Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Salah satu hal yang menjadi perhatian terkait peningkatan daya saing

perusahaan berkaitan dengan pengelolaan logistik perusahaan tersebut. Pengelolaan


logistik yang baik menjadi salah satu sumber utama suatu perusahaan menghasilkan
keuntungan yang baru dan mempertahankan daya saingnya. Terdapat beberapa
contoh dimana pengelolaan logistik yang tidak sesuai telah menjadi penghambat
manajemen perusahaan secara keseluruhan. Kemampuan dalam mengurangi total
biaya dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen
dapat bertambah melalui eliminasi dari hambatan ini.
Logistik secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai penyediaan suatu
barang yang dibutuhkan yang pengadaannya dapat dilakukan langsung oleh pihak
yang membutuhkan atau dilakukan oleh pihak lain. Dalam perkembangannya,
persepsi tentang logistik berubah, logistik dipersepsikan bukan lagi suatu barang yang
dibutuhkan tetapi proses mengadakan barang kebutuhan tersebut dipersepsikan
sebagai logistik. Dari perspektip lain, logistik dapat didefinisikan sebagai kerangka
kerja perencanaan bisnis untuk manajemen material, jasa, informasi dan arus modal,

mencakup peningkatan kompleksitas sistem informasi, komunikasi dan pengendalian


yang dikehendaki lingkungan bisnis saat ini.1
Istilah logistik awalnya lebih di kenal di dunia militer. Logistics didefinisikan
oleh pihak militer sebagai: 2
the science of planning and carrying out the movement and
maintenance of forces.... those aspects of military operations that deal
with the design and development, acquisition, storage, movement,
distribution, maintenance, evacuation and disposition of material;
movement, evacuation, and hospitalization of personnel; acquisition of
construction, maintenance, operation and disposition of facilities; and
acquisition of furnishing of services, atau
ilmu perencanaan dan pelaksanaan pergerakan dan pemeliharaan dari
kekuatan . segala aspek operasi militer yang berhubungan dengan
desain dan pengembangan, akuisisi, penyimpanan, permindahan,
distribusi, pemeliharaan, evakuasi dan pembagian/penempatan
material; pergerakan, evakuasi, dan perawatan personel, akuisisi
konsruksi, pemeliharaan, operasi dan penempatan fasilitas; dan
akuisisi dari perlengkapan pelayanan.
Di dalam suatu masyarakat baik yang modern maupun yang tradisional, pada
dasarnya produk atau barang-barang, diangkut dari tempat yang menghasilkan ke
tempat yang mengkonsumsikannya. Pertukaran dapat terjadi apabila terjadi
perbedaan antara jumlah, tipe dan waktu ketersediaan dan kebutuhan akan produk
atau barang tersebut. Apabila satu atau beberapa individu atau organisasi memiliki
surplus atas suatu produk atau barang yang dibutuhkan oleh individu atau organisasi
lain, keadaan ini merupakan basis terjadinya pertukaran. Rangkaian atau rantai
kegiatan perpindahan barang, informasi, dan juga uangnya, dalam rangka pemenuhan
kebutuhan konsumen, secara umum dikenal sebagai supply chain atau rantai suplai.

S.Sudalaimuthu, S. Anthony Raj, Logistics Management for International Business-Text

and Cases, dalam Logistix partners Oy, Helsinki, FI, 1996, (New Delhi:PHI Learning, 2009)
hlm.2.Cases, dalam Logistix partners Oy, Helsinki, FI, 1996, (New Delhi:PHI Learning, 2009) hlm.2.
2

Firman MU Tamboen et al, Cetak Biru Penataan dan Pengembangan Logistik Indonesia

(Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, 2008) hlm.6.

Dalam beberapa sudut pandang teori manajemen, istilah supply chain juga sering
dikaitkan dengan istilah demand chain dan value chain. Dengan demikian supply
chain bersifat koordinasi dan integrasi dari rangkaian kegiatan suplai mulai dari
pemasok pertama untuk mensuplai kebutuhan pelanggan paling akhir yang dapat
difasilitasi oleh service providers (penyedia jasa).3
Menurut Council of Supply Chain Management Professional (CSCMP) yang
berkedudukan di Amerika Serikat:4
Logistics Management is that part of Supply Chain Management that
plans, implements, and controls the efficient, effective forward and
reverse flow and storage of goods, services and related information
between the point of origin and the point of consumption in order to
meet customers' requirements, atau,
Manajemen Logistik adalah bagian dari Manajemen Rantai Suplai
yang merencanakan, menerapkan dan mengendalikan tingkat efisiensi
dan efektifitas dari arus dan penyimpanan barang, jasa dan informasi
yang terkait, dari hulu-ke-hilir dan sebaliknya, mulai dari titik asal
barang tersebut hingga titik tempat digunakan atau dikonsumsinya
barang tersebut, untuk dapat memenuhi persyaratan dan permintaan
dari pelanggan.
Menurut Christopher:5
The supply chain is the network of organizations that are involved,
through upstream and downstream linkages, in the different processes
and activities that produce value in the form of products and services
in the hands of ultimate consumer. Thus for example a shirt
manufacturer is a part of a supply chain that extends upstream
through the weavers of fabrics to the manufacturer of fibers and
downstream through distributors and retailers to the final consumer.
Each of these organizations in the chain are dependent upon each
other by definition and yet paradoxically by tradition do not closely
co-operate with each other.

Ibid., hlm.7.
Ibid.
5
Martin Christopher, Logistics and supply chain management: strategies for reducing cost
and improving service (England: Pearson Education Limited, 1998) hlm.15.
4

Clearly this trend has many implications to the logistics management,


not the least being challenge of integrating and coordinating the flow
of materials from multitude of suppliers, often offshore, and similarly
managing the distribution of the finished product by way of multiple
intermediaries.
It must be recognize that the concept of supply chain management
whilst relatively new is in fact no more than the extension of the logic
of logistics. Logistics management is primarily concerned with
optimizing flows within the organization whilst supply chain
management recognize that internal integration by itself is not
sufficient.
Logistics is essentially a planning orientation and framework that
seeks to create a single plan for the flow of product and information
through a business. Supply chain management builds upon this
framework and seeks to achieve linkage and coordination between
process of other entities in the pipeline i.e. suppliers and customers
and the organization itself, atau,
Supply chain adalah jaringan dari bagian-bagian yang terlibat, melalui
saluran-saluran hulu dan hilir, dalam aktifitas-aktifitas dan prosesproses yang berbeda yang menghasilkan nilai dalam bentuk produkproduk dan jasa-jasa yang diterima oleh konsumen akhir. Sehingga,
dapat dicontohkan sebuah pabrik baju adalah merupakan bagian dari
suatu supply chain meliputi bagian hulu dari pemintal kain sampai
pabrik benang dan bagian hilir meliputi distributor-distributor dan
penjual-penjual eceran sampai dengan konsumen akhir. Tiap-tiap
bagian dalam rantai saling tergantung dengan lainnya menurut
ketentuan, walaupun pada kenyataannya secara tradisi tidak bekerja
sama secara dekat satu dengan lainnya.
Jelas kecenderungan ini memberikan banyak pengaruh terhadap
manajemen logistik, tidak sedikit menjadi tantangan dalam
menyatukan dan mengatur aliran material dari banyaknya pemasok,
seringnya di luar negeri, dan demikian pula mengatur distribusi dari
barang jadi melalui banyak perantara.
Harus diakui bahwa kosep manajemen Supply Chain walaupun relatif
baru, pada kenyataannya tidak lebih dari perluasan dari logika sistem
logistik. Manajemen logistik perhatian utamanya terkait
mengoptimalkan aliran didalam organisasi sementara manajemen
Supply Chain menyadari bahwa integrasi internal semata tidaklah
cukup.
Logistik pada dasarnya adalah suatu pedoman rencana dan kerangka
kerja yang ditujukan untuk menghasilkan satu rencana untuk alur
produk dan informasi pada suatu kegiatan usaha. Manajemen Supply
Chain membangun diatas kerangka kerja ini dan berusaha untuk

mencapai keterhubungan dan koordinasi diantara proses dari entitas


yang berbeda pada saluran pasokan yaitu para pemasok dan pelanggan
dan organisasi itu sendiri.

Menurut Richard, peran dari Supply Chain adalah untuk mengantarkan produk
yang benar, dalam jumlah yang benar, kepada pelanggan yang benar, di tempat tujuan
yang benar, pada waktu yang benar, pada kondisi dan harga yang benar.6
Sebagaimana diungkapkan oleh Bohling, globalisasi dan hilangnya batasbatas perdagangan internasional telah mendorong pada pentingnya manajemen supply
chain hampir pada semua lini bisnis. Untuk menjaga tingkat persaingan penting bagi
semua pihak yang terlibat dalam supply chain untuk berkolaborasi . Dua keadaan ini
bersama dengan inisiatif efisiensi, konsentrasi pada kompetensi inti perusahaan serta
alih daya fungsi-fungsi tertentu dapat meningkatkan daya saing dan kualitas
pelayanan perusahaan. Namun demikian terdapat kesenjangan antara performa yang
dikehendaki dengan kemampuan mandiri perusahaan. Oleh karena itu, dasar
pemikiran untuk mengalihdayakan beberapa bidang pekerjaan semakin meningkat.
Hal ini mendorong perkembangan perusahaan-perusahaan pengelola logistik pihak
ketiga atau third party logistics (3PL).7
Selain pertimbangan-pertimbangan diatas, perusahaan sekarang lebih terfokus
pada kegiatan intinya daripada sekedar memikirkan hal-hal lain yang mungkin tidak
6

Gwynne Richard, Warehouse management: a complete guide to improving efficiency and

minimizing costs in the modern warehouse (United Kingdom: Kogan Page Limited, 2011) hlm.7.
7

Janina Bohling, Outsourcing and Third Party Logistics (GRIN Verlag, 2013) hlm.1.

memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang dimaksud. Keadaan seperti itu tentu
akan memberikan suatu keunggulan tersendiri bagi perusahaan karena perusahaan
dapat meningkatkan nilai tambah produk atau jasa sebagai hasil yang akan dinikmati
oleh konsumen akhir. Pemberian nilai tambah pada suatu produk ataupun jasa dari
perusahaan tersebut secara tidak langsung merupakan perwujudan dari peningkatan
kinerja perusahaan yang akan menambah daya saing mereka terhadap kompetitor
yang ada. Banyak perusahaan merasa tidak perlu untuk terfokus pada kegiatan
pengelolaan logistik secara mandiri karena hal tersebut hanya akan menambah beban
dari suatu proses produksi dibandingkan nilai tambah yang didapat. Perusahaan lebih
memilih untuk berkonsentrasi pada proses bisnis intinya untuk menghasilkan suatu
barang yang memiliki nilai tambah yang unik di mata para pelanggan. Pada akhirnya,
perusahaanperusahaan semakin menyadari bahwa peran dari organisasi luar sebagai
penyedia layanan pengelolaan logistik merupakan suatu hal yang penting disamping
melaksanakan proses produksi yang ada pada internal perusahaan. Fokus pada
masalah produksi tidak akan begitu terganggu dengan adanya jasa dari pihak ketiga
tersebut.8
Pelayanan third party logistics berdasarkan suatu kontrak yang mengatur
mengenai lingkup pekerjaan, biaya layanan, indikator performa layanan serta
pembagian tanggungjawab. Kontrak dimaksud dapat membuat hubungan yang kokoh
diantara perusahaan 3PL dan prinsipal dan memperkuat aliansi diantara kedua belah
pihak. Oleh karena itu layanan oleh perusahaan 3PL sering juga disebut kontrak
8

Nemoto Toshinori, Koichiro Tezuka, Advantage of Third Party Logistics in Supply Chain

Management (Tokyo: Hitotsubashi University, 2002) hlm.3.

logistik. Di bawah payung kontrak logistik yang luas, perusahaan 3PL menyediakan
layanan untuk pusat persiapan gabungan, pusat distribusi, gudang, dan layanan
manajemen transportasi.
CEVA terbentuk dari merger dua perusahaan Thomas Nationwide Transport
(TNT) Logistics dan Eagle Global Logistics (EGL), dimana merger tersebut rampung
pada 2 Agustus 2007. Nama CEVA sebagai brand sendiri diperkenalkan pada 30
Nopember 2007. CEVA dimiliki oleh Apollo Management L.P., sebuah firma
pengelola ekuitas swasta yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat. CEVA
merupakan perusahaan 3PL global yang menawarkan layanan kontrak logistik dan
ekspedisi muatan (freight forwarding). Lingkup usaha CEVA berfokus di sektor
otomotif, consumer and retail, perawatan kesehatan, teknologi, industrial dan energy
di lebih dari 170 negara dan mempekerjakan sekitar 44 ribu orang dan mengelola
sekitar 9 juta meter persegi gudang penyimpanan di seluruh dunia. Di Indonesia,
CEVA menjalankan usahanya melalui dua entitas yaitu PT CEVA Logistik Indonesia
dan PT CEVA Freight Indonesia yang mana keduanya berkantor pusat di Jakarta.9
Penelitian ini dilakukan terhadap perjanjian jasa logistik khususnya jasa
transportasi darat lingkup domestik oleh PT CEVA Logistik Indonesia dengan
pemilik barang dalam skema kontrak logistik.
1.2

Perumusan Masalah

About CEVA Logistics < http://www.cevalogistics.com/en-

US/aboutus/Pages/default.aspx> Diakses pada 21 Januari 2015.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka


perumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaturan kewajiban kontraktual perusahaan 3PL sebagai penyedia
jasa transpotasi darat pada perjanjian jasa transportasi oleh PT CEVA Logistik
Indonesia serta perbandingannya dengan beban tanggung jawab yang diatur oleh
perundang-undangan yang terkait?
2. Bagaimana pengaturan pembatasan ganti rugi oleh perusahaan 3PL sebagai
penyedia jasa transpotasi darat pada perjanjian jasa transportasi oleh PT CEVA
Logistik Indonesia?
3. Apakah perusahaan 3PL sebagai penyedia jasa transportasi darat pada perjanjian
jasa transportasi oleh PT CEVA Logistik Indonesia dapat mengesampingkan
kewajibannya atas kerugian tidak langsung pemilik barang terkait barang yang
berada dalam pengelolaannya?
1.3

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaturan kewajiban kontraktual perusahaan 3PL sebagai


penyedia jasa transpotasi darat pada perjanjian jasa transportasi oleh PT CEVA
Logistik Indonesia serta perbandingannya dengan beban tanggung jawab yang
diatur oleh perundang-undangan yang terkait.
2. Untuk mengetahui pengaturan pembatasan ganti rugi oleh perusahaan 3PL
sebagai penyedia jasa transpotasi darat pada perjanjian jasa transportasi oleh PT
CEVA Logistik Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah perusahaan 3PL sebagai penyedia jasa transportasi


darat pada perjanjian jasa transportasi oleh PT CEVA Logistik Indonesia dapat
mengesampingkan kewajiban atas kerugian tidak langsung pemilik barang terkait
barang yang berada dalam pengelolaannya.
1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat ilmiah, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi aplikasi teori dan
konsep pengelolaan logistik oleh perusahaan 3PL terutama mengenai teori-tori
pembatasan tanggung jawab kontraktual pada perjanjian pengelolaan logistik
khususnya jasa transportasi darat oleh perusahaan 3PL.
2. Manfaat praktis, sebagai referensi bagi pembaca atau peneliti lain yang tertarik
dalam bidang logistik khususnya mengenai ketentuan-ketentuan kontraktual
perjanjian jasa transportasi darat antara perusahaan 3PL dan prinsipal pemilik
barang, lebih khusus terkait pembatasan tanggung jawab atas kerugian tidak
langsung pemilik barang.
1.5

Keaslian Penelitian
Dari penelusuran bahan pustaka yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa

penelitian tentang Pembatasan Tanggung Jawab Kontraktual Perusahaan Third Party


Logistics Terkait Kerugian Tidak Langsung Pemilik Barang, lebih khusus lagi
penelitian yang dilakukan pada perjanjian jasa transportasi darat oleh PT CEVA
Logistik Indonesia, belum pernah ada. Terdapat penelitian yang telah lalu terkait

10

logistik dan tanggung jawab pengangkut yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
antara lain:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No.

Peneliti

1.

Chairunisah

2.

Pipit Sari
Puspitorini

3.

Ramandhika
Suryasmara

4.

Ramadani
Fitria
Manurung

Jenis
Penelitian
Tesis
Model
Program
Stokastik
dalam
Transportasi
dan Logistik
Tesis
Model
Pemilihan
dan Alokasi
Order ke
Perusahaan
Jasa Logistik
Tesis
Tanggung
Jawab Para
Pihak dalam
Perjanjian
Pengangkutan
Barang
Melalui Laut
Pada PT
XXX

Tesis Pelaksanaan
Perjanjian
Baku dalam

Instansi

Tujuan/ Hasil Penelitian

Universitas
Sumatera
Utara

Pemrograman matematika dan


algoritma
solusi
untuk
menyelesaikan
problema
transportasi dan logistik dalam
rantai suplai.

Institut
Teknologi
Sepuluh
November

Untuk
mengembangkan
pengambilan keputusan secara
sistematis dalam pemilihan
Third Party Logistic (3PL)
dengan model integrasi Fuzzy
Data Envelopment Analysis
(FDEA).
i. pelaksanaan pengangkutan
yang dilakukan PT. XXX
sudah
sesuai
dengan
ketentuan yang ada dalam
pengangkutan barang;
ii. PT. XXX dalam perjanjian
mempunyai tanggung jawan
untuk
berkewajiban
menyelenggarakan
pengangkutan dan menjaga
keselamatan
barang,
sedangkan tanggung jawab
dari
pengirim
adalah
memberikan informasi yang
sebenar-benarnya mengenai
sifat, jenis dan jumlah
barang yang akan diangkut
serta membayar seluruh
biaya yang timbul.
perjanjian
baku
dalam
perjanjian pengangkutan di
perusahaan CV. Asi Murni
tidak sesuai dengan asas

Universitas
Gadjah
Mada

Universitas
Sumatera
Utara

11

Perjanjian
Pengangkutan
Barang
Melalui
Perusahaan
Angkutan
Darat di Kota
Medan (Studi
di Perusahaan
Pengangkutan
Barang CV.
Asi Murni)

kebebasan berkontrak karena


kedudukan pihak pengirim
tidak seimbang, sehingga tidak
ada kebebasan pengirim untuk
menentukan isi perjanjian. CV.
Asi Murni telah menentukan
secara
sepihak
tanggung
jawabnya mengenai ganti rugi
yang bertentangan dengan
Undang-Undang No 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.

Dengan demikian penelitian ini adalah penelitian yang pertama dan asli
adanya, namun demikian apabila ternyata pernah dilakukan penelitian yang sama
maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya.

Anda mungkin juga menyukai