Anda di halaman 1dari 17

Pemanfaatan Zat Warna Alami Untuk

Pewarnaan Batik di Desa Bakaran,


Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati,
Jawa Tengah

Disusun Oleh :
1. Gymnastiar Galuh Usodo (14820009)
2. Nounse Amelia Nuraini
(14820050)
Kelas B

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
2016

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu warisan budaya masyarakat Jawa Tengah adalah
seni batik kain. Secara fungsional seni batik yang dikenal dewasa
ini, tidak dapat dipisahkan dengan nilai kain dalam kehidupan
masyarakat. Kain disamping digunakan untuk melindungi badan
dari pengaruh iklim, cuaca serta serangan dari binatang kecil,
juga dapat menunjukkan tingkat peradaban dan budaya dari
masyarakat pendukungnya. Hal ini tercermin dalam berbagai
kain

batik

dengan

motif-motifnya.

Motif-motif

tersebut

terkandung ide-ide, gagasan, norma-norma, nilai etika dan


estetika yang secara umum menggambarkan keadaan budaya
masyarakat pendukungnya.
Setiap daerah yang mengerjakan pembatikan satu dan yang
lain

mempunyai

keunikan

atau

kekhasan

masing-masing.

Keunikan tersebut dapat dapat dilihat dalam ragam hias maupun


tata warnanya. Keunikan tersebut dipengaruhi berbagai hal
seperti sistem kepercayaan, tata kehidupan maupun alam
sekitarnya.
Kain batik sebagai warisan budaya tersebar di berbagai daerah di
Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Di Jawa Tengah terdapat
sentral

penghasil

batik

khususnya

pada

desa

Bakaran,

kecamatan Juwana, kabupaten Pati.


Perkembangan penggunaan pewarna alami sebagai pewarna
tekstil belakangan ini semakin meningkat. Hal tersebut terkait
dengan standar lingkungan dan larangan penggunaan pewarna
sintetis yang mengandung gugus azo. Dengan pelarangan

penggunaan pewarna sintetis yang mengandung gugus azo


tersebut merupakan moment yang tepat untuk mengenalkan
kembali

pewarna

alam

yang

telah

lama

ditinggalkan.

Penggunaan pewarna tekstil sintetis yang mengandung logam


berat

akan

menimbulkan

dampak

lingkungan,

antara

lain

pencemaran tanah, air, udara dan dampak langsung bagi


manusia seperti kanker kulit, kerusakan otak dan lain-lain.
Terdapat pewarna alami pada awal pewarnaan dan proses
pewarnaan tidak menggunakan logam berat, besi, bahan kimia
toksin dan garam. Disamping itu bahan pewarna dapat diekstrak
dari bagian tumbuhan hanya memerlukan air sebagai pelarutnya.

B. Tujuan

1. Mengetahui jenis jenis pewarnaan yang digunakan pada


pembuatan tekstil khususnya batik
2. Mengetahui contoh dari jenis - jenis pewarnaan tersebut
3. Mengetahui keuntungan dan kerugian masing masing zat
warna
4. Menganalis efek limbah zat warna sintetis yang berdampak
pencemaran lingkungan sekitar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pewarna Alami
Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak tumbuhan

(seperti bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah digunakan sejak
dahulu sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam tubuh.
Pewarna alami yang berasal dari tumbuhan mempunyai berbagai macam
warna yang dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis
tumbuhan, umur tanaman, tanah, waktu pemanenan dan faktor-faktor lainnya.
Oleh karena itu, Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat
menggolongkan zat warna alami ke dalam golongan zat pewarna yang tidak perlu
mendapat sertifikasi atau dianggap masih aman. Jenis-jenis zat pewarna alami
yang banyak digunakan dalam industri pangan antara lain ialah zat pewarna asal
tanaman, seperti karotenoid, antosianin, klorofil dan curcumin.
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna alami dibagi atas:
1. Zat pewarna alami yang berasal dari tanaman, seperti: antosianin, karotenoid,
betalains, klorofil, dan kurkumin.
2. Zat pewarna alami yang berasal dari aktivitas mikrobial, seperti: zat pewarna
dari aktivitas Monascus sp, yaitu pewarna angkak dan zat pewarna dari aktivitas
ganggang.

3. Zat pewarna alami yang berasal dari hewan dan serangga, seperti: Cochineal
dan zat pewarna heme.

2.2. Zat Warna Tekstil Sintetis


Zat warna sintetis (synthetic dyes) atau zat wana kimia mudah diperoleh,
stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan
turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena
diperoleh dari ter arang batubara (coal, tar, dyestuff) yang merupakan cairan
kental berwarna hitam dengan berat jenis 1,03 1,30 dan terdiri dari despersi
karbon dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari
bentuk yang paling sederhana misalnya benzena (C6H6) sampai bentuk yang rumit
mialnya krisena (C18H12) dan pisena (C22Hn) .

Zat warna Direk

Zat warna Pigmen

Zat warna Asam

Zat warna Dispersi

Zat warna Basa

Zat warna Bejana

Zat warna Napthol

Zat warna Bejana larut (Indigosol)

Zat warna Belerang

Zat warna Reaktif

Tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan
kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan perlakuan khusus,
sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri. Tetapi zat warna sintetis yang
banyak dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan antara lain:
Zat Warna Naphtol

Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar
dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam
naptol.
Zat Warna Indigosol
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara
pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium
Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida.

Batik dari Zat Warna Indigosol


Zat Warna Rapid
Zat warna rapid biasa dipakai untuk coletan jenis rapid fast. Zat warna ini
adalah campuran komponen naphtol dan garam diazonium yang distabilkan,
biasanya paling banyak dipakai rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak
ditemui di kelompok indigosol.
Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan


(printing). Zat warna reaktif berdasarkan cara pemakaiannya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu: reaktif dingin dan reaktif panas. Untuk zat warna reaktif
dingin salah satunya adalah zat warna procion, dengan nama dagang Procion MX,
yaitu zat warna yang mempunyai kereaktifan tinggi dan dicelup pada suhu rendah.
Zat warna reaktif termasuk zat warna yang larut dalam air dan mengadakan reaksi
dengan serat selulosa, sehingga zat warna reaktif tersebut merupakan bagian dari
serat. Oleh karena itu sifat-sifat tahan luntur warna dan tahan sinarnya sangat
baik.
2.3

Macam-macam Bahan Alami Pewarna Batik


Pewarnaan pada batik menjadi salah satu unsur penting dalam

menciptakan karya seni batik yang indah. Tak sulit menemukan bahan pewarna
batik karena dengan mudahnya kita akan mendapatkannya di toko-toko yang
menjual bahan dan alat-alat keperluan membatik. Namun terkadang di dalam
proses pewarnaan kain batik, banyak pengrajin batik yang belum mengolah
limbahnya secara benar. Air bekas cucian yang bercampur dengan bahan-bahan
kimia termasuk juga bahan pewarna batik, dialirkan begitu saja ke selokan, yang
akhirnya meleber ke tengah jalan. Bahkan ada juga yang mengalirkannya
langsung ke sungai. Alhasil sungai menjadi berubah warna dan menimbulkan bau
yang tidak sedap. Limbah tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di
dalam sungai yang berdampak buruk pada kelangsungan hidup ikan dan hewan
lain yang ada di dalamnya.
Untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari limbah batik,
penggunaan bahan pewarna alami batik mungkin bisa menjadi salah satu pilihan.
Selain lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan bahan pewarna alami juga
dapat menghasilkan warna-warna batik klasik yang alami.
Bahan pewarna alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan
yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga
maupun buahnya. Dari bahan-bahan tersebut akan dihasilkan warna-warna yang
beragam meski tidak selengkap bila menggunakan zat pewarna batik kimia.

Daun Teh
Selain dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman, bagian daun
teh yang sudah tua juga bisa dimanfaatkan untuk membuat zat pewarna alami
batik. Bagian daun teh ini setelah diolah akan menghasilkan warna cokelat.

Kesumba (Bixa Orellana)


Tumbuhan ini termasuk tumbuhan perdu yang berasal dari Amerika tropis.
Warna alami yang dihasilkan dari biji kesumba yaitu warna merah atau kuning.

Pinang (Areca Cathecu)


Pinang adalah tanaman yang banyak tersebar di berbagai daerah Indonesia.
Warna alami yang dihasilkan oleh pinang adalah warna merah, warna tersebut
diperoleh dari tumbukkan halus biji buah pinang tua. Tanaman ini dibudidayakan
dengan cara ditanam, penanamannya membutuhkan waktu yang lama, karena
tumbuhan ini seperti pohon kelapa, maka dari itu tanaman ini baru dapat
dimanfaatkan apabila tanaman ini sudah cukup besar.

Daun Alpukat
Alpukat merupakan buah yang sangat baik untuk kesehatan tubuh karena
banyak mengandung vitamin di dalamnya. Selain buahnya, daun alpukat bisa juga
dimanfaatkan sebagai pilihan lain bahan pewarna batik alami yang dapat
menghasilkan warna hijau kecokelatan pada batik.

Daun Jati (Tectona Grandis)


Pohon Jati merupakan salah satu tanaman dengan tekstur kayu keras dan
sering menjadi bahan pembuatan mebel dan bahan bangunan rumah dengan
kualitas baik. Daunnya yang lebar dapat digunakan untuk membungkus nasi (pada
jaman dahulu) yang akan membuat cita rasa nasi menjadi lebih sedap. Selain itu,
daun jati juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik. Yang
digunakan adalah daun jati yang masih muda. Daun muda inilah yang dapat
menghasilkan warna merah kecokelatan pada batik.

Kulit manggis (Garcinia mangostana)


Merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara, tepatnya semenanjung
Malaya. Tetapi saat ini tanaman manggis banyak tumbuh di Negara-negara tropis.
Warna alami yang dihasilkan dari kulit manggis yaitu biru, ungu dan merah.
Warna alami tersebut diperoleh dengan cara menumbuk halus kulit manggis
kemudian bubuk kulit manggis direndam menggunakan etanol dan dikeringkan.

Indigo/ Tarum/ Nila


Tarum merupakan salah satu tanaman yang termasuk ke dalam suku
polong-polongan. Masyarakat Jawa menyebut tanaman ini Tom. Tarum biasa
digunakan sebagai pewarna kain yang dapat menghasilkan warna biru.

Akar Pace/ Mengkudu


Tanaman mengkudu masih cukup mudah dijumpai di sekitar kita. Tanaman
ini termasuk tanaman obat yang bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Bagian

yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami batik adalah akarnya. Akar
mengkudu akan menghasilkan warna merah.

Suji (Dracaena angustifolia)


Tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan perdu ini banyak dimanfaatkan
orang sebagai pewarna alami baik untuk makanan maupun textile. Warna alami
yang dihasilkan dari tumbuhan ini yaitu warna hijau. Warna tersebut diperoleh
dengan cara menumbuk halus daun suji kemudian diberi air dan didiamkan
selama semalam. Tanaman ini dapat dibudidayakan dengan cara okulasi, selain
akan menghasilkan bibit yang baik juga mudah cara pembibitannya.

Kelapa
Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang seluruh bagiannya dapat
dimanfaatkan oleh manusia, mulai dari akar, batang, buah, daun, kulit kayu dan
bagian lainnya. Untuk pembuatan bahan pewarna alami batik, yang digunakan
adalah sabutnya, yang merupakan kulit terluar dari buah kelapa. Warna yang
dihasilkan dari sabut kelapa adalah warna krem kecokelatan.

Kunyit
Siapa pun pasti sudah mengenal dengan baik dengan yang namanya
Kunyit. Karena kunyit merupakan salah satu tanaman yang sering dijadikan
bahan bumbu masakan yang kita santap sehari-hari. Kunyit juga dimanfaatkan
sebagai obat herbal alami yang dapat menyembuhkan jenis penyakit tertentu.
Selain itu, kunyit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik.
Bagian tanaman yang digunakan adalah umbinya yang akan menghasilkan warna
kuning.

Itulah contoh dari beberapa bahan alami yang dapat digunakan sebagai
bahan pewarna batik. Karena berasal dari bahan alami, menjadikan bahan
pewarna ini lebih ramah lingkungan. Dengan menggunakan pewarna alami maka
secara tidak langsung kita telah turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian
lingkungan.

2.4

Keuntungan dan Kerugian Zat Warna Alami Pada

Tekstil
Keuntungan zat warna alami pada tekstil :
1. Bahan mudah didapat
2. Harga relatif murah
3. Tidak menimbulkan efek pencemaran lingkungan
4. Dapat menekan biaya prokdusi tekstil
5. Banyak tersedia disekitar kita
6. Memiliki keunikan tersendiri dipasar local atau internasional

Kerugian zat warna alami pada tekstil :


1. Memerlukan waktu untuk membuat ekstrak zat warna
2. Zat warna tidak tahan lama pada tekstil
3. Memerlukan waktu lebih lama dalam proses pewarnaan dibandingkan
dengan zat warna sintetis
4. Warna terbatas

2.5

Keuntungan dan Kerugian Zat Warna Sintetis

Pada Tekstil
Keuntungan zat warna sintetis pada tekstil :
1. Menghemat waktu produksi
2. Warna lebih tahan lama
3. Penggunaan mudah
4. Macam warna lebih banyak
5. Mudah didapat di toko kimia
Kerugian Zat warna sintetis pada tekstil :
1. Limbah zat warna sintetis dapat mencemari lingkungan
sekitar
2. Pada beberapa orang dapat menimbulkan iritasi pada
kulit jika memiliki gangguan pada kulit
2.6

Efek Pencemaran Limbah Zat Warna Sintetis pada

Lingkungan
Menggunakan

zat

pewarna

sintetis

memang

sangat

menguntungkan bagi pengusaha teksil disamping warna yang

lebih beragam serta proses produksi lebih cepat. Disamping


penggunaan zat warna tersebut tanpa disadari limbah dari zat
warna tersebut yang di buang langsung dapat mencemari
lingkungan sekitar. Di daerah desa Bakaran tempat produksi
batik biasa berada dipinggiran area persawahan. Sehingga jika
dilakukan penggunaan zat warna sintetis pada proses produksi
batik tersebut akan berdampak pada pencemaran ekosistem
persawahan dan sistem irigasi pada persawahan. Maka dari itu
limbah ini akan berdampak pada buruknya produksi hasil
pertanian karena mengandung cemaran bahan kimia. Yang lama
kelamaan

jika

dikonsumsi

bahan

pangan

tersebut

mempengaruhi kesehatan masyarakat di daerah tersebut.

akan

BAB III
Penutup
3.1

Kesimpulan
Penggunaan zat warna alami pada produksi industri tekstil sangat

dianjurkan oleh pemerintah karena selain memanfaatkan sumber daya alam


disekitar daerah tersebut sekaligus tidak menimbulkan dampak pencemaran
lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar. Meskipun
penggunaan zat warna alami memiliki kekurangan tidak tahan lama dan jumlah
macam warna terbatas, justru menggunakan zat warna alami dapat menciptakan
suatu keunikan tersendiri pada pasar lokal maupun internasional. Dapat
menghemat biaya produksi karena bahan pewarna alami harganya terjangkau.

3.2

Saran
Saran dari penulis sendiri masyarakat di daerah desa Bakaran tersebut

dapat kembali lagi menggunakan zat warna alami yang pernah digunakan pada
tempo dulu. Sehingga dapat mengurangi jumlah pencemaran lingkungan di sekitar
tempat produksi. Dan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar.
Peran pemerintah setempat sangat membantu bagi pelaku usaha produksi Batik
tulis ini untuk lebih mengenalkan budaya dan komoditi pada daerah tersebut.
Sehingga dapat memperluas pemasaran pada pasar lokal atau internasional. Serta
dapat mengedukasi masyarakat tersebut betapa pentingnya menjaga lingkungan
dari kerusakan atau pencemaran untuk hidup yang lebih sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Sunarto. 2008. Teknik pencelupan dan pengecapan. Jakarta: Pusat Direktoran
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
http://arteducationx.blogspot.com/2010/01/pewarna-alam-by-hendra-wijayaraditya.html
http://www.peutah.com/uncategorized/dampak-positif-dan-negatif.html
http://www.zarna.blogspot.com/2009/06/pewarna-alami.html

Anda mungkin juga menyukai