GGK
GGK
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Chronic Kidney Disease, (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Diperkirakan hingga tahun 2015 Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase
dari tahun 2009 sampai sekarang 2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia
meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney Disease (CKD), (Data survey, 2011).
Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut
data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari 2011 di perkirakan
ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan cangkok ginjal.
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan
kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan
sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes
2004).
B. TUJUAN
Memenuhi tugas mata kuliah KGD
BAB II
KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal kronis terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan peningkatan
bertahap dalam gejala-gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan
homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia.(Klien
Gangguan Ginjal,2008;1).Organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah
tua, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Pada orang
dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120-150 gram.
a. Struktur Anatomi Ginjal
Ginjal orang dewasa panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm, dan beratnya
antara 120-150 gram. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara kutub ginjal
11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau
perubahan bentuk ginjal merupakan tanda yang penting karena kebanyakan
penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur.
b. Struktur Mikroskopi Ginjal
1) Nefron
2) Korpuskulus ginjal
3) Apparatus jukstaglomerulus
4) System rennin-angiotensin
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi Ekresi
1) Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mili oSmol
2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam
rentang normal.
3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4
4) Mengekskresikan urea, asam urat dan kreatinin.
b. Fungsi Nonekresi
1) Menghasilkan rennin, penting untuk pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoetin, faktor dalam stimulasi produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang.
3) Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4) Degradasi insulin
5) Menghasilkan prostaglandin
C. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi
: Pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan
: Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif
: Nefrosklerosis benigna, stenosis arteri
renalis
4. Gangguan jaringan penyambung
: SLE, poli arteritis nodosa, sklerosis
sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter
: Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubuler ginjal
6. Penyakit metabolic
: DM,Gout
7. Nefropati obstruktif
: Penyalahgunaan analgetik
8. Nefropati toksik
: Penyalahgunaan analgetik
Nefropati timbal
D. MANIFESTASI KLINIS
Meskipun gejala yang dialami anak bervariasi berdasarkan proses penyakit
yang berbeda beda, penyakit paling umum yang berhubungan dengan GGK adalah
sebagai berikut :
1. Ketidakseimbangan cairan
3
H. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis
2. Obat-obatan : anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemide
3. Diit rendah uremi.
5
I. WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
7
A. PENGKAJIAN
1. PRIMARY SURVEY
Airway
Breathing
oleh sputum.
: Menggunakan otot bantu nafas, RR : 28x/menit. Bernafas
secara spontan. Wheezing Pengembangan dada simetris kiri
: Ny. S
Umur
: 60 Tahun
Alamat
: Tanah Jua
N : 95x/menit,
S : 37,7C
demam dan pusing serta mual muntah dan pada malam hari sampai
menggigil. Pasien mengalami mual muntah saat makan , pasien
mengatakan nafsu makan berkurang , makan sedikit terasa penuh . pasien
mengatakan selama sakit BAK berkurang hanya sedikit sedikit volume
BAK sehari mencapai >200 ml. pasien mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitas, perawatan personal hygine selama sakit dibantu oleh keluarga.
Pasien mengatakan lemas dan pasien juga mengeluh gatal gatal pada
tubuh apalagi bila berkeringat. Pasien terlihat ada pruritus di tubuhnya,
pasien terlihat lemas, asites dibagian perut dengan lingkar perut 88 cm.
Terlihat oedema ekstremitas dikaki.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah masuk rumah sakit
sebelumnya dengan keluhan sakit hipertensi & asma.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang
sama dengan dirinya.
4. Pemeriksaan Fisik Head Toe To
Kepala : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan atau massa.
Rambut beruban & rontok, tekstur rambut kasar, rambut bersih tapi
berminyak.
Mata : Konjungtiva anemis, sclera ikterik , pupil bulat isokor diameter
2mm, reflek cahaya bagus.
Leher : Tidak ada pembengkakan/pembesaran kalenjer thyroid
Thorax : Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan
Tidak menggunakan otot bantu nafas
Auskultasi : Terdapat bunyi Wheezing atau bunyi nafas tambahan.
Palpasi :Tidak terdapat massa
Abdomen :Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, BU (+), asites lingkar perut
88cm.
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Perkusi : timpani
Extremitas : Akral dingin pucat, CRT 4dt
B. PEMERIKSAAN LABOR
Parameter
HB
Nilai normal
8,5 mg/dl
12-16
NORMA
L
C.
UREA
CREATININ
K
197 mg/dl
8,46 mg/dl
4,8 mmol/dl
10-50
0,5-1,2
3,4-5,4
HIGH
HIGH
NORMA
NA
149 mmol/dl
135-155
NORMA
Cl
97 mmol/dl
95-108
NORMA
L
L
L
URIC ACID
7,8 mg/dl
3,4-7
HIGH
ANALISA DATA
NO
1.
DATA
ETIOLOGI
DS : keluhan kira 5 hari Penurunan
MK
Kelebihan Volume
yang
cairan
lalu
mengatakan
selama
sakit
BAK
personal
selama
sakit
Pola
sesak
efektif
nafas
disertai sputum
nafas
jika
O2
dilepas.
DO: klien tampak sesak,
disertai batuk berdahak.
PemasanganO2
10
nafas
tidak
3.
3liter/menit.
DS: Pasien mengatakan Anoreksia,
mual
muntah
makan
mual Ketidakseimbangan
saat muntah
,pasien
nutrisi
kurang
dari
berkurang
makan
kebutuhan
penuh.
tubuh
sedikit
terasa
Terasa
pahit
saat
menelan.
DO: klien tampak mual
muntah.klien
tampak
4dtk.
oedema
Terdapat
diekstermitas
bawah.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluaran urin
2. Pola nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret sputum
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual
muntah.
E. INTERVENSI
N
O
1.
DX. KEP
NOC
Keeee
NIC
Fluid management
Kelebih
an
volume
a.
base balance
popok/pemb
b.
Hydration
c.
Fluid balance
cairan
b/d
penurun
an
haluaran
urin
1. Timbang
Kriteria Hasil :
alut
jika
diperlukan
2. Pertahankan
catatan
1.
intake
output yang
akurat
11
dan
2.
3. Monitor
status
3.
vena jugularis
4.
Memelihara
hidrasi
( kelembaba
tekanan
n membran
mukosa,
nadi
adekuat,
normal
tekanan
5.
Terbebas
dari
kelelahan
darah
ortostatik ),
jika
6.
Menjelaskan indikator
diperlukan
kelebihan cairan.
4. Monitor
vital sign
5. Monitor
masukan
makanan
cairan
/
dan
hitung
intake kalori
harian
6. Lakukan
terapi IV
7. Monitor
status nutrisi
8. Berikan
cairan
9. Berikan
12
cairan
pada
IV
suhu
ruangan
10. Dorong
masukan
oral
11. Berikan
penggantian
nesogatrik
sesuai
output
12. Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien
makan
13. Tawarkan
snack ( jus
buah,
buah
segar )
14. Kolaborasi
dokter
jika
tanda cairan
berlebih
muncul
meburuk
15. Atur
kemungkina
13
n tranfusi
16. Persiapan
untuk
tranfusi
2.
Airway
a. Respiratory status :
Ventilation
Manage
ment
b. Respiratory status :
Airway patency
1. Buka
jalan
nafas,
sputum
guanakan
teknik chin
lift atau jaw
Kriteria Hasil :
thrust
1. Mendemonstrasikan
bila
perlu
yang
bersih,
2. Posisikan
pasien untuk
dyspneu
(mampu
memaksimal
mengeluarkan sputum,
kan ventilasi
mampu
bernafas
3. Identifikasi
pasien
perlunya
2. Menunjukkan
jalan
pemasangan
alat
nafas
yang
paten
(klien
tidak
merasa
jalan
nafas buatan
pernafasan
4. Pasang
mayo
perlu
bila
3. Tanda
Tanda
vital
5. Lakukan
fisioterapi
dada
pernafasan)
perlu
jika
6. Keluarkan
sekret
dengan
batuk
atau
suction
7. Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
8. Lakukan
suction pada
mayo
9. Berikan
bronkodilato
r bila perlu
10. Berikan
pelembab
udara Kassa
basah NaCl
Lembab
11. Atur intake
untuk cairan
mengoptima
lkan
15
keseimbang
an.
12. Monitor
respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
1. Bersihkan
mulut,
hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan
jalan
nafas
yang paten
3. Atur
peralatan
oksigenasi
4. Monitor
aliran
oksigen
5. Pertahankan
posisi pasien
6. Onservasi
adanya
tanda tanda
hipoventilas
i
7. Monitor
16
adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
Vitalsign
Monitori
ng
1. Monitor TD,
nadi,
suhu,
dan RR
2. Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
3. Monitor VS
saat
pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi
TD
pada
kedua
lengan
dan
bandingkan
5. Monitor TD,
nadi,
RR,
sebelum,
17
selama, dan
setelah
aktivitas
6. Monitor
kualitas dari
nadi
7. Monitor
frekuensi
dan
irama
pernapasan
8. Monitor
suara paru
9. Monitor
pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor
suhu, warna,
dan
kelembaban
kulit
11. Monitor
sianosis
perifer
12. Monitor
adanya
cushing
triad
18
(tekanan
nadi
yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab
dari
perubahan
vital sign
3.
Ketidakseimbanga
n nutrisi
kurang
dari
kebutuh
an tubuh
Manage
ment
peningkatan
badan
sesuai
dengan tujuan
2. Berat
alergi
makanan
b/d
mual
1. Kaji adanya
badan
ideal
dan
muntah.
badan
2. Kolaborasi
dengan ahli
gizi
untuk
menentukan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
jumlah
kalori
dan
nutrisi yang
4. Tidak ada tanda tanda
pasien.
malnutrisi
5. Tidak
dibutuhkan
terjadi
3. Anjurkan
pasien untuk
yang berarti
meningkatk
19
an intake Fe
4. Anjurkan
pasien untuk
meningkatk
an
protein
dan vitamin
C
5. Berikan
substansi
gula
6. Yakinkan
diet
yang
dimakan
mengandun
g
tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
7. Berikan
makanan
yang terpilih
(
sudah
dikonsultasi
kan dengan
ahli gizi)
8. Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat
20
catatan
makanan
harian.
9. Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan
kalori
10. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
11. Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatka
n
nutrisi
yang
dibutuhkan
Nutrition
Monitori
ng
1. BB
pasien
dalam batas
normal
2. Monitor
adanya
penurunan
21
berat badan
3. Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor
interaksi
anak
atau
orangtua
selama
makan
5. Monitor
lingkungan
selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
7. Monitor
kulit kering
dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor
turgor kulit
22
9. Monitor
kekeringan,
rambut
kusam, dan
mudah patah
10. Monitor
mual
dan
muntah
11. Monitor
kadar
albumin,
total protein,
Hb,
dan
kadar Ht
12. Monitor
makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuha
n
dan
perkembang
an
14. Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
23
15. Monitor
kalori
dan
intake
nuntrisi
16. Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah
dan cavitas
oral.
17. Catat
jika
lidah
berwarna
magenta,
scarlet
F. IMPLEMENTASI
N
DX.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
EVALUASI
/
T
gl
H Kelebihan Volume
a
cairan
b/d
ri
penurunan haluaran
24
lalu
jika
mengatakan
pasien
BAK
K urin
e
1
2. Mempertahankan
catatan
intake
dan
sakit
BAK
berkurang
hanya
sedikit
sedikit
status volume
BAK
bisa
melakukan
diperlukan
aktivitas,
4. Memonitor vital sign
5. Memonitor
masukan
perawatan personal
hygine selama sakit
dibantu
oleh
keluarga
O
terpasang
kateter
urin,
warna
urin
keruh
A : Masalah belum
teratasi
P
Intervensi
dilanjutk
an
Pola
nafas
efektif
penumpukan
tidak
sputum
klien
25
mengatakan
dilepas.
Memposisikan pasien
untuk
memaksimalkan
O : Klien tampak
sesak
nafas O2
ventilasi
3
3.
Liter/me
Mengidentifikasi
nit.
A : Masalh belum
teratasi
4.
perlu
5.
Melakukan fisioterapi
Mengeluarkan sekret
Meauskultasi
suara
Melakukan
suction
pada mayo
9.
Memberikan
Memberikan
Mengatur
intake
26
keseimbangan.
12.
Memonitor
respirasi
dan status O2
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
kurang
kebutuhan
tubuh
anoreksia,
b/d
mual
dan muntah
1.
Mengkaji
alergi makanan
2.
,pasien mengatakan
nafsu
Mengkolaborasi
dengan
ahli
menentukan
gizi
untuk
jumlah
kalori
makan
berkurang , makan
sedikit
terasa
saat menelan.
klien tampak mual
Menganjurkan pasien
muntah.klien
tampak
lemas
sudah
dan pucat
akral
4dtk.
4.
oedema
dan vitamin C
A : Masalh belum
5.
Memberikan substansi
gula
teratasi
P
Intervensi
dilanjutk
an
Kelebihan volume
H cairan
a
ri
K
e
b/d
penurunan haluaran
urin
lalu
jika
diperlukan
intake
mengatakan selama
sakit
27
BAK
2. Mempertahankan
catatan
mengatakan
pasien
BAK
status
hidrasi ( kelembaban
membran
mukosa,
berkurang
hanya
sedikit
sedikit
volume
BAK
sehari
mencapai>200 ml.
pasien mengatakan
tidak
bisa
melakukan
diperlukan
aktivitas,
4. Memonitor vital sign
perawatan personal
hygine selama sakit
5. Memonitor
masukan
dibantu
oleh
keluarga
O
harian.
terpasang
kateter
urin,
warna
urin
keruh
A : Masalah belum
teratasi
P
Intervensi
dilanjutk
an
Pola nafas tidak
S: Klien mengatakan sesak
1.
Membuka jalan nafas,
efektif
b/d
nafas disertai batuk
guanakan teknik chin lift atau
penumpukan sekret
berdahak,
sesak
jaw thrust bila perlu
oleh sputum
akan
bertambah
2.
Memposisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
apabila O2 dilepas.
O : Klien tampak
sesak
nafas O2
3.
Mengidentifikasi
3
Liter/me
nit.
alat jalan nafas buatan
4.
A : Masalah belum
teratasi
perlu
Intervensi
dilanjutk
5.
an
Melakukan fisioterapi
Mengeluarkan sekret
Meauskultasi
suara
Melakukan
suction
pada mayo
9.
Memberikan
Memberikan
Mengatur
intake
Memonitor
respirasi
dan status O2
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
kurang
kebutuhan
1. Mengkaji
alergi makanan
2. Mengkolaborasi
29
,pasien mengatakan
nafsu
makan
muntah
berkurang , makan
dengan ahli gizi untuk
menentukan
jumlah
sedikit
terasa
saat menelan.
klien tampak mual
muntah.klien
3. Menganjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4. Menganjurkan pasien
untuk
meningkatkan
tampak
lemas
dan pucat
akral
4dtk.
Terdapat
oedema
diekstermitas
bawah.
A : Masalh belum
teratasi
5. Memberikan substansi
gula
sudah
Intervensi
dilanjutk
an
30
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal kronis terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan peningkatan
bertahap dalam gejala-gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA).
Gagal ginjal kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memehami dan mengetahui
penyebab, bahaya serta cara pencegahan yang ditimbulkan dari GGK (gagal ginjal
Kronik) sehingga dalam melakukan tindakan keperawatan di masa mendatang dapat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang
sudah ditetapkan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Nursalam, Dr. Nurs M. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Roesli R. 2007. Kriteria RIFLE Cara yang Mudah dan Terpercaya untuk Menegakkan
Diagnosis dan Memprediksi Prognosis Gagal Ginjal Akut. Bandung: Pusat
Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD
Schrier RW, Wang W, Poole B, Mitra A. 2004. Acute Renal Failure: Definitions,
Diagnosis, Pathogenesis, and Therapy. J. Clin. Invest
32