Sti Nov2005 PDF
Sti Nov2005 PDF
Bode Haryanto
Abstrak: Esterifikasi adalah suatu proses mereaksikan Alkil alkohol dengan suatu bahan tertentu yang dalam
penelitian ini menggunakan trigliserida yaitu stearin. Berbagai katalis telah dimanfaatkan dalam proses ini dan
terbukti bahwa senyawa yang mengikat unsur Na, K dan Mg merupakan katalis yang cukup baik sebagai katalis.
Katalis abu dari sekam padi hasil pembakaran pada temperatur 500 0C, 550 0C, 600 0C, 650 0C dan 700 0C
selama delapan jam digunakan dalam melakukan proses esterifikasi untuk uji kemampuan katalis dengan variasi
persen berat katalis terhadap stearin: 3 % dan 4 %. Hasil penelitian awal ini menunjukkan temperatur 6000C
dengan jumlah katalis 3% berat stearin mengahasilkan volume metil ester maksimum 19 ml dengan kemurnian
100 % sehingga konversi reaksi adalah 76 %.
Kata kunci: Abu Batang Kelapa, Esterifikasi
1.
Pendahuluan
Abu sekam kayu kelapa merupakan bagian
kelapa yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Biasanya kayu kelapa dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan untuk kerangka atau atap rumah di
pedesaan dan abu kayu kelapa belum dimanfaatkan
sama sekali. Karena itu, perlu dilakukan usaha
pemanfaatan abu kayu kelapa ini sehingga lebih
bermanfaat dan berdaya jual tinggi.
Graille dkk (1985) juga menggunakan katalis
abu yang berasal dari tungku pembakaran limbah
padat pabrik kelapa. Abu tersebut memiliki kadar ion
kalium dan karbonat yang tinggi. Abu kulit buah dan
batang kelapa kelihatannya dapat digunakan sebagai
katalis. Senyawa utama penyusun katalis abu
disajikan pada Tabel 1.
2. Tinjauan Pustaka
Pada tahun 1985, Graille dkk menggunakan
katalis yang berasal dari mineral alami seperti
kalsium karbonat dari endapan batu kapur,
montmorillonite dari tanah lempung, faujasite (zeolit)
dan magnesium oksida dari endapan dolomit. Selain
itu juga digunakan katalis yang berasal dari senyawa
- senyawa yang mudah didapat seperti KOH dan
KHCO3. Katalis - katalis tersebut diuji pada reaksi
metanolisis minyak sawit. Metanolisis dilakukan
pada temperatur 60 0C dengan nisbah berat metanol minyak sebesar 1,7 : 1 . Katalis - katalis tersebut
digunakan sebanyak 20 % berat (berbasis minyak).
Tabel 2 berikut menyajikan hasil uji katalis - katalis
tersebut. Data yang ditampilkan pada Tabel 2 terlihat
bahwa kalium merupakan kation utama dengan
kemampuan konversi yang cukup baik.
Abu Kelapa
Kulit buah
Batang
40
35
1,7
2,5
1,1
2,8
0,9
2,1
2,7
14,5
27,7
12,5
0,06
0,05
0,9
0,9
10,5
16,8
2.
Tinjauan Pustaka
Pada tahun 1985, Graille dkk menggunakan
katalis yang berasal dari mineral alami seperti
kalsium karbonat dari endapan batu kapur,
montmorillonite dari tanah lempung, faujasite (zeolit)
dan magnesium oksida dari endapan dolomit. Selain
itu juga digunakan katalis yang berasal dari senyawa
- senyawa yang mudah didapat seperti KOH dan
25
3
5
3.
4.
26
3. Motor pengaduk
6. Statif
Keterangan Gambar 2.
1. Statif
4. Magnit Stirrer
7. Erlenmeyer
2. Termometer
3. Labu leher tiga
5. Pipa Penghubung 6. Kondenser
Prosedur Kerja
Sekam batang kelapa dibakar dengan furnace
selama 8 jam pada temperatur
500 0C. Stearin
dipanaskan di atas hot plate sampai mencair hingga
tidak terlihat lagi gelembung gas (buih), kira-kira 15
menit. Abu sekam batang kelapa (3 % terhadap berat
stearin) dilarutkan dalam 50 ml metanol.
Gambar 1. campuran sekam batang kelapa dan
metanol dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang
dilengkapi dengan termometer, motor pengaduk dan
6.2. Pembahasan
Gambar 3. menunjukkan hubungan antara
temperatur pembakaran sekam batang kelapa
terhadap volume metil ester yang dihasilkan. Variasi
temperatur pembakaran adalah 500, 550, 600, 650,
dan 700 0C. Dari variasi temperatur pembakaran
tersebut, hasil yang paling baik (metil ester yang
dihasilkan paling banyak) adalah pada penggunaan
abu sekam batang kelapa hasil pembakaran
temperatur 600 0C. Pada temperatur 500 0C dan 550
0
C, diperkirakan ion-ion alkali dalam abu sekam
batang kelapa belum teraktifkan secara optimal
karena sekam batang kelapa belum semuanya
menjadi abu. Pada temperatur 600 0C, ion-ion alkali
dalam abu sekam batang kelapa diperkirakan lebih
aktif atau lebih optimal menghasilkan produk metil
ester yang maksimum. Namun pada temperatur 650
0
C dan 700 0C, produk metil ester mengalami
penurunan kembali karena ion-ion alkali terutama
kalium semakin berkurang, karena temperatur
pembakaran yang tinggi menyebabkan kandungan
kalium pada abu berkurang (Zahrina, 2000). Kalium
memang bersifat mudah menguap bila dipanaskan
pada temperatur tinggi (Othmer,1991).
Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa
dengan pemakaian katalis 3 % akan menghasilkan
produk metil ester yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan pemakaian katalis sebanyak 4
%. Semakin banyak persentase berat katalisnya maka
kandungan alkalinya semakin banyak. Alkali yang
semula difungsikan sebagai katalis menjadi ikut
bereaksi dengan trigliserida membentuk sabun,
sehingga sabun yang terbentuk lebih banyak dari
pada metil ester yang diperoleh.
Temperatur
pembakaran
(0C)
500
550
600
650
700
500
550
600
650
700
Persen berat
katalis (%)
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
Volume
metil ester
(ml)
16
18
19
17
16,5
10
11
18
16
12
Densitas
(gr/ml)
Viskositas
(cP)
Titik didih
(0C)
0,8550
0,8558
0,8543
0,8559
0,8556
0,8565
0,8554
0,8568
0,8567
0,8580
1,8126
1,7999
1,8111
1,7811
1,8138
1,8014
1,8468
1,7829
1,8162
1,7711
284
284
283
284
286
286
288
285
286
285
27
G r a fi k H u bu n g a n T e m pe r a tu r P e m ba k a r an S e k a m B a ta n g K e l a pa vs - V o l u m e M e ti l Es te r
15
(ml)
20
10
3 % ka t a lis
4 % ka t a lis
5
0
500
550
600
650
T e m pe r a tu r P e m ba k a r a n ( 0 C )
700
Gambar 3. Grafik Hubungan Temperatur Pembakaran Sekam Batang Kelapa Terhadap Volume Metil Ester