Nany Masrurotin
151710101076
Siti Romlah
151710101127
151710101097
Retno Ayu A
151710101133
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan makanan sepanjang masa hidupnya menjadikan
industri pangan sebagai salah satu industri yang berkembang sangat cepat.
Pengolahan bahan pangan merupakan suatu proses yang sangat rentan dicemari
oleh mikroorganisme. Pencemaran ini dapat berasal dari udara, peralatan yang
digunakan selama pengolahan, ruangan, maupun dari pekerja yang menangani
proses pengolahan sehingga kondisi sanitasi dalam pengolahan juga ditentukan
oleh kondisi kebersihan pekerja yang umum digunakan untuk mengatasi
keamanan pangan, sanitasi dalam industri pangan khususnya dalam pengolahan
industri pangan (Triastuti, Ely. 2006).
Pertumbuhan industri pangan yang pesat akan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap produkproduk pangan namun dengan mutu terjamin dan
harga yang bersaing. Pangan yang aman dan bermutu baik dapat dihasilkan jika
dalam proses pengolahannya dilakukan secara baik dan benar, yaitu benar dalam
proses penerimaan bahan baku, proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan
produk. Kegiatan kunjungan PTPN XII Pabrik Teh Hitam CTC Wonosari. Pabrik
Teh Hitam CTC Wonosari merupakan pabrik teh yang berada di daerah Desa
Toyomarto, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang. Dari pabrik teh ini
dilakukan pemeriksaan mengenai bagaimana keadaan dari lingkungan, kondisi
pengolahan serta sanitasi dan
diperlukan penerapan standar GMP dan SSOP yang baik (DEPKES RI. 1998).
Aspek sanitasi dalam produksi pangan merupakan program yang tidak
dapat dipisahkan dalam industri. Sanitasi dalam industri meliputi sanitasi bahan
baku sampai dengan produk akhir dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
proses produksi yang dapat menyebabkan kontaminasi pada produk seperti
sanitasi peralatan produksi, sanitasi pekerja, sanitasi bangunan, serta perlakuanperlakuan yang berhubungan langsung dengan bahan karena sanitasi sangat terkait
dengan keamanan pangan bagi konsumen (Jenie. 1989).
Kajian terhadap aspek GMP antara lain lokasi dan lingkungan pabrik,
bangunan dan ruangan pengolahan, fasilitas sanitasi, peralatan produksi, produk
akhir dan pemeriksaan, kesehatan dan kebersihan karyawan, wadah kemasan,
penyimpanan,dan transportasi. Kajian terhadap aspek SSOP meliputi delapan
kunci persyaratan sanitasi yaitu keamanan air; kondisi dan kebersihan permukaan
yang kontak dengan bahan pangan; pencegahan kontaminasi silang; menjaga
fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet; proteksi dari bahan-bahan kontaminan;
pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar; pengawasan
kondisi kesehatan personil; menghilangkan pest dari unit pengolahan. Dari semua
kebijakan dan peraturan yang ditetapkan dalam sebuah industri pangan yang
sudah besar maka diperlukan penerapan standar GMP dan SSOP yang baik. Oleh
karena itu perlu dilakukan kunjungan lapang untuk mengetahui kondisi lapang
yang sebenarnya agar diketahui penerapan standar GMP dan SSOP yang baik di
pabrik Teh Hitam CTC Wonosari, Malang.
1.2 Tujuan
Dari pemaparan latar belakang di atas maka diperoleh suatu tujuan yaitu
untuk mengetahui bagaimana penerapan standar sanitasi di unit pengolahan teh
pada Pabrik Teh Wonosari melalui Good Manufacturing Practice (GMP) dan
Sanitation Standard Operational Procedures (SSOP) juga sanitasi yang dilakukan
dengan cara inspeksi proses produksi yang sedang berlangsung dan kegiatan lain
yang mendukung proses seperti proses pencucian danpenyimpanan alat. dengan
mengacu pada ketentuan SNI 01-2981-1992.
pemukiman.
Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Bebas banjir, polusi asap, debu, bau, dan kontaminan lain.
Bebas dari sarang hama seperti hewan pengerat dan serangga.
Tidak berada dekat industri logam dan kimia, pembuangan sampah atau
limbah.
Desain, konstruksi dan tata ruang harus sesuai dengan alur proses.
Bangunan cukup luas dan dapat dilakukan pembersihan secara intensif.
Terpisah antara ruang bersih dan ruang kotor.
Lantai dan dinding dr bahan kedap air, kuat dan mudah dibersihkan, serta
sudut pertemuannya berbentuk lengkung.
Karyawan yang bekerja di ruang bahan baku dan proses menggunakan sarung
tangan dan pakaian luar yang bersih dan sepatu yang ditentukan. Pakaian karyawan
dibersihkan dan disanitasi setiap dua hari sekali dan setiap pergantian shift.
Karyawan yang bekerja di bagian lainpun apabila akan masuk ke area proses harus
pekerjaan dimulai.
Karyawan tidak diperbolehkan memakan makanan dan minuman serta merokok
di area produksi.
Karyawan mensanitasi sepatu pada bak yang berisi Ammonium klorida 800 mg/L
Toilet dan fasilitasnya harus dilengkapi dengan pintu yang dapat tertutup
secara otomatis, selalu terpelihara dengan baik dan tetap bersih, disanitasi
setiap hari pada akhir operasional.
Bak cuci tangan dan fasilitasnya harus ada air mengalir, sabun pembersih
berbentuk cair dan penyediaan handuk/lap.
5. Perlindungan produk, bahan packing produk yang berhubungan dengan permukaan
bahan yang memakai minyak, pestisida, solar, sanitizer, dll.
Pengendalian dan pengawasan:
a. Bahan kimia disimpan secara terpisah di luar area proses dan pengemasan.
b. Makanan, bahan kemasan makanan dan permukaan yang kontak langsung
dengan pangan harus terlindung dari bahaya biologi, fisik dan kimia. Lampu
yang berpelindung digunakan di area proses dan pengemasan dengan frekuensi
pengawasan setiap sebelum kegiatan dan setiap 4 jam sekali.
sesuai
dengan
materi
yang
dibutuhkan.
Menurut
Nazir
(1988)
Alamat Perusahaan
Nama Pemilik
: PTPN XII
No SIUP/IPRT
:-
:-
Distribusi Pasar
Ya
Tidak
2. Bangunan
Pernyataan
Bangunan memenuhi persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis
produknya dan mudah dibersihkan dan dipelihara
Ruangan pokok dan ruangan pelengkap terpisah dengan jelas
Ruangan diatur menurut urutan proses produksi dan lalu lintas pekerja lancar.
Kondisi lantai ruangan pokok:
Ya
Tidak
a. kedap air, tahan terhadap air, garam, basa, asam dan bahan kimia lainnya,
kimia lainnya.
d. Pertemuan antara dinding dengan dinding dan dinding dengan lantai tak
membentuk sudut mati dan rapat air.
Atap ruangan pokok dan pelengkap terbuat dari bahan tahan lama, tahan
terang.
Pintu ruangan kuat, permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah
3. Fasilitas Sanitasi
Pernyataan
Kondisi kebersihan perusahaan dijaga rapi dan bersih setiap saat
Bangunan dilengkapi sarana penyediaan air (sumber air, perpipaan,
Ya
tandon air)
Bangunan dilengkapi sarana pembuangan (saluran dan tempat
Tidak
sampah
d. jumlahnya cukup
4. Alat Produksi
Pernyataan
Alat dan perlengkapan produksi makanan berfungsi baik dan
Ya
Tidak
berkarat,
Ya
Tidak
Ya
yang berisi:
a.
Tidak
proses
f. uraian lengkap mengenai kemasan yang digunakan
Ya
Tidak
b. Kimia
c. Biologi/mikrobiologi
8. Laboratorium
Pernyataan
Perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku, bahan
tambahan dan produk akhir di laboratorium.
Setiap pemeriksaan menggunakan protokol/ prosedur yang memuat
Ya
Tidak
perusahaan
9. Karyawan
Pernyataan
Karyawan yang berhubungan dengan produksi makanan :
a. dalam keadaan sehat, bebas luka, penyakit kulit, dan hal
Ya
Tidak
melakukan pekerjaan,
e. Selama pekerjaan tidak makan, minum, merokok, meludah
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
dahulu.
Bahan berbahaya ( insektisida, rodentisida, desinfektan dan lainlain) disimpan dalam ruangan tersendiri dan diawasi secara ketat.
Wadah dan pengemas disimpan ditempat bersih dan terlindung dari
pencemaran.
Label disimpan secara baik dan teratur agar terhindar kesalahan
penggunaan.
Alat dan perlengkapan produksi setelah dibersihkan dikenakan
tindakan sanitasi.
Alat dan perlengkapan yang belum digunakan disimpan agar
13. Pemeliharaan
Pernyataan
Bangunan dan bagian-bagiannya terpelihara, tampak bersih dan
Ya
Tidak
berfungsi baik
Usaha pencegahan masuknya serangga dan binatang penggangu
(hama) dilakukan.
Pengendalian serangga dan hama dengan menggunakan bahan
kimia beracun.
Prosedur dan dosis penggunaan bahan kimia beracun berdasarkan
peraturan
Penanganan limbah padat dilakukan dengan dikubur, dibakar atau
diolah lanjut.
Limbah air dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
dialirkan ke luar.
Limbah gas buangan diatur/diolah agar tidak mengganggu
kesehatan lingkungan.
Alat dan perlengkapan untuk memproduksi makanan dibersihkan
bersih.
Alat pengangkutan barang dalam unit pengolahan bersih dan tidak
pemukiman.
Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Bebas banjir, polusi asap, debu, bau, dan kontaminan lain.
Bebas dari sarang hama seperti hewan pengerat dan serangga.
Tidak berada dekat industri logam dan kimia, pembuangan sampah atau
limbah.
2. Bangunan
Bangunan unit produksi pabrik teh Wonosari terdiri atas ruangan pokok
dan ruangan pelengkap, dimana ruang pokok yaitu ruangan produksi dan
pengemasan, ruangan pelengkap yaitu ruangan penyimpanan bahan. Kondisi
ruangan produksi untuk keadaan lantai ruangan pokok yang tidak memenuhi
standart GMP Karena keadaan lantai yang tidak memenuhi persyaratan
menyebabkan lantai menjadi penyebab terjadinya kontaminasi silang dan susah
dibersihkan sehingga bisa menjadi sumber kontaminasi. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikemukakan oleh FDA (1995), yang menyatakan bahwa desain
bangunan pabrik pangan haruslah seperti sebagai berikut:
e. Desain, konstruksi dan tata ruang harus sesuai dengan alur proses.
f. Bangunan cukup luas dan dapat dilakukan pembersihan secara intensif.
pada pabrik pangan harus memiliki ventilasi yang memiliki aliran tekanan dari
dalam ruang menuju luar ruangan produksi.
3. Fasilitas Sanitasi
Untuk fasilitas sanitasi kebersihan dan kerapian perusahaan dijaga dengan
baik. Bangunan pabrik telah dilengkapi dengan sarana penyediaan air yang baik
dan juga telah dilengkapi dengan saran pembuangan. Toilet tidak langsung
menuju ke ruang produksi, namun jumlah yang disediakan belum mencukupi
dengan jumlah karyawan yang ada. Selain itu juga dilengkapi dengan sarana
untuk cuci tangan utnuk uang produksi yang berada di tempat yang tepat yaitu
berada di luar pintu masuk. Sarana cuci tangan telah dilengkapi dengan kran air
yang bisa digunakan namun tidak dilengkapi sabun, handuk atau alat pengering.
Selain itu jumlah sarana cuci tangan yang tidak mencukupi jumlah karyawan
karena hanya ada satu di depan pintu nasuk. Hal tersebut telah sesuai dengan ya g
dinyatakan oleh Larsson, G. C. et al. (1997) bahwa, sebuah industri pangan harus
menerapkan program sanitasi meliputi :
f.
g.
h.
i.
Wonosari masih kurang maksimal karena masih ada beberapa yang belum
memenuhi kriteria standat GMP. Sehingga perlu dilakukan perbaikan lagi ke
depannya.
4. Alat Produksi
Untuk alat-alat produksi diketahui bahwa alat dan perlengkapan produksi
tidak berfungsi dengan baik. Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam
produksi teh hitam di Wonosari sesuai dengan jenis produksi, permukaan alat
produksi yang berhibungan langsung dengan makanan dalam kondisi halus, tidak
berlubang, tidak mengelupas dan tidak berkarat, tidak mencemari hasil produksi
karena berbahan dasar stain;ess steel dan juga mudah dibersihkan. Hal tersebut
telah sesuai dengan standart GMP yang berlaku karena alat produksi harus pangan
harus memenuhi kriteria untuk kondisi kesehatan konsumen (Winarno. 2004)
5. Bahan Baku dan Bahan Tambahan
Bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan untuk memproduksi
makanan adalah bahan aman dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Hal
tersebut sesuai dengan peryataan Larsson, G. C. et al. (1997) bahwa, pengendalian
pasca produksi meliputi jenis dan jumlah bahan yang digunakan produksi, bagan
alir proses pengolahan, keterangan produk, penyimpanan produk, jenis kemasan,
jenis produk pangan yang dihasilkan. Namun semua bahan sebelum digunakan
tidak
dilakukan
pemeriksaan
secara
organoleptik
fisika,
kimia,
biologi/mikrobiologi.
6. Proses Pengolahan
Proses pengolahan produk dibuat menurut formula dasar dengan jenis
bahan yang digunakan telah sesuai dengan persyaratan mutunya, jmlah bahan
yang digunakan haya untuk satu kali pengolahan (satu resep) dengan tahapan
proses pengolahan yang telah sesuai dengan standart yang berlaku karena
memperhatikan parameter atau faktor-faktor proses, akan tetapi belum dilakukan
pemeriksaan bahan dan produk akhir. Pabrik teh Wonosari belum memiliki
protokol pembuatan (dalam bentuk instruksi tertulis) untuk setiap satuan
pengolahan yang dilengkapi dengan
(Winarno dan Surono. 2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pabrik teh
wonosari hamper menerapkan standart GMP untuk karyawannya, namun hal
tersebut perlu ditingkatkan lagi agar penerapan dapat berjalan baik dan secara
keseleuruhan diterapkan.
10. Wadah dan Kemasan
Wadah dan kemasan produk teh hitam yang digunakan telah memenuhi
syarat karena dapat melindungi dan mempertahankan mutu produk dari pengaruh
luar. Menjamin keutuhan dan keaslian produk, karena dibuat dari bahan yang
kuat dan tidak melepaskan bagian/unsurnya, tahan terhadap perlakuan selama
pengolahan, pengangkutan dan peredaran
penyimpanan bahan baku, bahan tambahan dan produk akhir disimpan pada
ruangan yang terpisah, bersih, bebas serangan hama, dan suhu yang sesuai. Bahan
yang lebih dahulu diterima diolah terlebih dahulu dan produk akhir yang lebih
dahulu dibuat maka diedarkan terlebih dahulu, selain itu wadah dan pengemas
disimpan yang aman dan terhindar dari pencemaran dan alat, perlengkapan yang
elum digunakan disimpan agar terlindung dari debu dan pencemaran lain.
Berdasarkan literature penyimpanan dengan menerapkan system GMP
adalah penyimpanan bahan baku, bahan tambahan dan produk akhir disimpan
terpisah dalam ruangan ang bersih, bebas hama, cukup penerangan, terjamin aliran
udara dan suhu yang sesuai, untuk bahan tambahan disimpan sesuai label,
penyimpanan bahan mentah sebaiknya tidak langsung menyentuh lantai, tidak
menempel pada dinding, jauh dari langit untuk mencegah sarang hama.
13. Pemeliharaan
Berdasarkan pengamatan hasil kunjungan di PTPN XII Wonosari Malang
pabrik the menerapkan system pemeliharaan yang kurang sesuai dengan GMP.
Bangunan dan bagian-bagian tidak terpelihara secara bersih tetapi berfungsi
dengan baik, usaha pencegahan masuknya serangga dan binatang pengganggu
hama tidak dilakukan. Tidak dilakukan pengendalian serangga dan hama dengan
menggunakan bahan kimia beracun, prosedur dan dosis penggunaan bahan kimia
beracun berdasarkan peraturan, tidak dilakukan penanganan limbah padat
dilakukan dengan dikubur, dibakar atau diolah lanjut, tidak dilakukan pengolahan
awal terhadap limbah air sebelum dialirkan ke luar, limbah tidak diatur atau diolah
agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan, alat dan perlengkapan untuk
memproduksi makanan dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi secara
teratur, alat pengangkutan barang dalam unit pengolahan bersih dan tidak merusak
barang yang diangkut, alat pengangkutan untuk distribusi produk akhir bersih,
dapat melindungi produk baik fisik maupun mutunya sampai ke tempat tujuan.
Berdasarkan literature tentang sitem pemeliharaan bangunan bahawa
banguna harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan
teknik dan higien sesuai dengan jenis makanan yang diproduksi. Pemeliharaan
ruangan yang bersih dari kontaminasi dan serangan hama dapat dilakukan dengan
sarana penyediaan air, sumber air, pipa pengaliran, penampungan, water treatment
dalam kondisi baik, air untuk pengolahan memenuhi kualitas air bersih, air tidak
untuk konsumsi dan tidak kontak dengan makanan mempunyai sistem terpisah
dengan air minum.
4.3 Kuesioner Implementasi SSOP
1. Keamanan Air Proses Produksi
Pernyataan
Sumber air yang digunakan untuk produksi pangan adalah air PAM
Sumber air yang digunakan untuk produksi pangan adalah air sumur tanah
Sumber air yang digunakan untuk produksi pangan adalah air sumur bor
Perusahaan memiliki Bukti pembayaran pemakaian air PAM bulanan
Ya
Tidak
lengkap
Perusahaan memiliki Salinan (fotokopi) bukti hasil analisis air dari PAM
Perusahaan memiliki bukti hasil pengujian kualitas air sumur dari
korosi
Perusahaan menggunakan air untuk apa saja : untuk toilet karyawan, untuk menjaga
kestabilan suhu saat proses fermentasi
2. Kondisi Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Bahan Pangan
Pernyataan
Kondisi permukaan yang kontak dengan makanan selalu diinspeksi sehingga
Ya
Tidak
terjaga kebersihannya
Kondisi permukaan yang kontak dengan makanan:
a.
halus,
c. tidak mengelupas
d. tidak berkarat/korosi
Permukaan yang kontak dengan makanan dibersihkan menggunakan bahan
sanitiser
Tersedia prosedur penggunaan bahan sanitiser dilengkapi aturan dosis
pemakaian
Pekerja yang menangani pengolahan makanan selalu mengenakan sarung
tangan
Pekerja yang menangani pengolahan makanan selalu mengenakan pakaian
kerja khusus
Operator yang bertugas menyiapkan larutan sanitiser telah terlatih
selalu bersih
Ruangan penanganan bahan baku dan ruangan penanganan dan
Tidak
lancar.
Pekerja yang menangani dan mengolah makanan :
f. dalam keadaan sehat, bebas luka dan penyakit kulit,
tangan,
Ya
Tidak
bertutup
Kondisi fasilitas toilet :
a. jumlahnya cukup (minimal 1 buah untuk 24 karyawan)
bertutup
f. waktu pembersihan terjadwal dengan frekuensi cukup (ada log book)
Ya
Tidak
tanah
Kondisi lantai ruangan pengolahan:
e. kedap air dan kuat (tahan air, garam, basa, asam dan bahan kimia lainnya),
f. permukaannya rata, tidak licin dan mudah dibersihkan,
(drainase)
h. pertemuan antara lantai dan dinding melengkung dan kedap air
Pintu masuk ruang produksi dilengkapi dengan air pencuci kaki dan roda
pengangkut
Ventilasi dan pengatur suhu ruang produksi mampu menjamin sirkulasi udara
dengan baik dan dapat menghilangkan uap, gas, debu, asap dan panas
Semua bahan kimia berbahaya dan pestisida/insektisida diberi label dengan
jelas
Bahan kimia berbahaya dan pestisida/insektisida ditempatkan terpisah dengan
jelas
Operator yang menangani bahan kimia berbahaya dan pestisida telah terlatih
Bahan pengemas dan pembungkus ditempatkan terpisah dengan bahan lain
Semua peralatan yang kontak langsung dengan bahan pangan dibersihkan dan
Ya
Tidak
baik
Semua bahan kimia berbahaya/beracun disimpan terpisah dengan bahan dan alat
lain
Ada petunjuk penggunaan (bentuk SOP/ instruksi tertulis) untuk setiap bahan
rusak
Identitas pemasok, distributor dan/atau produsen didokumentasikan secara baik
Ya
a. sehat, bebas luka, penyakit kulit, dan hal lain yang dapat mencemari
produk,
baru
Perusahaan memiliki unit perawatan/pertolongan pertama pada kecelakaan
kerja
Perusahaan memiliki program asuransi (jaminan) kesehatan karyawan
Dokumen rekam medik karyawan yang menangani produksi makanan terekam
baik
8. Pengendalian Hama dari Unit Pengolahan
Pernyataan
Ya
Tidak
Tidak
berfungsi baik
Ada usaha pencegahan masuknya serangga dan binatang
penggangu (hama).
Pengendalian serangga dan hama dilakukan dengan menggunakan:
a. Bahan kimia beracun (insektisida/pestisida)
c. Organisme predator
Prosedur dan dosis penggunaan bahan kimia beracun berdasarkan
peraturan
Bahan berbahaya ( insektisida, rodentisida, desinfektan dan lain-
berfungsi baik
4.4 Pembahasan Implementasi SSOP
SSOP atau SOP sanitasi mengandung uraian prosedur yang akan dilakukan dalam
unit pengolahan berkaitan dengan kegiatan pre-operasi dan operasi sanitasi untuk
mencegah kontaminasi produk secara langsung. SSOP dapat menunjang keberhasilan dan
efektifitas HACCP, menggambarkan prosedur pabrik yang terkait dengan pengamanan
makanan secara saniter dan keberhasilan lingkungan pabrik serta kegiatan yang dilakukan
agar tercapai. SSOP setiap pabrik akan berbeda, dan SSOP harus disusun secara tertulis
dan setidaknya mengandung prosedur untuk mencegah terjadinya kontaminasi sebelum
dan selama proses.
Penerapan SSOP meliputi pemeliharaan umum seperti bangunan atau fasilitas
fisik yang harus dijaga dengan cara perbaikan, pembersihan dan sanitasi yang memadai,
bahan yang digunakan untuk sanitasi, pest control (pengendalian hama), sanitasi
permukaan alat yang berkontak langsung dengan makanan, bahan sanitasi yang harus
cukup dan aman di bawah kondisi penggunaannya, penyimpanan dan penanganan
peralatan. Setiap pabrik harus dilengkapi dengan peralatan sanitasi yang cukup memadai.
Penerapan SSOP di suatu perusahaan atau pabrik meliputi;
1. Sumber Air.
kuesioner dapat disimpulkan bahwa secara praktek PTPN XII Kebun Teh Wonosari
kurang menerapkan SSOP pada bagian ini, karena pekerja yang menangani pengolahan
tidak menggunakan pakaian khusus pekerja. Pekerja menjadi salah satu sumber
kontaminasi silang sehingga pentingnya sanitizer perlu diterapkan pada sebuah
perusahaan makanan.
3. Pencegahan kontaminasi silang
Pencegahan kontaminasi silang yang dimaksudkan adalah pencegahan dari
kondisi yang tidak bersih pada makanan, material, kemasan atau cemaran fisik lain serta
dari permukaan yang kontak dengan bahan seperti peralatan dan perlengkapan kerja
karyawan. Perancangan atau tata letak juga harus dapat mencegah kontaminasi silang.
Selain itu, harus dijamin juga adanya pemisahan dan perlindungan produk selama
penyimpanan, pembersihan, dan sanitasi daerah penanganan atau pengolahan pangan
serta peralatan ditangani dengan baik.
Pencegahan kontaminasi silang di PTPN XII Kebun teh Wonosari Malang sudah
termasuk lancar dan baik. Ditinjau dari kondisi area, penanganan peralatan dan
pengolahan selalu bersih, ruang produksi, ruang penagangan bahan baku dan ruang hasil
produksi juga sudah terpisah. Hal ini jika tidak terpisah akan mudah terkontaminasi
cemaran fisik maupun mikrobiologi. Arus pergerakan pekerja dalam ruang proses
produksi berjalan lancar. Sanitasi pekerja di PTPN XII Kebuh The Wonosari sudah
mencukupi standart mutu, meliputi kesehatan pekerja yang baik (terbebas dari luka dan
penyakit kulit), pakaian yang dikenakan pekerja bersih (memakai sarung tangan), pekerja
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan dan dari toilet. Pembagian
pekerja dilakukan oleh orang yang berbeda-beda, seperti pada penanganan dan
pengolahan produk. Dari tinjauan di atas dapat disimpulkan PTPN XII Wonosari, Malang
sudah menerapkan SSOP dalam pencegahan kontaminasi silang.
4. Menjaga Fasilitas Pencuci Tangan, Sanitasi dan Toilet
Fasilitas cuci tangan tersedia di ruang pengolahan the PTPN XII Wonosari
Malang. Namun jumlah fasilitas tidak memenuhi standart mutu, jumlahnya minimal 1
untuk 10 karyawan belum terpenuhi. Persediaan handuk, sabun, desinfektan dan tempat
sampah tertutup belum terpenuhi. Hanya persediaan air yang mengalir yang ada. Dari
kondisi toilet cukup memedai jumlahnya saja belum sesuai standart. Seperti letak yang
tidak langsung berhadapan ke ruang proses pengolahan, ada ventilasi, penerangan dan
cuci tangan sudah ada. Kebersihan adalah salah satu faktor penting dalam pemeliharaan
sanitasi. Oleh karena itu, perusahaan harus menjamin kelengkapan dan kondisi
kebersihan fasillitas cuci tangan, fasilitas sanitasi, serta fasilitas toilet. Lokasi fasilitas
sanitasi dan cuci tangan harus mudah dijangkau oleh pekerja dan dekat dengan area
pengolahan. Untuk lokasi fasilitas toilet tidak berdekatan dengan area pengolahan. Dari
uraian di atas PTPN XII Wonosari Malang dalam menjaga fasilitas pencuci tangan,
sanitasi dan toliet belum sepenuhnya dikatakan baik, masih ada kekurangan seperti
jumlah toilet yang belum terpenuhi, dan tidak adanya persedian handuk, tisue, sabun dan
desinfektan.
5. Perlindungan dari Bahan-bahan Kontaminasi
Kontaminasi silang adalah bagian yang sering terjadi pada industri makanan.
Higiene karyawan dan perlengkapannya memegang peranan yang penting dalam upaya
pencegahan terhadap kontaminasi silang (Wicaksono, 2005). Penerapan bagian ini di
PTPN XII Wonosari tidak sepenuhnya terlaksana, seperti ruang produksi tidak
dibersihkan dengan desinfektasn, kondisi lantai yang juga kurang memenuhi standart,
drainase belum terbangun dengan baik, pintu ruang produksi tidak dilengkapi dengan air
pencuci kaki, vertilasi udara juga kurang baik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang antara
lain pemisahan bahan dengan produk siap konsumsi, tindakan karyawan untuk mencegah
kontaminasi silang, serta rancangan sarana prasarana untuk mencegah kontaminasi silang.
Tindakan ini ditujukan untuk menjamin bahwa pangan, pengemas pangan, dan
permukaan yang kontak dengan produk terlindung dari berbagai cemaran mikrobiologi,
kimia, fisik, serta dari pelumas, bahan bakar, pestisida, dan bahan-bahan pembersih. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa praktek SSOP dalam perlindungan dari bahanbahan kontaminasi kurang memadai. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena tepat
pengolahan yang kurang memerlukan tingkat sanitasi yang intens, namun pada
kenyataannya sanitasi berperan penting dalam suatu perusahaan karena dapat
mengendalikan mutu hasil produk.
tidak terjadwal (ada log book), tidak ada petunjuk teknis (SOP)
literature
tentang
cakupan
SSOP,
system
pelabelan,
penyimpanan dan penggunaan tolsin secara benar belum bisa diterpkan pada
pabrik the PTPN XII Wonosari Malang. Komponen toksik, bahan sanitasi , bahan
bahan pestisida berbahaya seharusnya diberi label agar dapat dikenali dengan
mudah serta penyimpanan bahan toksik agar dijauhkan dari barang-barabg
produksi agar tidak tercemar oleh bahan beracun tersebut. Proses pengemasan,
penyimpanan dan produksi harus berjalan dengan baik agar tidak agar produk
tidak terkontaminasi.
7. Pengawasan Kesehatan Karyawan
Berdasairkan hasil kunjungan ke PTPN XII Wonosari Malang, produksi
kebun the menerapkan system SSOP dengan pengawasan kesehatan karyawan
secara benar. Pengawasan kesehatan karyawan yang diterapkan pada pabrik the
Wonosari meliputi kondisi kesehatan karyawan, pemeriksaan secara berkala,
perusahaan memiliki persyaratan khusus kesehatan saat rekrutmen karyawan baru,
perusahaan memiliki unit perawatan/pertolongan pertama pada kecelakaan kerja,
perusahaan memiliki program asuransi (jaminan) kesehatan karyawan, dokumen
rekam medik karyawan yang menangani produksi makanan terekam baik.
Berdasarkan literature menyatakan bahwa setiap pekerja harus menjalani tes
kesehatan atau pemeriksaan yang nmenunjukkan adanya penyakit, luka terbuka,
infeksi dan bentuk abnormal lain yang dapat menyebabkan kontaminasi mikroba.
8. Pengendalian Hama dan Unit Pengolahan
Berdasairkan hasil kunjungan ke PTPN XII Wonosari Malang, produksi
kebun the menerapkan system SSOP dengan pengendalian hama dan unit
pengolahan secara benar. Pengendalian hama dan unit pngolahan tersebut meliputi
bangunan dan bagian-bagian dalam pabrik kotor, terlihat tidak terpelihara dan
berfungsi baik, tidak ada usaha pencegahan masuknya serangga dan binatang
pengganggu (hama), tidak terdapat pengendalian hama dilakukan dengan
menggunakan pestisia, peralatan mekanis dan predator, prosedur dan dosis
penggunaan bahan kimia beracun tidak berdasarkan peraturan, tidak ada bahan
kimia berbahaya yang disimpan dalam ruang dan diawasi secara ketat, tidak
terdapat alat pengendalian serangga dan hama tersedia dan berfungsi dengan baik.
Berdasarkan literature dalam penngendalian hama dan uit pengolahan tidak
diperbolehkan ada hama disemua area industry mencakup prosedur pencegahan,
pemusnahan serta penggunaan bahan kimia untuk mengndalikan hama. Sehingga
dapat disimpulkan pengendalian hama dan unit pengolahan kurang sesuai dengan
standar.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pengamatan dalam penerapan GMP dan SSOP di PTPN
XII Wonosari Malang adalah secara umum PTPN XII Wonosari Malang telah
menerapkan praktek GMP dan SSOP. Namun keadaan di lapang kenyataannya
masih kurang maksimal dalam praktiknya. Implementasi GMP dan SSOP masih
sebagian yang dilakukan, seperti dalam hal sanitasi dan fasilitas sepenuhnya
belum terlaksana.
5.2 Saran
Dalam pemberian tugas sebaiknya tidak digabungkan dengan tugas mata
kuliah lain agar mahasiswa bisa fokus pada satu pengamatan terkait tugas yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Susiwi, S. 2009. Handout Cara Pengolahan Pangan yang Baik dengan metode
GMP (Good Manufacturing Practice). Bandung: Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Pendidikan
Indonesia.
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta: Bumi Aksara.
Triastuti, Ely. 2006. Sanitasi Industri Proses Produksi Monosodium Glutamat Di
PT. Palur Raya Karanganyar. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Vinita, T. 2003. Pengendalian Mutu Produk Chicken Nugget di PT Japfa OSI
Food Industries Tangerang. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Gajah Mada.
Winarno, F. G. dan Surono. 2002. HACCP dan Penerapannya dalam Industri
Pangan. Bogor: Embrio Press.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Wiryanti, J. 2002. Makalah Tentang Penyusunan Good Manufacturing Practices
(GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP). Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.