Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS TUGAS EKOLOGI INDUSTRI

Peternakan Sapi Perah Mahira Sidoarjo

Pendidikan Biologi Unggulan 2013

Oleh :
1. Mega Tri Asih
13030204031
2. Isti Annisa Turrobiah 13030204074

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2016

DAFTAR ISI

Daftar Isi..............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
...................................................................................................................................
1
B.
Rumusan
masalah
...................................................................................................................................
2
C.
Tujuan
...................................................................................................................................
3
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Profil
Home
Industri
...................................................................................................................................
4
B.
Limbah
Aktivitas
Peternakan
...................................................................................................................................
6
D.
Integrasi
Sistem
Manusia
dan
Sistem
Alam
...................................................................................................................................
9
C.
Meminimalisasi
Energi
dan
Material
...................................................................................................................................
10
D. Meminimalisasi Dampak Aktivitas Manusia Terhadap Kerusakan Lingkungan
...................................................................................................................................
12
BAB III METODE PENELITIAN
A.

Simpulan

...................................................................................................................................
16
B.
Saran
...................................................................................................................................
16
LAMPIRAN........................................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
20

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
bahan setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunanya. (UU No.5 1984). Kegiatan industri memanfaatkan bahan atau
material yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Industri menyediakan
berbagai hasil olahan, meliputi barang dan jasa. Industri menurut jumlah tenaga
kerjanya dibedakan menjadi 4 yaitu, industry rumahtangga, industry kecil, industri
sedang maupun industry besar. (godam, 2015). Kegiatan home industry memiliki
makna rumah usaha produk barang dan jasa. Dalam UU NO.9 TAHUN 1995
menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak
adalah Rp. 200 Juta/tahun.
Pengembangan usaha peternakan sapi perah sebagai salah satu komponen
subsektor peternakan sangat prospektif mengingat (i) pasardomestik yang terus
meningkat, (ii) ketersediaan sumberdaya pakan dan teknologi, serta (iii) harga susu
dunia yang semakin meningkat. Kebijakan pemerintah yang memposisikan sapi perah
sebagai komoditas andalan untuk mensuplai susu domestik, telah memberikan
kontribusi cukup menggembirakan bagi pembangunan subsektor peternakan nasional.
Dukungan pemerintah yang sudah berlangsung intensif selama kurun waktu dua
puluh tahun (sejak tahun 1979) dengan menerapkan sejumlah kebijakan yang saling
terkait dan sambung menyambung pada keseluruhan sektor usaha sapi perah
domestik, mampu menjadi mediator yang cukup efektif dalam membangun iklim
yang kondusif bagi berkembangnya industri persusuan nasional. Sejumlah kebijakan
secara masif dan terarah telah diterapkan meliputi aspek budidaya sapi perah,
distribusi, pengolahan dan pemasaran.susu segar di dalam negeri. (Yanto, dkk. 2000).
Masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh peningkatan industry peternakan
sapi perah adalah limbah cair yang langsung dibuang ke badan air tanpa adanya
pengolahan terlebih dahulu. Limbah peternakan sapi perah merupakan sumber bahan

pencemar utama. Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang


dihasilkan dari suatu keiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat,cairan
ataupun sisa pakan (Sumiarsa, dkk. 2011). Usaha peternakan sapi perah di Indonesia
sampai

saat

ini

masih

mementingkan

produktivitas

ternak

dan

belum

mempertimbangkan aspek lingkungan atau dampak kegiatan terhadap lingkungan


(Sarwanto, 2004). Sedangkan Melse dkk (2009), mengatakan bahwa peternakan
berkelanjutan tidak hanya memperhatikan kelangsungan hidup ternak dan
produksinya namun juga penanganan limbah yang dapat mencemari lingkungan
khususnya di daerah dengan kepadatan ternak yang tinggi. Akibat pengelolaan ternak
yang tidak memperhatikan lingkungan, banyak usaha peternakan yang tidak berhasil
dikarenakan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh limbah yang tidak dikelola
dengan benar (Sudiarto, 2008). Berdasarkan pemaparan di atas dalam makalah ini
akan dibahas mengenai aktivitas manusia berupa home industri peternakan sapi perah
terhadap dampak yang ditimbulkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu :
1. Bagaimana sistem integrasi Manusia dan Sistem alam pada usaha home
industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo ?
2. Bagaimana cara meminimalisasi penggunaan energi dan mineral pada usaha
home industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo ?
3. Bagaimana cara meminimalisasi dampak aktivitas manusia terhadap
kerusakan lingkungan pada home industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Dapat mengetahui sistem integrasi Manusia dan Sistem alam pada usaha
home industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo.
2. Dapat mengetahui cara meminimalisasi penggunaan energi dan mineral pada
usaha home industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo.

3. Dapat mengetahui cara meminimalisasi dampak aktivitas manusia terhadap


kerusakan lingkungan pada home industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo.

BAB II
ISI
A. Profil Home Industri
Peternakan Sapi perah mahira didirikan pada tahun 2013. Peternakan
tersebut terletak di Desa Tawangsari Timur Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
Pemilik peternakan bernama ibu Windy Astuti yang berusia berusia 36 Tahun dan
suaminya yang bernama Bapak Hadi. Didalam Peternakan tersebut mempunyai 14
sapi perah, 3 sapi anakan dan 3 sapi pejantan. Semua sapi berasal dari jenis limosin.
Kandang sapi berukuran 5 x 7 meter dengan lantai Landai. Kandang terbuat
dari besi (tiang) dan atap berupa kayu triplex. Dalam keseharian sapi tersebut diperi
pakan berupa ampas tahu, singkong, dedak dan rumput. Sapi diperah 3 kali dalam
sehari sebelum diperah sapi dimandikan terlebih dahulu. Dalam peternakan tersebut
terdapat dua orang pegawai yang bertugas membersihkan kandang dan memberi
pakan.
1. Desain kandang
Kandang sapi berlokasi di belakang rumah pemilik peternakan
dengan jarak dari rumah sekitar 3 meter, kandang berukuran 5 x 7 meter.
Pada ujung kandang berbatasan langsung dengan sungai tawangsari.
Kandang didesain dengan membujur ke arah selatan dengan posisi miring
Penempatan sapi berjajar hanya satu baris dengan tempat pakan didepan
sapi, tempat pakan dan air berukuran lebar sehingga memudahkan sapi
dalam mengonsumsi makanan yang disediakan (gambar 1).

Gambar 1. Tempat pakan sapi


Lantai terbuat dari semen dan bertekstur keras, tidak licin lantai
kandang berbentuk miring dengan kemiringan kurang lebih 20 supaya air
mudah mengalir atau kering (Gambar 2) Ddibantu dengan tiang berukuran

3 meter dari besi, tiang dibau tinggi agar ventilasi udara cukup dan atap
terbuat dari kayu. Dinding peternakan terbuat dari tembok.

Gambar 2. Posisi lantai mirig


2. Pakan sapi
Komposisi pakan sapi sangat menentukan kualitas susu sapi yang
dihasilkan. Pada peternakan sapi perah mahira secara rutin pakan sapi
selalu tersedia. Pakan sapi meliputi :
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Bahan Pakan Ternak Sapi
No Nama bahan pakan Protein Lemak Serat
Abu
TDN
kasar
kasar
kasar
1 Dedak padi
6,5
3,2
35,3
14,0
31
2 Dedak jagung
9,7
6,9
9,8
3,3
70
3 Bungkil kelapa
18,7
9,6
8,8
5,8
77,18
4 Bungkil Kc tanah
42,7
27
8,9
8,5
78
5 Onggok
1,57
0,91
17,89
1,31
63,2
6 Pollard
12,9
4
10
1,9
70
7 Jerami padi
5,0
1,55
34,2
9,8
51
8 Rumput gajah
9,9
1,8
31,5
2,7
46
9 Lamtoro
18,9
5,9
16,3
2,6
71
10 Rumput benggala
8,8
2,1
33,6
3,0
53
11 Glirisidia
22,7
4
13,3
2,6
75
12 Tebon jagung
10,7
2,1
30,5
1,7
59
13 Kleci
12,1
3,54
20,97
1,6
42,74
14 Alang-alang
6,5
1,88
18,2
5,0
54
15 Turi
19,6
2,9
12,4
1,2
70,4

Bahan
kering
89,4
90,1
88,4
95,6
91,8
91
90
89,9
88,7
92,4
90,1
91,1
90,22
91,81
89,23

B. Limbah Aktivitas Peternakan


Limbah peternakan sapi perah merupakan sumber bahan pencemar utama.
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu
kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah pad at,cairan ataupun sisa pakan
(Sumiarsa, dkk. 2011).

Berdasarkan data hasil kegiatan observasi dan wawancara maka terdapat


limbah yang dihasilkan akibat aktivitas peternakan sapi Mahira di Sidoarjo. Limbah
peternakan ini tentunya memiliki pengaruh terhadap lingkungan. Apabila tidak
disertai

dengan

mengakibatkan

upaya

pengolahan

berbagai

pencemaran

limbah

maka

lingkungan

usaha

peternakan

meliputi

akan

pencemaran

air,

pencemaran udara, pencemaran suara.


a. Pencemaran Air
Menurut hasil wawancara selama ini belum ada penanganan khusus terhadap
limbah kotoran sapi yang dihasilkan. Menurut penjelasan ibu Windy, 26 th selaku
pemilik peternakan, kotoran dari 14 sapi yang ada langsung di buang melalui aliran
sungai yang tepat berada dibelakang kandang sapi miliknya.

Gambar 3. Keadaan aliran sungai


Ciri kualitas air yang baik salah satunya yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa serta tidak mengalami peningkatan suhu. Pencemaran air dapat
terjadi disebabkan oleh masuknya partikel-partikel ke dalam air sehingga
mempengaruhi pH normal pada air.
Tabel 2.2 pencemaran dan akibat yang ditimbulkan
Penyebab Pencemaran Air
1. Pembuangan kotoran sapi

Akibat yang Ditimbulkan


1. Kualitas air menurun

2. Air

(berbau,berasa, berwarna)
2. Keadaan air sungai menjadi kotor

bekas

memandikan

ternak
3. Sisa makanan ternak

dan keruh
3. Aliran sungai

tidak

pendangkalan sungai

lancer,

b. Pencemaran udara
Aktivitas peternakan menghasilkan limbah kotoran sapi secara tidak langsung
menyebabkan bau yang tidak sedap. Lokasi kandang ternak sapi perah berada di
belakang rumah dan berada satu lokasi bersebelahan dengan pemukiman warga.
Sehingga pencemaran udara tidak luput akibat dampak aktivitas peternakan. Bau
kotoran sapi menjadi hal yang biasa pada aktivitas peternakan. Hal ini sangat
berpengaruh dan mengganggu aktivitas manusia karena lokasi kandang bersebelahan
langsung dengan pemukiman.

Gambar 4. Lokasi kandang bersebelahan dengan pemukiman.


Tabel 2.3 Penyebab Pencemaran dan akibat yang ditimbulkan
Penyebab Pencemaran Udara
1. Kotoran sapi
2. Aktivitas hewan ternak
3. Makanan ternak yang
menumpuk

Akibat yang Ditimbulkan


1. Menimbulkan bau yang tidak sedap
2.Mengganggu aktivitas manusia
3.Mengganggu kesehatan pernafasan,
mendatangkan kuman.

c. Pencemaran suara
Aktivitas peternakan di tengah pemukiman yang padat penduduk tentunya
sangat berpengaruh sensitive terhadap aktivitas manusia. Salah satu hal yang paling
sederhana yaitu suara hewan ternak dan berbagai aktivitas hewan ternak yang
dilakukan dapat secara langsung berpengaruh terhadap manusia yang berada di
sekitar kandang ternak.

Gambar 5. Aktivitas hewan ternak


Tabel 2.4 Penyebab Pencemaran dan akibat yang ditimbulkan
Penyebab Pencemaran Suara
Akibat yang Ditimbulkan
1. Suara sapi
1. Mengganggu pendengaran manusia
2. Suara aktivitas sapi
2.Mengganggu aktivitas manusia
3. Suara gaduh sapi saat lapar, 3.Menganggu warga saat jam istirahat
dan ingin kawin

C. Integrasi Sistem Manusia dan Sistem Alam


Sumber daya alam merupakan aset yang dimiliki suatu negara yang meliputi
tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim atau cuaca, hasil
hutan, tambang dan hasil laut. Kekayaan alam Indonesia sangat berpotensi digunakan
dalam bidang peternakan. Peningkatan produksi peternakan tidak lepas dari faktor
lingkungan untuk menghasilkan suplai bahan baku serta penyediaan lingkungan
ternak yang baik.
Peran peternakan dalam perekonomian sebagai penyerapan tenaga kerja dan
peranan usaha ternak sebagai pendapatan rumah tangga. Menurut hasil sensus
pertanian. Kegiatan peternakan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan
kesejahteraan terutama dalam produksi pangan, pertumbuhan GDP, substitusi impor,
penyediaan lapangan kerja, dan kesempatan berusaha (Chalid Talib dkk, 2007 ).
Pengolahan sumber daya alam yang tepat berpotensi tinggi mendukung
pembangunan perekonomian suatu Negara. Ternak sapi perah merupakan salah satu

jenis ternak rumaninansia yang penting dalam memasok kebutuhan susu. Fungsi
protein hewani sangat menentukan dalam mencerdaskan manusia karena kandungan
asam aminonya tidak dapat tergantikan (irreversible) oleh bahan makanan lainnya.
Salah satu sumber protein hewani tersebut didapat dari susu sapi.
Sumber daya manusia yang terampil dan berkualitas sangatlah penting,
dalam pengolahan dan pemanfaatan hasil susu sapi perah. Produk yang dihasilkan
peternakan sapi perah mahira adalah susu sapi muri, selain itu peternakan ini juga
mengolah susu sapi tersebut menjadi beberapa produk yang bermanfaat. Produkproduk trsebut adalah :

Es cream susu sapi


Yoghurt susu sapi
Kefir susu sapi
Masker susu sapi mahira
Keterkaitan sistem manusia dan sistem alam dalam bidang peternakan susu

sapi perah dapat menghasilkan produk hasil pangan yang kreatif. Produk yang
dihasilkan berdasarkan dari susu sapi. Susu sapi diperoleh dari mengembangbiakan
sendiri dan merawat sapi perah hingga diperoleh susu yang berkualitas tinggi.
Peternak memerlukan susu sapi yang berkualitas tinggi sehingga pemeliharaan juga
dilakukan dengan baik. Keterkaitan sistem alam ditinjau dari ketersediaan pakan
ternak yang berkualitas yang tersedia pada sistem alam Indonesia yang memiliki
kekayaan alam yang baik. Sehingga sistem alam memiliki keterkaitan dengan sistem
manusia dalam pensuplai produksi pangan.

D. Meminimalisasi Penggunaan Energi dan Mineral


Ketersediaan pakan pada peternakan sapi perah memanfaatkan bahan baku
yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pakan ternak sapi. Pakan ternak sapi perah
memanfaatkan ampas tahu sisa hasil produksi, singkong yang kualitasnya jelek dan
tidak layak jual, dedak hasil penggilingan padi, serta rumput gajah yang menjadi
gulma tanaman. Penggunaan pakan dari bahan-bahan yang tidak diperlukan bertujuan
untuk efisiensi materi. Penggunaan pakan yang bervariasi dengan menggunakan

ampas tahu juga bertujuan mengurangi materi berupa penggunaan rumput dan
singkong.
Energi lain yang digunakan untuk membuat produk seperti yoghurt dan kefir
juga memanfaatkan energi yang efisien berupa bakteri. Proses fermentasi juga
dilakukan secara konvensional.
Peminimalisiran energi yang lain juga dilakukan pada penggunaan air sumur
untuk membersihkan kandang sapi. Air yang digunakan tidak menggunakan air
PDAM melainkan air sumur dengan efisien harga lebih rendah.

a. Ampas tahu,
Dalam

pakan

sapi,

ampas tahu berfungsi sebagai


makanan pokok sapi, karena
ampas

tahu

karbohidrat.

mengandung
Peternak

memperoleh ampas tahu dari


beberapa

perusahaan tahu

yang berada di desa tetangga


yaitu desa sukodono, desa tanjungsari dan desa ngelom.
Gambar 6. Ampas tahu
b. Dedak
Dedak merupakan penambah protein pada sapi Protein
dedak berkisar antara 12-14%, lemak sekitar 7-9%, serat
kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12% (Murni et al.,
2008). Dedak diperoleh dari penggilingan pada terdekat.
Gambar7. Dedak

10

c. Rumput
Rumput

merupakan

pendamping

makanan

ampas

tahu.

utama

Rumput

mengandung. Rumput diperoleh melalui


persawahan di desa tersebut. Biasanya
pegawai mengambil rumput sehari dua kali.
Pengambilan rumput merupakan salah satu
upaya mengurangi gulma tanaman.
Gambar 8. Rumput
d. Singkong
Penambahan singkong sebagai pakan sapi dimaksudkan
agar susu sapi yang
dihasilka terasa lebih
manis
kandungan

karena
glukosa

didalamnya.
Singkong

yang

diberikan

terlebih

dahulu dipotong-potong kecil. Singkong diperoleh dengan


memanfatkan limbah singkong dipasar.
Gambar9. Singkong
E. Meminimalisasi Dampak Aktivitas Manusia terhadap Kerusakan
Lingkungan.
Aktivitas peternakan sapi perah Mahira, Sidoarjo secara keseluruhan
memberikan pengaruh terhadap lingkungan terutama dalam pengolahan limbah.
Pengolahan limbah yang tepat sangat berpengaruh dalam penentuan kualitas ternak
11

yang baik. Selama ini pemilik belum memanfaatkan limbah sapi perah secara
optimal. Limbah sapi perah memiliki potensi yang baik apabila dimanfaatkan secara
bijak. Selama ini pemilik usaha ternak sapi perah langsung membuang limbah
kotoran sapi ke aliran sungai yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas air
dan menimbulkan pencemaran air di aliran sungai tersebut.
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Limbah
ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan.
Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain
(unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan
ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan (Sihombing, 2002).
Langkah yang dapat digunakan untuk usaha meminimalisasi limbah kotoran
ternak yaitu dengan pengolahan limbah yang tepat. Beberapa pemanfaatan limbah
kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan Untuk Pakan dan Media Cacing Tanah
Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein,
lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan
sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses
mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik
untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti
sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi
secara anaerob.
Penggunaan feses sapi untuk media hidup cacing tanah, telah diteliti
menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah
bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah
organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).
2. Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai
pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai
pupuk

organik.

Penggunaan

pupuk

kandang

(manure)

selain

dapat

meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas


12

mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut. Kotoran ternak


dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk mempercepat proses
pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos tersebut .
3. Pemanfaatan sebagai Biogas
Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan
memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu
bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut
sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar biogas. Kotoran
ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
biogas. Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang
menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi
untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi.
Oleh karena itu pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai
kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa,
10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio
C:N, 0.73% P, dan 0.68% K (Suganda, 2007).
Biogas adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang
merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas
yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2)
(Simamora, 1989). Biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran
4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor
8900 kkal/m3. Produksi biogas sebanyak 1275-4318 liter dapat digunakan
untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk
keluarga yang berjumlah lima orang per hari (Tuti, 2006).
Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang
meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap
metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik
mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana,
perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap
pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap

13

hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk
akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat,
propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,
hidrogen dan amoniak.
Di perdesaan, biogas dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan
memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah
ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang
memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.
4. Pemanfaatan Lainnya
Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau b, biogas ternak juga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi briket
dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan di India dan
dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar. Pemanfaatan lain adalah
penggunaan urin dari ternak untuk campuran dalam pembuatan pupuk cair
maupun penggunaan lainnya.

F.

14

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sistem integrasi Manusia dan Sistem alam pada usaha home industri
Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo yaitu dengan memelihara ternak dengan
baik untuk menghasilkan susu sapi yang berkualitas tingi dan produk yang
dihasilkan juga bernilai tinggi.
2. Cara meminimalisasi penggunaan energi dan mineral pada usaha home
industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo adalah dengan meminimalkan
penggunaan pakan ternak dengan memanfaatkan bahan yang tidak
digunakan seperti ampas tahu, singkong, rumput (gulma), dan dedak.
3. Cara meminimalisasi dampak aktivitas manusia terhadap kerusakan
lingkungan pada home industri Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo adalah
dengan mengolah limbah berupa kotoran ternak dengan menjadi Pakan,
Media Cacing Tanah, pupuk organik, biogas dan briket.
B. Saran
Pengolahan limbah kotoran sapi seharusnya diterapkan di industri
Peternakan Sapi Mahira, Sidoarjo dengan mengolah limbah berupa kotoran ternak
dengan menjadi Pakan, Media Cacing Tanah, pupuk organic, biogas dan briket.

15

Lampiran

Kandang sapi

Sapi

Hasil perahan susu sapi

Susu sapi yang dijual

Rumput sebagai makanan ternak

Singkong sebagai makanan ternak

16

Ampas tahu untuk makanan sapi

Dedak untuk makanan sapi

Kefir mahira

Es cream susu sapi

Yoghurtmahira kemasan cup

Yoghurt mahira kemasan botol

17

Kefir hasil olahan susu sapi

Produk hasil olahan susu sapi

Yoghurt rasa buah naga

Yoghurt rasa buah anggur

Tempat pemberian pakan


DAFTAR PUSTAKA

Susu kambing

Chalid Talib dkk, 2007, Restrukturisasi Peternakan Indonesia,


Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 5 No.1, hal. 1 4.
18

Dameria, R.H , dkk. 2013.


Analisis Profitabilitas pada Usaha
Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Semarang. Jurnal
Pengembangan Humaniora Vol. 13 (1), 65-72
Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B. L. Ginting. 2008. Buku Ajar
Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan. Laboratorium
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.
Rahmawat,
Ari.
2013.
Limbah
Peternakan
Sapi
Dan
Penanggulangan. Jurnal pencemaran lingkungan, Vol. 4 (2)Hal
1-19
Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha
Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga
Penelitian, Institut Pertanian Bogor
Suganda, E. 2007. Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Asal Kotoran Sapi.
Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Puslitbang Peternakan.
Sumiarsah, Dandan. 2013. Perbaikan Limbah Cair Peternakn Sapi
Perah Oleh Spirulina Sp. Jurnal Akuatika Vol 2(2) hal 91-97.
Tuti H. 2006. Biogas : Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif.Buletin Ilmu Peternakan Indonesia-Wartazoa 10(3):149-156
Yanto. 2015. Tips Cara Beternak. (online:
http://tipscarapeternak.blogspot.co.id/2015/11/jenis-bahanpakan-ternak-kandungan.html#ixzz44EOCWMhy) Diakses 20
maret 2015

19

Anda mungkin juga menyukai