Chapter II-1 PDF
Chapter II-1 PDF
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan
berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah
banyak serta dengan waktu yang telah ditentukan. Otomatisasi sangat membantu
dalam kelancaran operasional, keamanan (investasi, lingkungan), ekonomi (biaya
produksi) maupun mutu produk, dll.
Ada banyak proses yang harus dikerjakan untuk mengahasilkan suatu
produk sesuai standar, sehingga ada banyak parameter yang harus dikendalikan
antara lain tekanan (pressure), aliran (flow). Suhu (temperature), ketinggian
(level), kerapatan (intensity), dll. Gabungan kerja dari berbagai alat-alat
pengendali dalam proses produksi dinamakan sistem pengendali proses (process
kontrol sistem). Sedangkan semua peralatan yang membentuk sistem pengendali
disebut instrumentasi pengendali proses (process kontrol instrumentation). Kedua
istilah ilmu kontrol tersebut sangat berhubungan erat, namun keduanya sangat
berbeda hakikatnya. Pembahasan disiplin ilmu Proses Kontrol Instrumentation
lebih kepada pemahaman tentang kerja alat instrumentasi, sedangkan disiplin ilmu
Process Kontrol Sistem mengenai sistem kerja suatu proses produksi. Contohnya
sistem pengendalian pada pabrik pencairan gas alam di PT.Arun
NGL,
perusahaan ini memiliki banyak sekali sistem pengendali otomatis pada unit-unit
prosesnya seperti pengendali proses pada MHE, pada gas liquefaction, dll. Pada
kesempatan ini, saya akan membahas sistem pengendalian aliran feedwater boiler
dengan Three Element Kontrol pada unit 92 HRSG (Heat Recovery Steam
Generation).
2.
3.
Proses variabel bisa lebih besar atau bisa juga lebih kecil dari pada set
point. Oleh karena itu error bisa diartikan negative dan juga bisa positif. Blok
diagram dari sistem kontrol boiler dapat dilihat pada Gambar 2.1.
A. Open Loop
Suatu sistem kontrol yang keluaranya tidak berpengaruh terhadap aksi
pengontrolan. Dengan demikian pada sistem kontrol ini, nilai keluaranya tidak di
umpan balikkan ke parameter pengendali.
B. Close Loop
Suatu sistem kontrol yang sinyal keluarannya memiliki pengaruh langsung
terhadap aksi pengendali yang dilakukan. Sinyal kesalahan yang merupakan
selisih dari sinyal masukan dan sinyal umpan balik, Lalu diumpankan pada
komponen pengendali untuk memperkecil kesalahan sehingga nilai keluaran
sistem semakin mendekati harga yang diinginkan.
Keuntungannya adalah adanya pemanfaatan nilai umpan balik yang dapat
membuat respon sistem kurang peka terhadap gangguan eksternal dan perubahan
internal pada parameter sistem. Kerugiannya adalah tidak dapat mengambil aksi
perbaikan terhadap suatu gangguan sebelum gangguan tersebut mempengaruhi
nilai prosesnya.
C. Cascade Loop
Sistem kendali dengan beberapa loop yaitu loop primer dan loop sekunder.
Loop yang terdapat pada bagian luar disebut Loop primer, sedangkan loop
sekunder
adalah
loop
yang
terdapat
pada
bagian
dalam
rangkaian
pengendali.
Misalnya, sebuah pengendali level suatu proses dengan kondisi level yang terjadi
tidak sesuai dengan set point yang ditentukan maka output dari pengendali akan
dideteksi oleh elemen kontrol (Level Transmitter) lalu dirim ke kontroller level
sebagai umpan balik dari kondisi yang terjadi. Keluaran dari kontroler level ini
akan dimanfaatkan sebagai set point untuk menentukan laju aliran proses yang
keluar dari kolom variabel.
2.4
harus harus dipenuhi untuk mendapatkan suatu sistem yang baik yaitu :
1.
transient respon
2.
3.
sensitivity
4.
stability
flow harus dikurangi dengan mengurangi bukaan valve. Sebaiknya bila error
positif maka flow harus ditambahkan dengan membuka valve.
2.5
Aksi Pengontrolan
Aksi pengontrolan yang umumnya dikenal pada sistem alat kontrol terdapat
b. Pengendali Proporsional
Aksi kontrol proporsional memiliki karakteristik dimana besar output unit
kontrol P selalu sebanding dengan besarnya input. Bentuk transfer function dari
aksi pengendali proporsional sbb :
bahkan negatif. Oleh karena itu, istilah gain jarang dipakai dan yang lazim dipakai
adalah proporsional band.
c. Pengendali integral
Berfungsi untuk menghilangkan offset sebagai hasil dari reset yang dapat
menghasilkan output walaupun tidak terdapat input, sehingga dibutuhkan suatu
pengendali yang dapat menghasilkan output lebih besar atau lebih kecil pada saat
error = 0.
d. Pengendali derivatif
Memiliki karakteristik cenderung untuk mendahuluiatau bisa disebut anti pasif
kontrolling. Oleh karena itu aksi kontrol ini sering diterapkan pada sistem yang
memiliki inersia tinggi yang bersifat lagging. Berikut adalah grafik dari
pengontrolan derivatif :
aksi
pengontrolan
integral.
Aksi
kontrol
integral
dapat
yang kecil, sedangkan pada integral bellow akan mengalami perubahan yang
lambat ( dengan adanya perubahan pada katup ).
2.6
Pemakaian Instrument
Penggunaan alat instrument di PT. Arun banyak digunakan untuk
Level ( permukaan zat cair ), volume zat cair dalam sebuah tangki.
Pengukuran dilakukan untuk dapat mengetahui volume permukaan zat cair
dalam zat cair. Bahan yang dapat di ukur oleh sensor level yaitu cairan
(liquid), lumpur, curah hujan, serta polusi.
2.
3.
Prinsip
kerjanya
sama
dengan
proses
flow
karena
sama-sama
mengendalikan flow.
4.
Sensing Elemen
Bagian yang paling utama dari suatu sistem pengukuran, contohnya termokopel.
2.
Transmitter
Alat yang berespon terhadap variabel yang diukur dengan perantara
sesnsing elemen, lalu diubaha menjadi sinyal tranmisi yang standar.
3.
Kontroller
a. membandingkan set point dengan measurement variabel.
b. menghitung koreksi yang perlu dilakukan.
c. mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan.
4.
Kontrol Valve
Kontrol valve dapat bekerja pada 2 posisi yaitu terbuka penuh tertutup
penuh. Pengendalian yang menggunakan pengendali (P, PI, PD dan PID),
Actuator
Berfungsi sebagai penggerak kontrol valve agar dapat membuka dan
menutup.
Ciri lain pengedali flow adalah sifat sinyal pengukuran flow yang selalu
mengandung noise, karena alasan inilah banyak flow transmitter yang dilengkapi
dengan damping. Tetapi penggunaan damping juga dapat menyebabkan resiko
kelambatan pada sistem pengukuran dan damping yang terlalu besar justru akan
menipu hasil pengukuran. Konsekuensinya, pengendali memerlukan unsur
integral untuk mengurangi offset yang mungkin timbul karena terbatasnya
proportional band.
Itulah sebabnya, hampir semua pengendali flow tidak dapat menngunakan
unsur derivatif. Karena kecilnya time constant elemen proses flow, derivatif
memang tidak diperlukan disini. Hal lainnya yang diperlukan adalah pengaruh
hysterisis dari kontrol valve dan perlu tidaknya valve positioner dipakai pada
pengendali flow. Hysterisis mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam respon
pengendalian, elain itu efek hysterisis pada respon tidak mudah tidak mudah
disimulasikan di lapangan.
Valve positioner tidak dapat digunakan pada flow loop karena valve
positioner sendiri adalah sebuah kontroller proporsional dengan gain yang sangat
tinngi. Pemakaian valve positioner pada sebuah loop, secara tidak langsung akan
membentuk sistem pengendali cascade loop. Cascade loop dalam hal ini akan
mempunyai master loop yang jauh lebih cepat daripada bagian slave, karena
keadaan itulah pengendali akan mudah menjadi kacau dan tidak stabil.