PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan Negara yang dikenal dengan keanekaragaman floranya
yang bermanfaat dan berpotensi untuk dikembangkan khasiatnya sebagai tanaman
obat. Salah satu dari tanaman tersebut adalah pinang (Areca catechu L.) yang
sejak jaman dahulu digunakan sebagai obat untuk menguatkan gigi (digunakan
bersama daun sirih dan kapur), biji pinang juga digunakan oleh masyarakat
sebagai obat cacing, untuk obat luka, obat batuk, dan peluruh haid, dan sebagai
obat antibakteri.
Penggunaan obat antibakteri untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri sekarang sudah cukup banyak, tetapi masalah yang dihadapi sekarang
adalah timbulnya efek samping dari penggunaan obat-obatan tersebut seperti
mual, diare, alergi, serta bahaya toksik lainnnya dan tingginya konsumsi biaya
perawatan bagi pasien oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang
pengembangan antibakteri baru khususnya dari bahan alam
Secara tradisional, masyarakat memanfaatkan biji pinang sebagai ramuan
untuk mengobati sakit diare berdarah, kudisan, hidung berdarah, sakit gigi, bidul,
eksema, sariawan, menguatkan gigi (digunakan bersama daun sirih dan kapur),
juga sebagai penyembuh penyakit cacingan, obat sakit kulit, disentri, batu ginjal,
menghindari penyakit gigi dan menambah vitalitas seksual.
Kandungan kimia yang terdapat pada biji pinang anatara lain tanin, alkaloid
dan flavonoid. senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas untuk membuhuh
bakteri, mekanisme kerja antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri
adalah dengan menghambat sintesis dinding sel, mengganggu metabolit sel
bakteri, merusak keutuhan membran sel, menghambat sitesis protein sel bakteri
serta menghambat atau merusak asam nukleatsel bakteri.
Flafonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas dalam menghambat
enzim-enzim bakteri serta flavonoid juga mencakup banyak pigmen yang palling
umum karena terdapat hampir di seluruh tumbuhan sedangkan tanin adalah
senyawa yang memiliki daya antiseptik karena dapat mendenaturasi protein yang
terdapat pada dinding sel sehingga dapat menghambat bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi. (Robinson, 1995)
Escherichia coli merupakan salah satu jenis bakteri gram negatif yang secara
normal berada pada saluran cerna, tetapi jika jumlahnya melebihi batas normal
maka bakteri ini dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia salah
satunya yang sering terjadi di masyarakat yaitu diare. Staphylococcus aureus
dikenal sebagai bakteri patogen yang dihubungkan dengan berbagai sindrom
klinis, dimana dapat menyebabkan hemolisis darah, mengkoagulasi plasma, serta
menghasilkan berbagai enzim dan toksin ekstraseluler, dan merupakan bakteri
gram positif yang merupakan anggota flora normal kulit, selaput lendir, saluran
pernafasan, dan saluran cerna (Jawetz et al. 2007), oleh karena itu berbagai
penyakit infeksi pada kulit sering di temukan di Indonesia dimana Indonesia
merupakan Negara tropis yang beriklim panas, lebab, apalagi bila masyarakat
tidak menjaga kebersihan lingkungan maka pertumbuhan bakteri sangat mudah
sehingga sangat mudah untuk menimbulkan penyakit pada manusia.
Menurut Jenri (2014) bahwa ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) diperoleh
konsentrasi hambat minimum (KHM) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
adalah 2% dengan rata-rata zona hambat 7,37 mm. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan oleh Rahma (2012) bahwa pada konsentrasi 25% ekstrak biji pinang
mempengaruhi pelepasan ion fosfor pada proses demineralisasi gigi yang
distimulasi Streptococcus mutans.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul
Pengaruh
Ekstrak
Biji
Pinang
Terhadap
Pertumbuhan
Bakteri
b. Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu) paling
efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli ?
1.3 Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli?
b. Untuk mengetahui Pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol biji pinang
(Areca catechu) paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ?
1.4 Manfaat penelitian
a. Sebagai tambahan informasi kepada masyarakat mengenai efektifitas
ekstrak biji pinang (Areca catechu) dalam menghambat pertumbuhan
bakteri
b. Sebagai informasi bahwa biji buah pinang (Areca catechu) sebagai bahan
obat tradisional.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang manfaat biji
buah pinang (Areca catechu)
d. Sebagai informasi serta bahan masukan bagi mahasiswa Jurusan Farmasi
pada matakuliah Mikrobiologi, Fitokimia, dan Botani Farmasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1 Klasifikasi
Pinang
(A.
catechu)
merupakan
tanaman
yang
telah
: Spermatophyte
: Angiospermae
: Monocotyledonae
: Arecales
: Arecaceae/palmae
: Areca
: Areca catechu L.
2.1.2 Morfologi
Pinang (A catechu L.) adalah tanaman famili Arecaceae yang dapat
mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm.
Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai jambul
daun-daun kecil yang belum terbuka.
Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa
hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak
berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak
perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus
endosperm yang berwarna agak keputihan (Depkes RI, 1989).
Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur
5-8 tahun tergantung keadaan tanah (Depkes RI, 1989). Bagian-bagian dari
tanaman pinang antara lain: (a). Akar: berakar serabut, putih kotor. (b). Batang:
tegak lurus dengan tinggi 10-30 meter, bergaris tengah 15 cm, tidak bercabang
dengan bekas daun yang lepas. (c). Daun: majemuk menyirip tumbuh berkumpul
di ujung batang membentuk roset batang. (d). Bunga: tongkol bunga dengan
seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang
sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. (f). Biji: biji satu,
bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar
dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna
kecoklatan sampe coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan
warna yang lebih muda. (Gambar 2.1)
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan
perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling bercampur. Zat
terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut
tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditentukan
oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa yang
akan diisolasi. Proses pemisahan senyawa, menggunakan pelarut tertentu sesuai
dengan sifat yang akan dipisahkan. Pemisahan pelarut berdasarkan kaidah like
dissolved like artinya suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar (Pratiwi,
2009).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung
dari tujuan ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan.
Metode ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi. Maserasi adalah
perendaman bahan alam yang dikeringkan (simplisia) dalam suatu pelarut.
Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak, serta terhindar dari
perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena pemanasan (Pratiwi, 2009).
Maserasi adalah proses paling tepat dimana obat yang sudah halus
memungkinkan untuk merendam bahan didalam pelarut, tetapi membutuhkan
waktu yang sangat lama (Ansel, 2008). maserasi merupakan cara ekstraksi yang
dilakukan dengan cara merendam bahan didalam pelarut selama beberapa hari
pada temperature kamar yang terlindungi dari cahaya (Damayanti, 2012).
Prinsip kerja dari maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada
temperatur kamar yang terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk
kedalam sel melewati dinding sel, isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didalam sel dan diluar sel. larutan yang kensentrasinya
tinggi akan terdesak ke luar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi kesetimbangan
konsentrasi anra larutan diluar dan didalam sel (Adrian, 2008)
2.3
negatif. Atas dasar teknik pewarnaan diferensial yang disebut pewarnaan gram,
kedua kelompok bakteri ini dibedakan terutama mengenai dinding selnya (Volk
dan Wehler, 1993). Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis bakteri yaitu
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
2.3.1
Staphylococcus aureus
Metabolisme dapat dilakukan secara aerob dan anaerob. Infeksi yang disebabkan
di golongkan sebagai penyakit menular. Staphylococcus adalah sel yang
berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1m dan tersusun dalam kelompok tak
beraturan (Jawetz et al., 1995)
hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih
bagian atas (Jawetz et al., 1995).
Bakteri Escherichia coli dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
Diviso
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
2.4
: Bacteria
: Proteobacteria
: Gammaproteobacteria
: Enterobacteriales
: Enterobacteriaceae
: Escherichia
: Escherichia coli
bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.
Menurut Pelczar (1988) cara kerja zat antimikoba dalam melakukan efeknya
terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :
1. Merusak Dinding Sel
Pada umumnya bakteri memiliki suatu lapisan luar yang kaku disebut
dengan dinding sel. Dinding sel ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan
menahan sel, dinding sel bakteri tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang
merupakan polimer komplek terdiri atas asam N-asetil dan N- asetilmuramat yang
tersusun bergantian, setiap asam N - asetilmuramat dikaitkan tetrapeptida yang
terdiri dari empat asam amino, keberadaan lapisan peptidoglikan ini menyebabkan
dinding sel bersifat kaku dan kuat sehingga mampu menahan tekanan osmotic
dalam sel yang kaku. Kerusakan pada dinding sel dapat terjadi dengan cara
menghambat pembentukannya, yaitu penghambatan pada sintetis dinding sel atau
dengan cara mengubahnya setelah selesai terbentuk. Kerusakan pada dinding sel
akan berakibat terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel.
2. Kerusakan sitoplasma
Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat, protein,
karbohidrat, lipid, ion anorganik dan berbagai senyawa dengan bobot molekul
rendah. kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul
protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Konsentrasi tinggi beberapa
zat kimia dapat mengakibatkan kuagulasi dan denaturasi komponen-komponen
seluler yang vital.
10
yang
berakibat
terhadap
perubahan
protein
yang
terbentuk.
11
DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting dalam sel,
beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotik misalnya cloramnivekol,
tetrasiline, prumysin menghambat sintetis protein. Sedangkan sintesis asam
nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotik misalnya mitosimin. Bila terjadi
gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat
2.5
menggunakan metode cakram kertas atau paper disk adalah didasarkan pada
pengamatan zona hambatan yang dihasilkan oleh difusi bahan antimikrioba.
Prinsip dari pengujian ini adalah menempatkan suatu kertas cakram yang
mengandung bahan antimikroba dengan konsentrasi tertentu secara hati-hati pada
lempengan agar yang ditanami biakan murni bakteri. Media agar ini kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu tertentu, setelah itu dilakukan pengamatan
mikroskopis, dilihat ada tidaknya daerah jernih di sekeliling kertas cakram.
Daerah jernih yang tampak di sekeliling kertas cakram menunjukkan bahwa
mikroorganisme atau bakteri uji peka terhadap bahan antimikroba maka semakin
luas daerah jernih yang terbentuk. Bakteri yang sensitif terhadap bahan
antimikroba akan ditandai dengan adanya daerah hambatan di sekitar cakram,
sedangkan bakteri yang resisten terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram
tersebut (Jawetz, 1986).
2.6 Hipotesis
a. Terdapat pengaruh ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
b. Terdapat konsentrasi ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) paling
efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli
3.1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
12
Prosedur Kerja
3.5.1 Sterilisasi
Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu dengan
cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas cokelat kemudian
di masukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 C dengan tekanan 15 psi selama
13
15 menit. Untuk alat yang tidak tahan panas tinggi disterilisasi dengan zat kimia
berupa alkohol 70 %.
3.5.2 Penyiapan starter bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escerichia coli secara aseptik
diinokulasi dari media miring ke dalam media Nutrient Broth dengan
menggunakan jarum inokulasi sebanyak kurang lebih 1 ose. Biakan medium cair
diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam sebelum digunakan
untuk pengujian.
3.5.3 Proses Ekstraksi Ekstrak Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.)
Ekstrak tumbuhan pinang (Areca cathecu) diperoleh dengan cara pinang
(Areca catechu L.) dibersihkan dengan cara dicuci, kemudian di tiriskan, biji
pinang (Areca catechu L.) dipisahkan dari buahnya lalu di keringkan dengan cara
di angin-anginkan sampai kering kemudian dibuat serbuk, biji Pinang (Areca
catechu L.) yang telah dibuat serbuk diambil sebanyak 200 gram biji Pinang
(Areca catechu L.) dimasukkan ke dalam wadah atau toples, di rendam dengan
etanol 95% sebanyak 500 mL selama 5 hari dengan tujuan untuk memperoleh
senyawa aktif dari tanaman, dan ekstrak yang didapat lebih banyak
Setelah proses ekstraksi kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi
dengan cara alat destilasi dipasang pada tiang permanen agar dapat berdiri dengan
baik di meja percobaan, hasil ekstraksi dipindah ke dalam labu destilasi, kemudian
waterbath dihubungkan dengan sumber listrik dan menaikkan suhunya sekitar 40
C 50 C ( sesuai dengan titik didih etanol) setelah itu membiarkan sirkulasi
berjalan hingga hasil destilasi tertinggal dalam labu pemisah. Hasil ekstraksi ini
yang digunakan dalam percobaan.
3.5.4 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang
Pembuatan ekstrak biji pinang dilakukan berdasarkan konsentrasi sesuai
perlakuan. Untuk konsentrasi 10 % dibuat dengan cara melarutkan 10 g ekstrak
biji pinang dalam
melarutkan 15 g ekstrak biji pinang dalam 100 ml etanol 95%, konsentrasi 20%
dibuat dengan cara melarutkan 20 mL ekstrak biji pinang dalam 100 ml etanol
14
95%, dan konsentrasi 25% dibuat dengan cara melarutkan 25 g ekstrak biji pinang
dalam 100 ml etanol 95%.
3.5.5 Uji Kepekaan Bakteri
Uji kepekaan ini menggunakan metode Diffusion Test (Kirby-Baurer), yaitu
dengan cara merendam blank disk dalam ekstrak yang memiliki konsentrasi
berbeda selama 30 menit. Blank disk diangkat kemudiaan diletakkan dalam media
Nutrient agar yang sudah terisi biakan bakteri uji dengan menggunakan pinset.
Masing-masing cawan petri berisi lima lembar kertas cakram yang sudah
direndam dalam ekstrak biji Pinang (Areca catechu L.), cakram yang direndam
dalam etanol 95% untuk control negatif dan cakram yang mengandung antibiotik
eritromicyn untuk control positif. Media yang tela beisi kertas cakram
dimasukkan kedalam incubator dan diinkubasi selama 1 x 24 jamdengan suhu 37 0
C.
3.5.6 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian dilakukan
pengamatan langsung pada objek yang diteliti dengan melihat diameter zona
hambat (zona bening) yang terbentuk kemudian dilakukan pengukuran dengan
menggunakan mistar. Ketentuan kekuatan antibakteri asal tumbuhan adalah zona
hambat 10-20 mm berarti kuat (bakteri rentan) zona hambat 5-10 mm berarti
sedang (bakteri cukup resisten) , dan zonba hambat ukuran 5 mm atau kurang
berarti lemah (bakteri resisten.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji ANAVA (Analisis
Of Varians) Tunggal untuk membuktikan hipotesis 1 yaitu untuk mengetahui
pengaruh ekstrak tanaman pinang (Areca catechu) terhadap pertumbuhan bakteri.
Adapun kriteria dari uji ANAVA yaitu:
Fhitung > Ftabel maka hipotesis diterima
untuk Ftabel : , (V1, V2)
dimana : V1 = dk Perlakuan
V2 = dk Sisa
Jika hipotesis 1 diterima maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
ekstrak tanaman pinang (Areca catechu) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan escherichia coli.
15
KTG
r
(Gomes, 1995)
Keterangan :
Rp = wilayah nyata terkecil
KTG = kuadrat tengah galat
r = Ulangan
a = taraf nyata
p = jarak relative antara perlakuan tertentu dengan peringkat berikutnya
v = derajat bebas galat
Kriteria penarikan kesimpulan yaitu:
Terima Ho : nilai ( R1 R2 ) Rp
Terima Hi : nilai ( R1 R2 ) Rp
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil penelitian
Rata-rata diameter zona hambat (mm) ekstrak biji pinang terhadap
Escherichia coli
14
13,3
14
15,6
20
0
17
sedang, dan >20 bearti daya hambat kuat, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 4.1 :
25
2020
20
14
12.3
15
16
15.6
13.3
12.6
10
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
5
0
0 0
Kontrol -
10%
15%
14
20%
14
25% kontrol +
konsentrasi 25%. Uji BNT untuk zona hambat E. coli dapat dijelaskan bahwa
antara 25%, 20% dan 10% berbeda nyata dengan 15%, kemudian antara 25%,
20%, eritromycin dan 15% berbeda nyata dengan 10%, selanjutnya antara 25%,
20%, 15%, 10% serta eritromicyn berbeda nyata dengan etanol 95% hal tersebut
menunjukkan konsentrasi efektif untuk ekstrak biji pinang adalah pada
konsentrasi 25%.
4.2
Pembahasan
Tumbuhan pinang (Areca catechu) adalah salah satu jenis palma yang
senyawa yang dapat ditemukan pada biji, batang, dan daun bagian tumbuhan
lainnya, mekanisme kerja falvonoid sebagai antibakteri adalah membentuk
senyawa komleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat
membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler (cowan,
1999). Selain berperan dalam dalam inhibisi pada sintesis DNA-RNA dengan
interkalasi atau ikatan hidrogen dengan penumpukan basa asam nukleat falvonoid
juga berperan dalam menghambat metabolisme energi, senyawa ini akan
mengganggu metebolisme energi dengan cara mirip dengan menghambat sistem
respirasi, karena dibutuhkan energi yang cukup untuk penyerapan aktif berbgai
metabolit dan untuk biosintesis makromolekul (Cushnie, 2005)
Selain flavonid, senyawa yang ditemukan pada ekstrak biji pinang adalah
senyawa saponin, menurut Nuria (2009) senyawa ini juga berperan sebagai
antibakteri dimana mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan permukaan
sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Senyawa ini berdifusi melalui
membrane luar dan didning sel yang rentan lalu mengikat mebran sitoplasma dan
mengganggu dan mengurangi kestabilan itu, hal ini menyebabkan sitoplasma
bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. Agen antimikroba yang
mengganggu membran sitoplasma bersifat bakterisida (Cavalieri, 2005)
Tanin adalah senyawa yang juga bersifat antibakteri, menurut Nuria (2009)
mekanisme kerja tanin yaitu menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA
topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk. Tanin memiliki aktifitas
antibakteri yang
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh ekstrak biji
pinang (Areca catehu) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcul aureus
dan Escherichia coli.
2. Konsentrasi ekstrak bij pinang yang paling efektif dalam menghambat bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah pada konsentrasi 25% .
21
5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan uji lanjutan tentang
pemanfaatan biji pinang dan penggunaan bakteri uji, dapat diganti dengan jenis
bakteri uji lain.
22