Anda di halaman 1dari 3

Nancy Cruzan adalah seorang wanita muda yang saat ini berada dalam keadaan

hidup vegetatif akibat kecelakaan mobil yang dialaminya pada tahun 1983.
Orangtuanya mengajukan permohonan kepada pengadilan Missouri untuk
melepaskan selang makanan gastrostomi, dan dengan dengan kerelaan hati
mereka tidak menginginkan kehidupan anaknya yang tanpa harapan tersebut.
Pengadilan missouri menolak permintaan tersebut, berdasarkan alasan bahwa
mereka tidak pernah mendengarkan keinginan dari Nn. Cruzan sendiri tentang
perasaannya dalam menggunakan alat bantu pemberian makan tersebut. Kasus
ini sampai pengadilan tinggi Amerika Serikat, ini kasus pertama yang
berhubungan dengan terminasi perawatan. Pada 25 Juni 1990, pengadilan tinggi
membenarkan keputusan pengadilan Missouri, karena ditemukan tidak adanya
pelanggaran terhadap hak-hak konstitusional federal, tetapi mengakui adanya
kompetensi seseorang untuk menolak pengobatan. Pada 49 negara bagian yang
lain, dimana hukum yang berhubungan dengan hal ini lebih liberal dan tidak
membutuhkan pengungkapan harapan tertentu dari pasien terhadap tipe
pengobatan, penilaian penegasan kembali tentang hak-hak dari kompetensi
pasien untuk meminta pengobatan tidak diberikan atau diberhentikan
pemberiannya.
Diskusi di sini difokuskan pada tidak memberikan atau penghentian
pemberian pengobatan untuk mempertahankan kehidupan. Termasuk dalam hal
ini tindakan seperti Resusitasi Jantung Paru (RJP), pengobatan gawat darurat,
ventilator mekanik, infus, alat bantu pemberian makan, antibiotik dan dialisa.

Tidak Memberikan dan Menghentikan Pengobatan


Apa yang dikatakan oleh etik keperawatan tentang tidak memberi atau
menghentikan pemeberian pengobatan ? ketentuan pertama dari Kode untuk
Perawat menyatakan bahwa klien memiliki hak-hak moral untuk menentukan
apa yang dapat dilakukan terhadap dirinya sebagai manusia . . (dan) untuk
menerima, menolak, atau menghentikan pengobatan tanpa adanya paksaaan.
Apakah arti dari tidak memberikan dan menghentikan pemberian?.
Tidak memberikan mengacu pada pengertian tidak pernah memulai
pengobatan, sedangkan menghentikan pemberian mengacu pada pengertian
melakukan penghentian pengobatan yang pernah diberikan. Tenaga kesehatan
profesional seringkali mendapatkan bahwa hal ini secara emosional lebih sulit
untuk menghentikan pengobatan dibandingkan dengan untuk tidak memberikan
pengobatan. Perbedaan untuk tidak memulai dan menghentikan pengobatan,
bukan satu-satunya kepentingan moral dan kepentingan hukum. Penghentian
pengobatan untuk alasan moral tidak melanggar kewajiban tenaga kesehatan
profesional. Suatu komisi khusus telah menyatakan bahwa, perbedaan anatara
kelemahan untuk memulai dan menghentikan terapi bukan merupakan masalah
moral yang berarti. Karena ini bukan merupakan instruksi rutin dalam
pengoabatan, kehadiran dokter dan perawat di samping pasien dibutuhkan saat
terjadi penghentian pengobatan. Hal ini memberikan kesempatan pada semua
yang terlibat untuk saling memberikan dukungan secara emosional.

Pedoman Terminasi pengobatan memperpanjang hidup dan perawatan


menghadapi kematian pusat hastings menyatakan bahwa ada alasan kuat
untuk memilih penghentian pemberian pengobatan...
Seringkali terdapat ketidakpastian tentang kemanjuran atau beban dan
keuntungan yang akan diperoleh pasien. Akan lebih baik untuk memulai suatu
pengobatan dan menghentikannya jika tidak efektif daripada tidak memulai
pengobatan karena adanya rasa takut bahwa menghentikan pengobatan adalah
tidak mungkin.
Saat pasien atau walinya memutuskan bahwa suatu pengobatan akan menjadi
beban dan menolak pengobatan tersebut, maka secara moral tenaga kesehatan
profesional harus menghormati keputusan tersebut. Jika pasien atau walinya
memutuskan bahwa pengobatan tidak membawa kemajuan dan menjadi beban
bagi kehidupan pasien maka dengan seijin keluarga pengobatan dapat
dhentikan. Menentukan pengobatan yang sia-sia terhadap pasien dan tidak
sesuai dengan keinginan pasien melanggar otonomi pasien untuk menentukan
tindakan bagi dirinya, dan dimana keinginan pasien tidak dapat diketahui, ini
melanggar keinginan pasien yang non-otonomi. Menghentikan pengobatan
berarti mengakui bahwa pasien memiliki hak untuk menolak pengobatan dan
menentukan apa yang menguntungkan bagi dirinya. Ini juga menyatakan
bahwa prinsip-prinsip non-maleficence atau tidak membahayakan keutuhan dan
kualitas hidup pasien oleh hal-hal yang tidak diinginkan, yang menyakitkan, atau
pengobatan yang sia-sia pada pasien. Kasus Nancy Cruzan, termasuk dalam
keinginan untuk menghentikan pengobatan yang telah diberikan.
Contoh kasus untuk tidak memberikan pengobatan adalah pesanan untuk Tidak
melakukan Resusitasi (JMR) dan pesanan untuk tidak melakukan RJP. Maksud
asal dari resusitasi ini pada awalnya adalah memberi pertolongan segera untuk
menyelamatkan hidup pada pasien yang mengalami henti jantung atau paru
secara mendadak, seperti pada pasien; korban tenggelam, terkena arus listrik,
mengalami keracunan obat yang tidak diketahui jenisnya, kecelakaan anastesi,
blok pada jantung, dan infark miokard akut. Pada akhirnya RJP merupakan hal
rutin dalam intervensi medik kepada hampir semua pasien yang mengalami
henti jantung atau paru, tanpa harus mengetahui proses penyakitnya. Meskipun
secara dramatik RJP terbukti keefektifannya, tetapi sering juga tidak memberikan
hasil pada pasien lain.
Intervensi segera dan refleksif untuk menyelamatkan kehidupan tanpa
membutuhkan persetujuan dari pasien sesuai dengan prinsip beneficence.
Tenaga kesehatan berasumsi bahwa pasien dengan alasan yang dapat diterima
akan mengharapkan untuk diresusitasi. Kita bertindak atas dasar pendapat
bahwa kematian adalah hal yang tidak diinginkan oleh pasien. Walaupun
beberapa pasien menyatakan keinginannya untuk tidak diresusitasi. Pada kasus
seperti ini, untuk memahami kebutuhan pasien dan tindakan yang tidak
diharapkan oleh pasien sangat bersikap paternal. Paternalistik adalah tindakan
mengesampingkan tindakan lain atau meminta untuk mempercayai apa yang

baik untuk seseorang. Dari sudut pandang medis, yang bersifat protektif maka
intervensi paternalistik cenderung dapat diterima secara moral etik.
Dari sudut pandang keperawatan, sebagaimana yang telah dinyatakan dalam
pembukaan Kode-kode untuk perawat, penghormatan terhadap seorang me

Penelitian Klinik
Title MB, Moody L, Becker MP : Nursing Care Requirement of Patient With Orders
in Intensive Care Unit. Heart Lung 21 (3) : 235 242.
Banyak anggota keluarga dan dokter kuawatir tentang pesanan jangan
melakukan resusitasi (DNR) yang pada akhirnya berarti pasien tidak akan
menerima perhatian dan perawatan yang sama dengan pasien yang tidak
menerima pesanan seperti itu. Tetapi suatu penelitian yang dilakukan di ICU
menyatakan bahwa pasien dengan pesanan jangan melakukan resusitasi pada
kenyataannya memperoleh perawatan yang lebih. 62 orang pasien dengan
pesanan jangan melakukan resusitasi dibandingkan dengan 62 orang pasien
tanpa pesanan, karakteristik seperti lamanya perawatan di ICU dan kebutuhan
akan asuhan keperawatan yang disusun berdasarakan suatu skala
ketergantungan juga diperhitungkan. Dalam rentang tingkat ketergantungan
sedang, pasien dengan pesanan jangan melakukan resusitasi menerima
asuhan keperawatan yang lebih dibandingkan dengan pasien tanpa pesanan
jangan melakukan resusitasi walaupun keparahan penyakitnya sama.
Penelitian ini menguatkan bahwa perawat-perawat di ICU tetap tergerak
hatinya untuk memberikan asuhan keperawatan, meskipun dalam penelitian ini
belum menemukan jawaban mengapa pasien-pasien tersebut menerima
perawatan yang lebih. Peneliti-peneliti tersebut berspekulasi bahwa tenaga
keperawatan mungkin merasakan bahwa kebutuhan keluarga akan terpenuhi jika
keluarga mengetahui bahwa pasien tetap memperoleh perawatan secara
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai