Anda di halaman 1dari 4

Abu Serbuk Batang Kelapa Sebagai Katalis Proses Esterifikasi Stearin

Bode Haryanto

ABU SERBUK BATANG KELAPA


SEBAGAI KATALIS PROSES ESTERIFIKASI STEARIN
Bode Haryanto

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Sumatera Utara

Abstrak: Esterifikasi adalah suatu proses mereaksikan Alkil alkohol dengan suatu bahan tertentu yang dalam
penelitian ini menggunakan trigliserida yaitu stearin. Berbagai katalis telah dimanfaatkan dalam proses ini dan
terbukti bahwa senyawa yang mengikat unsur Na, K dan Mg merupakan katalis yang cukup baik sebagai katalis.
Katalis abu dari sekam padi hasil pembakaran pada temperatur 500 0C, 550 0C, 600 0C, 650 0C dan 700 0C
selama delapan jam digunakan dalam melakukan proses esterifikasi untuk uji kemampuan katalis dengan variasi
persen berat katalis terhadap stearin: 3 % dan 4 %. Hasil penelitian awal ini menunjukkan temperatur 6000C
dengan jumlah katalis 3% berat stearin mengahasilkan volume metil ester maksimum 19 ml dengan kemurnian
100 % sehingga konversi reaksi adalah 76 %.
Kata kunci: Abu Batang Kelapa, Esterifikasi
1.

Pendahuluan
Abu sekam kayu kelapa merupakan bagian
kelapa yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Biasanya kayu kelapa dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan untuk kerangka atau atap rumah di
pedesaan dan abu kayu kelapa belum dimanfaatkan
sama sekali. Karena itu, perlu dilakukan usaha
pemanfaatan abu kayu kelapa ini sehingga lebih
bermanfaat dan berdaya jual tinggi.
Graille dkk (1985) juga menggunakan katalis
abu yang berasal dari tungku pembakaran limbah
padat pabrik kelapa. Abu tersebut memiliki kadar ion
kalium dan karbonat yang tinggi. Abu kulit buah dan
batang kelapa kelihatannya dapat digunakan sebagai
katalis. Senyawa utama penyusun katalis abu
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Senyawa Utama Abu Kelapa (% berat)


Senyawa
Kalium (K)
Natrium (Na)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Klor (Cl)
Karbonat (CO3)
Nitrogen (N)
Posfat (P)
Silika (SiO2)

Sumber : Graille dkk, (1985).

Tabel 2 Hasil Uji Katalis Mineral Alami


Perolehan ( % )
Katalis
Metil Ester
Sabun
Asam Lemak
Montmorillonite
0
0,5
CaCO3
0
0,5
MgO
0
0,5
Faujasite
23
0,6
CaO
48
1,5
K2CO3
95
1,8
KHCO3
95
1,9
KOH
95
0,5

2. Tinjauan Pustaka
Pada tahun 1985, Graille dkk menggunakan
katalis yang berasal dari mineral alami seperti
kalsium karbonat dari endapan batu kapur,
montmorillonite dari tanah lempung, faujasite (zeolit)
dan magnesium oksida dari endapan dolomit. Selain
itu juga digunakan katalis yang berasal dari senyawa
- senyawa yang mudah didapat seperti KOH dan
KHCO3. Katalis - katalis tersebut diuji pada reaksi
metanolisis minyak sawit. Metanolisis dilakukan
pada temperatur 60 0C dengan nisbah berat metanol minyak sebesar 1,7 : 1 . Katalis - katalis tersebut
digunakan sebanyak 20 % berat (berbasis minyak).
Tabel 2 berikut menyajikan hasil uji katalis - katalis
tersebut. Data yang ditampilkan pada Tabel 2 terlihat
bahwa kalium merupakan kation utama dengan
kemampuan konversi yang cukup baik.

Abu Kelapa
Kulit buah
Batang
40
35
1,7
2,5
1,1
2,8
0,9
2,1
2,7
14,5
27,7
12,5
0,06
0,05
0,9
0,9
10,5
16,8

2.

Tinjauan Pustaka
Pada tahun 1985, Graille dkk menggunakan
katalis yang berasal dari mineral alami seperti
kalsium karbonat dari endapan batu kapur,
montmorillonite dari tanah lempung, faujasite (zeolit)
dan magnesium oksida dari endapan dolomit. Selain
itu juga digunakan katalis yang berasal dari senyawa
- senyawa yang mudah didapat seperti KOH dan
25

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

KHCO3. Katalis - katalis tersebut diuji pada reaksi


metanolisis minyak sawit. Metanolisis dilakukan
pada temperatur 60 0C dengan nisbah berat metanol minyak sebesar 1,7 : 1 . Katalis - katalis tersebut
digunakan sebanyak 20 % berat (berbasis minyak).
Tabel 2 berikut menyajikan hasil uji katalis - katalis
tersebut. Data yang ditampilkan pada Tabel 2 terlihat
bahwa kalium merupakan kation utama dengan
kemampuan konversi yang cukup baik.

Prosedure dan Metodologi


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Penelitian, Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi
Medan dan Laboratorium Pangan di Pusat Penelitian
Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso No 51 Medan.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah
sekam batang kelapa (SBK) yang diambil dari limbah
sisa pemotongan kayu kelapa. Data penelitian yang
ingin dicari ialah banyaknya volume metil ester yang
terbentuk, titik didih, densitas dan viskositasnya.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan
secara langsung.
Variabel dan kondisi proses yang divariasikan
ialah ; Temperatur pembakaran sekam batang kelapa
: 500 0C, 550 0C, 600 0C, 650 0C, dan 700 0C. Persen
berat katalis terhadap stearin : 3 % dan 4 %.

3
5

3.

4.

Tahap Pelaksanaan Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini
ialah stearin sebagai bahan baku (reaktan) pada
pembuatan metil ester asam lemak (biodiesel).
Metanol sebagai bahan baku (reaktan) pada
pembuatan metil ester asam lemak (biodiesel).
Sekam batang kelapa yang diabukan sebagai katalis
pada pembuatan metil ester asam lemak (biodiesel).
Peralatan Penelitian yang dipergunakan pada
penelitian ini ialah: Labu leher tiga 1000 ml sebagai
tempat untuk mereaksikan metanol dan stearin.
Refluks kondensor untuk merefluks uap metanol
kembali ke dalam labu leher tiga. Termometer 100
0
C dan 360 0C untuk mengukur temperatur.
Motor pengaduk untuk mengaduk campuran
reaksi agar homogen dan mempercepat reaksi.
Pemanas (hot plate) untuk memanaskan campuran
reaksi. Furnace untuk membakar sekam batang
kelapa menjadi abu. Neraca analitis untuk
menimbang berat abu sekam batang kelapa.
Desikator untuk mendinginkan abu sekam batang
kelapa yang dibakar di dalam furnace. Corong
pemisah 100 ml untuk memisahkan produk metil
ester dan gliserol. Piknometer 10 ml untuk
menentukan densitas metil ester. Viskosimeter
Ostwald untuk menentukan viskositas metil ester.
Cawan penguap sebagai tempat sekam batang kelapa
yang akan dibakar di dalam furnace. Gelas ukur 10
ml dan 100 ml untuk mengukur volume metanol dan
stearin yang akan direaksikan. Beaker glass 250 ml
sebagai tempat untuk melarutkan abu sekam batang
kelapa di dalam methanol.

26

Gambar 1. Rangkaian alat proses metanolisis


Keterangan Gambar 1.
1. Termometer
2. Heater
4. Labu leher tiga 5. Pendingin

3. Motor pengaduk
6. Statif

Keterangan Gambar 2.
1. Statif
4. Magnit Stirrer
7. Erlenmeyer

2. Termometer
3. Labu leher tiga
5. Pipa Penghubung 6. Kondenser

Gambar 2. Rangkaian alat proses destilasi


5.

Prosedur Kerja
Sekam batang kelapa dibakar dengan furnace
selama 8 jam pada temperatur
500 0C. Stearin
dipanaskan di atas hot plate sampai mencair hingga
tidak terlihat lagi gelembung gas (buih), kira-kira 15
menit. Abu sekam batang kelapa (3 % terhadap berat
stearin) dilarutkan dalam 50 ml metanol.
Gambar 1. campuran sekam batang kelapa dan
metanol dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang
dilengkapi dengan termometer, motor pengaduk dan

Abu Serbuk Batang Kelapa Sebagai Katalis Proses Esterifikasi Stearin


Bode Haryanto

kondensor refluks. Lalu ditambahkan 25 ml stearin


yang telah dicairkan. Campuran dipanaskan sampai
temperatur reaksi 65 0C, dilakukan pengadukan yang
kuat yaitu 500 rpm selama 2 jam dan temperatur
reaksi dijaga konstan 65 0C. Setelah itu metanol
dipisahkan dengan mendestilasi campuran (Gamabar
2). Metanol yang diperoleh ini dapat digunakan
kembali untuk proses metanolisis selanjutnya.
Setelah metanol dipisahkan, akan terbentuk dua
produk utama, yaitu gliserol pada lapisan bawah dan
metil ester pada lapisan atas. Keduanya dipisahkan
dengan corong pemisah. Metil ester dicuci dengan air
hangat dalam corong pemisah untuk membuang
residu katalis dan sabun. Setelah dicuci, metil ester
yang dihasilkan diukur volumenya, kemudian
dianalisa densitas, viskositas dan titik didihnya.
Prosedur di atas diulangi untuk variasi persen berat
katalis terhadap stearin sebanyak 4 % dan variasi
temperatur pembakaran 550 0C, 600 0C, 650 0C dan
700 0C.
Kondisi optimasi tercapai bila pada temperatur
pambakaran katalis tertentu akan menghasilkan
volume produk metil ester yang maksimum.

6. Hasil dan Pembahasan


6.1. Hasil Penelitian
Pembuatan metil ester sebagai biodiesel
dilakukan melalui reaksi metanolisis terhadap stearin
dengan menggunakan katalis sekam batang kelapa
yang dibakar di dalam furnace pada berbagai variasi
temperatur pembakaran katalis. Proses ini dilakukan
secara batch dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.

6.2. Pembahasan
Gambar 3. menunjukkan hubungan antara
temperatur pembakaran sekam batang kelapa
terhadap volume metil ester yang dihasilkan. Variasi
temperatur pembakaran adalah 500, 550, 600, 650,
dan 700 0C. Dari variasi temperatur pembakaran
tersebut, hasil yang paling baik (metil ester yang
dihasilkan paling banyak) adalah pada penggunaan
abu sekam batang kelapa hasil pembakaran
temperatur 600 0C. Pada temperatur 500 0C dan 550
0
C, diperkirakan ion-ion alkali dalam abu sekam
batang kelapa belum teraktifkan secara optimal
karena sekam batang kelapa belum semuanya
menjadi abu. Pada temperatur 600 0C, ion-ion alkali
dalam abu sekam batang kelapa diperkirakan lebih
aktif atau lebih optimal menghasilkan produk metil
ester yang maksimum. Namun pada temperatur 650
0
C dan 700 0C, produk metil ester mengalami
penurunan kembali karena ion-ion alkali terutama
kalium semakin berkurang, karena temperatur
pembakaran yang tinggi menyebabkan kandungan
kalium pada abu berkurang (Zahrina, 2000). Kalium
memang bersifat mudah menguap bila dipanaskan
pada temperatur tinggi (Othmer,1991).
Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa
dengan pemakaian katalis 3 % akan menghasilkan
produk metil ester yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan pemakaian katalis sebanyak 4
%. Semakin banyak persentase berat katalisnya maka
kandungan alkalinya semakin banyak. Alkali yang
semula difungsikan sebagai katalis menjadi ikut
bereaksi dengan trigliserida membentuk sabun,
sehingga sabun yang terbentuk lebih banyak dari
pada metil ester yang diperoleh.

Tabel 3 Hasil Perolehan Metil Ester


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Temperatur
pembakaran
(0C)
500
550
600
650
700
500
550
600
650
700

Persen berat
katalis (%)
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4

Volume
metil ester
(ml)
16
18
19
17
16,5
10
11
18
16
12

Densitas
(gr/ml)

Viskositas
(cP)

Titik didih
(0C)

0,8550
0,8558
0,8543
0,8559
0,8556
0,8565
0,8554
0,8568
0,8567
0,8580

1,8126
1,7999
1,8111
1,7811
1,8138
1,8014
1,8468
1,7829
1,8162
1,7711

284
284
283
284
286
286
288
285
286
285

27

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 5 November 2005

G r a fi k H u bu n g a n T e m pe r a tu r P e m ba k a r an S e k a m B a ta n g K e l a pa vs - V o l u m e M e ti l Es te r

15
(ml)

Volume Metil Ester

20

10

3 % ka t a lis
4 % ka t a lis

5
0
500

550
600
650
T e m pe r a tu r P e m ba k a r a n ( 0 C )

700

Gambar 3. Grafik Hubungan Temperatur Pembakaran Sekam Batang Kelapa Terhadap Volume Metil Ester

6.3. Hasil Analisa Metil Ester


a. Analisa Densitas
Analisa densitas metil ester dilakukan dengan
menggunakan piknometer volume 10 ml. Dari hasil
yang diperoleh (Tabel 4.2) terlihat bahwa densitas
metil ester untuk setiap run berkisar antara 0,8543
0,8580 gr/ml. Bila dibandingkan dengan spesifikasi
minyak diesel yang ditetapkan oleh ASTM, dimana
harga densitasnya ialah 0,8 0,9 gr/ml maka
biodiesel hasil penelitian ini masih memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan tersebut.
b. Analisa Viskositas
Analisa viskositas metil ester dilakukan dengan
menggunakan viscosimeter Oswald. Dari hasil yang
diperoleh (Tabel 4.2) terlihat bahwa viskositas
metil ester untuk setiap run berkisar antara 1,7711
1,8468 cP. Bila dibandingkan dengan spesifikasi
minyak diesel yang ditetapkan oleh ASTM, dimana
harga viskositasnya ialah 1,4 26,4 cP maka
biodiesel hasil penelitian ini masih memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan tersebut.
c.

Analisa Titik Didih


Analisa titik didih ini dilakukan dengan
menggunakan cawan penguap sebagai tempat metil
ester yang dipanaskan di atas hot plate. Pada saat
metil ester tersebut mendidih diukur temperatur
didihnya dengan menggunakan termometer. Dari
hasil yang diperoleh (Tabel 4.2) terlihat bahwa titik
didih metil ester untuk setiap run berkisar antara
283 288 0C. Bila dibandingkan dengan spesifikasi
minyak diesel yang ditetapkan oleh ASTM, dimana
harga titik didihnya ialah 282 338 0C, maka
biodiesel hasil penelitian ini masih memenuhi
spesifikasi yang disyaratkan tersebut.
d. Analisa Kemurnian
Analisa kemurnian ini dilakukan dengan
Kromatografi Lapisan Tipis (TLC : Thin Layer
Chromatografi ) di Laboratorium Pangan Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Jl. Brigjen Katamso No 51
Medan. Sampel yang dianalisa ialah metil ester
yang dihasilkan dari temperatur pembakaran 600 0C
dan 3 % berat katalis (metil ester yang paling
28

maksimum ) yaitu dengan volume 19 ml. Hasil analisa


menunjukkan bahwa kemurnian metil ester yang
dihasilkan ialah 100 %, sehingga konversi reaksinya
sebesar 76 %.

7. Kesimpulan dan Pengembangan


7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut, yaitu :
1. Katalis abu sekam batang kelapa pada pembakaran
600 0C dan berat 3 % dari berat stearin
menghasilkan produk metil ester yang optimum
yaitu 19 ml dengan kemurnian 100 % dan
konversi reaksi 76 %.
2. Biodiesel yang diperoleh telah memenuhi
spesifikasi minyak diesel yang ditetapkan oleh
ASTM D - 975.
7.2. Pengembangan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat
diberi saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan abu
kulit buah kelapa sebagai katalis.
Untuk penelitian lebih lanjut perlu dikaji pengaruh
persen berat katalis lebih rendah dari 3 %.
8. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Standard Specification for Diesel Fuels
Oils , American Society for Testing and
Material, An American National Standard,
Philadelphia, 1991.
Haryanto, Bode, Kajian Awal Pemanfaatan Abu
Sekam Padi Sebagai Katalis Pada Pembuatan
Biodiesel , Medan, 2002.
Kataren. S, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan UI Press, Jakarta, 1986.
Othmer, Kirk, Encyclopedia of Chemical Technology
, John Wiley & Sons Inc, New York, 1994.
Perry, John H, Perrys Chemical Engineers
Handbook , Edisi Ketujuh, McGraw-Hill Book
Company, New York, 1997.
Zahrina, Ida, Studi Evaluasi Efektifitas Katalis Abu
Tandan Sawit Pada Metanolisis Stearin , Tesis
S-2 Jurusan Teknik Kimia ITB, Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai