jumlahnya
bahan bumbu yang dibubuhkan perlu dicermati. Ada baiknya mengadakan percobaan
berulangkali sampai memperoleh resep yang sesuai dengan kecap kecipir yang ingin kita
hasilkan.
12. Penyaringan II
Karena adanya penambahan bumbu, gula, dan garam maka cairan keap kecipir perlu
disaringkan untuk kedua kalinya. Di samping itu, penyaringan yang terakhir ini juga untuk
membersihkan kecap dari sisa ampas yang lembut. Karenanya penyaringan menggunakan
kertas saring.

13. Pembotolan
Proses terahir pembuatan kecap kecipir adalah dengan mengemasnya dalam botol. Tentu
saja sebelum di isi botol harus di bersihkan dan di cuci terlibih dahulu atau di uap supaya
lebih bersih. Dan setelah botol terisi penuh makan tutuplah dengan rapat botol kecap minyak
kecipirnya.
Kecap kecipir yang berbahan baku biji kecipir sangat bermanfaat bagi kesehatan. Biji
kecipir tua banyak mengandung asam amino dan protein. Bahkan Kandungan asam amino
pada biji kecipir lebih banyak apabila dibanding dengan biji kedelai. Anda tentu tahu bahwa
Asam amino bermanfaat untuk pertumbuhan sel tubuh. Biji kecipir juga banyak mengandung
fosfor, magnesium, kalsium, dan zat besi. Zat besi berfungsi untuk pembentukan hemoglobin
darah. Sehingga Ibu hamil dan menyusui, disarankan mengkonsumsi biji kecipir, untuk
mencegah kelelahan akibat anemia karena kekurangan zat besi.
Manfaat biji kecipir yang beragam juga disebabkan karena juga mengandung tokoferol,
yang lebih tinggi dibanding kedelai. Tokoferol berfungsi untuk melindungi vitamin A dari
oksidasi, pemanfaatkan vitamin A, meningkatkan daya serap vitamin A, dan membantu
penyimpanan vitamin A dalam tubuh. Biji kecipir digunakan untuk pelangsing tubuh,
kesehatan kulit, dan meningkatkan gairah seksual secara alami dan tradisional. Karena bahan
baku dalam pembuatan kecap ini adalah biji kecipir, maka kecap ini sungguh bermanfaat dan
bergizi tinggi, sesuai dengan urain manfaat yang diatas.

BAB III
PENUTUP
Kecap dengan berbahan baku biji kecipir lebih aman
Dalam

DAFTAR PUSTAKA

[1] Endang S. Rahayu dan Sri Raharjo. Isolasi dan Identifikasi Rhizopus
Oligosporus pada Beberapa Inokulum Tempe. UGM. Yogyakarta.
[2] Farombi, E.O. 2006. Review: Aflatoxin Contamination of Foods in Developing
Countries: Implications for Hepatocellular Carcinoma and Chemopreventive Strategies.
African Journal of Biotechnology, Vol. 5.1-14.
[3] Haryoto. 1995.Tempe dan Kecap Kecipir. Kanisius.Yogyakarta. 9-14, 48-65.
[4] John E.S
[5] Kasmidjo, R.B. 1990. Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.
[6] Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan Pusat Dinamika
Pembangunan UNPAD, Bandung.
[7] Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Press. Surabaya. Hal 6.
[8] Winarno,F.G, dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
1. http://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2013/04/manfaat-biji-kecipir-untukkesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai