Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease, (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase
dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia
meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney Disease (CKD), (Data survey, 2011).
Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut
data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari 2011 di perkirakan
ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan cangkok ginjal.
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan
kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan
sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes
2004).
B. TUJUAN
Memenuhi tugas mata kuliah KGD

dan dapat memberikan Askep KGD

dengan penyakit CKD (Chronik Kidney Disease) .

BAB II
KONSEP TEORI
A. DEFINISI

Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal kronis terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan peningkatan
bertahap dalam gejala-gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan
homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia.(Klien
Gangguan Ginjal,2008;1).Organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah
tua, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Pada orang
dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120-150 gram.
a. Struktur Anatomi Ginjal

Ginjal orang dewasa panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm, dan beratnya
antara 120-150 gram. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara kutub ginjal
11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau
perubahan bentuk ginjal merupakan tanda yang penting karena kebanyakan
penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur.
b. Struktur Mikroskopi Ginjal
1) Nefron
2) Korpuskulus ginjal
3) Apparatus jukstaglomerulus
4) System rennin-angiotensin
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi Ekresi
1) Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mili oSmol
2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam
rentang normal.
3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4
4) Mengekskresikan urea, asam urat dan kreatinin.
b. Fungsi Nonekresi
1) Menghasilkan rennin, penting untuk pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoetin, faktor dalam stimulasi produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang.
3) Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4) Degradasi insulin
5) Menghasilkan prostaglandin
C. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi
: Pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan
: Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif
: Nefrosklerosis benigna, stenosis arteri
renalis
4. Gangguan jaringan penyambung
: SLE, poli arteritis nodosa, sklerosis
sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter
: Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubuler ginjal
6. Penyakit metabolic
: DM,Gout
7. Nefropati obstruktif
: Penyalahgunaan analgetik
8. Nefropati toksik
: Penyalahgunaan analgetik
Nefropati timbal
D. MANIFESTASI KLINIS
Meskipun gejala yang dialami anak bervariasi berdasarkan proses penyakit
yang berbeda beda, penyakit paling umum yang berhubungan dengan GGK adalah
sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan cairan
3

a) Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif


b) Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan, dehidrasi
2. Ketidakseimbangan elektrolit
a) Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial
b) Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan refleks
tendon profunda, penurunan tingkat kesadaran
c) Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot,parastesia,
psikosis, tetani
d) Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG
3. Ensefalopati dan neuropati uremik
a) Gatal gatal
b) Kram dan kelemahan otot
c) Bicara tidak jelas
d) Parastesia telapak tangan dan telapak kaki
e) Konsentrasi buruk
f) Mengantuk
g) Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
h) Koma
i) Kejang
4. Asidosis : takipnea
5. Anemia dan disfungsi sel darah
a) Pucat
b) Kelemahan
c) Perdarahan ( stomatitis, feses berdarah )
6. Disfungsi pertumbuhan
a) Pertumbuhan tulang yang abnormal
b) Perkembangan seksual yang terhambat
c) Malnutrisi dan pelisutan otot
d) Selera makan buruk
e) Nyeri tulang
f) Ketidakteraturan menstruasi.
E. PATOFISIOLOGI
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan
nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi
glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal
ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang
ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal
untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium.
Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi
ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi
4

hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis)


menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan
penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah,
penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan
(akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan
perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a.
Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
1)
Ureum kreatinin
2)
Asam urat serum
b.
Identifikasi etiologi gagal ginjal
1) Analisis urin rutin
2) Mikrobiologi urin
3) Kimia darah
4) Elektrolit
5) Imunodiagnosis
c.
Identifikasi perjalanan penyakit
1) Progesifitas penurunan fungsi ginjal
2) Ureum kreatinin, klearens kreatinin test
G. KOMPLIKASI
1) Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
2) Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renninangiotensin-aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah,perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dan kehilangan darah
selama hemodialisa.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.

H. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis
2. Obat-obatan : anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemide
3. Diit rendah uremi.
5

I. WOC

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
7

A. PENGKAJIAN
1. PRIMARY SURVEY
Airway

: Jalan nafas pasien tidak paten, terdapat penumpukan sekret

Breathing

oleh sputum.
: Menggunakan otot bantu nafas, RR : 28x/menit. Bernafas
secara spontan. Wheezing Pengembangan dada simetris kiri

dan kanan. Pasien tampak sesak. Pemberian O2 3liter/menit.


Circulation
: Akral dingin & pucat, CRT <3dt, TD : 130/60 mmHg.
N : 95x/menit.
Disability
: Kesadaran Compos mentis
Exposure
:2. SECONDARY SURVEY
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. W
Umur
: 63 Tahun
Alamat
: Tanah Jua
No. MR
: 235812
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Pensiunan
Dx. Medis
: GGK / CKD
Agama
: Islam
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama

: Ny. S

Umur

: 60 Tahun

Alamat

: Tanah Jua

Hub. Dengan Klien : Istri


3. Riwayat Kesehatan
Keadaan Umum : Sedang
Keadaan : CMC
TTV : TD : 150/70 mmHg,
RR : 28x/menit,
a. Keluhan Utama

N : 95x/menit,
S : 37,7C

Klien mengeluhkan lemas, sesak, dan batuk & susah BAK.


b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk IGD RSAM dengan keluhan kira 5 hari yang lalu pasien
mengatakan BAK sedikit dan sakit untuk BAK , dan pasien mengatakan

demam dan pusing serta mual muntah dan pada malam hari sampai
menggigil. Pasien mengalami mual muntah saat makan , pasien
mengatakan nafsu makan berkurang , makan sedikit terasa penuh . pasien
mengatakan selama sakit BAK berkurang hanya sedikit sedikit volume
BAK sehari mencapai >200 ml. pasien mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitas, perawatan personal hygine selama sakit dibantu oleh keluarga.
Pasien mengatakan lemas dan pasien juga mengeluh gatal gatal pada
tubuh apalagi bila berkeringat. Pasien terlihat ada pruritus di tubuhnya,
pasien terlihat lemas, asites dibagian perut dengan lingkar perut 88 cm.
Terlihat oedema ekstremitas dikaki.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah masuk rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan sakit hipertensi & asma.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang
sama dengan dirinya.
4. Pemeriksaan Fisik Head Toe To
Kepala : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan atau massa.
Rambut beruban & rontok, tekstur rambut kasar, rambut bersih tapi
berminyak.
Mata : Konjungtiva anemis, sclera ikterik , pupil bulat isokor diameter
2mm, reflek cahaya bagus.
Leher : Tidak ada pembengkakan/pembesaran kalenjer thyroid
Thorax : Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan
Tidak menggunakan otot bantu nafas
Auskultasi : Terdapat bunyi Wheezing atau bunyi nafas tambahan.
Palpasi :Tidak terdapat massa
Abdomen :Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, BU (+), asites lingkar perut
88cm.
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Perkusi : timpani
Extremitas : Akral dingin pucat, CRT 4dt
B. PEMERIKSAAN LABOR
Parameter
HB

Nilai normal
8,5 mg/dl

12-16

NORMA
L

C.

UREA
CREATININ
K

197 mg/dl
8,46 mg/dl
4,8 mmol/dl

10-50
0,5-1,2
3,4-5,4

HIGH
HIGH
NORMA

NA

149 mmol/dl

135-155

NORMA

Cl

97 mmol/dl

95-108

NORMA

L
L
L
URIC ACID

7,8 mg/dl

3,4-7

HIGH

ANALISA DATA
NO
1.

DATA
ETIOLOGI
DS : keluhan kira 5 hari Penurunan

MK
Kelebihan Volume

yang

cairan

lalu

pasien haluaran urin

mengatakan BAK sedikit


dan sakit untuk BAK,
pasien

mengatakan

selama

sakit

BAK

berkurang hanya sedikit


sedikit volume BAK
sehari mencapai>200 ml.
pasien mengatakan tidak
bisa melakukan aktivitas,
perawatan
hygine

personal
selama

sakit

dibantu oleh keluarga


DO : Terpasang Kateter
2.

urin, warna pipis keruh


DS: Klien mengatakan Penumpukan

Pola

sesak

efektif

nafas

disertai sputum

batuk. Pasien mengeluh


sesak

nafas

jika

O2

dilepas.
DO: klien tampak sesak,
disertai batuk berdahak.
PemasanganO2
10

nafas

tidak

3.

3liter/menit.
DS: Pasien mengatakan Anoreksia,
mual

muntah

makan

mual Ketidakseimbangan

saat muntah
,pasien

nutrisi
kurang

mengatakan nafsu makan

dari

berkurang

makan

kebutuhan

penuh.

tubuh

sedikit

terasa

Terasa

pahit

saat

menelan.
DO: klien tampak mual
muntah.klien

tampak

sudah lemas dan pucat


akral

4dtk.

oedema

Terdapat

diekstermitas

bawah.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluaran urin
2. Pola nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret sputum
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual
muntah.
E. INTERVENSI
N
O
1.

DX. KEP

NOC

Keeee

NIC
Fluid management

Kelebih
an
volume

a.

Electrolit and acid

base balance

popok/pemb
b.

Hydration

c.

Fluid balance

cairan
b/d
penurun
an
haluaran
urin

1. Timbang

Kriteria Hasil :

alut

jika

diperlukan
2. Pertahankan
catatan

1.

Terbebas dari edema,

efusi dan anaskara

intake

output yang
akurat

11

dan

2.

Bunyi nafas bersih

3. Monitor
status

3.

Terbebas dari distensi

vena jugularis
4.

Memelihara

hidrasi
( kelembaba

tekanan

vena sentral, tekanan kapiler


paru, vital sign dalam batas

n membran
mukosa,
nadi
adekuat,

normal

tekanan
5.

Terbebas

dari

kelelahan

darah
ortostatik ),
jika

6.

Menjelaskan indikator

diperlukan

kelebihan cairan.
4. Monitor
vital sign
5. Monitor
masukan
makanan
cairan

/
dan

hitung
intake kalori
harian
6. Lakukan
terapi IV
7. Monitor
status nutrisi
8. Berikan
cairan
9. Berikan
12

cairan
pada

IV
suhu

ruangan
10. Dorong
masukan
oral
11. Berikan
penggantian
nesogatrik
sesuai
output
12. Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien
makan
13. Tawarkan
snack ( jus
buah,

buah

segar )
14. Kolaborasi
dokter

jika

tanda cairan
berlebih
muncul
meburuk
15. Atur
kemungkina
13

n tranfusi
16. Persiapan
untuk
tranfusi

2.

Pola nafas tidak


efektif
b/d
penump
ukan

Airway
a. Respiratory status :
Ventilation

Manage
ment

b. Respiratory status :
Airway patency

1. Buka

jalan

nafas,

sputum

guanakan

c. Vital sign Status

teknik chin
lift atau jaw

Kriteria Hasil :

thrust
1. Mendemonstrasikan

bila

perlu

batuk efektif dan suara


nafas

yang

bersih,

2. Posisikan

tidak ada sianosis dan

pasien untuk

dyspneu

(mampu

memaksimal

mengeluarkan sputum,

kan ventilasi

mampu

bernafas

dengan mudah, tidak

3. Identifikasi
pasien

ada pursed lips)

perlunya
2. Menunjukkan

jalan

pemasangan
alat

nafas

yang

paten

(klien

tidak

merasa

jalan

nafas buatan

tercekik, irama nafas,


frekuensi

pernafasan

dalam rentang normal,


tidak ada suara nafas
abnormal
14

4. Pasang
mayo
perlu

bila

3. Tanda

Tanda

vital

5. Lakukan

dalam rentang normal

fisioterapi

(tekanan darah, nadi,

dada

pernafasan)

perlu

jika

6. Keluarkan
sekret
dengan
batuk

atau

suction
7. Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
8. Lakukan
suction pada
mayo
9. Berikan
bronkodilato
r bila perlu
10. Berikan
pelembab
udara Kassa
basah NaCl
Lembab
11. Atur intake
untuk cairan
mengoptima
lkan
15

keseimbang
an.
12. Monitor
respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
1. Bersihkan
mulut,
hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan
jalan

nafas

yang paten
3. Atur
peralatan
oksigenasi
4. Monitor
aliran
oksigen
5. Pertahankan
posisi pasien
6. Onservasi
adanya
tanda tanda
hipoventilas
i
7. Monitor
16

adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
Vitalsign
Monitori
ng
1. Monitor TD,
nadi,

suhu,

dan RR
2. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
3. Monitor VS
saat

pasien

berbaring,
duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi
TD

pada

kedua
lengan

dan

bandingkan
5. Monitor TD,
nadi,

RR,

sebelum,
17

selama, dan
setelah
aktivitas
6. Monitor
kualitas dari
nadi
7. Monitor
frekuensi
dan

irama

pernapasan
8. Monitor
suara paru
9. Monitor
pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
11. Monitor
sianosis
perifer
12. Monitor
adanya
cushing
triad
18

(tekanan
nadi

yang

melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab
dari
perubahan
vital sign

3.

Ketidakseimbanga
n nutrisi
kurang
dari
kebutuh
an tubuh

Nutritional Status : food and Nutrition


Fluid Intake
Kriteria Hasil :
1. Adanya
berat

Manage
ment

peningkatan
badan

sesuai

dengan tujuan
2. Berat

alergi
makanan

b/d
mual

1. Kaji adanya

badan

ideal

dan

sesuai dengan tinggi

muntah.

badan

2. Kolaborasi
dengan ahli
gizi

untuk

menentukan

3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

jumlah
kalori

dan

nutrisi yang
4. Tidak ada tanda tanda

pasien.

malnutrisi
5. Tidak

dibutuhkan

terjadi

3. Anjurkan

penurunan berat badan

pasien untuk

yang berarti

meningkatk

19

an intake Fe
4. Anjurkan
pasien untuk
meningkatk
an

protein

dan vitamin
C
5. Berikan
substansi
gula
6. Yakinkan
diet

yang

dimakan
mengandun
g

tinggi

serat untuk
mencegah
konstipasi
7. Berikan
makanan
yang terpilih
(

sudah

dikonsultasi
kan dengan
ahli gizi)
8. Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat

20

catatan
makanan
harian.
9. Monitor
jumlah
nutrisi

dan

kandungan
kalori
10. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatka
n

nutrisi

yang
dibutuhkan
Nutrition
Monitori
ng
1. BB

pasien

dalam batas
normal
2. Monitor
adanya
penurunan
21

berat badan
3. Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas
yang

biasa

dilakukan
4. Monitor
interaksi
anak

atau

orangtua
selama
makan
5. Monitor
lingkungan
selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
7. Monitor
kulit kering
dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor
turgor kulit

22

9. Monitor
kekeringan,
rambut
kusam, dan
mudah patah
10. Monitor
mual

dan

muntah
11. Monitor
kadar
albumin,
total protein,
Hb,

dan

kadar Ht
12. Monitor
makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuha
n

dan

perkembang
an
14. Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva

23

15. Monitor
kalori

dan

intake
nuntrisi
16. Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah
dan cavitas
oral.
17. Catat

jika

lidah
berwarna
magenta,
scarlet

F. IMPLEMENTASI
N

DX.

IMPLEMENTASI

KEPERAWATAN

EVALUASI

/
T
gl
H Kelebihan Volume
a

cairan

b/d

ri

penurunan haluaran

keluhan kira 5 hari yang


1. Menimbang
popok/pembalut

24

lalu
jika

mengatakan

pasien
BAK

K urin

sedikit dan sakit


diperlukan

e
1

untuk BAK, pasien


mengatakan selama

2. Mempertahankan
catatan

intake

dan

output yang akurat


3. Memonitor

sakit

BAK

berkurang

hanya

sedikit

sedikit

status volume

BAK

hidrasi ( kelembaban sehari


membran

mukosa, mencapai>200 ml.

nadi adekuat, tekanan pasien mengatakan


darah ortostatik ), jika tidak

bisa

melakukan

diperlukan

aktivitas,
4. Memonitor vital sign
5. Memonitor

masukan

makanan / cairan dan


hitung intake kalori
harian.

perawatan personal
hygine selama sakit
dibantu

oleh

keluarga
O

terpasang
kateter
urin,
warna
urin
keruh

A : Masalah belum
teratasi
P

Intervensi
dilanjutk
an

Pola

nafas

efektif
penumpukan

tidak

S: Klien mengatakan sesak


1.
Membuka jalan nafas,
b/d
nafas, dan juga
guanakan teknik chin lift atau
batuk
berdahak,

sputum

klien
25

mengatakan

sesak nafas jika O2


jaw thrust bila perlu
2.

dilepas.

Memposisikan pasien

untuk

memaksimalkan

O : Klien tampak
sesak
nafas O2

ventilasi

3
3.

Liter/me

Mengidentifikasi

pasien perlunya pemasangan

nit.
A : Masalh belum

alat jalan nafas buatan

teratasi
4.

Memasang mayo bila


P : Intervensi dilanjutkan

perlu
5.

Melakukan fisioterapi

dada jika perlu


6.

Mengeluarkan sekret

dengan batuk atau suction


7.

Meauskultasi

suara

nafas, catat adanya suara


tambahan
8.

Melakukan

suction

pada mayo
9.

Memberikan

bronkodilator bila perlu


10.

Memberikan

pelembab udara Kassa basah


NaCl Lembab
11.

Mengatur

intake

untuk cairan mengoptimalkan

26

keseimbangan.
12.

Memonitor

respirasi

dan status O2
Ketidakseimbanga
n

nutrisi

dari

kurang

kebutuhan

tubuh
anoreksia,

b/d
mual

dan muntah

1.

Pasien mengatakan mual


adanya
muntah saat makan

Mengkaji

alergi makanan
2.

,pasien mengatakan
nafsu

Mengkolaborasi

dengan

ahli

menentukan

gizi

untuk

jumlah

kalori

dan nutrisi yang dibutuhkan


pasien.
3.

makan

berkurang , makan
sedikit

terasa

penuh. Terasa pahit

saat menelan.
klien tampak mual

Menganjurkan pasien

untuk meningkatkan intake


Fe

muntah.klien
tampak
lemas

sudah
dan pucat

akral

4dtk.

Menganjurkan pasien Terdapat

4.

oedema

untuk meningkatkan protein diekstermitas


bawah.

dan vitamin C

A : Masalh belum
5.

Memberikan substansi

gula

teratasi
P

Intervensi
dilanjutk
an

Kelebihan volume
H cairan
a
ri
K
e

b/d

penurunan haluaran
urin

keluhan kira 5 hari yang


1. Menimbang
popok/pembalut

lalu
jika

diperlukan

intake

untuk BAK, pasien


dan

mengatakan selama
sakit

27

BAK

sedikit dan sakit

2. Mempertahankan
catatan

mengatakan

pasien

BAK

output yang akurat


3. Memonitor

status

hidrasi ( kelembaban
membran

mukosa,

nadi adekuat, tekanan


darah ortostatik ), jika

berkurang

hanya

sedikit

sedikit

volume

BAK

sehari
mencapai>200 ml.
pasien mengatakan
tidak

bisa

melakukan

diperlukan

aktivitas,
4. Memonitor vital sign

perawatan personal
hygine selama sakit

5. Memonitor

masukan

makanan / cairan dan


hitung intake kalori

dibantu

oleh

keluarga
O

harian.

terpasang
kateter
urin,
warna
urin
keruh

A : Masalah belum
teratasi
P

Intervensi
dilanjutk

an
Pola nafas tidak
S: Klien mengatakan sesak
1.
Membuka jalan nafas,
efektif
b/d
nafas disertai batuk
guanakan teknik chin lift atau
penumpukan sekret
berdahak,
sesak
jaw thrust bila perlu
oleh sputum
akan
bertambah
2.

Memposisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

apabila O2 dilepas.
O : Klien tampak
sesak
nafas O2

3.

Mengidentifikasi

pasien perlunya pemasangan


28

3
Liter/me

nit.
alat jalan nafas buatan
4.

A : Masalah belum
teratasi

Memasang mayo bila


P

perlu

Intervensi
dilanjutk

5.

an

Melakukan fisioterapi

dada jika perlu


6.

Mengeluarkan sekret

dengan batuk atau suction


7.

Meauskultasi

suara

nafas, catat adanya suara


tambahan
8.

Melakukan

suction

pada mayo
9.

Memberikan

bronkodilator bila perlu


10.

Memberikan

pelembab udara Kassa basah


NaCl Lembab
11.

Mengatur

intake

untuk cairan mengoptimalkan


keseimbangan.
12.

Memonitor

respirasi

dan status O2
Ketidakseimbanga
n

nutrisi

dari

kurang

kebutuhan

tubuh b/d mual dan

1. Mengkaji

Pasien mengatakan mual


adanya
muntah saat makan

alergi makanan
2. Mengkolaborasi
29

,pasien mengatakan
nafsu

makan

muntah

berkurang , makan
dengan ahli gizi untuk
menentukan

jumlah

sedikit

terasa

penuh. Terasa pahit

kalori dan nutrisi yang


O :
dibutuhkan pasien.

saat menelan.
klien tampak mual
muntah.klien

3. Menganjurkan pasien
untuk

meningkatkan

intake Fe
4. Menganjurkan pasien
untuk

meningkatkan

protein dan vitamin C

tampak
lemas

dan pucat

akral

4dtk.

Terdapat

oedema

diekstermitas
bawah.
A : Masalh belum
teratasi

5. Memberikan substansi
gula

sudah

Intervensi
dilanjutk
an

30

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal kronis terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan peningkatan
bertahap dalam gejala-gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memehami dan mengetahui
penyebab, bahaya serta cara pencegahan yang ditimbulkan dari GGK (gagal ginjal
Kronik) sehingga dalam melakukan tindakan keperawatan di masa mendatang dapat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang
sudah ditetapkan.

31

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Nursalam, Dr. Nurs M. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Roesli R. 2007. Kriteria RIFLE Cara yang Mudah dan Terpercaya untuk Menegakkan
Diagnosis dan Memprediksi Prognosis Gagal Ginjal Akut. Bandung: Pusat
Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD
Schrier RW, Wang W, Poole B, Mitra A. 2004. Acute Renal Failure: Definitions,
Diagnosis, Pathogenesis, and Therapy. J. Clin. Invest

32

Anda mungkin juga menyukai