Anda di halaman 1dari 26

MATERI PEMBELAJARAN

SISTEM PENGAPIAN
Sistem pengapian adalah sistem utama yang mempengaruhi kerja dan performa
mesin yang berfungsi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara saat
piston pada akhir langkah kompresi.
Komponen sistem pengapian
a) Baterai :
Sebagai sumber tenaga listrik.

b) Ignition Switch :
Untuk memutuskan dan menghubungkan aliran listrik dari baterai ke koil.

c) Kabel Tegangan Tinggi


Untuk menghubungkan tegangan listrik dari distributor ke busi.

d) Fuse :
1

Sebagai pengaman arus listrik.

e) Ignition Coil :
Untuk mempertinggi tegangan listrik dari 12 volt menjadi (20.000 30.000
Volt).

f) Distributor
Berfungsi membagikan (mendistribusikan) arus tegangan tinggi yang
dihasilkan (dibangkitkan) oleh kumparan skunder pada ignition coil ke busi
pada tiap-tiap silinder sesuai dengan urutan pengapian.

g) Kontak Pemutus (Platina).


Untuk memutuskan dan menghubungkan arus yang mengalir ke kumparan
primer, agar terjadi tegangan induksi pada kumparan sekunder.

h) Busi
Busi berfungsi untuk menghasilkan percikan api sehingga bahan bakar di
dalam ruang bakar dapat terbakar.

Rangkaian Sistem Pengapian

Kontak Pemutus Platina


Platina atau kontak pemutus yang dalam bahasa inggris disebut juga
breaker point merupakan komponen dalam sistem pengapian konvensinal yang
berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus primer agar terjadi induksi
tegangan tinggi pada sirkuit sekunder. Induksi ini terjadi pada saat platina mulai
membuka atau pada saat platina mulai memutuskan arus primer.
Tegangan tinggi yang dihasilkan pada kumparan sekunder ignition coil
mencapai 20.000 V atau lebih, ini dibutuhkan untuk menghasilkan percikan bunga
api yang maksimal pada busi, dimana percikan bunga api ini dibutuhkan untuk
membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresi.
Berikut ini merupakan bagian bagian atau komponen dari platina (breaker point) :

Keterangan Gambar :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Cam Distributor (Camlobe)


Kontak tetap
Kontak lepas
Pegas kontak pemutus
Lengan kontak pemutus
Sekrup pengikat
Tumit ebonit
Kabel dari ignition coil (-)
Alur penyetel celah platina

Prinsip Kerja Sistem pengapian


1. Saat Kunci kontak ON, Platina menutup

Aliran arusnya adalah sebagai berikut:


Baterai > Kunci kontak > Primer koil > Platina > Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.

2. Saat Kunci kontak ON, Platina membuka

Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, terjadi
induksi tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus akan mengalir
seperti dibawah ini:
Sekunder koil > Kabel tegangan tinggi > Tutup distributor > Rotor
> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) > Busi > Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati
tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi
dan menimbulkan percikan bunga api.

Langkah-Langkah Penyetelan Platina


Langkah-langkah penyetelan platina yaitu :
1) Posisikan platina pada puncak nok (Nok Delco).
Caranya dengan memutar poros engkol sampai posisi platina pada puncak
nok.
2) Kendorkan baut pengikat platina.
Pengendoran baut platina jangan terlalu kendor, cukup setengah putaran
atau seperempat putaran saja.
3) Stel platina sesuai spesifikasi mobil
Pergunakan obeng (-) dan fuller gauge ukuran 0,40 mm untuk menyetel
platina. Setelah itu lakukan langkah penyetelan yaitu : a) Geser distributor
dan tepatkan ebonit pada permukaan rata pada nok, setelah itu kencangkan

baut sebelah kiri pada ujung bawah platina dan jangan terlalu kencang. b)
Geser ke kanan penuh distributor sampai titik kontak membuka masukkan
fuller gauge dan stel dengan obeng (-) hingga diperoleh ketepatan fuller
gauge pada titik kontak platina. Selanjutnya kencang bautnya, demikian
juga kencangkan kembali baut sebelah kiri. Pekerjaan ini dilakukan untuk
memperoleh tingkat akurasi yang tepat.
4) Tahap Akhir
Sebelum memasang tutup distributor terlebih dahulu kita periksa dengan
fuller gauge ketepatan celah platina dengan menggeser distributor pada
ebonit tidak menyentuh nok (posisi rata) ukur celah rubbing block-nok
(0,45mm). Selanjutnya geser distributor dengan ebonit berada di ujung
tertinggi nok, kemudian periksa celah platinanya (0,40 mm).

SUDUT PENGAPIAN (SUDUT DWELL)


Sudut dwell adalah sudut putar cam distributor yang dibentuk pada saat
platina mulai menutup sampai mulai membukan pada tonjolan berikutnya (warna
merah). Sudut dwell juga bisa disebut sudut lamanya platina menutup atau
lamanya arus primer mengalir. Spesifikasi sudut dwell pada mesin 4 silinder
adalah 52 6 (toyota kijang).

(Sudut Dwell dan Sudut Pengapian)


Sudut dwell dapat distel dengan merubah celah platinanya, dengan
memperbesar celah platina maka sudut dwell semakin kecil, dan sebaliknya jika
memperkecil celah platina maka sudut dwell akan semakin besar. Sudut dwell
dapat diketahui dengan alat yang bernama dwell tester.

Pengaruh sudut dwell :


Sudut dwell besar
Celah platina kecil
Arus yang mengalir ke primer koil terlalu lama
Kemagnetan jenuh
Platina panas
Sudut dwell kecil
Celah platina lebar
Arus yang mengalir ke primer koil terlalu singkat
Kemagnetan tidak tercapai maksimum
Tegangan induksi kumparan sekunder kurang
Memeriksa sudut dwell
Pastikan bahwa semua alat dan perlengkapan tidak ada di sekitar

mesin.

Hidupkan mesin dan biarkan sampai mencapai temperatur

kerja.

Matikan mesin dan hubungkan meter dwell ke sistem


pengapian sesuai dengan instruksi pabrik pembuatnya.

Hidupkan mesin dan bacalah bacaan sudut dwellnya.

Aturlah sudut dwell bila sudut tersebut tidak sesuai dengan


spesifikasi dari pabriknya.

Kondensor
Fungsi Kondensor:
Untuk menyimpan arus sementara yang akhirnya akan diteruskan kembali ke
kumparan primer untuk menghasilkan induksi elektromagnetik, juga berfungsi
untuk mencegah loncatan bunga api saat platina membuka.

Kapasitas Kondensor
Kapasitas dari kondensor dapat di identifikasi dengan warna kabelnya
Hijau

0,18 Micro Farad

Kuning

0,22 Micro Farad

Biru

0,25 Micro Farad

Putih

0,27 Micro Farad

Koil (Ignition Coil)


Untuk mempertinggi tegangan listrik dari 12 volt menjadi (20.000 30.000 Volt)
Agar dapat mempertinggi tegangan listrik, pada ignition coil terdapat 2 kumparan
a) Kumparan Primer .
Menciptakan medan magnet
Penampang kawatnya besar
Jumlah gulungan sedikit (+/- 400 gulungan)
b) Kumparan Sekunder.
Merubah induksi menjadi tegangan tinggi
Penampang kawat kecil
Jumlah gulungan banyak (+/- 30.000 gulungan)
Ignition coil dengan tahanan balast

Fungsi tahanan balast:


Untuk mengurangi penurunan tegangan pada secondary coil pada saat putaran
mesin tinggi
Untuk menstabilkan arus yang masuk ke kumparan primer

ADA 2 TYPE RESISTOR :


1. External resistor
2. Internal resistor
Eksternal Resistor

Internal Resistor

Fungsi resistor :

10

Koil tanpa resistor, nilai tahanan gulungan primer besar, sehingga membutuhkan
waktu lama agar arus yang masuk ke gulungan primer mencukupi untuk
pembentukan medan magnet.
Koil yang dilengkapi dengan resistor, nilai tahanan pada gulungan primer menjadi
lebih kecil akibatnya arus yang masuk ke gulungan primer dapat segera
mencukupi untuk pembentukan medan magnet.

11

Busi (Spark Plug)

Busi (dari bahasa Belanda bougie, bahasa inggris: spark plug) adalah suatu suku
cadang yang dipasang pada mesin pembakaran dalam dengan ujung elektrode
pada ruang bakar. Busi dipasang untuk membakar bensin yang telah dikompresi
oleh piston. Percikan busi berupa percikan elektrik. Pada bagian tengah busi
terdapat elektrode yang dihubungkan dengan kabel ke koil pengapian (ignition
coil) di luar busi, dan dengan ground pada bagian bawah busi, membentuk suatu
celah percikan di dalam silinder. Hak paten untuk busi diberikan secara terpisah
kepada Nikola Tesla, Richard Simms, dan Robert Bosch. Karl Benz juga
merupakan salah satu yang dianggap sebagai perancang busi.
Prinsip Kerja Busi
Busi tersambung ke tegangan yang besarnya ribuan Volt yang dihasilkan oleh koil
pengapian (ignition coil). Tegangan listrik dari koil pengapian menghasilkan beda
tegangan antara elektrode di bagian tengah busi dengan yang di bagian samping.
Arus tidak dapat mengalir karena bensin dan udara yang ada di celah merupakan
isolator, namun semakin besar beda tegangan, struktur gas di antara kedua
elektrode tersebut berubah. Pada saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik
daripada gas yang ada, gas-gas tersebut mengalami proses ionisasi dan yang
tadinya bersifat insulator, berubah menjadi konduktor.
Setelah ini terjadi, arus elektron dapat mengalir, dan dengan mengalirnya elektron,
suhu di celah percikan busi naik drastis, sampai 60.000 K. Suhu yang sangat
tinggi ini membuat gas yang terionisasi untuk memuai dengan cepat, seperti

12

ledakan kecil. Inilah percikan busi, yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar
atau petir mini.

Jenis-jenis Busi
1. Busi standar, merupakan busi bawaan motor dari pabrikan. Bahan ujung
elektroda dari nikel dan diameter center electrode rata-rata 2,5 mm. Jarak
pemakaian busi standar bisa sampai 20 ribu km, ketika kondisi pembakaran
normal dan tak dipengaruhi oleh faktor lain macam oli mesin dan konsumsi
BBM yang berlebihan.
2. Busi Iridium, merupakan jenis busi yang bisa dikatakan semi kompetisi, ramai
diaplikasi tuner buat mesin non standar. Ciri khasnya ujung elektroda terbuat
dari nikel dan center electroda dari iridium alloy warna platinum buram.
Diameter center electroda 0,6 mm 0,8 mm. Umur busi berkisar 50 ribu
hingga 70 ribu km. Jenis busi ini cocok buat mesin motor besar diatas 150 cc.
3. Busi Platinum, merupakan busi yang banyak disuka kaum bikers penyuka
touring lantaran kemampuannya. Ujung elektroda terbuat dari nikel dan center
electrode dari platinum, sehingga pengaruh panas ke metal platinum lebih
kecil. Diameter center electrode 0,6 mm 0,8 mm dan jangan heran, ketika
umur busi bisa sampai 30 ribu km.
4. Busi Racing, sesuai namanya busi ini didesain dan dipersiapkan dengan bahan
yang tahan terhadap kompresi tinggi serta temperatur mesin yang tinggi dan
dipersiapkan untuk mampu mengimbangi pemakaian full throttle dan

13

deceleration. Busi racing tidak sama dengan busi Iridium. Diameter center
electroda pun relatif kecil meruncing macam jarum. Umur busi relatif pendek
antara 20 ribu km hingga 30 ribu km.
5. Busi Resistor, jenis busi ini sering mengecoh konsumen, logo R latin dengan
font miring banyak yang mengira artinya racing. Sebenarnya R itu artinya
resistor. Busi ini dipakai untuk melindungi perangkat elektronik digital,
berupa speedometer dan lainnya. Maka busi cocok sebagai perlindungan
perangkat elektronik digital motor
Sedangkan tipe busi menurut tingkat kemampuan melepas panasnya
1. Busi panas :
Busi yang relatif sulit untuk membuang panas yang diterima, biasanya untuk
kendaraan standar.
2. Busi dingin :
Busi yang dengan cepat sekali membuang panas, cocok untuk kendaraan balap
(racing)

Normal
Isolator berwarna kuning atau coklat muda
Puncak isolator bersih, permukaan rumah isolator kotor berwarna coklat
muda atau abu abu ,

Kondisi kerja mesin baik


Pemakaian busi dengan nilai panas yang tepat

Terbakar
Elektrode terbakar, pada permukaan kaki isolator ada partikel-partikel
kecil mengkilat yang menempel
Isolator berwarna putih atau kuning
Penyebab :

Nilai oktan bensin terlalu rendah


Campuran terlalu kurus

Knoking ( detonasi )

Saat pengapian terlalu awal


Tipe busi yang terlalu panas

14

Berkerak karena oli


Kaki isolator dan elektroda sangat kotor.
Warna kotoran coklat
Penyebab :

Cincin torak aus


Penghantar katup aus
Pengisapan oli melalui sistem ventilasi karter

Berkerak karbon / jelaga


Kaki isolator, elektroda-elektroda, rumah busi berkerak jelaga
Penyebab :

Campuran terlalu kaya


Tipe busi yang terlalu dingin

Isolator retak
Penyebab :

Jatuh
Kelemahan bahan
Bunga api dapat meloncat dari isolator langsung ke massa

Saat Pengapian/Waktu Pengapian


Waktu pengapian pada mesin pembakaran dalam (Internal Combustion
Engine) adalah proses pengaturan sudut relatif posisi piston dan sudut kecepatan
(angular velocity) poros engkol untuk memicu pembakaran yang terjadi didalam
ruang bakar sebelum akhir langkah kompresi. Waktu pengapian dibutuhkan

15

karena campuran udara dan bahan bakar yang dimampatkan tidak sekaligus
terbakar secara keseluruhan oleh percikan bunga api dari busi, gas-gas
pembakaran membutuhkan periode waktu tertentu untuk mampu terbakar
sempurna didalam ruang bakar, dan kecepatan rotasi sudut atau mesin
berpengaruh langsung dalam memperpendek atau memperpanjang waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proses pembakaran dan ekspansi (langkah kerja)
yang terjadi. Selanjutnya sudut waktu pengapian yang ditempatkan lebih maju
sebelum titik mati atas disebut sebagai STMA (Sebelum Titik Mati Atas) atau
sering disebut pula BTDC (Before Top Dead Center). Memajukan waktu
pengapian pada posisi STMA berarti percikan diberikan sebelum titik dimana
ruang pembakaran mencapai ukuran minimum, karena tujuan langkah kerja pada
mesin pembakaran dalam adalah memaksa torak turun ke bawah atau untuk
memperluas ruang pembakaran. Percikan api yang terjadi setelah titik mati atas
atau ATDC (After Top Dead Center) biasanya kontra-produktif (menghasilkan
percikan terbuang, ledakan ulang atau detonasi, ketukan mesin dan lain-lain)
kecuali percikan tersebut dibutuhkan sebagai percikan tambahan atau sebagai
pembakaran lanjutan sebelum langkah buang.
Pengaturan waktu pengapian yang tepat merupakan hal penting agar
kinerja mesin bisa maksimal. Percikan yang terlalu cepat atau terlalu lambat
dalam siklus mesin sangat mempengaruhi performa mesin, menimbulkan getaran
yang berlebihan, dan bahkan merusak mesin. Waktu pengapian juga
mempengaruhi umur mesin, konsumsi bahan bakar, dan tenaga mesin. Waktu
pengapian pada mesin modern kontrol secara realtime menggunakan unit kontrol
mesin dengan komputer sesuai dengan putaran mesin dan beban. Sedangkan pada
mesin generasi lama yang masih menggunakan distributor masih menggunakan
pemicu mekanik dengan memanfaatkan gaya inersia (dengan menggunakan bobot
putar dan pegas) dan kevakuman pada manifold untuk mengatur waktu pengapian
yang disesuaikan dengan putaran mesin dan beban.

16

SAAT PENGAPIAN DAN KEMAMPUAN MESIN

1. Saat pengapian terlalu awal


Mengakibatkan detonasi/knocking, daya mesin berkurang, mesin menjadi
panas dan menimbulkan kerusakan pada piston, bearing, busi
2. Saat pengapian tepat
Menghasilkan langkah kerja yang ekonomis, daya mesin maksimum
3. Saat pengapian terlalu lambat
Menghasilkan langkah kerja kurang ekonomis/tekanan pembakaran
maksimum jauh setelah TMA, daya maksimum kurang, boros bahan bakar
Catatan :
Stel saat pengapian yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik

Penyetelan saat pengapian


Sebelum dilakukan penyetelan terhadap sistem pengapian, pertama celah
kontak platina harus disetel terlebih dahulu untuk mendapat besar sudut dwell

17

yang tepat. Penyetelan saat pengapian dapat dilakukan dengan dua metode, yakni
metode mesin diam dan metode menggunakan timing light. Dari kedua metode
tersebut, metode menggunakan timing light hasilnya lebih akurat.

1) Menyetel saat pengapian dengan metode mesin diam.


a) Dalam keadaan busi nomor 1 (satu) sudah dilepas, tutup lubang busi
dengan jari, dan putar poros engkol sampai terasa tekanan (akhir langkah
kompresi), teruskan pemutaran poros engkol hingga tanda pengapian
(timing mark) pada puli dan pada blok engine tepat (sesuai dengan buku
manual engine yang bersangkutan).
Catatan :
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengetahui langkah akhir kompresi
adalah sebagai berikut :
Putar poros engkol hingga tanda pengapian pada puli dan pada blok
engine tepat. Kemudian longgarkan busi sekitar dua atau tiga putaran.
Jika pada saat itu piston berada pada akhir langkah kompresi maka
akan terdengar hembusan angin melalui celah-celah busi.
Cara lain yang bisa dilakukan yaitu putar poros engkol hingga tanda
pengapian tepat, kemudian raba push rod, apabila kedua katup bebas,
hal ini menunjukkan bahwa piston dalam posisi akhir langkah
kompresi.
b) Pasang kembali busi nomor 1.
c) Longgarkan baut pengikat distributor, lalu putar badan distributor searah
dengan putaran rotor hingga kontak platina menutup.
d) Arahkan kunci kontak pada posisi On.
e) Putar badan distributor berlawanan dengan arah rotor hingga timbul bunga
api pada kontak platina, kemudian kencangkan klem pada posisi ini.
18

2) Menyetel saat pengapian dengan menggunakan timing light


a) Hidupkan engine pada putaran stasioner, periksa putarannya menggunakan
tachometer.
b) Pasang klem tegangan tinggi pada timing light ke busi nomor satu dan
kedua klem lainnya dihubungkan ke terminal baterai positif dan negatif.
c) Arahkan timing light pada tanda pengapian (timing mark) yang terdapat
pada puli dan engine.
d) Bila tanda pengapian belum tepat, putar badan distributor hingga tanda
pengapian sesuai dengan jenis engine yang diperiksa (biasanya 8o sebelum
TMA)

19

Rangkuman
Sistem pengapian adalah sistem utama yang mempengaruhi kerja dan
performa mesin yang berfungsi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara
saat piston pada akhir langkah kompresi.
Dalam sistem pengapian terdapat beberapa komponen yaitu Baterai, Ignition
Switch, Kabel Tegangan Tinggi, Fuse, Ignition Coil, Distributor, Kontak Pemutus
(Platina) dan Busi. Agar diperoleh performa maksimal kendaraan, maka harus
dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan dan penyetelan yang sesuai dengan standar
kendaraan.

20

LAMPIRAN LEMBAR SOAL


Soal Uraian.
1.
2.
3.
4.

Jelaskanlah pengertian sistem pengapian!


Bagaimana Pengaruh besar kecilnya sudut dwell?
Bagaimana langkah-langkah penyetelan celah platina?
Bagaimana cara penyetelan saat pengapian menggunakan timing light?

KUNCI JAWABAN
1.

Sistem pengapian adalah suatu sistem yang bertujuan menghasilkan bunga


api listrik di dalam ruang bakar untuk proses penyalaan campuran melalui

2.

kerja busi (spark plug)


Sudut dwell besar
Celah platina kecil
Arus yang mengalir ke primer koil terlalu lama
Kemagnetan jenuh
Platina panas
Sudut dwell kecil

3.

Celah platina lebar


Arus yang mengalir ke primer koil terlalu singkat
Kemagnetan tidak tercapai maksimum
Tegangan induksi kumparan sekunder kurang
Langkah-langkah penyetelan platina yaitu :
5) Posisikan platina pada puncak nok (Nok Delco).
Caranya dengan memutar poros engkol sampai posisi platina pada puncak
nok.
6) Kendorkan baut pengikat platina.
Pengendoran baut platina jangan terlalu kendor, cukup setengah putaran
atau seperempat putaran saja.
7) Stel platina sesuai spesifikasi mobil
Pergunakan obeng (-) dan fuller gauge ukuran 0,40 mm untuk menyetel
platina. Setelah itu lakukan langkah penyetelan yaitu: a) Geser distributor

21

dan tepatkan ebonit pada permukaan rata pada nok, setelah itu kencangkan
baut sebelah kiri pada ujung bawah platina dan jangan terlalu kencang. b)
Geser ke kanan penuh distributor sampai titik kontak membuka masukkan
fuller gauge dan stel dengan obeng (-) hingga diperoleh ketepatan fuller
gauge pada titik kontak platina. Selanjutnya kencang bautnya, demikian
juga kencangkan kembali baut sebelah kiri. Pekerjaan ini dilakukan untuk
memperoleh tingkat akurasi yang tepat.
8) Finishing
Sebelum memasang tutup distributor terlebih dahulu kita periksa dengan
fuller gauge ketepatan celah platina dengan menggeser distributor pada
ebonit tidak menyentuh nok (posisi rata) ukur celah rubbing block-nok
(0,45mm). Selanjutnya geser distributor dengan ebonit berada di ujung
tertinggi nok, kemudian periksa celah platinanya (0,40 mm).
4.

Cara penyetelan saat pengapian menggunakan timing light adalah sebagai


berikut.

Hidupkan engine pada putaran stasioner, periksa putarannya

menggunakan tachometer.
Pasang klem tegangan tinggi pada timing light ke busi nomor
satu dan kedua klem lainnya dihubungkan ke terminal baterai

positif dan negatif.


Arahkan timing light pada tanda pengapian (timing mark) yang

terdapat pada puli dan engine.


Bila tanda pengapian belum tepat, putar badan distributor hingga
tanda pengapian sesuai dengan jenis engine yang diperiksa
(biasanya 8o sebelum TMA)

22

LAMPIRAN PENILAIAN

1. Penilaian Untuk Soal Teori (Kognitif/Pengetahuan)


Jumlah Soal 4 butir soal uraian (dilampirkan)
Skor maksimum : 4 x 25 = 100
Benar Semua : skor maksimum x 100%
Perbaikan

: skor maksimum x 80%

Gagal

:0

2. Penilaian Untuk Sikap (Afektif)


Nama Siswa

Kelas

Materi Pokok

Tanggal

N
o

Keteranga
n

Skor

Aspek Pengamatan
4

Menghormati orang yang lebih tua


Mengucapkan terimakasih setelah
2
menerima bantuan orang lain
Menggunakan bahasa santun saat
3
menyampaikan pendapat
Menggunakan bahasa yang
4 santun saat mengkritik pendapat
teman
Bersikap 3S (salam, senyum,
5
sapa)
Jumlah
Keterangan :
4 : Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pada pernyataan
3 : Sering, apabila sering melakukan sesuai pada pernyataan
2 : Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan sesuai pada
pernyataan
1 : Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pada
pernyataan
23

Penilaian : Jumlah nilai maksimum x 5% = 100%

3. Penilaian Untuk Soal Praktik (Psikomotor/Keterampilan)


Lembar Penilaian
Penyetelan Sistem Pengapian Konvensional

Nama Job

: Penyetelan Sistem Pengapian Konvensional

Nama Siswa :
Nomor Siswa:
Bobot

20%

Proses
1. Pemakaian Alat
2. Prosedur
3. K3
4. Perawatan Alat

70%

Hasil
1.
2.
3.
4.
5.
6.

10%

Waktu
1. Sesuai Alokasi Waktu
2. Lebih Cepat
3. Lebih Lambat

100%

Rentang
Skor

Evaluasi

1-5
1-5
1-5
1-5

Penyetelan
Percikan Bunga api
Celah Platina
Besar Sudut Dwell
Saat Pengapian
Kehalusan suara mesin
Tidak terjadi knocking

1-12.5
1-12.5
1-12.5
1-12.5
1-10
1-10
8
10
6

Total Skor

Keterangan :
Masuk daerah toleransi

: Skor Maksimum x 100%

Perbaikan

: Skor maksimum x 80%

Gagal

:0

24

Skor

Jumlah

Penilaian Akhir diambil dari :


50% dari nilai psikomotor + 35% dari nilai kognitif + 15% dari nilai
afektif = 100%

25

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Agung Prasetyo

Tempat, tanggal lahir

: Tulungagung, 28 Juli 1994

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Dsn. Pakel
RT. 02 /RW. 01, Ds. Nglutung
Kec. Sendang, Kab. Tulungagung

No. telepon

: 089623304812

Email

: agungprasetyo154@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
2000 - 2006

SDN NEGERI NGLUTUNG 3

2006 - 2009

SMPN 1 SENDANG

2011 - 2014

SMKN 1 PAGERWOJO

2014 - SEKARANG

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

26

Anda mungkin juga menyukai