Hukum Internasional 2
Hukum Internasional 2
PENDAHULUAN
Pengakuan terhadap suatu negara atau bangsa muncul pasca Perang Dunia
I, yaitu ketika kelompok perjuangan dari suatu wilayah yang masih dikuasai
berusaha memerdekakan diri dan membangun suatu bangsa. Kemunculannya teori
pengakuan juga memberikan dorongan kepada bangsa-bangsa terjajah untuk
memperjuangkan haknya. Eksistensi suatu Negara juga berkenaan dengan
kemampuannya menyelenggarakan hubungan internasional, meskipun kepastian
batas wilayah belum ditentukan.
Meskipun teori ini masih dalam perdebatan bagi ahli hukum akan
kewajiban penerapan pengakuan dalam pendirian suatu negara atau pemerintahan
baru, namun hal ini sangat unik untuk di kaji sebagai teori baru yang seakan
menjadi kebiasaan internasional yang tak tertinggalkan.
Menurut Dr. Mohammed Hafeed Ghanem; Pengakuan terhadap negara
atau pemerintahan baru adalah suatu ikrar dari negara (anggota komunitas
internasional) terhadap negara atau pemerintahan baru yang memenuhi unsur
terbentuknya negara dan bermaksud untuk menjalankan hubungan dengan negara
tersebut sebagai subyek hukum internasional.
Dalam prakteknya, pengakuan terhadap negara atau pemerintahan baru
merupakan aktifitas politik untuk mengakui adanya fakta tentang kedaulatan
pemerintahan negara tertentu yang termasuk di dalamnya konsekuensi yang di
timbulkan dari pengakuan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengakuan Negara Baru (Teori-Teori Pengakuan)
Di kalangan para sarjana hukum internasional, terdapat 2 (dua) golongan
besar yang mengemukakan pendapat yang berbeda.
Golongan pertama berpendapat, bahwa apabila semua unsur kenegaraan
telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, maka dengan sendirinya telah
merupakan sebuah negara dan harus diperlakukan secara demikian oleh negaranegara lainnya. Jadi secara ipso facto harus menganggap masyarakat politik yang
bersangkutan sebagai suatu negara dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang dengan sendirinya melekat padanya.
Pengakuan hanyalah bersifat pernyataan dari pihak-pihak lain, bahwa
suatu negara baru telah mengambil tempat disamping negara-negara yang telah
ada. Golongan pertama ini dikatakan menganut teori declaration.
Sebaliknya golongan kedua berpendapat, walaupun unsur-unsur negara
telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, namun tidak secara langsung dapat
diterima sebagai negara di tengah-tengah masyarakat internasional. Terlebih
dahulu harus ada pernyataan dari negara-negara lainnya, bahwa masyarakat
politik tersebut benar-benar telah memenuhi semua syarat sebagai negara.
Apabila telah ada pernyataan demikian dari negaranegara lainnya,
masyarakat politik tersebut mulai diterima sebagai anggotabaru dengan
kedudukannya sebagai sebuah negara, di tengah-tengah negara lainnya yang telah
ada. Setelah itu barulah dapat menikmati hak-haknya sebagai negara baru.
Golongan kedua ini dikatakan menganut teori Konstitutif.
Di antara kedua golongan ini terdapat beberapa sarjana yang menganut
pendirian jalan tengah, memang selalu terdapat perbedaan dalam praktek negara
dalam memberikan pengakuan terhadap negara atau pemerintah baru yang pada
hakekatnya dapat dikembalikan pada perbedaan pendapat antara penganut teori
deklarator dan teori konstitutif. Penganut teori deklarator antara lain: Brierly,
Erich, Fiscker Williams, Francois, Tervboren, Schwezenberger. Dalam tulisan ini
akan dibahas beberapa pendapat Para sarjana tersebut.
negara baru itu terlebih dahulu memerlukan pengakuan dari negara-negara lainnya
sebelum dapat mengambil bagian sepenuhnya dalam kehidupan antar negara.
Moore berpendapat bahwa meskipun sebuah negara baru memiliki hakhak dan atribut-atribut kedaulatan, terlepas dari soal pengakuan, tetapi hanya jika
negara baru itu diakui barulah mendapat jaminan untuk menggunakan hak-haknya
itu.
Lauterpacht berpendapat bahwa suatu negara untuk menjadi pribadi
internasional hanya melalui pengakuan saja. Namun walaupun pemberian
pengakuan
itu
sepenuhnya
merupakan
kebijakan
dari
negara
yang
masyarakat internasional, yang pada akhirnya negara baru tersebut akan bidang
keberadaannya.
Rhodesia misalnya yang memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal
11 Nopember 1965 melalui kelompok minoritas kulit putih yang dibawah
pimpinan Ian Smith dengan melepaskan diri dari kekuasaan Inggris, mendapat
kecaman keras dari PBB yang meminta kepada negara-negara anggota PBB untuk
tidak mengakuinya dan tidak mengadakan hubungan diplomatik dan hubungan-hubungan lainnya dengan kekuasaan yang illegal tersebut.
Rhodesia tidak dapat bertahan lama dan kemudian digantikan oleh
Zimbabwe yang lahir pada tahun 1980. Contoh lain yaitu kelahiran negara yang
ditentang oleh masyarakat internasional ialah Turkish Republic of Northern
Cyprus tanggal 15 November 1983. Dalam waktu tiga hari Dewan Keamanan
PBB mengeluarkan resolusi yang mengecam pendirian negara tersebut yang
menyebutnya "Legally Invalid".
Pakistan adalah satu-satunya negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB
yang menentang resolusi tersebut dan sampai sekarang hanya. Turki yang
mengakui negara tersebut.
Demikian pula dengan negara Israel yang lahir tanggal 14 Mei 1948,
sampai sekarang masih tetap tidak diakui oleh negara-negara Arab, kecuali 2
negara yang telah membuat perjanjian perdamaian dengan negara tersebut, yaitu:
Mesir pada bulan Maret 1979 dan Yordania pada bulan Oktober 1994.
Negara-negara
berpenduduk
Islam
non-Arab
lainnya
juga
tidak
mempunyai hubungan dengan Israel. Walaupun Israel telah menjadi anggota PBB
sejak tanggal 11 Mei 1949, namun keanggotaanya sama sekali tidak merubah
sikap kelompok negara tersebut, sampai dicapainya penyelesaian secara
menyeluruh sengketa Timur Tengah dengan mengakui hak rakyat Palestine untuk
mendirikan negaranya sendiri di wilayah Palestine.
Dari contoh yang telah dikemukakan, nyatalah bahwa pengakuan adalah
suatu kebijaksanaan politik. Pengakuan negara hanya dilakukan satu kali,
perubahan bentuk suatu negara tidak akan merubah statusnya sebagai negara.
Sebagai contoh: Perancis sejak tahun 1791 sampai tahun 1875 beberapa kali
mengalami perubahan, dari kerajaan, republik, kekaisaran, kembali ke kerajaan
dan republik dengan pembentukan Republik III tahun 1875, Republik IV tahun
1941 dan sejak tahun 1958 Republik V tetap merupakan negara Perancis.
D. Pengakuan Pemerintah Baru
Pengakuan pemerintah ialah suatu pernyataan dari suatu negara, bahwa
negara tersebut telah siap dan bersedia mengadakan hubungan dengan
pemerintahan yang baru diakui sebagai organ yang bertindak untuk dan atas nama
negaranya. Pengakuan pemerintah ini penting, karena suatu negara tidak mungkin
mengadakan hubungan resmi dengan negara lain yang tidak mengakui
pemerintahannya. Akan tetapi secara logika pengakuan terhadap suatu negara juga
berarti pengakuan terhadap pemerintah negaranya.
Akan tetapi berbagai peristiwa dapat terjadi dengan pemerintah didalam
negara jika negara itu suatu kerajaan, maka Raja yang memerintah suatu waktu
meninggal dunia dan diganti oleh putra mahkota. Dalam hal negara itu republik,
maka presidennya dapat diganti karena meninggal dunia dalam jabatan atau
karena habis masa jabatannya. Demikian pula dengan negara yang menganut asas
demokrasi parlementer dengan pemerintah yang dikepalai oleh seorang Perdana
Menteri, pemerintah itu dari waktu ke waktu dapat berganti.
Oppenheim-Lauterpach berpendapat, bahwa dalam hal pergantian kepala
negara dari sebuah negara, apakah ia seorang Raja atau Presiden, maka biasanya
negara-negara diberitahu tentang penggantian itu dan umumnya negara lain
mengakui Kepala Negara baru itu melalui suatu tindakan resmi, misalnya berupa
ucapan selamat pemberitahuan dan pengakuan itu sebuah arti hukum, sebab
dengan pemberian itu sebuah negara mengumumkan, bahwa individu yang
bersangkutan adalah organ-organnya yang tertinggi dan berdasarkan hukum
nasionalnya
mempunyai
kekuasaan
untuk
mewakili
negaranya
dengan
negara-negara
mewujudkan,
bahwa
sering
negara-negara
tempat
tersendiri
sebagai
negara
pertama
yang
mengakui
kemerdekaan Indonesia secara de facto pada tanggal 23 Maret 1946 dan kemudian
secara de jure tanggal 18 November 1946 bersama Syria, Libanon, Saudi Arabia,
Yordania dan Yaman dalam kerangka Liga Arab.
Perbedaan Antara Pengakuan Negara dan Pemerintah
1. Pengakuan negara adalah pengakuan terhadap suatu entitas baru yang telah
mempunyai semua unsur konstitutif negara dan yang telah mewujudkan
kemampuannya untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat internasional.
2. Pengakuan negara ini mengakibatkan pula pengakuan terhadap pemerintah
negara yang diakui dan berisikan kesediaan negara yang mengakui untuk
mengadakan hubungan dengan pemerintah yang baru itu.
3. Pengakuan terhadap suatu negara sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali,
sedangkan pengakuan terhadap suatu pemerintah dapat dicabut sewaktuwaktu. Bila suatu pengakuan ditolak atau dicabut setelah terbentuknya suatu
pemerintah baru, maka negara yang menolak atau mencabut pengakuan
tersebut tidak lagi mempunyai hubungan resmi dengan negara tersebut. Bila
suatu pengakuan ditolak atau dicabut, maka personalitas internasional negara
tersebut
tidak
berubah
karena
perubahan
suatu
pemerintah
tidak
kemerdekaan.
Spanyol
Inggris
dan
memberontak
Perancis
dengan
mengakui
BAB III
PENUTUP
Menurut Dr. Mohammed Hafeed Ghanem; Pengakuan terhadap negara
atau pemerintahan baru adalah suatu ikrar dari negara (anggota komunitas
internasional) terhadap negara atau pemerintahan baru yang memenuhi unsur
terbentuknya negara dan bermaksud untuk menjalankan hubungan dengan negara
tersebut sebagai subyek hukum internasional.
Dalam prakteknya, pengakuan terhadap negara atau pemerintahan baru
merupakan aktifitas politik untuk mengakui adanya fakta tentang kedaulatan
pemerintahan negara tertentu yang termasuk di dalamnya konsekuensi yang
ditimbulkan dari pengakuan tersebut.
Kelompok III.A2
1. ADE ARISKA
1206200091
2. AZIZAH ASLAM
1206200263
3. NURAISYAH PURBA 1206200266
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2013