Anda di halaman 1dari 52

BAB 3

RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP

Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat dan jelas rencana pemantauan dalam bentuk matriks atau
tabel untuk dampak yang ditimbulkan. Matriks atau tabel ini berisi pemantauan terhadap dampak yang
ditimbulkan.
Sesuai dengan hasil telaahan dampak penting hipotetis, beberapa dampak penting yang akan dipantau
meliputi dampak yang diprakirakan akan terjadi pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi dari
kegiatan pembangunan Bangunan Utama (Power Block) PLTU, Terminal Khusus (Jetty), Pengerukan
(Dredging) dan Pembuangan Material Hasil Keruk (Dumping) serta Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan
Gardu Induk. Di samping itu juga akan dipantau beberapa dampak tidak penting yang tergolong pada kategori
dampak lainnya.
Kegiatan operasional jaringan transmisi mulai dari tower pertama sampai dengan tower ke titik interkoneksi
jaringan SUTET 500 kV Jawa-Bali, tidak termasuk dalam dokumen AMDAL ini sehingga tidak dilakukan
pelingkupan.
Matriks rencana pemantauan lingkungan hidup dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3-1

Tabel 3.1 Matriks Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup


BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

1) Observasi partisipatif
dilakukan pada saat
kegiatan
dilaksanakan.
2) Dokumentasi
aktifitas
forum
dilakukan
setiap
bulan.
3) Dokumentasi media
komunikasi
dilakukan 3 bulan
sekali.
4) Survei dilakukan 3
bulan sekali.
Di Desa Ujungnegoro dan Desa 1) Observasi partisipatif
Karanggeneng
dan
Desa
dilakukan pada saat
Ponowareng
kegiatan
dilaksanakan.
2) Dokumentasi
aktifitas
forum
dilakukan
setiap
bulan.
3) Survei dilakukan 3
bulan sekali.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup Provinsi
Jawa Tengah, dan Dinas
Sosial Provinsi Jawa
Tengah.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Metode pengumpulan data :


Di Desa Ujungnegoro dan Desa 1) Observasi partisipatif
1) Observasi
partisipatif Karanggeneng
dan
Desa
dilakukan pada saat
dengan melibatkan wakil Ponowareng
kegiatan
masyarakat
dilaksanakan.
2) Studi dokumentasi
2) Dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
aktifitas
forum
terkena
dampak
dilakukan
setiap
menggunakan
kuesioner
bulan.
dan wawancara mendalam.
3) Survey dilakukan 3
bulan sekali.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


A
I
1

POWER BLOCK
TAHAP PRA KONSTRUKSI
KEGIATAN SURVEI
Pola Hubungan Sosial
1) Terbentuknya
forum Kegiatan survei
komunikasi dan intensitas
pelaksamaannya.
2) Jenis media dan intensitas
komunikasi untuk koordinasi
dan sosialisasi kegiatan.
3) bentuk
partisipasi
pemrakarsa pada lembaga
sosial setempat.

Metode pengumpulan data :


Di Desa Ujungnegoro dan Desa
1) Observasi
partisipatif Karanggeneng
dan
Desa
dengan melibatkan wakil Ponowareng
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

Keresahan Masyarakat

Perubahan Persepsi
Masyarakat

1) Semakin banyak pemilik lahan Kegiatan survei


terdampak yang memahami
informasi
pelaksanaan
pengadaan lahan.
2) Semakin
menurunnya
intensitas keluhan tentang
rencana,
prosedur,
dan
pengadaan lahan.
3) Semakin banyak pemilik lahan
yang
menerima
proses
pengadaan lahan, mulai dari
proses penentuan harga,
pengukuran luas bersama
pemilik, dan pembayaran yang
dilakukan secara langsung.
1) Frekuensi penjelasan dan Kegiatan survei
tokoh masyarakat yang
dilibatkan.
2) Terbentuknya
forum
komunikasi dan intensitas
pelaksamaannya.

Metode pengumpulan data :


1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan
kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.

KEGIATAN PENGADAAN LAHAN

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3-2

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
Perubahan Pola Mata
Pencaharian

Keresahan Masyarakat

Perubahan Persepsi
Masyarakat

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

1) Tersedianya
lahan Kegiatan
pengganti bagi buruh tani lahan.
dan petani panggarap.
2) Semakin
berkurangnya
jumlah buruh tani dan petani
panggarap yang tergantung
pada kompensasi sosial
3) Semakin
bertambahnya
jumlah buruh tani dan petani
panggarap yang memilih
membuka usaha baru.

pengadaan

1) Semakin banyak pemilik Kegiatan


lahan terdampak yang lahan.
memahami
informasi
pelaksanaan
pengadaan
lahan.
2) Kesepakatan
harga,
pengukuran
luas,
dan
pembayaran lahan.

pengadaan

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
Metode pengumpulan data :
1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan
kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif
Metode pengumpulan data :
1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif
1) Semakin
menurunya Penerimaan
tenaga Metode pengumpulan data :
intensitas keluhan tentang kerja untuk konstruksi 1) Observasi
partisipatif
proses pengadaan lahan
PLTU
dengan melibatkan wakil
2) Semakin banyaknya pemilik
masyarakat
lahan yang menerima
2) Studi dokumentasi
proses pengadaan lahan
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura

Di Desa Ujungnegoro dan Desa Pemantauan


Karanggeneng
dan
Desa dilaksanakan
selama
Ponowareng.
tahap prakonstruksi dan
kemungkinan
masih
berlangsung
selama
konstruksi
proyek,
pemantauan dilakukan 3
(tiga) bulan sekali sejak
masa
survei
dan
prosedur
pengadaan
lahan dimulai.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Di Desa Ujungnegoro dan Desa Pemantauan


Karanggeneng
dan
Desa dilaksanakan
selama
Ponowareng.
tahap pra konstruksi dan
kemungkinan
masih
berlangsung
selama
konstruksi
proyek,
pemantauan dilakukan 3
(tiga) bulan sekali sejak
masa
survei
dan
prosedur
pengadaan
lahan dimulai.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Di Desa Ujungnegoro dan Desa Pemantauan 1 kali setiap


Karanggeneng
dan
Desa bulan selama kegiatan
Ponowareng (yang buruh tani pengadaan lahan.
dan
petani
penggarapnya
terkena dampak pembebasan
lahan untuk Blok PLTU).
Lokasi
lahan
pengganti
ditetapkan setelah melalui kajian
yang mendalam.

3-3

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
II
1

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

TAHAP KONSTRUKSI
PENERIMAAN TENAGA KERJA
Peningkatan Kesempatan
1) Meningkatnya
partisipasi Penerimaan
tenaga
Kerja
masyarakat lokal pada kerja untuk konstruksi
kegiatan sosialisasi
PLTU
2) Tersedianya
media
pengumuman di balai desa
3) Intensitas keluhan atau
protes terhadap proses
penerimaan tenaga kerja
4) Kesediaan
masyarakat
untuk mengikuti kegiatan
peningkatan ketrampilan.

Perubahan Pola Mata


Pencaharian

Perubahan Tingkat
Pendapatan

Tingkat fasilitasi wirausaha baru Penerimaan


tenaga
bagi masyarakat terkena dampak kerja untuk konstruksi
yang dapat mengembangkan PLTU
usahanya.

1) Intensitas keluhan
mengenai kesesuaian upah
yang diterima
2) Meningkatnya
jumlah
wirausaha baru
3) Banyaknya petani
penggarap dan buruh tani
yang terkena dampak yang
masih bekerja di sektor
pertanian

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Penerimaan
tenaga
kerja untuk konstruksi
PLTU

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

WAKTU DAN
FREKUENSI

LOKASI PANTAU

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

6 (enam) bulan sekali Instansi


selama masa konstruksi Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah

Desa Dilaksanakan 3 bulan Instansi


Desa sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Jawa Tengah

Metode pengumpulan data :


Kecamatan Kandeman :
1) Observasi
partisipatif
1) Desa Ujungnegoro
dengan melibatkan wakil
2) Desa Karanggeneng
masyarakat
3) Desa Juragan
2) Studi dokumentasi
4) Desa Bakalan
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak Kecamatan Tulis :
menggunakan
kuesioner 1) Desa Ponowareng
dan wawancara mendalam.
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
Analisis data menggunakan 4) Desa Simbangjati
metode deskriptif kualitatif
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog
Metode pengumpulan data :
Desa
Ujungnegoro,
1) Observasi
partisipatif Karanggeneng,
dan
dengan melibatkan wakil Ponowareng.
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan
kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif
Metode pengumpulan data :
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

Di 13 desa wilayah studi


Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap
konstruksi dan bisa
dilanjutkan pada tahap
operasi.

PELAKSANA

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

3-4

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi,
Dinas Pariwisata Provinsi
Jawa Tengah

dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap
konstruksi dan bisa
dilanjutkan pada tahap
operasi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Pariwisata Provinsi
Jawa Tengah

Periode pemantauan
kualitas udara dilakukan
3 bulan sekali sejak
dimulainya mobilisasi
peralatan
selama
kegiatan pembangunan
PLTU

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tenga

8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog
4

Perubahan Persepsi
Masyarakat

Adat Istiadat (Perubahan


nilai dan norma dalam
masyarakat)

1) Meningkatnya
partisipasi Penerimaan
tenaga Metode pengumpulan data :
Di 13 desa wilayah studi
masyarakat lokal pada kerja untuk konstruksi 1) Observasi
partisipatif
kegiatan sosialisasi
PLTU
dengan melibatkan wakil
Kecamatan Kandeman :
2) Tersedianya
media
masyarakat
1) Desa Ujungnegoro
pengumuman di balai desa
2) Studi dokumentasi
3) Tidak adanya keluhan atau
3) Survei pada masyarakat 2) Desa Karanggeneng
protes terhadap proses
terkena
dampak 3) Desa Juragan
penerimaan tenaga kerja
menggunakan kuesioner dan 4) Desa Bakalan
4) Kesediaan
masyarakat
wawancara mendalam.
untuk mengikuti kegiatan
Kecamatan Tulis :
peningkatan ketrampilan.
Analisis data menggunakan 1) Desa Ponowareng
5) Intensitas
keluhan
metode deskriptif kualitatif
2) Desa Kenconorejo
mengenai kesesuaian upah
3) Desa Wonokerso
yang diterima
4) Desa Simbangjati
6) Sosialisasi kemajuan dan
5) Desa Beji
rencana kegiatan
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog
1) Tingkat pembekalan
Penerimaan
tenaga Metode pengumpulan data :
Desa Ujungnegoro, Desa
terhadap pekerja
kerja untuk konstruksi 1) Observasi partisipatif
Karanggeneng, dan Desa
pendatang
PLTU
dengan melibatkan wakil
Ponowareng.
2) Tingkat partisipasi
masyarakat
perusahaan dalam
2) Studi dokumentasi
Maqam
Syeikh
Maulana
menjaga dan melestarikan
3) Survei pada masyarakat
Maghribi
dan
lingkungan
Maqam Syeikh Maulana
terkena dampak
sekitarnya.
Maghribi
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL


Penurunan Kualitas Udara Parameter udara ambien Sulfur
dioksida (SO2), Nitrogen
dioksida (NO2 ),dan TSP.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan
mobilisasi
peralatan.
Pada
kegiatan tersebut akan
terjadi
peningkatan
frekuensi lalulintas yang
berpotensi
menimbulkan polutan
partikulat dan gas.

1) Metode pengumpulan data


dilakukan
di
lapangan
dengan alat high volume
sampler
untuk
TSP,
Pararosanilin untuk SO2 dan
Saltzman
untuk
NO2.
Hasilnya
dianalisis
di
laboratorium.

Lokasi pantau terletak di :


U2 = . 109 47 32,60 BT - 6
54 38,40 LS
U3 = 109 46 59,70 BT - 6
55 27,90 LS

U6 = 109 48 22,00 BT - 6
2) Pengamatan
langsung 56 35,75 LS
terhadap :
a. Pemasangan penutup U7 = 109 48 24,20 BT - 6
terpal
56 10,40 LS
b. Pemasangan rambu

3-5

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

Peningkatan Kebisingan

Gangguan Lalulintas Darat


(Traffic)

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

Parameter tingkat kebisingan Kegiatan


mobilisasi
peruntukan
lingkungan peralatan.
Pada
permukiman
kegiatan tersebut akan
terjadi
peningkatan
frekuensi lalulintas yang
berpotensi
menimbulkan
kebisingan
mesin
kendaraan.

Volume lalulintas yang terkendali Kegiatan


mobilisasi
dengan nilai V/C 0,7
peralatan material yang
akan
meningkatkan
volume lalulintas.

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
lalulintas
c. Pembersihan terhadap
kendaran yang keluar
dari tapak proyek
d. Frekuensi penyiraman
pada ruas jalan akses
menuju tapak PLTU
yang tidak di-aspal
e. Pemakaian
masker
bagi
operator
kendaraan
f. Pembatasan
kecepatan kendaraan
maks. 40 km/jam
1) Data kebisingan
diukur
dengan menggunakan sound
level meter dan dihitung Ls,
Lm, dan Lsm. Kemudian
membandingkan
dengan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.
48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan
peruntukkan
pemukiman
(55 dB(A).
2) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Penggunaan exhaust
muffler (knalpot)
b. Pemakaian penutup
telinga (earplug) bagi
operator
c. Perawatan
mesin
kendaraan
d. Pembatasan
kecepatan kendaraan
maks. 40 km/jam
Metode yang digunakan adalah
dengan cara observasi lapangan
dan wawancara.

LOKASI PANTAU

WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Periode pemantauan
kebisingan dilakukan 3
bulan sekali sejak
dimulainya mobilisasi
peralatan
selama
kegiatan pembangunan
PLTU

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tenga

Pemantauan lingkungan
akan dilakukan sejak
dimulainya
kegiatan
mobilisasi
peralatan
hingga selesai dengan
periode pemantauan 3
bulan sekali.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas PU, Dinas
PerhubunganProvinsi
Jawa Tengah.

U8 = 109 48 11,50 BT - 6
55 9,00 LS
Lokasi tapak power block

Lokasi pantau terletak di :


U2 = . 109 47 32,60 BT - 6
54 38,40 LS
U3 = 109 46 59,70 BT - 6
55 27,90 LS
U6 = 109 48 22,00 BT - 6
56 35,75 LS
U7 = 109 48 24,20 BT - 6
56 10,40 LS
U8 = 109 48 11,50 BT - 6
55 9,00 LS
Lokasi tapak power block

Di rute jalan angkut yang


melalui permukiman warga
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Simbangjati
4) Desa Beji

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3-6

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
Kerusakan Infrastruktur
Jalan dan Jembatan

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

Tingkat kerusakan infrastruktur Kegiatan


mobilisasi
jalan
peralatan material yang
akan
meningkatkan
volume lalulintas

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
Observasi
inventarisasi
infrastruktur

lapangan
dan
kerusakan

LOKASI PANTAU
Di rute jalan angkut yang
melalui permukiman warga
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Simbangjati
4) Desa Beji

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

Selama
kegiatan Instansi
mobilisasi
peralatan Pelaksana yaitu
dan material di tahap PT Bhimasena
konstruksi.
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Di lokasi temporary jetty dan


construction jetty dan sekitarnya
Peningkatan Peluang
Tingkat fasilitasi wirausaha baru Kegiatan
mobilsasi Metode pengumpulan data :
Di rute jalan angkut yang dilaksanakan 3 bulan Instansi
Berusaha
bagi masyarakat terkena dampak peralatan dan material
1) Observasi
partisipatif melalui permukiman warga
sekali selama tahap Pelaksana yaitu
yang dapat mengembangkan
dengan melibatkan wakil
konstruksi
PT Bhimasena
Kecamatan Kandeman :
usahanya.
masyarakat
Power Indonesia
1) Desa Ujungnegoro
2) Studi dokumentasi
selaku
3) Survei pada masyarakat 2) Desa Karanggeneng
Pemrakarsa dan
terkena
dampak
konstraktor
menggunakan kuesioner dan
pelaksana
Kecamatan Tulis :
wawancara mendalam.
konstruksi
1) Desa Ponowareng
Analisis data menggunakan 2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
metode deskriptif kualitatif
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji.
Gangguan
Kesehatan Peningkatan kasus penyakit Kegiatan
mobilisasi 1) Melakukan evaluasi hasil Di rute jalan angkut yang Dilakukan
selama Instansi
Masyarakat
peralatan
dan
material.
melalui
permukiman
warga
masa
konstruksi
Pelaksana yaitu
saluran nafas (ISPA, bronkitis,
penyuluhan yang telah
Peningkatan
prevalensi pneumonia, asma bronkhiale)
berlangsung.
PT Bhimasena
dilakukan dengan cara
Kecamatan
Kandeman
:
ISPA
dan
penyakit dan Penyakit psikosomatis
Periode
pemantauan
Power Indonesia
melakukan
wawancara
1)
Desa
Ujungnegoro
psikosomatis
dilakukan
3
bulan
selaku
(hipertensi, gastritis, penyakit
dengan panduan kuesioner
2)
Desa
Karanggeneng
sekali
Pemrakarsa dan
jantung koroner), dll pada
dan
atau
wawancara
kontraktor
masyarakat yang tinggal di
mendalam. Apabila masih
Kecamatan
Tulis
:
pelaksana
sekitar jalur transportasi untuk
terjadi kesenjangan, maka
1)
Desa
Ponowareng
konstruksi
kegiatan mobilisasi peralatan
dilakukan penyuluhan tiap
2)
Desa
Kenconorejo
dan material.
rumah sesuai dengan kondisi
3) Desa Wonokerso
yang ada.
4) Desa Simbangjati
2) Peninjauan langsung ke 5) Desa Beji

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas PU, Dinas
PerhubunganProvinsi
Jawa Tengah.

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

lapangan
kemudian
dilanjutkan
wawancara
terstruktur
dan
apabila
diperlukan
dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang
dengan masyarakat yang
terkena
dampak
untuk

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3-7

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,

mencari penyakit ISPA (


mulai
dari
rhinitis

pneumonia) dan penyakit


jantung dan gastritis atau
penyakit lain dengan stress
psikososial oleh karena
adanya kegiatan mobilisasi
peralatan dan material PLTU
Data-data diagnose hasil-hasil
pemantauan
yang
telah
terkumpul lalu dianalisis dengan
cara :
Dibandingkan dengan bulan
yang lalu, atau
Dilakukan overlay dengan
data tahun yang lalu pada
bulan yang sama

Perubahan Persepsi
Masyarakat

Gangguan terhadap
Kenyamanan

Untuk menilai ada tidaknya


peningkatan penyakit ISPA dan
penyakit jantung dan gastritis
atau penyakit lain.
Kegiatan
mobilsasi Metode pengumpulan data :
peralatan dan material
1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

1) Intensitas pelaksanaan forum


komunikasi dalam melakukan
koordinasi tentang aktifitas
mobilisasi material.
2) Kesepakatan para pemangku
kepentingan
dalam
pengaturan
kegiatan
mobilisasi peralatan dan
material.
3) Intensitas
pengelolaan
dampak tenis yang muncul
Analisis data menggunakan
dari kegiatan mobilisasi
metode deskriptif kualitatif
peralatan dan material.
4) Pemahaman
masyarakat
terhadap kompensasi jika
jika terjadi kerugian yang
ditimbulkan oleh kegiatan
mobilisasi peralatan dan
material.
Intensitas
pengelolaan yang Kegiatan
mobilsasi Metode pengumpulan data :
baik
peralatan dan material
1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Di rute jalan angkut yang


melalui permukiman warga
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji

Di rute jalan angkut yang


melalui permukiman warga
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng

3-8

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Perubahan Tingkat
Pendapatan

PEMATANGAN LAHAN
Penurunan Kualitas Udara

Perubahan Bentang Alam

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

3) Survei pada masyarakat


terkena
dampak Kecamatan Tulis :
menggunakan kuesioner dan 1) Desa Ponowareng
wawancara mendalam.
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
Analisis data menggunakan 4) Desa Simbangjati
metode deskriptif kualitatif
5) Desa Beji
Tingkat fasilitasi wirausaha baru Kegiatan
mobilisasi
1) Metode pengumpulan data :
Di rute jalan angkut yang Pemantauan dilakukan
bagi masyarakat terkena dampak peralatan dan material
1) Observasi partisipatif
melalui permukiman warga
selama tahap konstruksi.
yang dapat mengembangkan
dengan melibatkan wakil
Kecamatan Kandeman :
usahanya.
masyarakat
1) Desa Ujungnegoro
2) Studi dokumentasi
2) Desa Karanggeneng
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
Kecamatan Tulis :
menggunakan kuesioner dan 1) Desa Ponowareng
wawancara mendalam.
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
Analisis data menggunakan
4) Desa Simbangjati
metode deskriptif kualitatif.
5) Desa Beji

Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Badan Lingkungan Hidup


Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tenga

Parameter udara ambien Sulfur Tersebarnya debu dan


dioksida
(SO2),
Nitrogen gas buang mesin (alat
dioksida (NO2),dan TSP.
berat) ke udara pada
saat
kegiatan
pematangan lahan

Periode pemantauan
kualitas udara dilakukan
3 bulan sekali sejak
dimulainya mobilisasi
peralatan
selama
kegiatan pembangunan
PLTU

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tenga

Periode pemantauan
dilakukan 3 bulan sekali
sejak
dimulainya
kegiatan pematangan
lahan pada tahap
konstruksi

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas ESDM Provinsi
Jawa Tengah

INDIKATOR/ PARAMETER

Tidak munculnya gejala


longsoran seperti tanah retak
dan alur-alur erosi

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

SUMBER DAMPAK

Perubahan
stabilitas
lahan
akibat
dari
kegiatan pemotongan
dan pengurugan tanah
(cut and fill)

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

1) Metode pengumpulan data


dilakukan dilapangan dengan
alat high volume sampler
untuk TSP, Pararosanilin
untuk SO2 dan Saltzman
untuk
NO2.
Hasilnya
dianalisis di laboratorium.

Lokasi pantau terletak di :

2) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Pembersihan terhadap
ban truk yang keluar
dari tapak proyek
b. Perawatan
rutin
kendaraan proyek
c. Kegiatan penyiraman
jalan
Observasi visual di lokasi
pematangan lahan apakah
terjadi longsor atau erosi

U8 = 109 49 18,20 BT - 6
55 40,70 LS

U1 = 109 47 54,50 BT - 6
53 33,20 LS
U2 = . 109 47 32,60 BT - 6
54 38,40 LS

Di lokasi tapak power block

Di dalam tapak proyek yang


dipotong dan ditimbun (cut and
fill)

3-9

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
Gangguan terhadap Flora
Darat

INDIKATOR/ PARAMETER
Parameter yang dipantau adalah
struktur komunitas flora darat liar
setara dengan kondisi awal atau
lebih baik.

SUMBER DAMPAK
Kegiatan Pematangan
Lahan

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
Pengamatan lapangan,
wawancara, dan analisis data

LOKASI PANTAU
Lokasi pantau terletak di :
BD 1 = 109 47 28,19 BT - 6
53 27,54 LS
BD2 = 109 47 59,32 BT - 6
54 12,52 LS

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Periode pemantauan
dilakukan (minimal 6
bulan sekali) dan di
perpanjang
selama
tahap
operasi
berlangsung (minimal 1
tahun sekali)

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Periode pemantauan
dilakukan (minimal 6
bulan sekali) dan di
perpanjang
selama
tahap
operasi
berlangsung (minimal 1
tahun sekali)

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap
konstruksi dan bisa
dilanjutkan pada tahap
operasi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

BD3 = 109 48 59,30 BT - 6


54 12,52 LS
BD 4 = 109 50 28,53 BT - 6
54 28,85 LS
BD 5 = 109 47 36,28 BT - 6
54 15,15 LS

Gangguan terhadap Fauna


Darat

Parameter yang dipantau adalah Kegiatan Pematangan


struktur komunitas fauna darat Lahan
liar setara dengan kondisi awal
atau lebih baik.

Pengamatan lapangan,
wawancara, dan analisis data

Dan dilokasi zona konservasi


yang telah ditentukan
Lokasi pantau terletak di :
BD 1 = 109 47 28,19 BT - 6
53 27,54 LS
BD2 = 109 47 59,32 BT - 6
54 12,52 LS
BD3 = 109 48 59,30 BT - 6
54 12,52 LS
BD 4 = 109 50 28,53 BT - 6
54 28,85 LS
BD 5 = 109 47 36,28 BT - 6
54 15,15 LS

Peningkatan Peluang
Berusaha

Tingkat fasilitasi wirausaha baru


bagi masyarakat terkena dampak
yang dapat mengembangkan
usahanya.

Kegiatan Pematangan
Lahan

Metode pengumpulan data :


1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dan di lokasi zona konservasi


yang telah ditentukan
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso

3 - 10

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
metode deskriptif kualitatif

Perubahan Tingkat
Pendapatan

koordinasi dan penjelasan


tentang aktivitas dan pengelolaan
dampak dari kegiatan
pematangan lahan.

Kegiatan
lahan

pematangan
2) Metode pengumpulan data :
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.

Perubahan Persepsi
Masyarakat

1) Intensitas koordinasi dan


penjelasan
2) Intensitas pengelolaan yang
baik

Kegiatan Pematangan
Lahan

Metode pengumpulan data :


1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

PEMBANGUNAN BANGUNAN UTAMA PLTU DAN FASILITASNYA


Penurunan Kualitas Air
Parameter kualitas air laut :
Kegiatan:
1) Metode yang digunakan
Laut
1) Pembangunan
adalah
dengan
cara
a. Kecerahan
storm
water
pengukuran secara langsung
b. Kekeruhan
discharge channel
di lapangan dan analisis
c. Total Suspended Solids 2) Pembangunan
laboratorium.
Untuk
(TSS)
shore line protection
parameter
Kecerahan,
d. pH
3) Pembuatan pondasi
Kekeruhan, dan pH diukur
e. Minyak dan Lemak
bangunan utama
llangsung, sedangkan Total

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

LOKASI PANTAU
4) Desa Simbangjati
5) Desa Wringingintung
6) Desa Kedungsegog
7) Desa Beji
8) Desa Tulis
9) Desa Sembojo
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog.
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Wringingintung
6) Desa Kedungsegog
7) Desa Beji
8) Desa Tulis
9) Desa Sembojo
Lokasi pantau terletak di :
AL 1 = 109 45 40,03 BT - 6
52 32,63 LS
AL 2 = 109 46 18,29 BT - 6
52 41,84 LS

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Kualitas air laut dipantau


secara periodik 3 bulan
sekali selama masa
konstruksi berlangsung

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan dilakukan
selama tahap konstruksi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana

3 - 11

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
Suspended Solids (TSS) dan
Minyak dan lemak dianalisis
di laboratorium. Metode akan
menggunakan acuan SNI
yang sesuai.
2) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Pembuatan
saluran
drainase sementara.
b. Pengelolaan
saluran
drainase terutama pada
saat musim hujan
c. Penempatan tumpukan
material bangunan dan
tanah.
d. Pembuatan bangunan
pelindung pantai di
sepanjang bibir pantai
(shore protection)

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

AL 3 = 109 47 7,46 BT - 6
52 49,61 LS

PELAKSANA

PENGAWAS

konstruksi

Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

PENERIMA LAPORAN

AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
53 5,95 LS
AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
52 44,29 LS
AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS
AL 7 = 109 48 42,62 BT - 6
52 39,41 LS
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 9 = 109 49 20,22 BT - 6
52 33,80 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS
AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS
AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
53 56,81 LS
AL 13 = 109 50
30,79 BT - 6 53 49,71 LS

Gangguan terhadap Biota


Laut

Parameter yang dipantau adalah Kegiatan:


struktur komunitas dari plankton, 1) Pembangunan storm
benthos, dan nekton pada lokasi
water
discharge
Karang Kretek, Karang Maeso,
channel
dan lokasi yang diperkirakan 2) Pembangunan shore
fishing ground.
line protection
3) Pembuatan pondasi
bangunan utama

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

1) Pengukuran TSS (padatan


tersuspensi) dengan metode
analisis gravimetric
2) Pengukuran tingkat
kekeruhan air laut dengan
metode analisis nefelometrik
3) Pemantauan terhadap biota
air laut khususnya populasi
plankton, benthos, dan
nekton Pengambilan sampel
biota laut dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Pengumpulan sampel
plankton menggunakan

AL 14 = 109 51 41,24 BT - 6
54 4,13 LS
Lokasi pantau terletak di :
AL 1 = 109 45 40,03 BT - 6
52 32,63 LS
AL 2 = 109 46 18,29 BT - 6
52 41,84 LS
AL 3 = 109 47 7,46 BT - 6
52 49,61 LS
AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
53 5,95 LS

Biota
laut dipantau
secara periodik 3 bulan
sekali selama masa
konstruksi berlangsung

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 12

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

plankton net ukuran 25


mikron.
Pengumpulan sampel
benthos menggunakan
bottom sampler (benthic
dredger)
Pengumpulan sampel
nekton menggunakan
jaring (gill net dan bubu)

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan dilakukan
selama tahap konstruksi.

Instansi
Pengawas yaitu
Badan

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan

AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
52 44,29 LS
AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS
AL 7 = 109 48 42,62 BT - 6
52 39,41 LS

AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
Penanganan, pengumpulan, dan 52 44,58 LS
pengawetan
sampel
(menggunakan larutan Pyrro- AL 9 = 109 49 20,22 BT - 6
MAFF 70% untuk plankton dan 52 33,80 LS
nekton serta larutan Rose
Bengal 0,1% untuk benthos dan AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
telur/larva), serta pemeriksaan 53 24,38 LS
dan anilisis di tempat secara
langsung (in site) dan/ atau di AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS
laboratorium.
AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
53 56,81 LS
AL 13 = 109 50 30,79 BT - 6
53 49,71 LS

Peningkatan Peluang
Berusaha

Perubahan Tingkat
Pendapatan

AL 14 = 109 51 41,24 BT - 6
54 4,13 LS
Tingkat fasilitasi wirausaha baru Kegiatan pembangunan
3) Metode pengumpulan data :
Kecamatan Kandeman:
bagi masyarakat terkena dampak bangunan utama PLTU 1) Observasi
partisipatif 1) Desa Ujungnegoro
yang dapat mengembangkan dan fasilitasnya
dengan melibatkan wakil 2) Desa Karanggeneng
usahanya.
masyarakat
3) Desa Juragan
2) Studi dokumentasi
4) Desa Bakalan
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
wawancara mendalam.
2) Desa Kenconorejo
Analisis data menggunakan 3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
metode deskriptif kualitatif
5) Desa Wringingintung
6) Desa Kedungsegog
7) Desa Beji
8) Desa Tulis
9) Desa Sembojo
Tingkat fasilitasi wirausaha baru Kegiatan pembangunan
4) Metode pengumpulan data :
Kecamatan Kandeman :
bagi masyarakat terkena dampak bangunan utama PLTU 1) Observasi partisipatif
1) Desa Ujungnegoro
yang dapat mengembangkan
dengan melibatkan wakil
2) Desa Karanggeneng

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena

3 - 13

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

usahanya.

Perubahan Persepsi
Masyarakat

1) Intensitas koordinasi dan


penjelasan
2) Intensitas pengelolaan yang
baik

UJI COBA (COMMISSIONING)


Penurunan Kualitas Udara Parameter udara ambien yang
diukur yaitu Sulfur dioksida
(SO2), Nitrogen dioksida (NO2),
Karbon Monoksida (CO), O3
(Oksidan), dan debu (TSP).

Parameter emisi udara yang


diukur yaitu Sulfur dioksida
(SO2), Nitrogen dioksida (NO2),
debu (TSP), dan Opasitas

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

LOKASI PANTAU

1) Metode pengumpulan data


dilakukan dilapangan dengan
alat high volume sampler
untuk TSP, Pararosanilin
untuk SO2, Saltzman untuk
NO2, NDIR untuk CO dan
Chemiluminescent untuk O3.
Hasilnya
dianalisis
di
laboratorium.
2) Pemantauan kualitas udara
emisi dilakukan dengan
menggunakan
alat
Continuous
Emission
Monitoring System dan
manual untuk parameter
Sulfur dioksida (SO2),
Nitrogen dioksida (NO2),
debu (TSP), dan Opasitas.

WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Minimal 2 kali selama


tahap
uji
coba
(comissioning)
berlangsung per unit
pembangkit.

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan

Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
Analisis data menggunakan
4) Desa Simbangjati
metode deskriptif kualitatif.
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog.
Kegiatan pembangunan Metode pengumpulan data :
Kecamatan Kandeman:
bangunan utama PLTU 1) Observasi
partisipatif 1) Desa Ujungnegoro
dan fasilitasnya
dengan melibatkan wakil 2) Desa Karanggeneng
masyarakat
3) Desa Juragan
2) Studi dokumentasi
4) Desa Bakalan
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
wawancara mendalam.
2) Desa Kenconorejo
Analisis data menggunakan 3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
metode deskriptif kualitatif
5) Desa Wringingintung
6) Desa Kedungsegog
7) Desa Beji
8) Desa Tulis
9) Desa Sembojo
Keluarnya gas buang
dari cerobong sebagai
akibat dari kegiatan uji
coba

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Lokasi pantau terletak di :


U2 = . 109 47 32,60 BT - 6
54 38,40 LS
U4 = 109 49 18,20 BT - 6
55 40,70 LS
U8 = 109 48 11,50 BT - 6
55 09,00 LS
BD 6 = 109 48 41,04 BT - 6
54 30,23 LS

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Di lokasi pantau emisi gas


buang pada cerobong PLTU
Di lokasi tapak power block
3 - 14

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

Peningkatan Kebisingan

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

Parameter Tingkat Kebisingan Beroperasinya berbagai


peruntukkan pemukiman dan mesin dan peralatan
peruntukkan industri/ pembangkit utama PLTU pada
kagiatan uji coba

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
3) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Pemasangan
Fabric
Filter (FF)
b. Pemasangan FGD
c. PemasanganLow NOx
Burner
1) Data kebisingan
diukur
dengan menggunakan sound
level meter dan dihitung Ls,
Lm dan Lsm. Kemudian
membandingkan
dengan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.
48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan
peruntukkan
pemukiman
(55 dB(A).
2) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Pemeliharaan
turbin,
boiler, dan berbagai
mesin lainnya
b. Pemakaian pelindung
telinga (earplug) bagi
pekerja

LOKASI PANTAU

Lokasi pantau terletak di :


U1 = 109 47 54,50 BT - 6
53 33,20 LS
U2 = . 109 47 32,60 BT - 6
54 38,40 LS

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Minimal 2 kali selama Instansi


tahap
uji
coba Pelaksana yaitu
(comissioning)
PT Bhimasena
berlangsung
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Minimal 2 kali selama Instansi


tahap
uji
coba Pelaksana yaitu
(comissioning)
PT Bhimasena
berlangsung
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

U10 = 109 48 30.22 BT - 6


54 19.55 LS (Batas Pagar
arah Tenggara) di lokasi tapak
power block
U11 = 109 47 54,97 BT - 6
54 34,52 LS (Batas Pagar Ash
Disposal bagian Selatan)
U12 = 109 47,54 62 BT - 6
54 39,73 LS
Di
tapak
power
block
(perkantoran dan 100 m dari
boiler)

Perubahan Kualitas Air


Laut

Parameter kualitas air laut yang


diukur yaitu :
a. Kecerahan
b. Kekeruhan
c. Total Suspended Solids
(TSS)
d. Suhu
e. pH
f. Dissolved Oxygen (DO)
g. BOD
h. Phosphat (PO4-)
i. Minyak dan Lemak
j. Tembaga (Cu)
k. Besi (Fe)
l. Seng (Zn)
m. Klorin Bebas (Cl2)
n. Kromium Total (Cr)
o. Salinitas

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Keluarnya limbah air


pendingin dan limbah
cair pada kegiatan uji
coba

1) Metode yang digunakan


adalah
dengan
cara
pengukuran secara langsung
di lapangan dan analisis
laboratorium untuk efluent
limbah cair sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 8
tahun 2009 tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi usaha
dan/
atau
Kegiatan
Pembangkit Listrik Tenaga
Thermal

Lokasi pemantauan kualitas air


laut :
AL 3 = 109 47 7,46 BT - 6
52 49,61 LS
AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
53 5,95 LS
AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
52 44,29 LS

AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
2) Metode yang digunakan 53 3,04 LS
adalah
dengan
cara
pengukuran secara langsung AL 7 = 109 48 42,62 BT - 6
di lapangan dan analisis 52 39,41 LS
laboratorium untuk kualitas
3 - 15

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

p. Sulfida
q. Sulfat

Gangguan terhadap Biota


Laut

Parameter yang dipantau adalah


struktur komunitas dari plankton,
benthos, dan nekton pada lokasi
Karang Kretek, Karang Maeso,
dan lokasi yang diperkirakan
fishing ground di sekitar tapak
proyek.

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
air laut parameter :
a. Kecerahan
b. Kekeruhan
c. Total Suspended Solids
(TSS)
d. Suhu
e. pH
f. Dissolved Oxygen (DO)
g. BOD
h. Phosphat (PO4-)
i. Minyak dan Lemak
j. Tembaga (Cu)
k. Besi (Fe)
l. Seng (Zn)
m. Klorin Bebas (Cl2)
n. Kromium Total (Cr)
o. Salinitas
p. Sulfida
q. Sulfat

Menyebarnya limbah air


pendingin dan limbah
cair ke badan air laut
pada kegiatan uji coba
(comissioning)

3) Pengamaan langsung di
tapak proyek
1) Pengukuran TSS (padatan
tersuspensi) dengan metode
analisis gravimetric
2) Pengukuran tingkat
kekeruhan air laut dengan
metode analisis nefelometrik
3) Pemantauan terhadap biota
air laut khususnya populasi
plankton, benthos, dan
nekton Pengambilan sampel
biota laut dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Pengumpulan sampel
plankton menggunakan
plankton net ukuran 25
mikron.
Pengumpulan sampel
benthos menggunakan
bottom sampler (benthic
dredger)
Pengumpulan sampel
nekton menggunakan
jaring (gill net dan bubu)

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS
AL Karang Kretek = 109 49
9,60 BT - 6 53 32,99 LS (500
m dari outfall ke arah timur)
Khusus untuk sebaran
temperatur :
Ke arah intake dan Karang
Kretek pada jarak 200 m, 500
m, dan 1.000 m dari outfall

Lokasi pantau di :
AL 3 = 109 47 7,46 BT - 6
52 49,61 LS
AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
53 5,95 LS
AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
52 44,29 LS
AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS

Minimal 2 kali selama Instansi


tahap
uji
coba Pelaksana yaitu
(comissioning)
PT Bhimasena
berlangsung
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

AL 7 = 109 48 42,62 BT - 6
52 39,41 LS
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS

Pengawetan
sampel
(menggunakan larutan PyrroMAFF 70% untuk plankton dan
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 16

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Perubahan Persepsi
Masyarakat

INDIKATOR/ PARAMETER

1) Intensitas sosialisasi
rencana kegiatan
2) Intensitas penanganan
limbah padat dan cair serta
kebisingan yang sesuai
dengan ketentuan
perundangan.

SUMBER DAMPAK

Kegiatan
uji
(comissioning)

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

nekton serta larutan Rose


Bengal 0,1 untuk benthos dan
telur/larva), serta pemeriksaan
dan anilisis di laboratorium.
coba
5) Metode pengumpulan data :
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

III
1

TAHAP OPERASI
PENERIMAAN TENAGA KERJA
Peningkatan Kesempatan
Intensitas
penjelasan Kegiatan penerimaan
6) Metode pengumpulan data :
Kerja
penerimaan tenaga kerja
tenaga kerja
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

Perubahan Pola Mata


Pencaharian

1)

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan penerimaan
7) Metode pengumpulan data :
tenaga kerja
1) Observasi partisipatif

LOKASI PANTAU

Masyarakat yang tinggal di


sekitar tapak proyek. Di tiga
belas desa di wilayah studi
Kecamatan Kandeman:
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap
konstruksi dan bisa
dilanjutkan pada tahap
operasi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan dilakukan 3
(tiga) bulan selama
tahap operasi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu

Instansi
Pengawas yaitu

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati

Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Wringingintung
6) Desa Kedungsegog
7) Desa Beji
8) Desa Tulis
9) Desa Sembojo

Masyarakat yang tinggal di


sekitar tapak proyek. Di tiga
belas desa di wilayah studi
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan

Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog
Masyarakat yang tinggal di Pemantauan
sekitar tapak proyek. Di tiga dilaksanakan 3 (tiga)

3 - 17

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Perubahan Tingkat
Pendapatan

INDIKATOR/ PARAMETER

Intensitas fasilitasi wirausaha


baru

SUMBER DAMPAK

Kegiatan
unit PLTU

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

belas desa di wilayah studi

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif

Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan

operasional Metode pengumpulan data :


1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.

Keresahan Masyarakat

1) Intensitas penjelasan tentang


kesempatan kerja
2) Intensitas sosialisasi program
CSR

Kegiatan penerimaan
8) Metode pengumpulan data :
tenaga kerja
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

bulan sekali selama


tahap operasi.

PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Kabupaten Batang, Badan


Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi
Jawa Tengah

Pemantauan dilakukan 3
(tiga) bulan selama
tahap operasi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi
Jawa Tengah

Pemantauan
dilaksanakan 3 (tiga)
bulan sekali selama
tahap operasi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan

Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog.
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo

PENERIMA LAPORAN

3 - 18

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
5

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Perubahan Persepsi
Masyarakat

INDIKATOR/ PARAMETER
1) Intensitas sosialisasi rencana
kegiatan operasional PLTU
2) Intensitas penanganan
limbah padat, cair serta
kebisingan.

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

SUMBER DAMPAK
Kegiatan
PLTU

operasional
9) Metode pengumpulan data :
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

LOKASI PANTAU
9) Desa Kedungsegog.
Lokasi pantau terletak di Desa
Ujungnegoro (Maqam Syeikh
Maulanan Maghribi dan Dukuh
Rowokudo)

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Pemantauan Kebauan di
lakukan selama 3 bulan
sekali selama tahap
operasional

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan kualitas
udara
ambien
dilakukan pada saat
operasional
unit
pembangkit, minimal 3
bulan sekali selama
Tahap Operasi.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan Kebauan Instansi


Instansi
di lakukan selama 3 Pelaksana yaitu Pengawas yaitu
bulan sekali selama PT Bhimasena Badan

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif
1

PENANGANAN BATUBARA
Penurunan Kualitas Udara
Parameter udara ambien yang Kegiatan
unloading
diukur pembongkaraan dan batubara, pengangkutan
penimbunan batubara
dari jetty ke coal yard
adalah :
dan
penampungan
batubara.
1) TSP
2) Debu jatuh

Parameter udara ambien yang Kegiatan penimbunan


diukur pada pembuangan abu abu batubara
batubara adalah :
1) TSP
2) Debu jatuh

Peningkatan Kebauan

Tingkat
kebauan
dengan 1) Kegiatan
parameter H2S dan kebauan
penanganan
total.
batubara

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

1) Metode pengumpulan data


dilakukan dilapangan dengan
alat high volume sampler
untuk TSP, dan debu
jatuh kemudian dianalisis
di laboratorium.

Lokasi pantau terletak di


U9 = 109 49 8.54 BT - 6 52
53.36 LS
(Lokasi Dermaga)

Lokasi pantau terletak di


U10 = 109 48 30.22 BT - 6
2) Pengamatan
langsung 54 19.55 LS(Batas Pagar arah
terhadap :
Tenggara) di lokasi tapak power
a. Pemasangan conveyor block
tertutup
b. Menyiram
timbunan
batubara
c. Penanaman pohon
1) Metode pengumpulan data Lokasi pantau terletak di
dilakukan dilapangan dengan
alat high volume sampler U2 = 109 47 32,60 BT - 6
untuk TSP, dan debu 54 38,40 LS (Pemukiman
jatuh kemudian dianalisis Penduduk Daerah Rowokudo)
di laboratorium.
U8 = 109 48 11,50 BT - 6
2) Pengamatan
langsung 55 9,00 LS (Balai Desa
terhadap :
Ponowareng)
a. Penanganan
abu
terbang/ fly ash
U11 = 109 47 54,97 BT - 6
b. Kerjasama
dengan 54 34,52 LS (Batas Pagar Ash
pabrik semen
Disposal bagian Selatan)
c. Penyiraman di lokasi
ash disposal
U12 = 109 47,54 62 BT - 6
d. Pemadatan abu
54 39,73 LS(Pemukiman
e. Penanaman pohon
Penduduk Desa Karanggeneng)
Pengukuran kualitas H2S dan Lokasi pantau terletak di :
kebauan total dengan cara
sampling
dan
analisis U1/K1 = 109 47 54,50 BT - 6

3 - 19

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

Penurunan Kualitas Air


Laut

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

penimbunan
batubara di coal yard
2) Adanya
batubara
yang terbakar karena
proses self ignition
(terbakar sendiri)

laboaratorium dan pemantauan 53 33,20 LS


kebauan secara organoleptik.
U2/K2 = . 109 47 32,60 BT 6 54 38,40 LS

Parameter kualitas air laut yang Masuknya air larian dari


diukur adalah :
penimbunan batubara
ke badan air laut
a. Kecerahan
b. Kekeruhan
c. Total Suspended Solids
(TSS)
d. Suhu
e. pH
f. Dissolved Oxygen (DO)
g. BOD
h. Phosphat (PO4-)
i. Minyak dan Lemak
j. Tembaga (Cu)
k. Besi (Fe)
l. Seng (Zn)
m. Klorin Bebas (Cl2)
n. Kromium Total (Cr)
o. Salinitas
p. Sulfida
q. Sulfat

1) Metode yang digunakan Lokasi pemantauan :


adalah
dengan
cara 1) Lokasi pemantauan effluent
pengukuran secara langsung
Outlet IPAL air larian
di lapangan dan analisis batubara
laboratorium untuk efluent 2) Lokasi pemantauan kualitas
limbah cair sesuai dengan
air laut :
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51
AL 5 = 109 48 12,50 BT
tahun 2004 untuk kualitas
- 6 52 44,29 LS
air laut parameter :
a. Kecerahan
AL 6 = 109 48 31,30 BT
b. Kekeruhan
- 6 53 3,04 LS
c. Total Suspended Solids
(TSS)
AL 7 = 109 48 42,62 BT
d. Suhu
- 6 52 39,41 LS
e. pH
f. Dissolved Oxygen (DO)
AL10 = 109 48 55,11
g. BOD
BT - 6 53 24,38 LS
h. Phosphat (PO4-)
i. Minyak dan Lemak
AL 11 = 109 48 54,90
j. Tembaga (Cu)
BT - 6 53 44,60 LS
k. Besi (Fe)
l. Seng (Zn)
AL Karang Kretek =109
m. Klorin Bebas (Cl2)
49 9,60 BT - 6 53
n. Kromium Total (Cr)
32,99 LS
o. Salinitas
p. Sulfida
q. Sulfat

U8/K3 = 109 49 18,20 BT - 6


55 40,70 LS

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Power Indonesia Lingkungan


selaku
Hidup
Pemrakarsa
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah
Pemantauan
akan Instansi
Instansi
dilakukan setiap 3 bulan Pelaksana yaitu
Pengawas yaitu
sekali selama tahap PT Bhimasena
Badan
operasi
Power Indonesia Lingkungan
selaku
Hidup
Pemrakarsa
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

tahap operasional

PELAKSANA

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

2) Pengamaan langsung di
tapak proyek :
a. Kolam pengendapan
(coal run off pond)
b. IPAL untuk air larian
batubara

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 20

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
Perubahan Persepsi
Masyarakat

INDIKATOR/ PARAMETER
1) Intensitas
pengelolaan
dampak yang timbul akibat
penanganan batubara
2) Intensitas
sosialisasi
penanganan batubara.

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

Penanganan batubara10) Metode pengumpulan data :


1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan
kuesioner
dan wawancara mendalam.

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan kualitas
udara
ambient
dilakukan pada saat
operasional
unit
pembangkit, minimal 3
bulan sekali selama
Tahap
Operasi.
Sedangkan udara emisi
diukur selama 24 jam
setiap
hari
pada
cerobong
(stack)
pembangkit
menggunakan CEMS
dan 3 bulan sekali
dengan cara manual.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Kualitas air laut dipantau


secara periodik 3 bulan
sekali.
Kualitas air limbah
dipantau secara periodik
1 bulan sekali.
Temperatur
air
pendingin
dipantau
sejak uji coba hingga
operasional
unit

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Lokasi pantau terletak di :

Pemantauan dilakukan
selama 3 bulan sekali
U1/K1 = 109 47 54,50 BT - 6 selama tahap
53 33,20 LS
operasional
U2/K2 = . 109 47 32,60 BT 6 54 38,40 LS
U8/K3 = 109 49 18,20 BT - 6
55 40,70 LS

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif
1

OPERASIONAL PLTU
Penurunan Kualitas Udara

Penurunan Kualitas Air


Laut

Parameter udara ambien yaitu Kegiatan operasional


Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen PLTU
dioksida
(NO2),
Karbon 1) Keluarnya
gas
Monoksida (CO), O3 (Oksidan),
buang
dari
dan TSP.
cerobong
2) Pembakaran
Parameter emisi udara yaitu
batubara
yang
Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen
menggandung
dioksida (NO2), Total Partikel,
sulfur
dan Opasitas.

Parameter kualitas air laut yang


diukur adalah :
a. Kecerahan
b. Kekeruhan
c. Total Suspended Solids
(TSS)
d. Suhu
e. pH
f. Dissolved Oxygen (DO)

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan operasional
PLTU
1) Pendinginan
kondenser
2) Pemakaian air laut
untuk penggunaan
SWFGD
3) Penampungan abu
batubara di ash
yard

1) Metode pengumpulan data


dilakukan dilapangan dengan
alat high volume sampler
untuk TSP, Pararosanilin
untuk SO2, Saltzman untuk
NO2, NDIR untuk CO dan
Chemiluminescent untuk O3.
Hasilnya
dianalisis
di
laboratorium.
2) Pemantauan kualitas udara
emisi dilakukan dengan
menggunakan
alat
Continuous
Emission
Monitoring System dan
manual untuk parameter
Sulfur dioksida (SO2),
Nitrogen dioksida (NO2),
debu (TSP), dan Opasitas.
3) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Pemasangan
Fabric
Filter (FF)
b. Pemasangan FGD
c. PemasanganLow NOx
Burner
1) Metode yang digunakan
adalah
dengan
cara
pengukuran
secara
langsung di lapangan dan
analisis laboratorium untuk
efluent limbah cair sesuai
dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
No. 8 tahun 2009 tentang
Baku Mutu Air Limbah bagi

1) Lokasi pemantauan kualitas


udara ambien :
U2 = 109 47 32,60 BT 6 54 38,40 LS
U4 = 109 49 18,20 BT 6 55 40,70 LS
U8 = 109 49 18,20 BT 6 55 40,70 LS
BD 6 = 109 48 41,04 BT 6 54 30,23 LS
2) Lokasi pantau emisi gas
buang pada cerobong
PLTU
3) Pengamatan langsung di
tapak proyek

Lokasi pemantauan :
1) Lokasi pemantauan effluent
a. Outlet WWTP
b. Outlet air pendingin
sebelum menuju ke
laut
c. Desalinasi
d. Netralisasi
2) Lokasi pemantauan kualitas

3 - 21

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.

BOD
Phosphat (PO4-)
Minyak dan Lemak
Tembaga (Cu)
Besi (Fe)
Seng (Zn)
Klorin Bebas (Cl2)
Kromium Total (Cr)
Salinitas
Sulfida
Sulfat

SUMBER DAMPAK
4) Pemakaian minyak
pelumas dan solar
di peralatan PLTU

Air larian di ash yard tertampung


semua di run off pond
Buangan sisa-sisa ceceran
minyak pelumas dan solar
dipisahkanpada instalasi oil
separatorunit di WWTP

Perubahan Garis Pantai

Perubahan garis pantai sangat


rendah

Operasional PLTU

Gangguan terhadap Biota


Laut

Parameter yang dipantau adalah


struktur komunitas dari plankton,
larva, benthos, dan nekton pada
lokasi Karang Kretek, Karang
Maeso, dan lokasi yang

Menyebarnya
limbah
cari ke badan air laut
dari
kegiatan
operasional PLTU
1) Pemakaian air laut

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

usaha dan/ atau Kegiatan


air laut :
Pembangkit Listrik Tenaga
Thermal
AL 3 = 109 47 7,46 BT - 6
52 49,61 LS
2) Metode yang digunakan
adalah
dengan
cara AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
pengukuran
secara 53 5,95 LS
langsung di lapangan dan
analisis laboratorium untuk AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
kualitas air laut parameter : 52 44,29 LS
a. Kecerahan
b. Kekeruhan
AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
c. Total
Suspended 53 3,04 LS
Solids (TSS)
d. Suhu
AL 7 = 109 48 42,62 BT - 6
e. pH
52 39,41 LS
f. Dissolved
Oxygen
(DO)
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
g. BOD
52 44,58 LS
h. Phosphat (PO4-)
i. Minyak dan Lemak
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
j. Tembaga (Cu)
53 24,38 LS
k. Besi (Fe)
l. Seng (Zn)
AL Karang Kretek = 109 49
m. Klorin Bebas (Cl2)
9,60 BT - 6 53 32,99 LS (500
n. Kromium Total (Cr)
m dari outfall ke arah timur)
o. Salinitas
p. Sulfida
Khusus untuk sebaran
q. Sulfat
temperatur :
3) Pengamaan langsung di Ke arah intake dan Karang
tapak proyek
Kretek pada jarak 200 m, 500
m, dan 1.000 m dari outfall
1) Observasi visual di lapangan Di sekitar pantai lokasi PLTU
2) Pemantauan dengan cara dan sekitarnya di sisi sebelah
pemotretan
barat dan timur tapak PLTU
3) Pengukuran abrasi dan
sedimentasi pantai

1) Pengukuran TSS (padatan Lokasi pantau di :


tersuspensi) dengan metode
analisis gravimetric
AL 3 = 109 47 7,46 BT - 6
2) Pengukuran
tingkat 52 49,61 LS
kekeruhan air laut dengan

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

pendingin,
dengan
periode
pemantauan
temperatur air di outlet
dilakukan setiap hari.

Periode pemantauan
dilakukan setiap 3 (tiga)
bulan sekali.

Periode pemantauan
lingkungan biota air
akan dilakukan selama
tahap
operasional
berlangsung. Adapun

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah
Instansi
Instansi
Pelaksana yaitu Pengawas yaitu
PT Bhimasena Badan
Power Indonesia Lingkungan
selaku
Hidup

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
3 - 22

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

diperkirakan fishing ground di


sekitar tapak proyek.

untuk pendingin
turbin uap
2) Pemakaian air laut
untuk penggunaan
SWFGD
3) Penampungan abu
batubara di ash
yard
4) Pemakaian minyak
pelumas dan solar
di peralatan PLTU

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
metode analisis nefelometrik
3) Pemantauan terhadap biota
air laut khususnya populasi
plankton, larva, benthos,
dan nekton. Pengambilan
sampel biota laut dilakukan
dengan cara sebagai berikut
:
Pengumpulan sampel
plankton menggunakan
plankton net ukuran 25
mikron.
Pengumpulan sampel
benthos menggunakan
bottom sampler (benthic
dredger)
Pengumpulan sampel
nekton menggunakan
jaring (gill net dan bubu)

Pengawetan
sampel
(menggunakan larutan PyrroMAFF 70% untuk plankton dan
nekton serta larutan Rose
Bengal 0,1 untuk benthos dan
telur/larva), serta pemeriksaan
dan analisis di laboratorium.
Gangguan
Kesehatan Tidak ada peningkatan angka 1) Penyimpanan
fly 1) Melakukan evaluasi hasil
masyarakat
ash dan bottom ash
kesakitan saluran pernafasan.
penyuluhan
yang
telah
Peningkatan
angka (mulai dari iritasi, infeksi saluran 2) Operasionalisasi
dilakukan
dengan
cara
kesakitan penyakit saluran pernafasan atas pneumonia)
pembangkit PLTU
melakukan
wawancara
pernafasan
dengan panduan kuesioner
dan
atau
wawancara
mendalam. Apabila masih
terjadi kesenjangan, maka
dilakukan penyuluhan tiap
rumah sesuai dengan kondisi
yang ada.

LOKASI PANTAU
AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
53 5,95 LS
AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
52 44,29 LS

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

periode
pemantauan Pemrakarsa
yang meliputi kualitas
biota air dilakukan
setiap 3 bulan sekali.

Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Badan Lingkungan Hidup


Provinsi Jawa Tengah

Periode pemantauan Instansi


dilakukan 3 bulan Pelaksana yaitu
sekali
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS
AL 7 = 109 48 42,62 BT - 6
52 39,41 LS
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS

Desa Ujungnegoro dan Desa


Karanggeneng di Kecamatan
Kandeman
dan
Desa
Ponowareng di Kecamatan
Tulis, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah.

2) Melakukan
pemeriksaan
laboratorium penunjang pada
penderita dengan diagnosa
penyakit paru kronik dan
dengan
tanda
adanya
penurunan kapasitas vital
paru, khususnya pemeriksaan
radiologis untuk mencari
tanda-tanda antrakosis.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 23

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Peningkatan Peluang
Berusaha

INDIKATOR/ PARAMETER

Intensitas fasilitasi pengembangan


wirausaha baru

SUMBER DAMPAK

Kegiatan
PLTU

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

3) Melakukan evaluasi terhadap


hasil pengelolaan promotif,
preventif,
kuratif
dan
rehabilitatif
yang
telah
dilakukan.
operasional Metode pengumpulan data :
1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan
kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

Perubahan Persepsi
Masyarakat

Perubahan Tingkat
Pendapatan

1) Intensitas sosialisasi
kegiatan pengelolaan
lingkungan terkait
operasional PLTU
2) Intensitas pelaksanaan
program pengembangan
CSR

Intensitas fasilitasi
pengembangan wirausaha baru.

Operasional PLTU

Operasional PLTU

Metode pengumpulan data :


1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner
dan wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.
Metode pengumpulan data :
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

LOKASI PANTAU

Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo
9) Desa Kedungsegog
Desa
Ujungnegoro, Pemantauan dilakukan 3
Karanggeneng,
Wonokerso, (tiga) bulan selama
Bakalan
dan
Juragan tahap operasi.
Kecamatan Kandeman dan
Desa
Ponowareng,
Kedungsegog,
Kenconorejo,
Simbangjati,
Wringingintung,
Beji, Tulis, dan Sembojo
Kecamatan Tulis, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah
Kecamatan Kandeman :
1) Desa Ujungnegoro
2) Desa Karanggeneng
3) Desa Juragan
4) Desa Bakalan
Kecamatan Tulis :
1) Desa Ponowareng
2) Desa Kenconorejo
3) Desa Wonokerso
4) Desa Simbangjati
5) Desa Beji
6) Desa Tulis
7) Desa Wringingintung
8) Desa Sembojo

Pemantauan dilakukan 3
(tiga) bulan selama
tahap operasi.

3 - 24

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
9

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Peingkatan Kegiatan
Ekonomi Lokal dan
Regional

INDIKATOR/ PARAMETER
Pertumbuhan kegiatan ekonomi
lokasl dan regional

SUMBER DAMPAK
Operasional PLTU

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
Metode pengumpulan data :
1) Observasi partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

9) Desa Kedungsegog.
Berlokasi di :

Pemantauan dilakukan 3
(tiga) bulan selama
Range 1 : Wilayah Studi (13 tahap operasi.
desa)
Range 2 :
Kecamatan
Kandeman dan Tulis
Range 3 : Kabupaten Batang

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
BAPPEDA Provinsi Jawa
Tengah

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif.
B
I
1

TERMINAL KHUSUS/ JETTY


TAHAP KONSTRUKSI
KONSTRUKSI JETTY
Penurunan Kualitas Air
Parameter air laut yang diukur Kegiatan pemasangan
Laut
adalah :
tiang pancang/ kolom
penyangga jetty
a. Kecerahan
b. Kekeruhan
c. Total Suspended Solids
(TSS)
d. pH
e. Minyak dan Lemak

Pengumpulan data kualitas air


laut dilakukan dengan metode
sampling
yaitu
dengan
mengambil sample air di titik
pengukuran. Untuk pengukuran
in situ langsung diukur di
lapangan
yaitu
terhadap
parameter
Kecerahan,
kekeruhan dan pH. Sedangkan
TSS, minyak dan lemak
dilakukan
dianalisis
di
laboratorium.

Lokasi pantau terletak di :


AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS

Pemantauan kualitas
air
laut
selama
konstruksi
jetty
dilakukan
secara
kontinu sebulan sekali.
Sedangkan
untuk
pelaporannya
dilakukan setiap tiga
bulan.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Periode pemantauan
dilakukan setiap bulan
sejak kegiatan
konstruksi jetty dimulai
sampai selesai.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

AL Karang Kretek = 109 49


9,60 BT - 6 53 32,99 LS (500
m dari outfall ke arah timur)

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS

Gangguan terhadap Biota


Laut

Struktur komunitas biota air laut Konstruksi jetty


plankton, benthos, dan nekton
setara dengan kondisi awal dan
sesuai dengan baku mutu
KepMen LH No. 51 tahun 2004
(lampiran 3) atau yang berlaku
pada masanya.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Pemantauan terhadap biota air


laut khususnya populasi
plankton, benthos, dan nekton
Pengambilan sampel biota laut
dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
Pengumpulan sampel
plankton menggunakan
plankton net ukuran 25
mikron.
Pengumpulan sampel
benthos menggunakan

AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
53 56,81 LS
Lokasi pantau terletak di :
AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS
AL Karang Kretek = 109 49
9,60 BT - 6 53 32,99 LS (500

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 25

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

Gangguan Lalulintas Laut


(Potensi Terjadinya
Kecelakaan di Laut)

Nelayan merasa tidak terganggu


karena keberadaan jetty dan
terjadinya kecelakaan di laut

Konstruksi jetty
yangmemiliki dimensi
panjang

bottom sampler (benthic


dredger)
Pengumpulan sampel
nekton menggunakan
jaring (gill net dan bubu)

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi
Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah
Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten
Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten
Batang dan Provinsi
Jawa Tengah, Dinas
Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten
Batang dan Provinsi
Jawa Tengah.
Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

m dari outfall ke arah timur)


AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS

AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
Pengawetan
sampel 53 56,81 LS
(menggunakan larutan PyrroMAFF 70% untuk plankton dan
nekton serta larutan Rose
Bengal 0,1%untuk benthos dan
telur/larva), serta pemeriksaan
dan analisis di di laboratorium.
1) Pengumpulan data untuk
1) Di area permukiman
1) Untuk wawancara
pemantauan gangguan lalu
nelayan meliputi
akan dilakukan
lintas nelayan dilakukan
Kecamatan Kandeman :
setiap 3 bulan sekali.
dengan metode sensus yaitu
Desa Ujungnegoro , Desa 2) Untuk observasi
dengan wawancara kepada
Karanggeneng;
pembuatan rumpon
nelayan
Kecamatan Tulis : Desa
akan dilakukan
2) Observasi pembuatan
Ponowareng, Desa
setiap 1 bulan sekali.
rumpon
Kedungsegog (Dusun
3) Untuk observasi
3) Observasi keberadaan dan
Roban)
keberadaan dan
fungsionalisasi Sarana
2) Di perairan Ujungnegorofungsionalisasi
Bantu Navigasi Pelayaran
Roban
SBNP akan
3) Sepanjang bangunan jetty
dilakukan setiap hari.
Sedangkan untuk
pelaporannya dilakukan
setiap enam bulan.

Perubahan Garis Pantai


(Akibat Pembangunan
Dermaga Sementara)

Kondisi garis pantai di sekitar


lokasi PLTU tetap terjaga atau
perubahan garis pantai relatif
kecil sehingga tidak merugikan
masyarakat sekitar

Perubahan Persepsi
Masyarakat

1) Intensitas
sosialisasi Konstruksi Jetty
pelaksanaan konstruksi jetty
2) Kelengkapan
rambu
navigasi
3) Realisasi rekayasa rumpon
buatan di wilayah pantai
yang aman bagi nelayan.
4) Optimalisasi
kegiatan
pembangunan jetty

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan
pembuatan
alur
navigasi
dan
pembangunan dermaga
sementara

Observasi visual di lapangan/ Kawasan pantai di sekitar PLTU


pemantauan
dengan
cara
dokumentasi pengukuran erosi
dan akresi

Setiap 6 (enam) bulan


sekali selama
pembangunan dermaga
sementara

Metode pengumpulan data :


1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

Pemantauan persepsi
masyarakatselama
konstruksi
jetty
dilakukan
secara
kontinu sebulan sekali.
Sedangkan
untuk
pelaporannya dilakukan
setiap enam bulan.

Di area permukiman nelayan


meliputi Kecamatan Kandeman :
Desa Ujungnegoro, Desa
Karanggeneng;
Kecamatan Tulis : Desa
Ponowareng,
Desa
Kedungsegog (Dusun Roban)

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 26

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif
II
1

TAHAP OPERASI
OPERASI JETTY
Penurunan Kualitas Air
Laut

Parameter kualitas air laut yang Pemanfaatan jetty untuk


diukur adalah :
sandar
kapal
dan
a. Kecerahan
bongkar batubara
b. Kekeruhan
c. Total Suspended Solids
(TSS)
d. pH
e. Dissolved Oxygen (DO)
f. BOD
g. Minyak dan Lemak

Pengumpulan data kualitas air


laut dilakukan dengan metode
sampling
yaitu
dengan
mengambil sample air di titik
pengukuran. Untuk pengukuran
in situ langsung diukur di
lapangan
yaitu
terhadap
parameter
Kecerahan,
kekeruhan, dan pH, DO.
Sedangkan TSS, BOD dan
minyak dan lemak dilakukan
dianalisis di laboratorium.

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Lokasi pantau terletak di :


AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS

Pemantauan kualitas
air laut selama operasi
jetty, dilakukan secara
kontinu 3 bulan sekali.
Sedangkan
untuk
pelaporannya
dilakukan setiap enam
bulan.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Periode pemantauan
dilakukan setiap 3
bulan sekali selama
tahap operasi jetty .

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa
Tengah

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup

AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS
AL Karang Kretek = 109 49
9,60 BT - 6 53 32,99 LS (500
m dari outfall ke arah timur)
AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS

Gangguan terhadap Biota


Laut

Parameter
yang
dipantau
struktur komunitas plankton
larva, benthos, dan nektondi
lokasi Karang Kretek, Karang
Maeso, dan lokasi yang
diperkirakan sebagai fishing
ground.

AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
53 56,81 LS
Pemanfaatan jetty untuk Pemantauan dilakukan dengan Lokasi pantau terletak di :
sandar
kapal
dan metode pengamatan lapangan,
bongkar batubara
wawancara dengan nelayan dan AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
pengujian sampel air
di 53 3,04 LS
laboratorium.
AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS
AL Karang Kretek = 109 49
9,60 BT - 6 53 32,99 LS (500
m dari outfall ke arah timur)
AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS

Gangguan Lalulintas Laut Nelayan merasa tidak terganggu


(Peningkatan
Potensi adanya bangunan jetty dan tidak
terjadinya Kecelakaan di terjadinya kecelakaan di laut
Laut)

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Keberadaan
bangunanjetty yang
cukup panjang
mengganggu jalur

AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
53 56,81 LS
1) Monitoring forum komunikasi 1) Di area permukiman nelayan 1) Pemantauan forum Instansi
masyarakat nelayan
meliputi Kecamatan
komunikasi
Pelaksana yaitu
2) Observasi fungsionalisasi
Kandeman : Desa
masyarakat nelayan PT Bhimasena
Sarana Bantu Navigasi
Ujungnegoro , Desa
dilakukan setiap 6
Power Indonesia

3 - 27

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK
pelayaran rakyat dan
kapal perikanan

Perubahan Persepsi
Masyarakat

1) Intensitas
sosialisasi Operasional jetty
kegiatan
pengoperasian
jetty
2) Kelengkapan sarana bantu
navigasi
3) Berfungsinya
rekayasa
rumpon buatan di wilayah
pantai yang aman bagi
nelayan.

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
Pelayaran

LOKASI PANTAU
Karanggeneng; Kecamatan
Tulis : Desa Ponowareng,
Desa Kedungsegog (Dukuh
Roban)
2) Di area operasional jetty di
laut meliputi perairan
Ujungnegoro

11) Metode pengumpulan data :


1) Sosialisasi dilakukan di
1) Observasi
partisipatif
Desa
Ujungnegoro,
dengan melibatkan wakil
Karanggeneng,
masyarakat
Ponowareng,
dan
2) Studi dokumentasi
Kedungsegog.
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak 2) Pemasangan rumpon di
menggunakan kuesioner dan
sebelah kanan atau kiri
wawancara mendalam.
lokasi tapak proyek yang
berada di laut

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

bulan sekali
2) Pemantauan fungsi
SBNPdilakukan
setiap hari.
Sedangkan untuk
pelaporannya
dilakukan setiap
enam bulan.
Pemantauan persepsi
masyarakat
selama
operasi jetty dilakukan
secara kontinu sebulan
sekali.
Sedangkan
untuk
pelaporannya
dilakukan setiap enam
bulan.

PELAKSANA
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Hidup dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif.
C
I
1

DREDGING DAN DUMPING


TAHAP OPERASI
KEGIATAN PENGERUKAN (DREDGING) DAN PEMBUANGAN MATERIAL HASIL KERUKAN (DUMPING)
Penurunan Kualitas Air
Parameter air laut yaitu TSS, Kegiatan pengerukan, Pengumpulan data kualitas air
Laut
kecerahan, kekeruhan, serta pengangkutan material laut dilakukan dengan metode
minyak dan lemak
keruk dan pembuangan sampling
yaitu
dengan
material
keruk mengambil sampel air di titik
(dumping)
pengukuran sampling.
Untuk
pengukuran in situ langsung
diukur di lapangan yaitu terhadap
parameter
kecerahan
dan
kekeruhan. Sedangkan TSS,
minyak, dan lemak dianalisis di
laboratorium.

Lokasi pantau dredging terletak


di :
AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
53 5,95 LS
AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
52 44,29 LS
AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS

Pemantauan kualitas
air
laut
selama
pengerukan
dan
pembuangan material
keruk dilakukan secara
kontinu sebulan sekali.
Sedangkan
untuk
pelaporannya
dilakukan setiap tiga
bulan.

PENGAWAS

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

PENERIMA LAPORAN
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan
Informatika Kabupaten
Batang dan Provinsi Jawa
Tengah
Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS
AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS
AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
53 56,81 LS

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 28

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah,
dan Dinas Hubkominfo
Provinsi Jawa Tengah

S1 =109 48 13,73 BT - 6 53
40,35 LS
S2 =109 48 26,30 BT - 6 53
47,30 LS
S3 =109 48 34,50 BT - 6 53
52,61 LS
Lokasi pantau pembuangan
material
keruk
(dumping)
terletak di :
AL 15 = 109 50 56,13 BT - 6
45 9,12 LS
AL 16 = 109 50 49,07 BT - 6
45 31,93 LS
AL 17 = 109 51 24,93 BT - 6
45 43,79 LS

Gangguan terhadap Biota


Laut

Kondisi struktur komunitas


plankton dan bentos di sekitar
lokasi dredging dan dumping
setelah 3 bulan setara dengan
kondisi awal, khususnya di
lokasi Karang Kretek dan
Karang Bapang.

Kegiatan pengerukan
material (dredging) dan
pembuangan material
(dumping).

AL 18 = 109 51 31,54 BT - 6
45 21,27 LS
Pemantauan dilakukan dengan Lokasi pantau dredging terletak
pengambilan sampel dan analisis di :
sampel di laboratorium. Hasil
dibandingkan
dengan
SKL AL 4 = 109 47 19,68 BT - 6
(Lampiran 2) kondisi awal 53 5,95 LS
plankton dan bentos.
AL 5 = 109 48 12,50 BT - 6
52 44,29 LS
AL 6 = 109 48 31,30 BT - 6
53 3,04 LS

Periode pemantauan
dilakukan setiap bulan
sejak kegiatan
pengerukan dan
pembuangan material
dimulai sampai
selesai.Sedangkan
pelaporan dilakukan 3
bulan sekali.

AL 8 = 109 49 14,16 BT - 6
52 44,58 LS
AL 10 = 109 48 55,11 BT - 6
53 24,38 LS
AL 11 = 109 48 54,90 BT - 6
53 44,60 LS
AL 12 = 109 49 5,42 BT - 6
53 56,81 LS
S1 =109 48 13,73 BT - 6 53
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 29

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Pemantauan persepsi
masyarakat
selama
operasi jetty dilakukan
secara kontinu sebulan
sekali.
Sedangkan
untuk
pelaporannya
dilakukan setiap enam
bulan.

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan
dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap pra
konstruksi tapak tower
dan gardu induk

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

40,35 LS
S2 =109 48 26,30 BT - 6 53
47,30 LS
S3 =109 48 34,50 BT - 6 53
52,61 LS
Lokasi pantau pembuangan
material keruk (dumping)
AL 15 = 109 50 56,13 BT - 6
45 9,12 LS
AL 16 = 109 50 49,07 BT - 6
45 31,93 LS
AL 17 = 109 51 24,93 BT - 6
45 43,79 LS

Perubahan Persepsi
Masyarakat

1) Intensitas
sosialisasi
kegiatan dredging dan
dumping
2) Berfungsinya rumpon

Gangguan pada area


12)
tangkap dan hasil
tangkapan
nelayan
karena
kegiatan
pengerukan(dredging),
pengangkutan material
keruk dan pembuangan
(dumping)
material
keruk.

Metode pengumpulan data :


1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.

AL 18 = 109 51 31,54 BT - 6
45 21,27 LS
1) Sosialisasi dilakukan di Desa
Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng,
dan Desa Kedungsegog.
2) Pemasangan rumpon di
sebelah kanan atau kiri
lokasi tapak proyek yang
berada di laut

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif.
D
I
1

JARINGAN TRANSMISI DAN GARDU INDUK


TAHAP PRA KONSTRUKSI
PENGADAAAN LAHAN TAPAK TOWER DAN GARDU INDUK
Keresahan Masyarakat
1) semakin banyak pemilik lahan
terdampak yang memahami
informasi
pelaksanaan
pengadaan lahan
2) Semakin
menurunnya
intensitas keluhan tentang
kegiatan pengadaan lahan
3) Proses
musyawarah
pengadaan lahan

Pengadaaan
lahan
13)
tapak tower dan gardu
induk
berpotensi
menimbulkan gangguan
pada sumber mata
pencaharian
dan
kekhawatiran terhadp
batas
ketinggian
bangunan.

Metode pengumpulan data :


1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

data

menggunakan

Lokasi gardu induk, Tapak


tower dan sepanjang jalur
transmisi
meliputi
Desa
Simbangjati,
Beji,
Tulis,
Kenconorejo,
Wonokerso
Karanggeneng, Ponowareng.

Instansi
Pengawas
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 30

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
2

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Perubahan Persepsi
Masyarakat

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

metode deskriptif kualitatif.


Pemberian
kompensasi Pengadaaan
lahan
14) Metode pengumpulan data :
kepada masyarakat
tapak tower dan gardu 1) Observasi
partisipatif
induk
berpotensi
dengan melibatkan wakil
menimbulkan gangguan
masyarakat
pada sumber mata
2) Studi dokumentasi
pencaharian
dan
3) Survei pada masyarakat
kekhawatiran terhadp
terkena
dampak
batas
ketinggian
menggunakan kuesioner
bangunan.
dan wawancara mendalam.

LOKASI PANTAU
Lokasi gardu induk, Tapak
tower dan sepanjang jalur
transmisi
meliputi
Desa
Simbangjati,
Beji,
Tulis,
Kenconorejo,
Wonokerso
Karanggeneng, Ponowareng.

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan
konstraktor
pelaksana
konstruksi

Instansi
Pengawas
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan
Instansi
dilaksanakan 3 bulan Pelaksana yaitu
sekali selama tahap PT Bhimasena
konstruksi tapak tower Power Indonesia
dan gardu induk
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang dan
Badan

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemantauan
dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap pra
konstruksi tapak tower
dan gardu induk

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif.
1

KOMPENSASI RIGHT OF WAY (ROW)


Perubahan Persepsi
Tercapainya
kesepakatan Kompensasi Right 15)
of Metode pengumpulan data :
Masyarakat
dengan
masyarakat
atas Way (ROW)
1) Observasi
partisipatif
kompensasi ROW
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner
dan wawancara mendalam.

Desa-desa yang dilalui jaringan Pemantauan


transmisi :
dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap pra
Desa
Karanggeneng, konstruksi tapak tower
Ponowareng,
Kenconorejo, dan gardu induk
Wonokerso, Simbangjati, Beji,
dan Tulis

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif
II
1

TAHAP KONSTRUKSI
PENERIMAAN TENAGA KERJA
Perubahan Persepsi
1. Tingkat penerimaan tenaga Penerimaan
Masyarakat
kerja konstruksi
kerja
2. Tingkat upah yang sesuai
dengan peraturan yang
berlaku
3. Intensitas
sosialisasi
kemajuan dan rencana
kegiatan

tenaga
16) Metode pengumpulan data :
1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner
dan wawancara mendalam.

Lokasi gardu induk, Tapak


tower dan sepanjang jalur
transmisi
meliputi
Desa
Simbangjati,
Beji,
Tulis,
Kenconorejo,
Wonokerso
Karanggeneng, Ponowareng.

Analisis data menggunakan


metode deskriptif kualitatif
1

MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL


Penurunan Kualitas Udara Parameter udara ambien yaitu Kegiatan
mobilisasi
Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen peralatan.
Pada
dioksida (NO2),dan TSP.
kegiatan tersebut akan
terjadi
peningkatan
frekuensi lalulintas yang
berpotensi
menimbulkan polutan
partikulat dan gas.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

1) Metode pengumpulan data


dilakukan
di
lapangan
dengan alat high volume
sampler
untuk
TSP,
Pararosanilin untuk SO2 dan
Saltzman
untuk
NO2.
Hasilnya
dianalisis
di
laboratorium.

Lokasi pantau terletak di :

Periode pemantauan
kualitas udara dilakukan
U8 = 109 49 18,20 BT - 6 3 bulan sekali sejak
55 40,70 LS
dimulainya mobilisasi
peralatan selama
U7 = 109 48 24,20 BT - 6 kegiatan pembangunan
56 10,40 LS
Gardu Induk dan
jaringan transmisi

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang

3 - 31

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

Peningkatan Kebisingan

Parameter tingkat kebisingan Kegiatan


mobilisasi
peruntukkan pemukiman (55 peralatan.
Pada
dB(A))
kegiatan tersebut akan
terjadi
peningkatan
frekuensi lalulintas yang
berpotensi
menimbulkan
kebisingan
mesin
kendaraan.

Gangguan terhadap
Kenyamanan

Intensitas pengelolaan terhadap Mobilisasi peralatan dan


17)
dampak teknis
materialuntuk konstruksi
jaringan transmisi dan
gardu induk

Gangguan
Kesehatan Prevalensi penderita ISPA di Mobilisasi peralatan dan
masyarakat
Puskesmas tetap atau menurun material
Peningkatan
prevalensi
penderita ISPA

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
2) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Pemasangan penutup
terpal
b. Penyiraman
1) Data kebisingan
diukur
dengan menggunakan sound
level meter dan dihitung Ls,
Lm dan Lsm. Kemudian
membandingkan
dengan
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.
48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan
peruntukkan
pemukiman
(55 dB(A).
2) Pengamatan
langsung
terhadap :
a. Pemasangan penutup
terpal
b. Pemakaian
penutup
telinga (earplug) bagi
operator
kendaraan
berat
c. Perawatan
mesin
kendaraan
d. Pembatasan kecepatan
kendaraan
Metode pengumpulan data :
1) Observasi
partisipatif
dengan melibatkan wakil
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif
1) Melakukan evaluasi hasil
penyuluhan yang telah
dilakukan. Apabila masih
terjadi kesenjangan, maka
dilakukan penyuluhan tiap
rumah sesuai dengan kondisi
yang ada.
2) Peninjauan langsung ke

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

U6 = 109 48 22,00 BT - 6
56 35,75 LS

ditunjuk

Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Lokasi pantau terletak di :

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Pemukiman warga di sekitar


gardu induk, tapak tower dan
sepanjang
jalur
transmisi
meliputi Desa Simbangjati, Beji,
Tulis, Kenconorejo, Wonokerso
Karanggeneng, Ponowareng.

Pemantauan
Instansi
dilaksanakan 3 bulan Pelaksana yaitu
sekali selama tahap PT Bhimasena
konstruksi
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Desa-desa yang menjadi tapak


gardu induk dan dilalui jaringan
transmisi;
Desa
Karanggeneng,
Wonokerso
(Kecamatan
Kandeman),
Ponowareng,
Kenconorejo, Simbangjati, Beji,

Periode
pemantauan
kualitas udara dilakukan
3 bulan sekali sejak
dimulainya mobilisasi
peralatan
selama
kegiatan pembangunan
Gardu
Induk
dan

Instansi
Pengawas
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Periode pemantauan
kualitas udara dilakukan
U8 = 109 49 18,20 BT - 6 3 bulan sekali sejak
55 40,70 LS
dimulainya mobilisasi
peralatan selama
U7 = 109 48 24,20 BT - 6 kegiatan pembangunan
56 10,40 LS
Gardu Induk dan
jaringan transmisi
U6 = 109 48 22,00 BT - 6
56 35,75 LS

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa

3 - 32

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

lapangan
kemudian Tulis,
Wringin
dilanjutkan
wawancara (Kecamatan Tulis).
terstruktur
dan
apabila
diperlukan
dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang
dengan masyarakat yang
terkena
dampak
untuk
mencari penyakit ISPA (
mulai
dari
rhinitis

pneumonia) oleh karena


adanya kegiatan mobilisasi
peralatan dan material gardu
induk, tower dan transmisi
jaringan.

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

Gintung jaringan transmisi

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Data data diagnosa hasil-hasil


pemantauan yang telah
terkumpul lalu dianalisis
dengan cara :
Dibandingkan dengan bulan
yang lalu. Atau
Dilakukan overlay dengan
data tahun yang lalu pada
bulan yang sama

Perubahan Persepsi
Masyarakat

1. Intensitas
pelaksanaan
forum komunikasi dalam
melakukan
koordinasi
tentang aktifitas mobilisasi
material.
2. Kesepakatan
para
pemangku
kepentingan
dalam pengaturan kegiatan
mobilisasi peralatan dan
material.
3. Intensitas
pengelolaan
dampak tenis yang muncul
dari kegiatan mobilisasi
peralatan dan material
4. Penggantian kerugian yang
timbul
dari
kegiatan
mobilisasi peralatan dan
material

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Untuk adanya peningkatan


penyakit ISPA dan penyakit
jantung dan gas tritis atau
penyakit lain
Mobilisasi peralatan dan
18) Metode pengumpulan data :
materialuntuk konstruksi 1) Observasi
partisipatif
jaringan transmisi dan
dengan melibatkan wakil
gardu induk
masyarakat
2) Studi dokumentasi
3) Survei pada masyarakat
terkena
dampak
menggunakan kuesioner dan
wawancara mendalam.
Analisis data menggunakan
metode deskriptif kualitatif

Lokasi gardu induk, tapak tower


dan sepanjang jalur transmisi
meliputi Desa Simbangjati, Beji,
Tulis, Kenconorejo, Wonokerso
Karanggeneng, Ponowareng.

Dilaksanakan 3 bulan Instansi


sekali selama tahap Pelaksana yaitu
konstruksi dan bisa PT Bhimasena
dilanjutkan pada tahap Power Indonesia
operasi.
selaku
Pemrakarsa

Instansi
Pengawas
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang
dan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 33

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

DAMPAK LINGKUNGAN LAINNYA YANG DIPANTAU


1

TAHAP PRA KONSTRUKSI


Munculnya Spekulan
Spekulan tanah
Tanah

TAHAP KONSTRUKSI
Limbah Padat Domestik

Limbah Cair Domestik

Mengacu pada :
1) Peraturan
Pemerintah
No.81 tahun 2012 tentang
Pengelolaan
Sampah
Rumah
Tangga
dan
Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga
2) Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 33 Tahun 2010
tentang
Pedoman
Pengelolaan Sampah
3) Mengacu kepada SOP dan
Work
Sheet
tentang
Pengelolaan Limbah Pada
Domestik.
Mengacu pada :
1) Kepmen LH No.112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
2) KepmenLH No.111 Tahun
2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata
Cara Perijinan serta
Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah ke
Air atau Sumber Air
3) Perda Provinsi Jateng
Nomor 6 Tahun 2010
tentang Penyediaan Sistem
Pengolahan Limbah Cair
Domestik

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan survei dan


pengadaan lahan untuk
Blok PLTU, jaringan
transmisi dan gardu
induk

Observasi lapangan dan survei


wawancara kepada warga di
sekitar rencana PLTU

Di Desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng,
Simbangjati, Beji, Tulis,
Kenconorejo, dan Desa
Wonokerso

Pemantauan
dilaksanakan 3 bulan
sekali selama tahap pra
konstruksi blok PLTU
dan tapak towerserta
gardu induk

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas
yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Limbah padat hasil


aktivitas pekerja pada
tahap konstruksi PLTU

Survei lapangan dan wawancara

Area perkantoran

Selama tahap
konstruksi dilakukan
setiap hari

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas
yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Limbah
cair
hasil Metode pengumpulan data
aktivitas pekerja pada berasal dari hasil uji laboratorium
tahap konstruksi PLTU lingkungan yang ter-akreditasi
di dalam dan di luar
tapak proyek.

Area perkantoran

Selama tahap
konstruksi dilakukan
setiap bulan dan
dilaporkan setiap 3
(tiga) bulan sekali

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 34

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER
Kadar E coli pada sumur
penduduk memenuhi baku mutu.
Tempat sampah yang memenuhi
syarat kesehatan

Kebakaran
Kegiatan Konstruksi PLTU
1) Kebakaran secara
umum
2) Adanya ledakan
3) Adanya hubungan arus
pendek

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

Pertambahan
1) Melakukan evaluasi hasil
kepadatan penduduk
penyuluhan
yang
telah
dan lingkungan yang
dilakukan. Apabila masih
tidak
sehat akibat
terjadi kesenjangan, maka
kegiatan konstruksi dan
dilakukan penyuluhan tiap
Baku mutu air
tanah operasional PLTU
rumah sesuai dengan kondisi
berdasarkan Menkes RI No 416 /
yang ada.
1990
2) Melakukan
pemeriksaan
bakteriologis E. coli pada
beberapa sumur.
Mengacu pada :
Kegiatan konstruksi
Pengamatan/ inspeksi lapangan
1) Keputusan Menteri Tenaga PLTU
Kerja RI No.
Kep.186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja
2) Instruksi Menteri Tenaga
Kerja No.
Ins.11/M/BW/1997 tentang
Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan
Kebakaran
3) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi R.I.
No. er.04/MEN/1980
tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan
Mengacu pada :
Kegiatan konstruksi
Pengamatan/ inspeksi lapangan
1) Peraturan Menteri Tenaga PLTU
Kerja dan Transmigrasi R.I.
No.
Per.01/MEN/1980
tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan
2) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi
No.:
Per.03/MEN/1982
Tentang
Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja
3) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja
R.I.
No.
Per.05/MEN/1996 tentang
SistemManajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja
4) Keputusan
Bersama

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

LOKASI PANTAU
Masyarakat
Kecamatan
Kandeman

yang
Tulis

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

tinggal Dilakukan tiap 3 bulan Instansi


dan selama masa konstruksi Pelaksana yaitu
PLTU berlangsung
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Area perkantoran

Selama tahap
konstruksi dilakukan
minimal 1 (satu) bulan
sekali

Area perkantoran

Selama tahap
konstruksi dilakukan
minimal 1 (satu) bulan
sekali

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah
Instansi
Instansi
Pelaksana yaitu Pengawas yaitu
PT Bhimasena
Badan
Power Indonesia Lingkungan
selaku
Hidup
Pemrakarsa dan/ Kabupaten
atau kontraktor
Batangdan
pelaksana yang
Badan
ditunjuk
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi
Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 35

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

5)
6)
7)
8)
9)
10)

11)

12)

13)

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Menteri Tenaga Kerja Dan


Menteri Pekerjaan Umum
No.: Kep. 174/MEN/1986.
No.104/KPTS/1986
tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja pada
Tempat
Kegiatan
Konstruksi
Standar Prosedur
Penanggulangan Keadaan
Darurat PT BPI
Standar Prosedur tentang
Pekerjaan Panas, BPI
Standar Prosedur
tentangPekerjaan Dingin,
BPI
Standar Prosedur
tentangPelaksanaan
Galian, BPI.
Standar Prosedur Ijin
Masuk dalam Bejana
Tertutup PT BPI
Standar Prosedur
Perawatan dan Kalibrasi
Alat Pemantauan K3L PT
BPI
Standar Prosedur
Penyelidikan Insiden,
Ketidaksesuaian Tindakan
Perbaikan dan
Pencegahan PT BPI
Standar Prosedur
Identifikasi dan Evaluasi
Terhadap Persyaratan
Perundangan PT BPI.
Standar Prosedur tentang
Sistim Informasi
Manajemen, K3, BPI.

5 Pengelolaan B3 dan Limbah B3


5.1 Pengelolaan B3
Mengacu pada PP No 74 Tahun
2001 tentang Pengelolaan B3.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan konstruksi
PLTU

Inspeksi/ pengamatan lapangan

Area gudang, bengkel, dan


tempat penyimpanan
sementara B3

Selama tahap
konstruksi dilakukan
minimal 1 (satu) bulan
sekali

3 - 36

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL
5.2 Pengelolaan Limbah B3

TAHAP OPERASI
Limbah Padat Domestik

Limbah Cair Domestik

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS
Jawa Tengah
Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

PENERIMA LAPORAN

Mengacu pada :
1) PP No 18 Tahun 1999
juncto PP 85 Tahun 1999
tentang Pengelolaan
Limbah B3.
2) KEPKA BAPEDAL No.01
tahun 1995 tentang Limbah
B3
3) KEPKA BAPEDAL No. 02
tahun 1995 tentang
Dokumen Limbah B3.
4) KEPKA BAPEDAL No.03
tahun 1995 tentang Teknik
Pengolahan Limbah B3
5) KEPKA BAPEDAL No.04
tahun 1995 tentang tata
cara persyaratan
Penimbunan Limbah B3
6) KEPKA BAPEDAL No. 05
tahun 1995 tentang simbol
dan label limbah B3.
7) Menerapkanprosedur
pengelolaan limbah B3 PT
BPI

Kegiatan konstruksi
PLTU

Inspeksi/ pengamatan lapangan

Area gudang, bengkel, dan


tempat penyimpanan
sementara limbah B3

Selama tahap
konstruksi dilakukan
minimal 1 (satu) bulan
sekali

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Mengacu pada :
1) Peraturan Pemerintah
No.81 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga
2) Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.33 Tahun 2010
tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah
3) Mengacu kepada SOP dan
Work Sheet tentang
Pengelolaan Limbah Pada
Domestik.
Mengacu pada :
1) Kepmen LH No.112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik
2) KepmenLH No.111 Tahun
2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata

Limbah padat hasil


aktivitas domestik pada
tahap operasional PLTU
seperti perkantoran

Inspeksi/ pemantauan lapangan

Seluruh area kerja operasional Selama tahap operasi


pada bangunan utama (Power dilakukan minimal 1
Block) PLTU dan Terminal (satu) bulan sekali
Khusus (Jetty)

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Limbah
cair
hasil Inspeksi/ pemantauan lapangan
aktivitas domestik pada
tahap operasional PLTU
seperti perkantoran

Seluruh area kerja operasional Selama tahap operasi


pada bangunan utama (Power dilakukan minimal 1
Block) PLTU dan Terminal (satu) bulan sekali
Khusus (Jetty)

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 37

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


INDIKATOR/ PARAMETER

Cara Perijinan serta


Pedoman Kajian
Pembuangan Air Limbah ke
Air atau Sumber Air
3) Perda Provinsi Jateng
Nomor 6 Tahun 2010
tentang Penyediaan Sistem
Pengolahan Limbah Cair
Domestik.
Penanganan kebakaran Mengacu pada :
akibat kegiatan operasi 1) Keputusan Menteri Tenaga
PLTU
dan
kegiatan
Kerja RI No.
penunjang
Kep.186/MEN/1999 tentang
Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja
2) Instruksi Menteri Tenaga
Kerja No.
Ins.11/M/BW/1997 tentang
Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan
Kebakaran
3) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi R.I.
No. er.04/MEN/1980
tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan
Keselamatan dan
Mengacu pada :
Kesehatan Kerja (K3)
1) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi R.I.
No.
Per.01/MEN/1980
tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan
2) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi
No.:
Per.03/MEN/1982
Tentang
Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja
3) Peraturan Menteri Tenaga
Kerja
R.I..
No.
Per.05/MEN/1996 tentang
SistemManajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja
4) Keputusan
Bersama
Menteri Tenaga Kerja Dan
Menteri Pekerjaan Umum

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

pelaksana yang
ditunjuk

Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

PENERIMA LAPORAN

Kegiatan operasional
PLTU

Inspeksi/ pemantauan lapangan

Seluruh area kerja operasional Selama tahap operasi


pada bangunan utama (Power dilakukan minimal 1
Block) PLTU dan Terminal (satu) bulan sekali
Khusus (Jetty)

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Kegiatan operasional
PLTU

Inspeksi/ pemantauan lapangan

Seluruh area kerja operasional Selama tahap operasi


pada bangunan utama (Power dilakukan minimal 1
Block) PLTU dan Terminal (satu) bulan sekali
Khusus (Jetty)

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 38

NO

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

5)
6)
7)
8)
9)
10)

11)

12)

13)

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

LOKASI PANTAU

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah
Instansi

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

No.: Kep. 174/MEN/1986.


No.104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan
Dan
Kesehatan Kerja pada
Tempat
Kegiatan
Konstruksi
Standar Prosedur
Penanggulangan Keadaan
Darurat PT BPI
Standar Prosedur tentang
Pekerjaan Panas, BPI
Standar Prosedur
tentangPekerjaan Dingin,
BPI
Standar Prosedur
tentangPelaksanaan
Galian, BPI.
Standar Prosedur Ijin
Masuk dalam Bejana
Tertutup PT BPI
Standar Prosedur
Perawatan dan Kalibrasi
Alat Pemantauan K3L PT
BPI
Standar Prosedur
Penyelidikan Insiden,
Ketidaksesuaian Tindakan
Perbaikan dan Pencegahan
PT BPI
Standar Prosedur
Identifikasi dan Evaluasi
Terhadap Persyaratan
Perundangan PT BPI.
Standar Prosedur tentang
Sistim Informasi
Manajemen, K3, BPI.

5 Pengelolaan B3 dan Limbah B3


5.1 Pengelolaan B3
Mengacu pada PP No 74 Tahun
2001 tentang Pengelolaan B3.

Kegiatan operasional
PLTU

Inspeksi/ pengamatan lapangan

Area gudang, bengkel, dan


tempat penyimpanan
sementara B3

Selama tahap
operasional dilakukan
minimal 1 (satu) bulan
sekali

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

5.2 Pengelolaan Limbah B3

Penampungan fly

Inspeksi/ pengamatan lapangan

Penampungan fly ash, bottom

Selama tahap

Instansi

Mengacu pada :

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Instansi Penerima
3 - 39

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU


INDIKATOR/ PARAMETER

1) PP No 18 Tahun 1999
juncto PP 85 Tahun 1999
tentang Pengelolaan
Limbah B3.
2) KEPKA BAPEDAL No.01
tahun 1995 tentang Limbah
B3
3) KEPKA BAPEDAL No. 02
tahun 1995 tentang
Dokumen Limbah B3.
4) KEPKA BAPEDAL No.03
tahun 1995 tentang Teknik
Pengolahan Limbah B3
5) KEPKA BAPEDAL No.04
tahun 1995 tentang tata
cara persyaratan
Penimbunan Limbah B3
6) KEPKA BAPEDAL No. 05
tahun 1995 tentang simbol
dan label limbah B3.
7) Menerapkanprosedur
pengelolaan limbah B3 PT
BPI
Gangguan
terhadap 1) Rendahnya intensitas
peninggalan budaya akibat
keluhan atau protes warga
dari kegiatan operasional
atas munculnya gangguan
PLTU
pada saat Khaul pada bulan
Maulud
2) Kegiatan ritual dapat
berlangsung dengan lancar

Penurunan Kualitas Air


Tanah

SUMBER DAMPAK

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA

ashdan bottom ash di


ash pond

Kegiatan operasional
bangunan utama PLTU

Survei lapangan dan wawancara

Kualitas air tanah memenuhi Air lindi dari coal yard Metode pengumpulan data
Baku Mutu sesuai dengan dan ash pond
kualitas air tanah dilakukan
PerMenKes No. 416 tahun 1990
dengan cara pengambilan
Lampiran II Daftar Persyaratan
sampel air tanah dan uji
Kualitas Air Bersih
laboratorium

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

LOKASI PANTAU

WAKTU DAN
FREKUENSI

ash di ash pond dan Tempat


Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3

Desa-desa yang di tapak PLTU


(Desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, dan Desa
Ponowareng)

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

konstruksi pemantauan
dilakukan minimal 1
(satu) bulan sekali

Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Laporan yaitu Bupati


Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Selama tahap
pembanguna bangunan
utama dilakukan setiap
3 (tiga) bulan sekali

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah
Instansi
Instansi
Pelaksana yaitu Pengawas yaitu
PT Bhimasena
Badan
Power Indonesia Lingkungan
selaku
Hidup
Pemrakarsa dan/ Kabupaten
atau kontraktor
Batangdan
pelaksana yang
Badan
ditunjuk
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah
Instansi
Instansi
Pelaksana yaitu Pengawas yaitu
PT Bhimasena
Badan
Power Indonesia Lingkungan

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Lokasi pantau terletak di :

Pemantauan dilakukan 3
(tiga) bulan sekali
U1 = 109 47 54,50 BT - 6 selama tahap
53 33,20 LS
operasional
U2 = 109 47 32,60 BT - 6
54 38,40 LS
U3 = 109 46 59,70 BT - 6
55 27,90 LS

Peningkatan Kebisingan

1) Keputusan Men LH No. 48


Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
2) Permennakertrans No. Per.

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan operasional
PLTU

Metode pengumpulan data


dilakukan dengan cara
pengukuran intensitas kebisingan
secara langsung di lapangan

Lokasi pantau terletak di :

Dilakukan pada saat


operasional unit
U8 = 109 49 18,20 BT - 6 pembangkit, minimal 3
55 40,70 LS
(tiga) bulan sekali

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
3 - 40

BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU

NO

JENIS DAMPAK YG
TIMBUL

INDIKATOR/ PARAMETER

SUMBER DAMPAK

13/Men/X/2011 tentang Nilai


Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di tempat
kerja.
3) SOP tentang APD
kebisingan dari BPI.

Peningkatan Paparan
TENORM

Paparan
TENORM
deret Kegiatan operasional
uranium dan thorium masih di PLTU
bawah baku mutu sesuai
Peraturan
Kepala
Badan
Pengawas
Tenaga
Nuklir
(BAPETEN) No. 09 tahun 2009

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

METODE PENGUMPULAN DAN


ANALISIS DATA
dengan menggunakan alat
Sound Level Meter.

LOKASI PANTAU
U7 = 109 48 24,20 BT - 6
56 10,40 LS

INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


WAKTU DAN
FREKUENSI

selama Tahap Operasi.

U6 = 109 48 22,00 BT - 6
56 35,75 LS

Dilakukan dengan cara


pengambilan contoh abu
batubara pada rencana tapak
PLTU dan akan dianalisa di
BATAN.

BD10 = 109 47 53,45 BT - 6


57 10,94 LS
Lokasi pantau terletak di silo
Periode pemantauan
abu terbang
Paparan TENORM
dilakukan 6 bulan sekali
selama operasional
PLTU

PELAKSANA

PENGAWAS

PENERIMA LAPORAN

selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

Instansi
Pelaksana yaitu
PT Bhimasena
Power Indonesia
selaku
Pemrakarsa dan/
atau kontraktor
pelaksana yang
ditunjuk

Instansi
Pengawas yaitu
Badan
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Batangdan
Badan
Lingkungan
Hidup Provinsi
Jawa Tengah

Instansi Penerima
Laporan yaitu Bupati
Kabupaten Batang, Badan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Batang,
Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Tengah

3 - 41

Gambar 3.1 Peta Pemantauan Tahap Pra Konstruksi Blok PLTU

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 41

Gambar 3.2 Peta Pemantauan Tahap Pra Konstruksi Jaringan Tranmisi

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 42

Gambar 3.3 Peta Pemantauan Tahap Konstruksi Mobilisasi Peralatan dan Material Blok PLTU

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 43

Gambar 3.4 Peta Pemantauan Tahap Konstruksi Pematangan Lahan Blok PLTU

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 44

Gambar 3.5 Peta Pemantauan Tahap Konstruksi Uji Coba Blok PLTU

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 45

Gambar 3.6 Peta Pemantauan Tahap Konstruksi Jaringan Transmisi

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 46

Gambar 3.7 Peta Pemantauan Tahap Operasional Penanganan Batubara

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 47

Gambar 3.8 Peta Pemantauan Tahap Operasional Blok PLTU

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 48

Gambar 3.9 Peta Pemantauan Tahap Konstruksi Jetty

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 49

Gambar 3.10 Peta Pemantauan Tahap Operasional Jetty

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 50

Gambar 3.11 Peta Pemantauan Tahap Operasional Dredging dan Dumping

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3 - 51

Anda mungkin juga menyukai