Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
13030204031
13030204041
13030204071
13030204074
13030204080
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun proposal pemanfaatan eceng
gondok (eichhornia crassipes) sebagai pupuk pada budidaya tanaman sawi
(brassica kapa).
Tujuan kami menulis proposal ini yang utama adalah untuk memenuhi
tugas matakuliah ekologi terapan. Di sisi lain, kami menulis proposal ini untuk
mengetahui lebih rinci mengenai pengaruh pemanfaatan eceng gondok
(eichhornia crassipes) sebagai pupuk pada budidaya tanaman sawi (brassica
kapa).
Kami menyadari proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan proposal ini untuk
ke depannya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Ekologi Terapan.
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar...................................................................................................................
ii
Daftar isi..............................................................................................................................
iii
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................................................
1
B. Rumusan masalah......................................................................................................
3
C. Tujuan .......................................................................................................................
3
C. Manfaat......................................................................................................................
3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pupuk.........................................................................................................................
4
B. Potensi Eceng Gondok...............................................................................................
7
D. Zat yang Diperlukan Tanaman..................................................................................
8
C. Proses Pengomposan Bahan Organik oleh Mikroba..................................................
13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian..........................................................................................................
16
B. Variabel Penelitian.....................................................................................................
16
D. Definisi Operasional..................................................................................................
16
E. Alat dan Bahan...........................................................................................................
16
F. Langkah kerja.............................................................................................................
17
F. Desain Eksperimen.....................................................................................................
17
G. Produktivitas sawi.....................................................................................................
18
H. Kebutuhan pupuk organik an anorganik pada sawi...................................................
18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma air yang
penyebarannya sangat cepat, hal itu membuat eceng gondok menjadi sebuah
masalah perairan yang dapat mengganggu ekosistem, permasalahan tersebut
disebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan peristiwa meningkatnya bahan
organic dan nutrient terutama unsur nitrogen dan fosfor yang terakumulasi di
badan air peningkatan badan organik dan nutrient berasal dari peningkatan limbah
domestik, limbah pertanian dan lain-lain. (Merina dkk, 2011)
Eceng gondok memberikan pengaruh terhadap perairan
sekitarnya,
mempercepat
diantaranya
proses
adalah
dapat
pendangkalan
menghambat
karena
memiliki
lancarnya
lingkungan
arus air,
kemampuan
untuk
11,5% dan mengandung selulosa yang lebih tinggi besar dari non selulosanya
seperti lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara tahun 2008 Eceng
gondok segar memiliki kandungan kimia sebesar : bahan organik 36,59%, C
organik 21,23%, N total 0,28 %, P total 0,0011 % dan K total 0,016 %. Sedangkan
kandungan NPK yang dimiliki eceng gondok (dalam % berat kering) masing
masing adalah 0,98 dan 1,52 N; 1,13 dan 1,945 P; 0,89 dan 1,39 K; 28,73 dan
15,36 C organik; serta rasio C/N 29,32 dan 10,11 (Agneesia, 2009). Berdasarkan
kandungan eceng gondok di atas, dapat dilakukan pemanfaatan eceng gondok
sebagai pupuk organik.
Salah satu tanaman pangan yang popular di Indonesia adalah sawi
(Brassica rapa). Sawi (Brassica rapa) termasuk sayuran daun dari keluarga
cruciferae yang mempunyai fungsi ekonomis tinggi. Sawi termasuk tanaman
sayuran yang tahan terhadap hujan, sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun
dan tersedia cukup air untuk penyiraman. Menurut Rukmana (2007) Tanaman
sawi berasal dari Tiongkok (cina) dan Asia Timur. Di daerah Cina tanaman ini
dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, dan menyebar ke daerah Filipina dan
Taiwan. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran
tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di
dataran tinggi (Ajichrw, 2011).
Tanaman sawi digemari oleh berbagai kalangan di Indonesia. Berdasarkan data
statistik pertanian secara nasional kemampuan produksi tanaman sawi Indonesia 810 ton
(BPS jakarta, 2010) Adapun syarat-syarat penting bertanam sawi adalah tanahnya
gembur, banyak mengandung humus (subur), drainasenya baik dan pH tanah nya
sekitar 6-7. Waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Sunarjono,
2008).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilakukan pemanfaatan eceng
gondok (Eichhornia crassipes) sebagai pupuk organik pada budidaya tanaman
sawi (Brassica rapa).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan pengaruh pemanfaatan eceng gondok (Eichhornia
crassipes) pada tanaman sawi (Brassica rapa) ?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pupuk
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan
produksi, serta memperbaki kualitasnya. Pupuk digolongkan berdasarkan pada
sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi, bentuk dan kandungan unsur
haranya. Berdasarkan sumbernya terdapat dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik
dan pupuk anorganik.
1. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah
pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik (Leiwakabessy
dan Sutandi, 2004). Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai
penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering
dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anorganik. Beberapa
manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan
hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap
diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau
menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari
pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut dan mudah
hilang, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang
tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai dalam pupuk anorganik adalah
unsur N, P, dan K. Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N-organik.
Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila lingkungan baik
ammonium dioksidakan menjadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi 1983).
Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH4+ dan
NO3 Senyawa N digunakan tanaman untuk membentuk klorofil. Senyawa N
juga berperan dalam memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman.
Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N berwarna lebih hijau.
Gejala kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil,
pertumbuhan tanaman terbatas, daun menguning dan gugur. Gejala
sel,
pembukaan
stomata,
fotosintesis
(pembentukan
cair
maupun
bentuk
NOMOR28/PERMENTAN/SR.130/5/2009,
padat.
Dalam
disebutkan
Permentan
bahwa
pupuk
organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah mengalami
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai
5
langsung dari alam, seperti dari sisa hewan, tumbuhan, tanah, baik dengan
atau tanpa sentuhan teknologi. Pupuk yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus, dan pupuk burung.
Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman
yang bersifat alami, berkualitas, baik; dengan bentuk, ukuran, dan kemasan
yang praktis; mudah didapat, didistribusikan, dan diaplikasikan; serta
dengan kandungan unsur hara yanglengkap dan terukur.
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu
pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk organik padat merupakan pupuk organik
yang berbentuk padat dan lazim digunakan petani. Pemakaiannya dilakukan
dengan cara ditaburkan atau dibenamkan didalam tanah, sedangkan pupuk
cair adalah pupuk yang dibuat dalam bentuk cairan. Pupuk cair umumnya
merupakan ekstrakbahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut
seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik yang mengandung unsur
karbon, vitamin, atau metabolit skunder dapat berasal dari ekstrak tanaman,
tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pemberian pupuk organik cair
umumnya dengan cara disemprotkan ke tanaman atau dengan cara disiram
ke tanah. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain
sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasir, limbah rumah
tangga dan limbah pabrik, serta pupuk hijau. Karena dasar pembuatan
pupuk organik bervariasi, kualitas pupuk yang dihasilkan juga beragam
sesuai dengan kualitas bahan asalnya.
B. Potensi Eceng Gondok
dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak kekar.
Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur ini
menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan
kalsium. Kelebihan kalsium tidak berefek banyak, hanya mempengaruhi pH
tanah.
f.
Belerang atau Sulfur (S)
Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam
amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian
dari biotin, tiamin, ko-enzim A dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam
tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu fungsi
utamanya adalah penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disulfida
antara rantai-rantai peptida. Belerang (S) merupakan bagian (constituent) dari
hasil metabolisme senyawa-senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi
sebagai aktivator, kofaktor atau regulator enzim dan berperan dalam proses
fisiologi tanaman. Penurunan kandungan klorofil secara drastis pada daun
merupakan gejala khas pada tanaman yang mengalami kahat S. Kahat S
menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang berkorelasi dengan
akumulasi N dan nitrat organik terlarut.
2. Unsur Hara Mikro
Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit.
Walaupun hanya diserap dalam jumlah kecil, tetapi amat penting untuk
menunjang keberhasilan proses-proses dalam tumbuhan. Tanpa unsur mikro,
bunga adenium tidak tampil prima. Bunga akan lunglai, dll. Unsur mikro itu,
adalah: boron, besi, tembaga, mangan, seng, dan molibdenum.
a. Boron (B)
Boron memiliki kaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan dan
diferensiasi, dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya dalam
sintetis RNA, bahan dasar pembentukan sel. Boron diangkut dari akar ke tajuk
tanaman melalui pembuluh xylem. Di dalam tanah boron tersedia dalam
jumlah terbatas dan mudah tercuci. Kekurangan boron paling sering dijumpai
pada adenium. Cirinya mirip daun variegeta. Kekurangan Boron menyebabkan
daun berwarna lebih gelap dibanding daun normal, tebal, dan mengkerut.
Kelebihan Boron menyebabkanUjung daun kuning dan mengalami nekrosis.
b. Tembaga (Cu)
10
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air atau zat terlarut dalam sel),
keseimbangan ion yang diperlukan bagi tanaman untuk mengambil elemen
mineral dan dalam fotosintesis. Kekurangan Khlor dapat menimbulkan gejala
pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran,
daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Kadang-kadang
pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti
di atas.
h. Natrium (Na)
Terlibat dalam osmosis (pergerakan air) dan keseimbangan ion pada
tumbuhan. Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah bahwa dapat
mengurangi ketersediaan K. Kekurangan Natrium menyebabkan daun-daun
tenaman bisa menjadi hijau tua dan tipis dan tanaman cepat menjadi layu.
i. Cobalt (Co)
Cobalt jauh lebih tinggi untuk fiksasi nitrogen daripada amonium gizi.
Tingkat kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan gejala defisiensi.
Kekurangan Cobalt dapat meengurangi pembentukan hemoglobin dan fiksasi
nitrogen.
j. Silicone (Si)
Silicone dapat meningkatkan hasil melalui peningkatan efisiensi
fotosintesis dan menginduksi ketahanan terhadap hama dan penyakit
ditemukan sebagai komponen dari dinding sel. Tanaman dengan pasokan
silikon larut menghasilkan tanaman yang lebih kuat, meningkatkan panas dan
kekeringan tanaman, toleransi silikon dapat disimpan oleh tanaman di tempat
infeksi oleh jamur untuk memerangi penetrasi dinding sel oleh jamur
menyerang. Kekurangan Silicon dapat mengakibatkan tanaman mudah
terserang penyakit.
k. Nikel (Ni)
Nikel diperlukan untuk enzim urease untuk menguraikan urea dalam
membebaskan nitrogen ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk
tanaman. Nikel diperlukan untuk penyerapan zat besi. Benih perlu nikel untuk
berkecambah. Tanaman tumbuh tanpa tambahan nikel akan berangsur-angsur
mencapai tingkat kekurangan saat mereka dewasa dan mulai pertumbuhan
reproduksi. Kekurangan dari unsur Nikel pada tanaman akan menimbulkan
kegagalan dalam menghasilkan benih yang layak.
12
merupakan
mikroorganisme
proses
faktor
terpenting
merombak
pengomposan
bahan
dalam
proses
bahan
organik
menjadi
organik
diubah
menjadi
banyak
bahan
organik
yang
dapat
dirombak
maka
proses
merupakan
petunjuk
aktivitas
mikroorganisme
dalam
14
15
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian :
Penelitian eksperimental karena menggunakan tiga variabel yaitu variabel
manipulasi, variabel konrol, dan variabel respon.
B. Variabel :
Manipulasi
: Pemberian pupuk organik dan anorganik.
Kontrol : Berat tanah, kadar pupuk, luas polybag, jenis tanaman budidaya,
frekuensi penyiraman,
Respon : Pertambahan tinggi, biomasa, berat dan jumlah daun
C. Definisi Operasional
1. Pertumbuhan
a) Tinggi tanaman pada proses pertumbuhan sawi diukur dengan
satuan menggunakan penggaris setiap harinya dengan waktu
pengukuran yang sama pula selama penelitian
b) Biomasa tanaman sawi diukur dengan melihat semua bahan
organik dari tumbuhan mulai dari akar, batang, cabang, daun.
Dinyatakan dalam berat kering kg/m2
c) Berat tanaman sawi diukur dengan satuan kg menggunakan
timbangan digital pada akhir penelitian
d) Jumlah daun tanaman sawi diukur
menggunakan
satuan
B2
D2
A2
B2
B3
D3
C3
A3
B4
C4
D4
B4
B5
D5
B5
A5
17
B6
B6
A6
C6
B7
A7
B7
D7
B8
C7
A8
B8
B9
D9
C9
B9
B10
C9
D10
A10
D1
C2
B3
A4
C5
D6
C7
D8
A9
G. Produktivitas sawi
Sawi hijau (Brassica Juncea L.) merupakan tanaman sayuran yang
banyak digemari untuk diusahakan petani karena tanaman ini dapat dipanen
hanya dalam waktu kurang dari 30 hari. Tanaman sawi hijau memiliki umur
panen yang relatif singkat karena dipanen sebelum fase generatif karena
bagian yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah bagian daunnya
(Sakinah, 2013). Pemanenan dilakukan setelah sawi berumur 23 hari setelah
tanam (HST). Kriteria panen sawi ketika daun paling bawah berwarna
kuning dan belum berbunga. Panen dilakukan dengan cara memotong
bagian pangkal batang dengan pisau (Yulinda dkk, 2015)
H. Kebutuhan pupuk organik dan anorganik pada Sawi
Kompos enceng gondok Eichhornia crassipes (organik) 45%
Kompos eceng gondok (Eichhornia
Unsur Hara
crassipes)
0,2083
0,7467
0,4137
16,6667
N
P
K
C/N
Urea Bayam
45 N=0,2083
6
1 m =10.000 cm
18
0,05
g
g
5 102 2 =50 mg/ m2
2
m
m
B10
0,05 0,025 g
=
=2,5 mg/ polybag
20
polybag
1
Pupuk Eceng Gondok = 2 2
/ 2 = 1,25 mg
Perbandingan perlakuan
Kelompok A : Kontrol Tanpa Pupuk
Kelompok B : Pupuk Eceng Gondok 5 mg/polybag
1
Kelompok C : Pupuk Urea 2 2 mg/polybag
1
Kelompok D : Pupuk Urea dan Eceng Gondok 2 2
polybaG
A Kebutuhan urea (N) 69/ha
Konversi:
x
69
0,45
0,2083
0,2083X=31,05
31,05
X = 0,2083
X = 149,06
B Kebutuhan (P)
Konversi:
x
54
0,45
0,7467
0,7467X=24,3
24,3
X = 0,7467
X = 32,54
C Kebutuhan (K)
Konversi:
x
21
0,45
0,4137
19
mg : 5 mg tiap
0,4137X=9,45
9,45
X = 0,4137
X = 22,84
Menurut Jones, J (1991) tingkat kebutuhan hara tanaman sawi dapat dilihat
pada data bawah ini :
20
DAFTAR PUSTAKA
21