Disusun Oleh :
1. Gymnastiar Galuh Usodo (14820009)
2. Nounse Amelia Nuraini
(14820050)
Kelas B
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu warisan budaya masyarakat Jawa Tengah adalah
seni batik kain. Secara fungsional seni batik yang dikenal dewasa
ini, tidak dapat dipisahkan dengan nilai kain dalam kehidupan
masyarakat. Kain disamping digunakan untuk melindungi badan
dari pengaruh iklim, cuaca serta serangan dari binatang kecil,
juga dapat menunjukkan tingkat peradaban dan budaya dari
masyarakat pendukungnya. Hal ini tercermin dalam berbagai
kain
batik
dengan
motif-motifnya.
Motif-motif
tersebut
mempunyai
keunikan
atau
kekhasan
masing-masing.
penghasil
batik
khususnya
pada
desa
Bakaran,
pewarna
alam
yang
telah
lama
ditinggalkan.
akan
menimbulkan
dampak
lingkungan,
antara
lain
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pewarna Alami
Pewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak tumbuhan
(seperti bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah digunakan sejak
dahulu sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam tubuh.
Pewarna alami yang berasal dari tumbuhan mempunyai berbagai macam
warna yang dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis
tumbuhan, umur tanaman, tanah, waktu pemanenan dan faktor-faktor lainnya.
Oleh karena itu, Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat
menggolongkan zat warna alami ke dalam golongan zat pewarna yang tidak perlu
mendapat sertifikasi atau dianggap masih aman. Jenis-jenis zat pewarna alami
yang banyak digunakan dalam industri pangan antara lain ialah zat pewarna asal
tanaman, seperti karotenoid, antosianin, klorofil dan curcumin.
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna alami dibagi atas:
1. Zat pewarna alami yang berasal dari tanaman, seperti: antosianin, karotenoid,
betalains, klorofil, dan kurkumin.
2. Zat pewarna alami yang berasal dari aktivitas mikrobial, seperti: zat pewarna
dari aktivitas Monascus sp, yaitu pewarna angkak dan zat pewarna dari aktivitas
ganggang.
3. Zat pewarna alami yang berasal dari hewan dan serangga, seperti: Cochineal
dan zat pewarna heme.
Tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan
kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan perlakuan khusus,
sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri. Tetapi zat warna sintetis yang
banyak dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan antara lain:
Zat Warna Naphtol
Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar
dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam
naptol.
Zat Warna Indigosol
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara
pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium
Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida.
menciptakan karya seni batik yang indah. Tak sulit menemukan bahan pewarna
batik karena dengan mudahnya kita akan mendapatkannya di toko-toko yang
menjual bahan dan alat-alat keperluan membatik. Namun terkadang di dalam
proses pewarnaan kain batik, banyak pengrajin batik yang belum mengolah
limbahnya secara benar. Air bekas cucian yang bercampur dengan bahan-bahan
kimia termasuk juga bahan pewarna batik, dialirkan begitu saja ke selokan, yang
akhirnya meleber ke tengah jalan. Bahkan ada juga yang mengalirkannya
langsung ke sungai. Alhasil sungai menjadi berubah warna dan menimbulkan bau
yang tidak sedap. Limbah tersebut dapat membunuh organisme yang hidup di
dalam sungai yang berdampak buruk pada kelangsungan hidup ikan dan hewan
lain yang ada di dalamnya.
Untuk memperkecil resiko yang ditimbulkan dari limbah batik,
penggunaan bahan pewarna alami batik mungkin bisa menjadi salah satu pilihan.
Selain lebih ramah lingkungan, dengan menggunakan bahan pewarna alami juga
dapat menghasilkan warna-warna batik klasik yang alami.
Bahan pewarna alami batik bisa didapat dari bahan tumbuh-tumbuhan
yang di ekstrak. Bahan tersebut bisa berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga
maupun buahnya. Dari bahan-bahan tersebut akan dihasilkan warna-warna yang
beragam meski tidak selengkap bila menggunakan zat pewarna batik kimia.
Daun Teh
Selain dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman, bagian daun
teh yang sudah tua juga bisa dimanfaatkan untuk membuat zat pewarna alami
batik. Bagian daun teh ini setelah diolah akan menghasilkan warna cokelat.
Daun Alpukat
Alpukat merupakan buah yang sangat baik untuk kesehatan tubuh karena
banyak mengandung vitamin di dalamnya. Selain buahnya, daun alpukat bisa juga
dimanfaatkan sebagai pilihan lain bahan pewarna batik alami yang dapat
menghasilkan warna hijau kecokelatan pada batik.
yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami batik adalah akarnya. Akar
mengkudu akan menghasilkan warna merah.
Kelapa
Pohon kelapa merupakan salah satu pohon yang seluruh bagiannya dapat
dimanfaatkan oleh manusia, mulai dari akar, batang, buah, daun, kulit kayu dan
bagian lainnya. Untuk pembuatan bahan pewarna alami batik, yang digunakan
adalah sabutnya, yang merupakan kulit terluar dari buah kelapa. Warna yang
dihasilkan dari sabut kelapa adalah warna krem kecokelatan.
Kunyit
Siapa pun pasti sudah mengenal dengan baik dengan yang namanya
Kunyit. Karena kunyit merupakan salah satu tanaman yang sering dijadikan
bahan bumbu masakan yang kita santap sehari-hari. Kunyit juga dimanfaatkan
sebagai obat herbal alami yang dapat menyembuhkan jenis penyakit tertentu.
Selain itu, kunyit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik.
Bagian tanaman yang digunakan adalah umbinya yang akan menghasilkan warna
kuning.
Itulah contoh dari beberapa bahan alami yang dapat digunakan sebagai
bahan pewarna batik. Karena berasal dari bahan alami, menjadikan bahan
pewarna ini lebih ramah lingkungan. Dengan menggunakan pewarna alami maka
secara tidak langsung kita telah turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian
lingkungan.
2.4
Tekstil
Keuntungan zat warna alami pada tekstil :
1. Bahan mudah didapat
2. Harga relatif murah
3. Tidak menimbulkan efek pencemaran lingkungan
4. Dapat menekan biaya prokdusi tekstil
5. Banyak tersedia disekitar kita
6. Memiliki keunikan tersendiri dipasar local atau internasional
2.5
Pada Tekstil
Keuntungan zat warna sintetis pada tekstil :
1. Menghemat waktu produksi
2. Warna lebih tahan lama
3. Penggunaan mudah
4. Macam warna lebih banyak
5. Mudah didapat di toko kimia
Kerugian Zat warna sintetis pada tekstil :
1. Limbah zat warna sintetis dapat mencemari lingkungan
sekitar
2. Pada beberapa orang dapat menimbulkan iritasi pada
kulit jika memiliki gangguan pada kulit
2.6
Lingkungan
Menggunakan
zat
pewarna
sintetis
memang
sangat
jika
dikonsumsi
bahan
pangan
tersebut
akan
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Penggunaan zat warna alami pada produksi industri tekstil sangat
3.2
Saran
Saran dari penulis sendiri masyarakat di daerah desa Bakaran tersebut
dapat kembali lagi menggunakan zat warna alami yang pernah digunakan pada
tempo dulu. Sehingga dapat mengurangi jumlah pencemaran lingkungan di sekitar
tempat produksi. Dan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar.
Peran pemerintah setempat sangat membantu bagi pelaku usaha produksi Batik
tulis ini untuk lebih mengenalkan budaya dan komoditi pada daerah tersebut.
Sehingga dapat memperluas pemasaran pada pasar lokal atau internasional. Serta
dapat mengedukasi masyarakat tersebut betapa pentingnya menjaga lingkungan
dari kerusakan atau pencemaran untuk hidup yang lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto. 2008. Teknik pencelupan dan pengecapan. Jakarta: Pusat Direktoran
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
http://arteducationx.blogspot.com/2010/01/pewarna-alam-by-hendra-wijayaraditya.html
http://www.peutah.com/uncategorized/dampak-positif-dan-negatif.html
http://www.zarna.blogspot.com/2009/06/pewarna-alami.html